NovelToon NovelToon

Mencintai Putri Ayahku

Bab 1

Mentari pagi yang cerah mulai memberi kehangatan pada setiap makhluk yang ada di bumi.

Hangatnya mentari di pagi ini membuat semangat Viona semakin membara untuk mengawali langkah barunya.

Hari ini, gadis berparas cantik dan anggun itu baru saja menyelesaikan sarapan paginya.

Rambutnya yang sedikit ikal di bagian bawah sengaja di ikat dua kiri dan kanan agar dia terlihat rapi.

Di awal sekolah di SMA Garuda ini, Viona ingin tampil lebih baik, karena dia benar-benar bahagia bisa diterima di sekolah yang diimpikannya selama ini.

SMA Garuda merupakan salah satu sekolah yang sangat digemari oleh para siswa yang ada di kota Jakarta.

Sejak Viona duduk di bangku SMP, dia sudah menyiapkan diri untuk bersaing dengan siswa lain untuk dapat lulus saat ujian tes masuk. Viona juga bekerja keras agar memiliki tabungan untuk membiayai sekolahnya selama duduk di bangku SMA nantinya.

Ekonomi keluarga Viona memang jauh dari kata cukup, karena ayahnya kini bekerja sebagai kuli bangunan dalam mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari.

Ayah Viona berjuang membesarkan Viona seorang diri tanpa pendamping di dalam hidupnya.

Ayah Viona terpaksa menjadi ayah sekaligus ibu bagi Viona karena dia telah kehilangan wanita yang dicintainya itu sejak hadirnya Viona di dunia ini, ya Ibu Viona meninggal dunia saat melahirkan Viona.

"Yah, aku pamit dulu, ya," ujar Viona pada pria yang ketampanannya mulai memudar termakan usia.

"Iya, Sayang. Semoga harimu menyenangkan," lirih sang Ayah sambil mengusap lembut kepala putrinya.

"Terima kasih, Ayah." Viona melangkah keluar rumah lalu menaiki scooter bekas yang baru satu bulan ini dibelinya dengan hasil keringatnya selama ini.

Viona memang sengaja membeli scooter bekas itu agar dia bisa berangkat sekolah lebih awal dan sampai di sekolah tepat waktu, dia tidak mau datang terlambat karena susah mendapatkan angkot untuk berangkat sekolah seperti yang selama ini dirasakannya saat duduk di bangku SMP.

Viona mulai mengendarai scooter bekas miliknya, dia tersenyum bahagia menyambut hari yang akan dilewatinya, dia berharap hari ini berjalan lancar dan memiliki banyak warna.

Viona sampai di sekolah sebelum bel masuk sekolah berbunyi, dia dan teman-temannya telah berkumpul di pinggir lapangan basket karena mereka belum memiliki kelas masing-masing karena mereka akan melaksanakan MOS (Masa Orientasi Siswa) perdana hari ini.

Bel sekolah berbunyi, semua siswa baru pun mulai berkumpul di lapangan basket untuk memulai acara MOS hari ini.

"Selamat pagi, Adik-adik," sapa seorang senior kelas XII menyapa para peserta MOS tahun ini.

Wajahnya yang tampan dan gayanya yang penuh kharisma membuat para siswi tak mengedipkan mata.

Mereka terpesona dengan kegantengan pria yang kini mulai memberi arahan mengenai kegiatan MOS hari ini.

"Pagi, Kak!" sahut para peserta MOS.

Para. siswa dan siswi baru terlihat semangat untuk mengawali hari-hari mereka di SMA Garuda.

"Baiklah, adik-adik hari ini kita akan mulai acara MOS pagi ini, sebelum kegiatan dimulai, kita akan mendengarkan arahan dan nasehat dari bapak kepala sekolah kita terlebih dahulu, untuk itu dengan segala hormat kita persilakan kepada beliau," ujar Ridwan selaku ketua panitia MOS tahun ini.

