Seorang wanita yang bernama Belinda berjalan menuju sebuah kamar hotel bintang lima yang terletak di pusat kota, wanita yang sudah menginjak usia 47 tahun itu nampak masih begitu cantik dan seksi hingga kerap membuat pria jatuh hati jika mereka tidak mengetahui siapa Belinda yang sebenarnya. Belinda masuk ke dalam kamar hotel di lantai 16 itu dan di dalam kamar hotel tersebut ada seorang pria yang jauh lebih muda yang telah menantinya di ranjang. Belinda nampak tersenyum pada pria itu dan dibalas oleh pria itu dengan sebuah senyum, Belinda
nampak berjalan mendekati pria itu dan kemudian nampak mereka langsung menghabiskan waktu berduaan hingga waktu sudah menunjukan pukul 2 dini hari ketika Belinda tersadar dari tidurnya, buru-buru wanita itu masuk ke dalam kamar mandi dan mengenakan kembali pakaiannya yang tadi sempat tercecer di atas lantai dengan percintaan panasnya dengan pria yang usianya berbeda 17 tahun dengannya.
“Kamu mau ke mana?” tanya pria itu yang masih berbaring di ranjang saat melihat Belinda telah mengenakan pakaiannya kembali.
“Tentu saja pulang ke rumah,” jawab Belinda.
“Kenapa sekarang? Bukankah hari masih malam?”
Belinda nampak tersenyum pada pria itu dan kemudian ia menghampiri pria itu untuk memberikan sebuah kecupan lembut sebelum pergi meninggalkannya di kamar hotel tersebut. Belinda kemudian masuk ke dalam mobilnyaa
dan melajukan kendaraan itu menuju rumahnya yang terletak di komplek perumahan elit di pusat kota, ketika ia tiba di rumah dirinya menemukan sepasang sepatu wanita di rak sepatu dekat pintu utama rumah, wanita itu nampak menghela napasnya karena sudah tahu apa yang terjadi di rumah ini. Belinda kemudian melanjutkan langkah kakinya menuju kamarnya, ketika melintasi depan sebuah kamar nampak pintu kamar yang kebetulan dilintasinya terbuka hingga menampakan seorang wanita yang hanya tertutup selimut keluar dari kamar tersebut dan wanita itu
nampak terkejut dengan kehadiran Belinda di rumah ini.
****
Keesokan paginya Belinda keluar dari kamar setelah ia sudah mandi dan berganti pakaian karena hari ini ia harus mengadakan rapat dengan direksi perusahaan tempatnya bekerja, di meja makan nampak sudah dihidangkan
berbagai makanan dan ia sudah duduk di kursinya hingga tidak lama kemudian seorang pria yang tidak lain adalah suaminya muncul dan duduk di kursi meja makan.
“Semalam kamu ke mana saja? Kenapa baru kembali jam 2 dini hari?”
Belinda nampak tersenyum mendengar pertanyaan basa-basi yang dilontarkan oleh suaminya barusan, Belinda sama sekali tidak menanggapi ucapan suaminya itu dan tentu saja suaminya marah dengan sikap Belinda yang kurang ajar ini.
“Aku ini bicara denganmu Belinda, kenapa kamu bersikap seolah tidak mendengar pertanyaanku?!” bentak Sutikno.
“Semalam bukankah kamu menikmati waktumu dengan wanita itu?”
“Apa maksudmu?”
“Sudahlah Sutikno, jangan mencoba menipuku bukankah semalam kamu membawa wanita itu ke dalam kamarmu karena di rumah ini tidak ada siapa pun?”
Sutikno nampak menggeram kesal dengan ucapan istrinya ini akan tetapi Belinda yang telah selesai sarapan langsung meraih tasnya dan pergi meninggalkan suaminya yang nampak masih kesal dengan ucapan Belinda barusan.
“Aku bahkan belum selesai bicara namun kamu sudah pergi begitu saja?!”
Belinda sama sekali tidak mau menanggapi apa yang suaminya bicarakan dan memilih untuk segera masuk ke dalam mobilnya karena hari ini adalah hari yang panjang.
****
Belinda memimpin rapat dengan dewan direksi perusahaan mengenai apa saja yang harus perusahaan lakukan untuk mengembangkan produk kosmetik mereka hingga diekspor ke manca negara dan menguasai produk domestik. Belinda nampak puas dengan pemaparan produk terbaru mereka yang diterima hangat oleh masyarakat luas dan setelah rapat itu berlangsung kini wanita itu kembali menuju ruangan kerjanya dan asisten pribadinya mengikutinya sampai ke dalam ruangan kerja tersebut.
