"Aku tidak menginginkan bayi itu! Bukankah sudah ku bilang dari pertama kali agar kau jangan berharap kita menjadi pasangan sungguhan! Ayah juga sudah tiada, tidak ada yang perlu dipertahankan lagi, ku harap kau segera angkat kaki dari rumah ini!", ujar Byantara dengan muka dingin.
"Aku bukan sengaja mas Byan, percayalah padaku, bayi ini tidak berdosa!", ujar Anggita yang mencoba berusaha sabar menghadapi Byantara, demi bayi yang dia kandung.
"Cih! Aku paling benci dengan wanita yang suka memaksakan kehendak. Kau sendiri yang ingin ku tiduri, kau harus menanggung akibatnya sendiri. Kau pikir dengan menyerahkan kesucian mu pada ku dan mengandung anak yang berasal dari mana itu akan membuat ku terikat, akan merubah keputusan ku. Kau jangan mimpi Gita! Sebentar lagi aku akan membawa Sella ke sini, Dia adalah Ratu yang asli di istana ku, bukan kau! Aku sudah bosan dengan jebakan-jebakan yang kau pasang", ujar Byantara dengan kejam.
"Tidak bisakah kau memberi kesempatan pada ku sampai aku melahirkan anak ku, setelah itu kau mau ceraikan aku, aku akan menerimanya dengan ikhlas.Setidaknya anak ku tidak dilahirkan tanpa seorang ayah", mohon Gita mencoba untuk terakhir kalinya, setidaknya dia harus mencoba demi anaknya, padahal sebetulnya dia sudah enggan melakukan itu, rasanya dia sama sekali tidak ada harga diri lagi
"Tidak ada tawar menawar lagi, semua sudah selesai! Kalau kau mau kehidupan mu baik-baik saja, kau jangan pernah berani menunjukkan diri mu di depan ku lagi. Tanda tangan surat itu, sesuai perjanjian dari pertama, aku tidak akan memberikan apapun pada mu Gita!", Ujar Byantara dingin.
Anggita memandang ke arah Byantara, rasa cinta yang dia miliki kini sudah hilang semua, Lelaki itu terlalu kejam kepadanya, bahkan kehadiran calon anaknya sama sekali tidak bisa mengunggah perasaan pria itu .
"Baiklah, aku sudah cukup merendah di hadapan mu Mas Byan! Semua memang salah ku, aku sudah mencintai pria yang salah. Baiklah aku mengaku, benar ini bukan anak mu, entah siapa ayah anak ini. Kau memang terlalu pintar untuk ku tipu, kalau tidak kau tidak mungkin menjadi seorang Penguasa di kota ini!", ujar Anggita mengakui semua hal yang tidak pernah dia lakukan sambil tertawa terkekeh-kekeh hingga mengeluarkan air mata. Anggita berjalan menuju ke meja dan langsung menanda tangani surat perceraian yang sudah disiapkan Byantara.
"Aku yakin suatu saat kau akan menyesal setelah tahu yang sebenarnya. Saat itu kau bersujud pada ku aku janji tidak akan tersentuh lagi, aku yakin karma itu ada!", sumpah Anggita dengan penuh kebencian menatap wajah pria yang dulu begitu dia cintai dan ingin dia miliki itu, sehingga dia bersedia melakukan apapun hanya untuk memilikinya. Cinta ku terlalu buta!, sesal Anggita melangkah lunglai keluar dari kamarnya dan Byantara, mungkin sebentar lagi kamar itu sudah akan menjadi milik Byantara dan Sella!
Byantara menatap langkah Anggita yang keluar dari kamarnya itu sambil mengepalkan tangannya menahan emosi.
Berani-beraninya dia menyumpahi ku! Aku harus ingat perkataan Sella, aku tidak boleh terjebak pada perempuan licik itu. Apanya cinta? Dia hanya menginginkan harta keluarga dan kekuasaan ku saja! Bahkan ayah ku saja seperti pion baginya. Selalu menuruti kemauannya!, gerutu Byantara dalam hati.