Kepala sekolah pun melangkah ke podium, pria yang paling memiliki andil di sekolah itu mulai memberi arahan dan nasehat pada siswa dan siswi baru sebagai sambutan atas kehadiran siswa siswi baru di SMA Garuda.

Semua siswa mendengarkan arahan tersebut dengan seksama.

Setelah arahan dari Kepala sekolah, semua kegiatan dikembalikan kepala sekolah pada panitia untuk melanjutkan kegiatan yang sudah dirancang hari ini.

"Baiklah, Adik-adik semua. Hari ini kita akan mulai kegiatan hari ini, kalian akan diberi tugas untuk mencari orang yang ada di amplop ini." Ridwan menunjukkan tumpukan amplop yang ada di atas meja.

"Setelah itu kamu melakukan tugas yang ada di sana, lalu kamu meminta orang tersebut untuk menunjukkan seluk beluk tentang sekolah ini, masing-masing orang di sini bisa mendapat 1 nama untuk 2 orang, ada 1 nama untuk 1 orang," seru Ridwan terus memberi penjelasan apa yang harus mereka lakukan.

Setelah itu satu per satu siswa mengambil amplop yang ada di hadapan panitia, begitu juga dengan Viona, dia ikut melakukan apa yang sudah diarahkan oleh kakak seniornya.

Viona mengambil satu amplop, dia membaca nama seorang yang tertera. di sana.

"Rayhan," lirih Viona.

Viona bingung harus mencari sosok nama yang tertulis di amplop yang ada di tangannya.

"Vio, kamu siapa?" tanya Rasya sahabat Viona yang kini sudah berdiri di samping Viona.

"Rayhan, kamu siapa?" jawab Viona lesu.

Viona sangat berharap mendapatkan nama senior perempuan agar dia bisa leluasa bertanya tentang berbagai hal yang ada di sekolah itu.

"Aku sama kak Ridwan," sahut Rasya senang.

Sejak Ridwan tampil memulai acara Rasya sudah kesemsem dengan pria tampan yang penuh wibawa itu.

"Wah, senang banget kamu," ujar Viona.

"Ya iyalah, semua siswi baru di sekolah ini ingin banget dekat sama Kak Ridwan, dan aku dapat keberuntungan itu," ujar Rasya riang.

"Ya udah, syukur deh kalau gitu, aku ikut senang," ujar Viona.

Viona masih saja cemberut, membuat Rasya merasa kasihan.

"Mhm, kamu kenapa cemberut?" tanya Rasya heran.

"Mhm, aku enggak tahu mana senior yang namanya Rayhan. Sebanyak ini senior yang ada di sini, aku belum lihat papan nama di baju seragamnya yang bernama Rayhan," tutur Viona bingung.

"Ya udah, nanti aku bantuin tanya sama Kak Ridwan," ujar Rasya menenangkan sahabatnya.

Rasya pun langsung menghampiri Ridwan yang kini duduk santai di bangku panjang yang ada di pinggir lapangan basket.

Dia tengah menunggu siswa baru yang akan mencari dirinya.

"Pagi, Kak," sapa Rasya ramah pada pria tampan penuh pesona itu.

Ridwan menoleh ke arah sosok wanita yang kini berdiri di sampingnya.

Ridwan memamerkan senyuman yang begitu menawan membuat Rasya semakin terpesona.

"Ya," lirih Ridwan dengan ramah.

Rasya pun menunjukkan amplop yang ada di tangannya.

"Oh, nama kamu siapa?" tanya Ridwan langsung.

"Aku Rasya, Kak." Rasya langsung mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan.

"Rasya, nama yang cantik," ujar Ridwan memuji Rasya.

Rasya tersipu mendengar pujian dari pria tampan itu.

"Baiklah, apa yang bisa aku bantu?" tanya Ridwan pada Rasya.

Rasya membuka lagi amplop yang ada di dalam amplop sebelumnya.