“Bu, tadi asisten suami anda menelpon saya ketika rapat katanya bapak ingin bertemu dengan anda.”
“Tolong katakan pada asisten suami saya bahwa saya tidak ada waktu untuk bertemu dengan suami saya.”
“Baik Bu, saya akan sampaikan.”
Setelah itu asisten pribadinya pergi dari ruangan kerja Belinda sementara Belinda kembali sibuk dengan pekerjaannya sebagai Direktur Utama perusahaan kosmetik yang bisa dikatakan sukses. Perusahaan kosmetik yang dipimpinnya ini sudah diwariskan oleh mendiang sang papa saat usianya menginjak 29 tahun karena pada saat itu papanya mengalami sakit keras hingga akhirnya papanya meninggal dunia dan perusahaan pun akhirnya jatuh ke tangan Belinda karena Belinda adalah satu-satunya anak dari mendiang papanya. Belinda yang sedang fokus dengan layar laptopnya nampak melirik ke arah layar ponselnya saat sebuah panggilan masuk terlihat di layar ponselnya, ia melihat ada sebuah nama tertera di sana dan segera saja ia menjawab telepon tersebut.
****
Sutikno mendapatkan kabar bahwa istrinya menolak untuk bertemu dengannya oleh sang asisten pribadi, sontak saja penolakan yang dilakukan oleh Belinda ini tidak dapat diterima begitu saja oleh Sutikno. Ia mencoba menghubungi istrinya namun ponsel Belinda tidak dapat dihubungi saat ini hingga membuatnya geram bukan main.
“Bagaimana bisa dia tidak menjawab telepon dariku?!”
Sutikno nampak begitu kesal sekali dan tidak lama kemudian seseorang mengetuk pintu ruangan kerjanya dan masuk ke dalam ruangan. Sosok yang masuk ke dalam ruangan ini adalah sosok wanita yang ditemui oleh Belinda
tadi malam ketika Belinda pulang ke rumah.
“Sepertinya wajahmu nampak kusut sekali siang ini, sayang,” ujar wanita cantik yang usianya masih 25 tahun itu dengan duduk di meja kerja Sutikno dan membelai wajah pria yang sudah berusia 55 tahun itu.
“Belinda, dia menolak untuk bertemu denganku saat ini,” geram Sutikno.
“Kenapa kamu ingin sekali bertemu dengan istrimu itu? Aku kan di sini ada untukmu sayang.”
“Belinda semalam sudah melihat kamu keluar dari dalam kamarku, aku khawatir kalau dia akan buka suara ke publik mengenai apa yang terjadi pada kita, kalau sampai Belinda melakukan itu maka hancur sudah karirku.”
Wanita muda itu nampak berusaha menenangkan Sutikno dan kemudian wanita itu nampak mencondongkan wajahnya pada wajah Sutikno hingga saat wajah mereka semakin dekat secara mengejutkan pintu ruangan kerja Sutikno diketuk dari luar.
****
Belinda pulang ke rumahnya ketika sore hari menjelang dan di rumah nampak anak keduanya sudah kembali setelah acara perkemahan yang diadakan sekolah selama dua hari kemarin.
“Oh sayang kamu sudah kembali.”
“Begitulah.”
“Ada apa dengan wajahmu?”
“Aku benci ikut acara kemah yang diselenggarakan sekolah, Ma,” keluh anak gadisnya itu pada Belinda.
Belinda berusaha untuk menenangkan anak gadisnya itu dan kemudian Belinda memberikan iming-iming akan membelikan apa pun yang diinginkan anak gadisnya ini karena telah mengikuti kegiatan perkemahan yang dilakukan oleh pihak sekolah selama dua hari kemarin.
“Ini kamu dapat gunakan kartu kredit Mama dan belanja apa pun yang kamu inginkan,” ujar Belinda seraya menyodorkan kartu tersebut yang membuat anaknya bahagia bukan main.
“Terima kasih banyak, Ma.”
Namun tidak lama kemudian Sutikno muncul di pintu utama dan membuat Belinda serta putrinya melerai pelukan, Belinda meminta putrinya untuk pergi sekarang ke mall dan tentu saja putrinya sama sekali tidak keberatan, ia pamit pada papa dan mamanya untuk pergi ke mall hingga saat ini Belinda hanya berdua saja dengan Sutikno di rumah ini, ketika Belinda hendak berbalik badan dan masuk ke kamarnya Sutikno menghalanginya.
