Di ruang kamar yang gelap.
Nadia membuka kedua matanya, dia merasakan sakit di sekujur tubuhnya begitupun hatinya, belum lama ini dia mengalami kecelakaan jatuh dari tebing.
Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di sekujur tubuhnya begitupun dengan rasa sakit hatinya, Berbaring di tanah, darahnya terus mengalir keluar, Semakin sulit baginya untuk bernapas.
Terakhir orang yang dia lihat adalah Elisa, yang juga terbaring di tanah dengan mata terbuka lebar, Elisa sudah mati dan Nadia menghembuskan nafas terakhir saat itu juga.
Elisa adalah orang yang pernah menjadi adik perempuannya, dia menjadi orang yang sangat dia percayai di dunia ini, namun dialah orang yang merampas segala yang dia miliki dan pada akhirnya dia juga menginginkan nyawanya.
Elisa telah memanfaatkan dirinya selama hidupnya, Elisa telah memanfaatkan dirinya untuk menjadi Ratu Film yang terkenal se tanah air bahkan manca negara, Elisa telah merebut kekasihnya Zayyan, Elisa telah memanfaatkannya dalam segala hal.
Elisa telah mengambil semua dari tangannya tanpa dia sadari, dia mengunakan topeng yang berbeda dihadapannya selama ini, karena rasa cemburu yang dia miliki dia melakukan segala hal untuk membuat Nadia sengsara untuk menghancurkan hidupnya.
Tidak puas denga napa yang dia miliki, Elisa berencana membunuh Nadia dengan kedua tangannya sendiri, saat ini Nadia berada di bibir tebing meminta pertolongannya, Elisa yang mulai menggila mulai menjelaskan semua kejahatan yang dia lakukan selama ini, dia tertawa terbahak-bahak setelah mengatakan betapa bodohnya Nadia selama ini karena menganggap dirinya saudarinya.
Setelah mendengar semua kejahatan yang di katakana oleh orang yang dia anggap saudari sendiri hatinya hancur berkeping-keping dan pada detik terakhir setelah Elisa sudah berhasil dengan rencana yang dia buat untuk membunuh Nadia, Nadia berhasil memengang pergelangan kakinya dan mereka jatuh bersama.
Setiap Nadia mengingat kejadian itu, tangannya akan mencengkeram sprei dengan erat, dan hatinya dipenuhi dengan kebencian yang mengerikan.
Elisa telah menghancurkan hidupnya, mencuri keluarganya, dan mengambil semua yang dia miliki.
‘lalu apa yang terjadi sekarang bukankah dia sudah mati? Kenapa dia masih hidup?Apakah ada orang yang menyelamatkannya? Lalu bagaimana dengan Elisa apa dia masih hidup? Aku yakin jika dia sudah mati di tempat.'
Dia menenangkan pikirannya, kemudian melihat sekeliling dengan baik, tembok rumah yang terbuat dari bambu, selimut tua yang sudah berjamur, ranjang yang bahkan tidak cukup dengan tinggi badannya semua terasa sangat familiar baginya.
"Rumah bambu?" Ucap Nadia spontan, tempat dia menghabiskan masa mudanya dulu, Dia mencengkeram seprei, Dia tidak akan pernah melupakan tempat ini selama sisa hidupnya.
Karena dia sudah tinggal di rumah ini selama tujuh belas tahun, semua yang dia alamani di sini adalah mimpi buruk yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya.
‘Apa yang terjadi Kenapa aku kembali ke sini sekarang?’ pertanyaan yang memenuhi benaknya, dapa saat yang bersamaan , suara Wanita berteriakk dengan tidak sabar di dekat pintu kamar.
"Gadis pemalas! apa kamu belum bangun?.”
"Aku mengingatkanmu, jangan pernah membuat masalah dengan saudarimu, jika kau melakukan itu aku tidak akan melepaskanmu begitu saja!" sarah masuh mengenakan dengan mengenakan daster dan memegang spatula kayu.
Saat Sarah melihat Nadia duduk di atas ranjang reot itu, Sarah menjadi marah “Apa yang kau lakukan kenapa kau belum bersiap? Kau sudah berbaring di tempat tidur selama beberapa hari apa itu masih belum cukup?hah, apa kau berpikir jika kau seorang nona muda” dia sambil memelototinya.