Di dalam amplop tersebut, Rasya mendapat tugas mentraktir Ridwan makan di kantin sepuasnya.

"Ini, Kak." Lagi lagi Rasya menyerahkan kertas yang ada di tangannya kepada Ridwan.

"Beneran kamu mau traktir saya?" tanya Ridwan sambil tersenyum.

Rasya menganggukkan kepalanya mengiyakan pertanyaan Ridwan.

"Kalau saya tidak mengerjakan misi ini, kakak mana mau menjelaskan pada saya tentang sekolah," ujar Rasya sambil tersenyum.

"Hehehe," kekeh Ridwan.

"Mhm, Kak. Sebelum kita ke kantin aku boleh nanya sesuatu, Enggak?" tanya Rasya.

"Mhm, tanya apa?" Ridwan menautkan kedua alisnya heran.

"Mhm, Kak Ridwan kenal sama Kak Rayhan, Enggak?" tanya Rasya lagi.

"Rayhan?" Ridwan memastikan.

"Iya, Kak." Rasya mengangguk.

"Yuk, ikut aku. Kita bakal ketemu dia sembari melangkah ke kantin," ajak Ridwan.

Rasya pun melambaikan tangannya pada Viona yang masih berdiri tak jauh posisi mereka saat ini.

Bersambung...

Bab 2

Viona menghampiri Rasya dan Ridwan.

"Kenalkan teman aku, Viona." Rasya memperkenalkan sahabatnya pada Ridwan.

Viona tersenyum pada Ridwan senior mereka yang sangat dikagumi oleh para siswi baru, dia bersikap wajar saja. Viona tidak tertarik sama sekali pada pria tampan yang ada di hadapannya saat ini.

Saat ini di benak Viona hanya sekolah, dia tidak tertarik untuk memikirkan kisah asmara karena tujuannya ke sekolah itu adalah untuk belajar.

Ridwan terpana melihat reaksi Viona yang biasa saja terhadap dirinya berbeda dengan para siswi lain yang ada di sekolah itu.

Ridwan merupakan salah satu deretan pria tampan dan menjadi incaran banyak siswi yang ada di SMA Garuda.

"Ayo, Kak. Viona mau cari kak Rayhan," ujar Rasya mengingatkan mereka akan rencana mereka.

Akhirnya mereka pun melangkah menuju kantin, sebelum mereka sampai di kantin, mereka melewati sebuah ruangan yang di depan pintunya bertuliskan OSIS, Ridwan menghentikan langkahnya, dia mengulurkan lehernya masuk ke dalam ruangan itu.

"Ray, ada yang nyariin, Lu," seru Ridwan.

Tak berapa lama seorang pria tampan yang juga mengenakan seragam keluar dari ruangan itu.

"Nih, orang yang namanya Rayhan," ujar Ridwan pada Viona.

"Ada apa ini?" tanya Rayhan bingung.

"Mhm, biasa, Bro. Sebagian misi dalam kegiatan MOS," jawab Ridwan santai lalu dia pun menarik tangan Rasya dan meninggalkan Viona dan Rayhan di sana.

Rayhan masih bingung, seingatnya dirinya, pria yang memiliki jabatan tertinggi di OSIS itu telah meminta panitia untuk tidak mengikut sertakan dirinya dalam ajang pengenalan kampus Sekolah bersama junior karena saat ini dia memiliki banyak pekerjaan mengenai tugasnya sebagai ketua OSIS.

Dia pun menoleh ke arah Viona yang kini menatap ke arah dirinya.

"Mhm, ada yang bisa saya bantu?" tanya Rayhan dengan gaya yang penuh wibawa dan bijaksana.

Terpancar dari wajahnya sebuah kharisma yang belum dilihat Viona dari sisi siapa pun.

Viona tidak menjawab pertanyaan Rayhan, dia hanya mengulurkan sebuah amplop yang ada di tangannya.

Rayhan melihat dengan jelas namanya tertulis di atas amplop tersebut.