“Ada yang perlu kita bicarakan.”
Belinda sudah memiliki perasaan tidak enak saat suaminya muncul di pintu utama rumah dan menatapnya seperti ini, Belinda pun hanya diam saja saat Sutikno mencegahnya untuk pergi ke kamarnya karena suaminya itu mengatakan kalau ada sesuatu hal yang perlu mereka bicarakan saat ini.
“Memangnya apa yang perlu kita bicarakan saat ini? Bukankah rasanya tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan, Sutikno?”
Sutikno yang mendengar ucapan Belinda nampak kesal bukan main, pria itu melampiaskan kemarahnnya pada Belinda karena istrinya ini enggan menemuinya tadi saat istirahat jam makan siang. Belinda mengatakan pada
Sutikno bahwa suaminya ini dapat makan siang dengan selingkuhannya yang tentu saja ucapan Belinda barusan membuat Sutikno tersinggung bukan main.
“Apa maksudmu selingkuhanku?!”
“Tentu saja wanita yang semalam bersamamu di kamarmu, memangnya aku membicarakan siapa?!”
Sutikno nampak murka dan kemudian ia hendak menampar wajah Belinda namun tangannya yang sudah siap untuk menampar wajah istrinya itu terdiam di udara, Belinda sendiri nampak tidak gentar mendapatkan ancaman
hendak dipukul oleh suaminya, Belinda justru memprovokasi suaminya supaya memukulnya supaya ia dapat melakukan visum dan membuat laporan polisi bahwa Sutikno melakukan KDRT.
“Aku tidak akan melakukannya karena aku tahu rencanamu, aku hanya ingin mengingatkan jangan sampai kamu bercerita pada publik mengenai perselingkuhanku ini dengan Reni, kalau publik tahu maka hancur sudah reputasi yang selama ini berusaha aku bangun untuk memenangkan pemilihan wali kota.”
“Soal itu kamu tidak perlu khawatir karena aku sama sekali tidak akan bicara apa pun pada publik atau wartawan justru harusnya kamu yang waspada karena setiap kali kamu pergi menemui warga banyak wartawan yang
menyorot ke arahmu.”
Setelah mengatakan itu Belinda pergi meninggalkan suaminya untuk pergi ke kamarnya, Sutikno sendiri dapat menghela napasnya lega karena Belinda sepertinya dapat diajak bekerja sama dengannya.
“Semoga saja wanita itu tidak akan pernah mengkhianati apa yang sudah ia janjikan padaku barusan,” lirihnya sebelum akhirnya Sutikno masuk ke dalam kamarnya.
****
Chelsea adalah gadis remaja 17 tahun yang saat ini duduk di kelas dua sekolah menengah atas swasta yang sangat terkenal di kota, lahir dari keluarga kaya raya dan terpandang membuatnya memiliki banyak sekali
kemudahan. Chelsea saat ini sedang berada di mall selepas mamanya membebaskannya berbelanja apa pun dengan kartu kredit yang sudah diberikannya barusan di rumah. Chelsea sendiri menyukai seorang pemuda yang usianya terpaut 3 tahun lebih tua darinya yang bernama Angkasa, dia adalah mahasiswa fakultas teknik sebuah universitas swasta yang cukup terkenal di kota ini karena memang Angkasa juga berasal dari keluarga kaya raya. Chelsea mencoba menghubungi Angkasa untuk mengajak pria itu bertemu di mall dan menemaninya menonton sebuah film yang sangat ia idamkan untuk dapat ditonton bersama dengan pria yang ia sukai namun sayangnya Angkasa tidak dapat pergi karena ia ada kelas pada sore ini.
“Kakak minta maaf karena tidak dapat pergi denganmu.”
“Oh baiklah, aku tidak masalah, semangat kuliahnya.”
Chelsea nampak menghela napasnya berat karena Angkasa tidak dapat pergi dengannya, ketika dirinya tengah sendirian di mall dan memilih milih pakaian di sebuah outlet nampak seorang pemuda menghampirinya yang tidak lain adalah teman satu kelas Chelsea.
“Kamu sendirian saja? Di mana teman-temanmu?”