Selama Nadia demam Sarah tidak mau mengeluarkan uang sepeserpun untuk berobat, dia bahkan tidak membelikannya obat, jadi dia membiarkan Nadia berbaring diatas tempat tidur.
Sarah menyeka tangannya yang basah ke daster yang dia kenakan. “seseorang telah datang dari tadi, cepatlah.”
Mendengar hal ini, Nadia tenggelam dalam kesedihan, dan wajahnya menjadi dingin, Tampaknya dia telah dilahirkan kembali, kembali ke hari dia dibawa kembali ke keluarga Kusuma.
Melihat Nadia tidak bergerak seincipun, Sarah menjadi sangat tidak sabar. "Apakah kamu masih menungguku untuk melayanimu?" sementara bau hangus datang dari dapur.
"Ayamku!" Seru Sarah.
Keluarga yang telah membesarkan Nadia sangat miskin. Sarah harus menghemat agar bisa makan ayam dia hanya bisa makan ayam seminggu sekali, hal Itu sudah dianggap sangat istimewa banginya.
Saat ini ayamnya sudah hangus, Sarah mengumpati nadia karena hal itu.
“Kamu benar-benar gadis pembawa sial. Tidak ada hal baik yang terjadi padaku sejak kamu datang ke rumahku!” Sarah berjalan keluar sambil mengutuk.
Nadia berdiri dari tempat tidur. Sudah dua hari sejak dia tidak makan apapun. Ada daging, sayuran, dan nasi putih di atas meja di ruang tamu.
Nadia tidak bisa menghabiskan sepiring nasi untuk makan.
Selama tujuh belas tahun dia berada di keluarga ini, Sarah sangat pelit dia hanya memberinya sepiring nasi untuk satu hari, kapasitas perutnya pun sudah sangat kecil, bahkan jika dia kelaparan selama dua hari penuh, dia hanya bisa makan nasi putih sedikit.
Seorang pria dengan setelan jas masuk dan bertanya, "Apakah sudah selesai?."
Sarah segera menelan yang baru saja menelan ikan yang baru saja dia masukan kedalam mulutnya, Ketika dia mendengar kata-kata pria itu, dia keluar dari dapur dan tersenyum meminta maaf. "Iya semua sudah di siapkan."
Begitu pria itu keluar dari pintu, Sarah memelototi Nadialagi. "Gadis ini kenapa kau begitu lamban, cepatlah."
Nadia juga tidak ingin tinggal di keluarga ini lebih lama lagi, dia segera kembali ke kamarnya dan mengemasi barang-barangnya, Dia tidak punya banyak barang, jadi tidak butuh waktu lama baginya untuk menata barang yang akan dia bawa.
Sementara Sarah dan yang lainnya sudah menunggu di luar halaman rumah.
Melihat Nadia keluar, Sarah dengan keras memperingatkan, “Gadis sialan, ingat saat kau Kembali kekeluarga Kusuma perlakukan adikmu dengan baik, jika bukan karena dirinya kau tidak akan punya kesempatan untuk Kembali kekeluarga Kusuma, ingat untuh patuh setiap apa yang dia ucapkan jangan bikin ulah! Apa kau paham?”saat bersamaan, dia mencubit lengan Nadia, dia menadapatkan tatapan dingin dari Nadia, Sarah terkejut dia segera menarik tangannya.
Dengan tatapan tidak senang ‘apa-apaan bocah ini apa dia berencana memberontak’ dia Kembali menunjuk Nadia sambil mengumpatinya.
Nadia telah kehilangan kesabarannya terlintas di tatapan matanya yang tajam, dia langsung memutar jari tengah Sarah berkata dengan suara lemah “Kau tidak memiliki hak untuk menceramahiku.”
Sarah kesakitan wajahnya berubah menjadi merah padam. Dia berteriak , “Gadis sialan, apa yang kau lakukan? Jangan terlalu sombong hanya karena kau adalah nona muda dari keluarga Kusuma, aku akan membiarkanmu.”
ucapannya itu menusuk telinga, Nadia menggali telinganya dan melepaskannya, dia melihatnya dengan tatapan menyebalkan.
sarahlah orang yg telah menukar dia saat dirumah sakit, namun wanita itu memperlakukannya dengan sangat buruk, dia telah menukar kehidupannya dengan putrinya, wanita ini tidak memiliki rasa berasalah sedikitpun.