"Mhm, bukalah amplop kecil yang ada di dalam amplop itu!" perintah Rayhan pada Viona.

Rayhan sudah tahu prosedur kegiatan hari ini, makanya dia langsung menyuruh Viona membuka amplop tersebut agar dia dapat menyelesaikan urusannya dengan Viona lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

Viona mengangguk dan langsung melakukan apa yang diperintahkan Rayhan padanya.

Viona membulatkan matanya saat membaca isi amplop tersebut.

"Apa isinya?" tanya Rayhan pada Viona penasaran.

Vina tak menjawab pertanyaan Rayhan dia hanya menyodorkan selembar kertas yang ada di tangannya.

Setia mendampingi Senior ke mana pun dan di mana pun selama satu hari ini, dan melakukan apa yang diperintahkan Senior.

Rayhan tersenyum membaca tulisan di kertas yang ditangannya saat ini.

"Lumayan, sepertinya kamu bisa bantu aku untuk menyelesaikan pekerjaanku," ujar Rayhan tersenyum.

Viona menautkan kedua alisnya bingung.

"Ayo, ikut aku! Saat ini aku sedang banyak pekerjaan. Kita selesaikan pekerjaan tersebut terlebih dahulu, lalu kita akan keliling sekolah," ujar Rayhan.

Mau tak mau Viona pun masuk ke dalam ruang OSIS itu, ruangan yang cukup luas untuk sebuah organisasi di sekolah.

Fasilitas di ruang OSIS ini memang sangat lengkap, sehingga petugas OSIS bekerja dengan mudah di sana.

Rayhan menyuruh Viona untuk merapikan kertas yang berantakan di atas meja, lalu dia meminta Viona untuk menuliskan setiap nama yang ada di kertas tersebut ke sebua buku folio.

Viona pun melakukan apa yang diminta oleh Rayhan. Mereka dapat menyelesaikan semua pekerjaan itu dengan cepat. Sebelum pukul 10.00 pekerjaan Rayhan sudah selesai, pria tampan itu merasa bersyukur dengan kehadiran Viona yang sangat cekatan dalam melaksanakan tugas yang diberikannya.

"Ayo, ikut aku," ujar Rayhan pada Viona.

"Ha? Ke ke ke mana?" tanya Viona.

Rayhan mengajak Ayunda keluar dari ruangan itu. Pria tampan itu menarik tangan Viona, hal ini membuat Viona tersentak dan menatap tangannya yang dipegang oleh Rayhan.

"Eh, maaf. Aku tidak sengaja," lirih Rayhan merasa bersalah.

Dia sama sekali tidak menyadari apa yang baru saja dilakukannya, hal itu hanya reflek semata.

"Mhm," gumam Viona.

Seketika terjadi kecanggungan di antara mereka. Rayhan pun melangkah keluar, diikuti oleh Viona dari belakang.

Tak banyak kata yang terlontar dari mulut Rayhan hingga mereka sampai di depan perpustakaan.

"Ini perpustakaan sekolah?" tanya Viona takjub.

Gedung perpustakaan yang berdiri kokoh satu bangunan tanpa ada fasilitas lain di sana membuat Viona kagum.

Dengan melihat perpustakaan yang bagus dan tertata rapi membuat Viona mengambil kesimpulan bahwa SMA Garuda sangat peduli dengan ilmu pengetahuan.

"Ya." Rayhan mengangguk.

"Kita boleh masuk ke dalam, Kak?" tanya Viona antusias.

Gadis itu ingin sekali mengetahui buku apa saja yang ada di perpustakaan itu, selama ini Viona selalu menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan.

Selain untuk menghemat pengeluaran selama di sekolah, dia memang hobi membaca.

"Boleh, kenapa tidak," sahut Rayhan.

Rayhan terpesona dengan ekspresi Viona yang begitu tertarik dengan perpustakaan, jarang-jarang dia menemukan siswa yang sangat menyukai perpustakaan.