Chelsea nampak melirik sebentar ke arah pemuda itu namun kemudian ia memilih mengacuhkannya dan pergi meninggalkan pemuda tersebut.
****
Keesokan harinya Belinda, Sutikno dan Chelsea tengah sarapan di meja makan mereka sama sekali tidak bicara satu sama lain dan selepas sarapan Sutikno langsung pergi dari rumah untuk menuju kantor wali kota sementara Belinda akan pergi ke kantornya dan Chelsea akan pergi ke sekolah.
“Pulang sekolah kamu harus pulang, jangan keluyuran tanpa memberitahu Mama karena Mama tidak ingin kejadian tahun lalu terulang,” ujar Belinda sebelum ia berangkat ke kantor.
“Baiklah Ma, aku mengerti.”
Belinda nampak tersenyum dan kemudian mencium putrinya sebelum masuk ke dalam mobilnya karena di sana sopirnya sudah menunggu, sepanjang perjalanan nampak Belinda sibuk dengan ponselnya karena sejak tadi ia tengah berbalas pesan dengan seseorang dan mereka sudah janjian untuk bertemu nanti malam.
“Pak Dani, sehabis ini anda pulang saja karena saya akan mengemudi sendiri nanti ketika pulang,” ujar Belinda pada sopirnya ini.
“Baik Bu.”
Akhirnya mereka tiba di parkiran kantor, Belinda turun dari dalam mobil dan langsung disambut oleh satpam yang membukakan pintu untuknya masuk ke dalam kantor, beberapa pegawai yang kebetulan melintas pun menundukan
kepala dan memberikan hormat padanya. Belinda segera berlalu masuk ke dalam lift untuk menuju ruangan kerjanya.
****
Sutikno meresmikan jembatan baru yang sebelumnya putus oleh terjangan banjir beberapa waktu lalu, Sutikno dalam sambutannya berterima kasih pada semua pihak yang telah membantunya dalam membangun kembali jembatan ini dan ia berharap dengan dibukanya kembali jembatan ini maka akses masyarakat menjadi lebih mudah. Selepas memberikan sambutan dan menggunting pita tanda diresmikannya jembatan yang baru diperbaiki itu, Sutikno menyapa beberapa warga untuk mendengar keluh kesah warga sekitar, tentu saja dengan banyak kamera wartawan yang menyorot ke arahnya. Sutikno nampak berusaha sebisa mungkin menampilkan citra baik di depan kamera dan selepasnya ketika ia hendak kembali ke mobil nampak banyak sekali wartawan yang memberondongnya dengan pertanyaan.
“Pak, kami mendengar bahwa anda sebentar lagi dicalonkan oleh partai andai untuk menjadi Gubernur, apakah itu benar?”
Sutikno hanya tersenyum mendengar pertanyaan salah seorang wartawan barusan, Sutikno mengatakan pada wartawan itu untuk menunggu saja waktu yang tepat dan bagaimana ke depannya, dengan pengawalan yang begitu ketat nampak Sutikno masuk ke dalam mobil dinasnya dan pergi bersama dengan iring-iringan kendaraan lainnya meninggalkan lokasi tempat peresmian jembatan barusan.
“Lihat saja nanti, aku pasti akan mendapatkan apa yang aku inginkan,” seringai Sutikno yang kemudian ia meraih ponselnya dan mencari kontak seseorang di dalam sana.
****
Ketika malam hari tiba, Belinda pergi menuju sebuah hotel yang tidak jauh dari kantornya berada, ia sudah mendapatkan akses masuk ke dalam lift dan juga kamar oleh sebab itu ia tidak perlu melapor ke resepsionis di depan sana yang berjaga. Ketika ia membuka pintu kamar nampak pria yang waktu itu bersamanya menghabiskan malam sudah menantinya di sana, Belinda sendiri tanpa ragu langsung memeluk pria itu dan mereka langsung
terlibat dalam sebuah ciuman panas untuk beberapa saat sebelum pria itu melerai ciuman tersebut dan menidurkan Belinda di ranjang.
“Sepertinya kamu sudah tidak sabar untuk permainan berikutnya, ya?”
“Aku merindukanmu, lakukanlah,” ujar Belinda yang kedua tangannya bergelayut di leher pria itu yang jarak antara wajah mereka sudah sangat dekat sekali.