********
Anggita adalah seorang perempuan yang cantik jelita. Dulu orang tua Anggita adalah partner kerja Pak Darmawan, ayah Byantara. Tapi suatu hari keluarga Anggita mengalami kecelakaan pesawat saat berlibur ke luar negeri. Dari seratus dua orang di pesawat itu, hanya ada satu orang yang berhasil selamat, dan itu benar-benar dianggap sebuah keajaiban. Anggita adalah orang yang selamat dari kecelakaan pesawat itu. Entah karena Anggita yang pintar berenang atau memang takdir Anggita yang masih harus hidup, akhirnya Anggita bisa selamat dari kecelakaan pesawat itu, padahal saat itu Anggita baru berusia dua belas tahun. Pada masa itu Anggita sempat menjadi top trending si sebagian surat kabar. Pak Darmawan yang merupakan teman bisnis dari ayah Anggita, akhirnya mengangkat Anggita sebagai anak perempuannya. Anggita sepertinya membawa keberuntungan buat Pak Darmawan, sejak Pak Darmawan mengangkat Anggita sebagai anaknya, Perusahaan milik pak Darmawan berkembang terus hingga akhirnya Pak Darmawan menjadi orang terkaya nomor lima di kota mereka.
Bu Darmawan juga sangat menyukai Anggita, karena tidak memiliki anak perempuan, apalagi Anggita memang gadis yang cantik dan cerdas, juga pintar mengambil hati orang-orang, hanya satu orang saja yang tidak berhasil Anggita ambil hatinya, Byantara. Di keluarga itu hanya Byantara, anak semata wayang keluarga Darmawan yang tidak terlalu suka dengan Anggita. Byantara berusia dua tahun di atas Anggita.
Apalagi ketika menjelang dewasa, Anggita terlihat begitu tergila-gila dengan Byantara, memang tidak bisa dipungkiri kharisma yang dimiliki seorang Byantara. Wajah yang tampan, badan yang tinggi dan berotot, juga otak yang cerdas sudah tentu membuat para gadis-gadis tidak bisa melepaskan pandangan mereka pada seorang Byantara, apalagi ditunjang dengan statusnya yang merupakan anak seorang konglomerat.
********
Tapi ketika suatu hari Anggita melaporkan hubungan antara Byantara dengan Sella, anak dari salah satu asisten Rumah Tangga di keluarga Darmawan membuat Byantara menjadi semakin tidak suka pada Anggita.
"Dasar perempuan gak tahu malu! Aku mau berhubungan dengan siapa pun tidak ada urusan dengan mu!", omel Byantara dengan marah.
"Tentu menjadi urusan ku! Ayah sudah pernah berkata kalau akan menikahkan aku dengan mu! Kau harus ingat itu mas Byan", ujar Anggita yang kala itu merasa cemburu, ketika Byantara terlihat akrab dengan Sella.
Karena hal tersebut, akhirnya ibu Sella diberhentikan sebagai Asisten Rumah Tangga di keluarga Darmawan. Tapi keluarga Darmawan termasuk keluarga yang baik hati, mengingat Ibu Sella sudah lama bekerja di keluarga mereka, Pak Darmawan memberikan pesangon dalam jumlah besar.
"Maaf Bu, bukannya kami tidak menyetujui hubungan Byantara dengan Sella karena status bibi, tapi saya sudah berjanji pada Anggita, kalau akan menjodohkan Anggita dengan Byantara. Dan ini aku berikan uang pesangon yang bisa bibi gunakan untuk membuka usaha sendiri Bi", ujar Pak Darmawan pada ibu Sella.
"Terimakasih Tuan Darmawan, bibi juga minta maaf kalau bibi tidak bisa mencegah Sella", ujar ibu Sella yang merasa tidak enak, sebenarnya dia juga sudah meminta Sella untuk menjauhi Byantara.
Tapi yang terjadi malah Byantara semakin membenci Anggita, Byantara tetap berhubungan dengan Sella. Byantara sendiri bingung dengan perasaannya kadang kala, entah mengapa dia tidak menyukai Anggita. Byantara mempunyai sifat yang sama dengan Anggita sebenarnya. Byantara adalah seorang laki-laki yang sangat percaya diri. Tapi Byantara sejak kecil sudah mandiri. Byantara paling tidak suka diatur, karena Byantara sudah bosan dengan semua aturan dari ayahnya. Saat itu Byantara merasa Anggita suka ikut campur kehidupannya, akhirnya semakin lama Byantara semakin tidak suka pada Anggita.