Rayhan pun mengajak Viona masuk ke dalam perpustakaan itu.

Saat berada di dalam perpustakaan, Viona meninggalkan Rayhan begitu saj, dia mulai mencari buku sastra, dia mencari beberapa buku-buku novel yang disukainya.

Banyak buku-buku karangan Khairul Anwar dan Asma Nadia tertera di sana, satu per satu dia membuka buku-buku yang menarik baginya, dari kejauhan Rayhan memperhatikan gerak gerik Viona.

"Gadis yang unik, tak banyak siswa yang menyukai buku-buku novel yang mendidik seperti karangan Asma Nadia," gumam Rayhan di dalam hati.

Hampir satu jam Rayhan menunggu Viona, sepertinya gadis itu lupa bahwa ada seseorang yang tengah menunggunya.

Sesaat dia lupa dengan kegiatan hari ini, yang harus diselesaikannya bersama Rayhan.

"Kamu telah membuatku menunggu lima puluh satu menit lewat tiga puluh dua detik," ujar Rayhan menghampiri Viona yang kini mulai tenggelam dalam cerita yang ada di buku yang dipegangnya.

"Astaghfirullah, aku lupa. Maaf, Kak. Aku terlalu asyik dengan buku-buku ini," ujar Viona merasa bersalah.

"Tidak masalah, ayo kita lanjutkan keliling sekolahnya, takutnya bel pulang berbunyi sebelum kita selesai," ujar Rayhan.

Viona mengangguk lalu meletakkan buku yang ada di tangannya kembali ke atas rak.

Rayhan melangkah keluar dari perpustakaan diikuti oleh Viona di belakangnya.

"Ray," panggil seseorang pada Rayhan.

"Nara," lirih Rayhan sambil menautkan kedua alisnya heran.

"Kamu ngapain ada di sini? Bukannya pekerjaan kamu masih numpuk?" tanya wanita yang bernama Nara itu.

"Mhm, pekerjaanku sudah selesai, kebetulan sekarang aku ada tugas untuk membimbing junior," jawab Rayhan.

Rayhan menoleh ke arah Viona yang kini telah berdiri di sampingnya. Tatapan mata Nara mengikuti arah pandangan pria yang selama ini dicintainya, tapi sayang cintanya bertepuk sebelah tangan.

Rayhan tidak pernah memperdulikan sikap Nara yang selalu mencari-cari perhatian darinya.

Nara langsung menarik tangan Viona dan membawanya menjauh dari Rayhan, hal ini membuat Viona kaget tapi dia tetap melangkah mengikuti Nara.

"Hei, anak baru! Lu jangan macam-macam, ya sama Rayhan! Rayhan itu cuma milik gue!" bentak Nara.

Setelah itu Nara mendorong Viona, lalu dia meninggalkan Viona dan Rayhan begitu saja.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Rayhan khawatir Nara menyakiti Viona.

"Baik, Kak," sahut Viona.

Viona memang merasa kaget dan syok dengan perlakuan Nara yang tiba-tiba marah padanya, tapi dia terus berusaha menenangkan dirinya.

"Ya udah, cuekin aja apa yang dikatakan Nara, kita lanjut, yuk," ajak Rayhan.

Lagi-lagi Rayhan reflek memegang tangan Viona, tanpa protes Viona mengikuti langkah Rayhan yang kini mengarah ke gedung yang ada di samping perpustakaan.

Gedung itu tak kalah mewah dan megahnya dari perpustakaan, di gedung tersebut terdapat 3 ruangan besar, yaitu Labor kimia, Labor biologi serta Labor bahasa.

"Sekolah ini bagus banget ya, Kak. Aku beruntung dapat mengecam pendidikan di sini," tutur Viona.

Rayhan menoleh ke arah Viona, dia merasa gadis yang bersamanya saat ini sangat polos dan jujur.