"Jangan khawatir ibu. Saya akan menyelesaikan semua yang anda mulai, termasuk putri Anda yang baik, seperti bagaimana cara keluarga Anda memperlakukan saya selama ini” dia tersenyum kecut, setelah itu dia masuk kedalam mobil.
“Dasar gasis sialan apa kau berencana untuk bertingkah angkuh? Kau benar- benar tidak tahu cara berteima kasih, jika aku tidak merawatmu kau sudah pasti sudah mati sejak lama” Sarah terkejut denga napa yang dikatakan Nadia, setelah dia sadar Kembali dia Kembali mengumpat.
“jalan" Perintah Nadia, dia sudah lama terbiasa dengan ucapan kasar dan tangan ringan Sarah, selama ini tidak pernah tahu mengapa orang tuanya sangat membencinya, Baru setelah dia mengulang Kembali kehidupannya, dia menyadari bahwa dia bukan putri kandung mereka.
Identitasnya dan Elisa ditukar, Elisa menikmati statusnya sebagai putri tertua dari keluarga Kusuma, sementara dia disiksa di pedesaan.
Bahkan setelah dia dibawa Kembali kekediaman keluarga Kusuma, orang yang disebut orang tua kandungnya tidak pernah menganggapnya sebagi putrinya, dia diperlakukan seperti orang asing dikeluarga itu, mereka menganggap Elisa sebagai putri satu-satunya.
Bodohnya dia dengan rendah hati memohon sedikit kasih sayang dari orang tuanya, dia bahkan telah mencoba segala cara agar mendapatkan kasih sayang itu.
Nadia duduk di dalam mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela yang terus berganti, sebuah senyum tipis terbentuk di bibirnya Sudut bibirnya, tatapan matanya sangat tajam.
Semua kemalangan itu tidak akan terjadi lagi, dia tidak akan pernah mengharapkan kasih sayang konyol itu di masa depan yang akan datang.
'Semua, aku kembali.'
Nadia sampai dikediaman Kusuma saat mereka sedang makan malam di ruang makan, kepala pelayan membawa Nadia masuk, tiga orang yang sibuk menikmati hidangan makan malam terdiam saat melihat kedatangan Nadia.
Lidia mempertahikan penampilan Nadia dari ujung kaki sampai kepala, dia menautkan alisnya.
“Kakak kau sudah datang” Sapa Elisa, sebuah senyuman manis muncul di wajahnya yang cantik, dia meletakkan garpu dan sendok diatas piring dia berjalan kearah Nadia, dia ingin memegang lengan Nadia namun Nadia menghinndarinya, penolakan yang terlihat sangat jelas.
Raut Wajah Elisa yang semula terlihat Bahagia menjadi kaku seketika, tapi dengan cepat dia menyesuaikan diri “Kakak kamu pastil apar, setelah perjalanan Panjang, ayo makan malam bersama.” Setelah itu, dia menyuruh para pelayan, “Bawakan satu set alat makan untuk Kakak.”
Nadia melirik ke meja makan, Rupanya, mereka lupa bahwa dia akan kembali hari ini. Sedikit ejekan melintas di matanya, Nadia berjalan mendekat dan duduk di kursi.
Elisa mengambil sepotong daging untuk NAdia. “Kakak, makan yang banyak. Sangat jarang untukmu bisa menikamti makanan yang enak saat berada di pedesaan.”
Wahyu Kusuma juga berkata, “Nadia, tempat ini tidak seperti di desa, kamu harus mulai terbiasa dengan kehidupan di ibu kota dengan cepat.”
Wahyu Kusuma sama seklai tidak memiliki kasih sayang untuk putri kandungnya, putri yang baru saja sampai di kediamannya, alasan dia menjemputnya dari pedesaan karena dia ingin menikahkkannya dengan keluarga yang memiliki status yang sama dengannya untuk memperkuat keluarga Kusuma.
Saat dia melihat putrinya untuk pertama kalinya, penghinaan yang jelas tersirat dalam tatapan matanya, seperti yang diharapkan orang yang hidup da besar di pedesaan yang tidak memiliki nama.
Nadia mengabaikan sepasangan ayah dan anak itu, dia melihat makanan di atas piring dan mengeturkan keningnya, dia berjalan ke dapur untuk mengambil piring lain.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!