Pria yang menghabiskan malam dengan Belinda ini tidak lain adalah Hanggara yang merupakan adik iparnya sendiri, hubungan Belinda dengan Hanggara sudah terjalin selama 3 tahun lamanya. Hanggara awalnya mengaku
pada Belinda bahwa ia memiliki rasa pada wanita itu dan awalnya Belinda tidak terlalu menanggapinya namun puncaknya ketika Belinda memergoki suaminya bermain api lebih dari satu wanita membuatnya marah sekaligus kecewa hingga Belinda memutuskan untuk menjadikan Hanggara sebagai pelampiasannya. Waktu berlalu hingga akhirnya Belinda merasa ia memang jatuh hati pada pria yang usianya jauh di bawahnya ini hingga sampai saat ini mereka sudah sering menghabiskan waktu bersama secara diam-diam di belakang Sutikno dan keluarganya.
“Akhir pekan ini kamu sudah tahu kalau akan ada pertemuan keluarga?” tanya Hanggara pada Belinda selepas mereka melepaskan hasrat di atas ranjang dan kini Belinda dalam posisi dipeluk oleh pria itu dengan mereka yang tidak mengenakan sehelai pakaian pun dengan ditutupi oleh selimut.
“Tidak, Sutikno sama sekali tidak mengatakan apa pun padaku,” jawab Belinda.
“Sebenarnya kakaku ingin melakukan pertemuan keluarga untuk menggalang dukungan agar dirinya dapat maju dalam pemilihan gubernur dua tahun lagi, bagaimana pendapatmu mengenai hal itu?”
“Aku tidak peduli dengan itu semua, kamu tahu sendiri kan kalau aku tidak suka politik?”
Hanggara nampak tersenyum dan kemudian ia kembali mencium Belinda namun kemudian raut wajah pria itu menjadi sedih dan Belinda pun bertanya-tanya pada Hanggara apa yang sebenarnya membuat pria ini menjadi
sedih.
“Sejujurnya Belinda, mamaku ingin sekali aku cepat menikah karena usiaku sudah menginjak 30 tahun.”
“Benarkah? Wanita itu sudah menjodohkanmu dengan siapa?” tanya Belinda penasaran.
Hanggara pun kemudian menceritakan wanita yang kelak harus ia nikahi walaupun Hanggara sudah menolaknya namun sang mama masih saja bersikeras supaya Hanggara mau menikahi wanita pilihannya.
“Aku hanya mencintaimu dan kalaupun aku harus menikah maka aku ingin menikah denganmu.”
Belinda nampak tersipu mendengar ucapan pria itu, Belinda tidak mau menanggpi ucapan Hanggara dan lebih memilih tidur dalam dekapan hangat pria itu.
****
Ketika pagi menjelang nampak Sutikno sudah bersiap untuk pergi ke kantornya sementara sampai pagi ini Belinda belum juga kembali ke rumah namun Sutikno sama sekali tidak mau mencoba menghubungi istrinya itu,
Chelsea yang bertanya-tanya pada papanya kenapa sang mama belum pulang malah dimarahi oleh Sutikno.
“Mamamu itu orang sibuk, dia pasti lembur di kantor, lagi pula kamu kan sudah ada bibi yang mengurusimu.”
Chelsea nampak kesal dengan jawaban ketus yang disampaikan oleh papanya barusan hingga akhirnya Sutikno mengatakan pada nanti sore Chelsea jangan sampai pulang terlambat karena akan ada wartawan yang datang ke rumah ini melakukan wawancara dengan keluarganya.
“Ingat itu baik-baik,” ujar Sutikno yang kemudian pergi meninggalkan Chelsea yang masih ada di meja makan.
Chlesea nampak menggeram kesal dengan tindakan papanya barusan, Chelsea kemudian memutuskan untuk segera pergi ke sekolah karena sudah hampir terlambat ia untuk pergi ke sana. Ketika dalam perjalanan ke sekolah ada sebuah pesan dari Angkasa yang mengajaknya bertemu nanti sore namun Chelsea bimbang apakah ia harus mengikuti keinginan Angkasa atau tidak.
“Tapi kalau aku menolaknya, kapan lagi kan aku dapat bertemu dengannya dan menghabiskan waktu bersama dengannya?” lirih Chelsea seraya memandang ponselnya.