Dia dapat melihat sikap sederhana yang diperlihatkan Viona apa adanya di hadapan Rayhan sejak mereka bertemu

Setelah itu mereka pun kembali melanjutkan langkah mengelilingi sekolah dan terakhir Rayhan mengajak Viona ke kantin sekolah.

"Capek juga yang keliling sekolah itu," keluh Rayhan.

Viona hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia merasa bersalah pada Rayhan yang telah menghabiskan waktunya untuk dirinya.

"Mhm," gumam Viona menanggapi apa yang dikatakan oleh Rayhan.

"Ayo, kita makan atau minum dulu," ajak Rayhan pada Viona.

"Tidak usah, Kak. Sebentar lagi mau bel pulang, mungkin siswa baru udah pada kumpul di lapangan," ujar Viona menolak ajakan Rayhan.

Viona tidak mau menghabiskan uang jajannya untuk makan di kantin, karena dia yakin jajanan di kantin harganya pasti di atas 10.000. Baginya lebih baik menahan lapar dan makan di rumah lebih hemat.

"Ayolah, biar aku yang traktir," ajak Rayhan lagi.

Rayhan tahu Viona mengkhawatirkan uang yang akan digunakannya untuk jajan di kantin itu.

"Tidak usah, Kak. Lain kali saja," ujar Viona lagi menolak.

"Mhm, terima kasih, Kak. Mungkin hari ini cukup sampai di sini," ujar Viona.

Viona pun langsung bergegas melangkah meninggalkan Rayhan.

Viona takut, Rayhan akan maksa dirinya untuk makan di kantin, dia tidak mau dianggap gadis yang mengharapkan sebuah traktiran dari seniornya itu.

Rayhan hanya terdiam melihat sikap juniornya itu, baru kali ini dia melihat wanita yang begitu unik menurutnya.

Pria tampan itu tersenyum lalu melangkah masuk ke dalam kantin, dia tak tahan lagi menahan perutnya yang sudah terasa lapar, cacing-cacing di perutnya sudah berdemo minta diberi makan.

Viona kembali berkumpul dengan teman-temannya, beberapa dari mereka telah menyelesaikan misi masing-masing, dan kini menunggu arahan kegiatan untuk esok hari sebelum pulang.

Usai bel berbunyi, semua siswa pun keluar dari gerbang sekolah. Mereka berhamburan keluar dengan berbagai tingkah. Mereka melangkah riang, ada yang sambil tertawa mengerjai temannya, ada juga yang asyik bercerita sepanjang langkah.

Sementara itu Viona pun mengendarai scooternya meninggalkan sekolah. Hari ini banyak pengalaman yang di dapatnya.

Dia mengendarai scooternya dengan wajah yang diselimuti kebahagiaan. Hari ini begitu berarti baginya karena dia benar-benar bersyukur dapat bersekolah di SMA Garuda yang sangat sempurna di matanya.

Hari ini dia sudah mengetahui setiap beluk sekolah barunya.

Baru saja Viona menjalankan scooter nya setengah perjalanan tiba-tiba, scooternya itu berjalan oleng yang mengakibatkan Viona hampir saja terjatuh.

Bersambung...

Bab 3

"Astaghfirullah, apa yang terjadi?" pekik Viona cemas.

Dia segera menepikan scooternya lalu berhenti, dia turun dari scooter itu lalu mencoba mengecek apa yang terjadi pada scooter kesayangannya.

"Ya ampun kenapa pake acara bocor ban segala, sih," gerutu Viona.

Viona pun mulai mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya mencari tambal ban terdekat, berharap ada tambal ban di dekat posisinya saat ini. Namun, sayangnya tak ada bengkel atau tambal ban di dekatnya saat ini.

Akhirnya, Viona pun mendorong scooternya sembari terus mencari bengkel atau tambal ban.

Baru saja beberapa meter Viona melangkah mendorong scooternya sebua mobil sport berwarna merah berhenti tepat di depannya sehingga gadis itu terpaksa menghentikan langkahnya.

Dia menautkan kedua alisnya heran, dia penasaran dengan siapa yang ada di dalam mobil itu.

Tak berapa lama seorang pria turun dari mobil lalu menghampiri Viona yang berdiri terpaku melihat pria yang baru saja keluar dari mobil tersebut.

"Apa yang terjadi?" tanya Rayhan pada Viona.

Viona masih terdiam dia tak percaya pria yang tadi bersamanya terlihat begitu sederhana memiliki mobil sport mahal.

"Hei," sapa Rayhan lagi sambil melambaikan tangannya tepat di depan wajah Viona.

"Eh, ka-ka-mu," lirih Viona.

Viona masih bingung dan tak percaya dengan sosok Rayhan.

"Hei, apa yang terjadi?" Rayhan kembali bertanya.

"Mhm, scooterku bocor ban," jawab Viona setelah menstabilkan pikiran dan situasi saat ini.

"Apakah aku boleh membantumu?" tanya Rayhan.

Viona tak langsung menjawab, dia hanya diam bingung harus menjawab apa.

"Ya sudah, berikan padaku kunci scootermu," pinta Rayhan.

Dengan ragu, Viona memberikan kunci scooter miliknya pada pria yang kini telah berdiri tepat di sampingnya.

Rayhan pun mengambil ponsel yang ada di saku celananya, terlihat dia menghubungi seseorang, tak berapa menit mereka menunggu 2 orang pria datang.

"Tolong bereskan sepeda motor ini!" perintah Rayhan.

2 orang pria itu mengangguk dan mengambil kunci scooter milik Viona, salah satu dari mereka mendorong scooter milik Viona meninggalkan mereka.

"Kamu mau apakan scooterku?" lirih Viona bertanya setelah kedua pria itu mulai menjauh.

"Tenang saja, dua temanku akan membereskannya. Sekarang, ayo ikut aku," ajak Rayhan.

Rayhan langsung menarik tangan Viona dia tidak ingin mendapat penolakan dari Viona.

Rayhan membukakan pintu mobil mewahnya untuk Viona, dan menyuruh Vina masuk ke dalam mobil tersebut.

Mau tak mau gadis itu hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh Rayhan.

Setelah itu Rayhan pun melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu.

"Mhm, aku akan mengantarkanmu pulang, tapi setelah kamu menemaniku makan siang," ajak Rayhan memaksa.

Viona hanya diam, dia sendiri masih tak percaya dengan apa yang kini dialaminya.

Tanpa menunggu jawaban dari Viona Rayhan sudah menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah kafe, dia turun dari mobil lalu melangkah mengitari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Viona.

"Ayo, turun!" ajak Rayhan.

Kali ini Viona tak bisa menolak apa yang dikatakan oleh Rayhan dia pun mengikuti langkah Rayhan yang kini mulai masuk ke dalam kafe.

Rayhan memilih tempat yang dekat dengan jendela di bagian pojok ruang kafe, sehingga mereka dapat melihat apa yang terjadi di luar kafe sambil menikmati makanan atau minuman nantinya.

"Kamu mau makan apa?" tanya Rayhan pada Viona.

"Mhm, aku enggak udah makan, Kak. Nanti aku makan di rumah saja," ujar Viona.

Viona merasa tidak enak pada pria yang baru saja hari ini dikenalnya, dia tidak ingin merepotkan atau menyusahkan Rayhan apalagi Rayhan sudah menantunya memperbaiki scooternya.

"Hei, anggap saja traktiran ini sebagai tanda terima kasihku karena kamu sudah membantuku dalam menyelesaikan pekerjaanku yang sejak kemarin menumpuk," ujar Rayhan membujuk Viona agar gadis itu mau makan bersamanya.

"Tapi, Kak," lirih Viona.

Dia masih saja berniat untuk menolak tawaran Rayhan.

"Ya sudah, aku akan pesankan makanan untukmu sesuai seleraku, dan kamu tidak boleh menolak," ujar Rayhan.