****
Belinda tidak kembali ke rumah setelah kejadian semalam di hotel, dirinya langsung pergi ke kantor dan bekerja seperti biasanya hingga sebuah pesan masuk di ponselnya. Belinda melirik ke arah ponselnya dan menemukan sebuah pesan dari suaminya yang memintanya untuk pulang tidak terlambat ke rumah nanti sore karena ada wawancara dengan salah seorang wartawan. Belinda menghela napasnya berat namun dirinya sama sekali tidak tertarik untuk menjawab pesan dari suaminya itu dan memilih untuk kembali bekerja. Belinda seharian ini sibuk sekali dengan pekerjaannya hingga akhirnya ia lupa mengenai pesan yang dikirim oleh suaminya hingga asisten pribadinya pun ditelepon oleh Sutikno untuk menyampaikan pesan.
“Bu, tadi bapak menelpon saya dan meminta anda untuk segera pulang.”
Belinda melirik arloji di tangannya dan memang ini sudah menjelang malam dan suaminya pasti sudah menantinya sejak tadi, Belinda meminta asisten pribadinya untuk segera pergi dari ruangan kerjanya dan sang asisten pribadi pun kemudian pergi meninggalkan Belinda.
“Pria itu benar-benar.”
Belinda memutuskan untuk mengemasi semua barangnya dan pergi dari kantornya pulang ke rumah, ketika pulang ke rumah nampak sudah ada Sutikno dan sejumlah kru dari media televisi yang sudah ada janji temu dengan
Sutikno untuk melakukan wawancara telah menantinya. Di depan para awak media, Sutikno dan Belinda nampak mesra untuk menutupi apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.
****
Pertanyaan yang diajukan oleh wartawan pun hanya seputar mengenai politik yang sedang dijalankan oleh Sutikno dan bagaimana pria ini melayani masyarakat kota yang telah memilihnya. Sutikno tentu saja dengan senang hati menjabarkan apa saja yang sudah ia lakukan untuk kota ini sementara Belinda sendiri berusaha memasang wajah ramah dan penuh senyum setiap kali kamera menyorot ke arahnya, sejujurnya saja Belinda merasa lelah sekali saat ini dan ingin sekali tidur, beberapa kali ia memberikan kode pada suaminya untuk mengakhiri wawancara ini karena ia sangat lelah sekali. Doa Belinda akhirnya terwujud juga karena acara wawancara selesai juga dan kru stasiun televisi yang melakukan wawancara sudah pergi.
“Kamu sudah tahu di mana Chelsea?” tanya Sutikno pada orang suruhannya yang tadi ia perintahkan untuk mencari di mana keberadaan anaknya.
“Sudah Pak, kami sedang membawanya ke rumah.”
“Baiklah.”
Belinda sama sekali tidak mau terlalu ikut campur mengenai masalah anaknya, ia sudah sangat lelah sekali untuk bicara dengan orang lain dan memutuskan untuk segera beristirahat namun berbeda dengan Sutikno yang menunggu sampai putrinya kembali ke rumah dan saat Chelsea kembali ke rumah nampak Sutikno tidak dapat untuk menyembunyikan kemarahannya pada Chelsea.
“Bukankah Papa sudah mengatakan jangan pergi ke mana pun setelah pulang sekolah?! Kenapa masih saja tidak mau mendengar juga?!”
****
Akhir pekan pun tiba, Sutikno mengajak istri dan anaknya pergi ke rumah mendiang papanya yang kini dihuni oleh mama sambung dan juga adik tirinya yang tentu saja Hanggara dan mamanya. Hubungan Sutikno dan mama sambung serta Hanggara boleh dikatakan tidaklah baik, Sutikno sudah menolak ketika mendiang papanya ingin menikah lagi dengan wanita ini namun akhirnya Sutikno tidak memiliki pilihan lain dan mengizinkan papanya menikah lagi hingga memiliki anak Hanggara. Sutikno mengumpulkan semua anggota keluarga besarnya berkumpul di sini untuk memberikan dukungan padanya sebagai calon gubernur dalam pemilihan yang akan datang. Belinda sama sekali tidak tertarik dengan obrolan penuh dengan nuansa politik ini hingga ia memilih untuk
menyingkir ke belakang rumah yang lebih tenang dan di saat itu Hanggara mengikutinya.
“Kenapa kamu di sini?”
“Kamu tahu kan kalau aku benci obrolan mengenai politik.”
Hanggara nampak tersenyum dan kemudian ia duduk di sebelah Belinda, jarak mereka sangat dekat sekali dan ketika Hanggara dan Belinda wajahnya sudah sangat dekat itu terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
“Apa yang kalian lakukan berduaan di sini?”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!