Setelah itu Rayhan melambaikan tangannya pada seorang pelayan pertanda manggil pelayan itu.

"Saya pesan mie goreng sama sandwich 2 ya, Kak. Terus minumnya lemon tea," ujar Rayhan pada pelayan.

"Baik, tunggu sebentar," sahut si pelayan sembari tersenyum pada pelanggan setianya itu.

Si pelayan sangat mengagumi sosok Rayhan yang setiap hari pasti datang makan siang di kafe itu.

Mereka pun menunggu pesanan mereka datang, tak banyak kata yang keluar dari mulut mereka, saat ini Viona hanya bisa menundukkan kepalanya menghindari kecanggungannya ulah tatapan aneh dari Rayhan.

Rayhan menatap dalam pada wajah polos Viona, dia mulai tertarik dengan sosok Viona meskipun dia baru saja mengenali Viona hari ini.

Banyak hal yang berbeda di diri gadis itu membuat dia merasa nyaman dengan junior barunya itu.

"Kak, kenapa kakak lihatin aku begitu?" tanya Viona akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Eh, enggak apa-apa." Rayhan pun berhenti menatap Viona.

Tak berapa lama setelah itu si pelayan pun datang membawakan makanan yang dipesan oleh Rayhan tadi.

"Silakan, Bang," ujar si pelayan setelah meletakkan makanan yang mereka pesan di atas meja.

"Terima kasih," ucap Rayhan.

"Ayo, makan," ajak Rayhan pada Viona.

"Ini banyak banget, Kak." Viona kaget melihat makanan yang dipesankan oleh Rayhan.

"Sudah, makan saja dulu. Kalau enggak habis juga enggak apa-apa," ujar Rayhan.

Rayhan pun mulai menyantap makanan yang sudah ada di hadapannya.

Mau tak mau Viona juga mulai menyantap makanan yang ada di hadapannya.

Saat Viona hendak menyuapi mie goreng ke dalam mulutnya, dia melihat seorang pengemis menatap dirinya. Seketika hati nurani Viona tergerak untuk memberikan makanan miliknya pada pengemis itu.

Dia berdiri, dan mengambil seporsi sandwich yang ada di atas meja.

"Bentar ya, Kak," lirih Viona.

"Kamu mau ke mana?" tanya Rayhan heran.

Viona melirik ke arah pengemis yang berdiri di balik kaca kafe. Setelah itu dia melangkah keluar kafe lalu dia memberikan sandwich itu pada si pengemis.

Rayhan semakin kagum dengan sosok gadis yang berjiwa malaikat seperti Viona.

"Kamu mau dipesankan makanan lagi?" tanya Rayhan pada Viona setelah Viona kembali duduk di kursi hadapan Rayhan.

Viona menggelengkan kepalanya.

"Tidak usah, Kak. Ini saja sudah terlalu banyak buat aku," ujar Viona.

Setelah itu mereka pun kembali menikmati makanan mereka.

"Setelah ini, aku akan mengantarmu pulang," ujar Rayhan sebelum mereka berdiri dan meninggalkan kafe.

"Tapi, Kak. Scooterku bagaimana?" tanya Viona mengkhawatirkan benda berharga dalam hidupnya.

"Kamu tenang saja, kedua temanku tadi akan mengantarkan scootermu ke rumahmu setelah aku mengantarmu ke rumah." Rayhan menjelaskan keberadaan scooter milik Viona.

"Ayo." Rayhan berdiri dan lagi-lagi dia menarik tangan Viona, entah mengapa dia mulai senang menggenggam tangan gadis itu.

Viona hanya pasrah menerima perlakuan manis dari Rayhan entah mengapa dia juga merasa nyaman dengan keberadaan Rayhan di sampingnya.

Mereka melangkah keluar dari kafe menuju parkiran mobil.

"Viona!" bentak seseorang pada Viona saat melihat Viona hendak masuk ke dalam mobil mahal milik Rayhan.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!