Bersambung ...........
Pertama kali bertemu dengan Anggita, Byantara cukup menyukai Anggita. Anggita gadis yang cantik dan cerdas. Juga pintar mengambil hati siapapun.
Tapi kepintaran Anggita yang akhirnya membuat Byantara kurang menyukai Anggita. Ayahnya selalu membanggakan Anggita, padahal prestasi Byantara juga termasuk bagus. Bahkan sang ayah pernah berkata pada Byantara kalau kelak yang menjadi suami Anggita adalah pria yang beruntung.
"Apa yang tidak sanggup Anggita lakukan, masih muda saja dia sudah mengerti usaha yang ayah jalankan. Tapi soal dapur coba kau lihat, dia juga sangat pintar memasak, cukup diajarkan sekali saja dia sudah bisa memasak lauk kesukaan ayah, dan rasanya lebih enak dari masakan kokinya", puji Pak Darmawan yang selalu bangga pada Anggita, anak angkatnya itu
Tapi sayang, Pak Darmawan sudah memuji di hadapan orang yang salah. Byantara adalah pria yang tak ingin disaingi. Prinsip Byantara Pria adalah pemimpin sejati, sepintar-pintarnya wanita pada akhirnya tugasnya hanya melahirkan anak, mendidik dan membesarkan anak dengan baik, seperti ibunya yang tidak pernah banyak memberi pendapat di keluarga. Ibunya yang selalu menuruti apapun kehendak Pak Darmawan.
Jadi dapat dipastikan Byantara sama sekali tidak tertarik dengan Anggita yang cantik dan cerdas itu. Walaupun tertarik, dia lebih baik membuang perasaannya itu daripada tidak sesuai prinsipnya. Anggita perempuan yang terlalu kuat, dia tidak suka dengan tipe seperti. Apalagi yang dia tahu pergaulan Anggita sangat luas, Anggita juga disukai banyak lelaki karena fisiknya yang cantik itu. Bahkan teman Byantara sendiri banyak yang meminta bantuan Byantara untuk membantu mereka lebih dekat dengan Anggita. Nah ini masalah Byantara, dia tidak suka Anggita, tapi dia juga tidak ingin orang lain dekat dengan Anggita.
Byantara kadang bingung dengan sikapnya sendiri, harusnya dia membiarkan saja pria lain lebih dekat dengan Anggita, siapa tahu suatu hari Anggita menyukai pria lain dan akan melepaskan dia, sehingga Byantara bebas berhubungan dengan wanita manapun.
"Sadarlah mas Byan, kau juga mencintai ku! Kalau tidak kenapa kau juga tidak ingin aku dekat dengan pria lain?", ujar Anggita tersenyum senang akan penemuan barunya itu.
Ketika itu teman Byantara , Theo mengajak Anggita untuk nonton bersama, dan Anggita sudah setuju, malah Byantara yang tidak memberi ijin dengan alasan terlalu malam, takut Pak Darmawan akan marah kalau Anggita dibiarkan pergi berdua dengan laki-laki saat sudah malam. Akhirnya Theo yang sudah senang harus kecewa dengan keputusan Byantara.
"Dasar gak setia kawan kamu! adik mu sudah setuju, malah kau yang gak ijinkan!", omel Theo sebelum meninggalkan Byantara.
Kejadian itu buat Anggita tidak terlalu terpengaruh, Anggita hanya sekedar ingin mengisi waktu, jadi pergi dengan siapa pun tidak masalah. Tapi Byantara tidak mengijinkan, Anggita malah merasa senang, setidaknya Byantara punya perhatian padanya, pikir Anggita saat itu dengan polosnya.
*********
Memang hati Byantara sangat sulit diterka. Byantara tetap berhubungan dengan Sella diam-diam, walaupun Sella sudah diungsikan. Sella yang memang menyukai Byantara, tentu juga tidak menolak Byantara, walau sang ibu sudah sering menasehatinya.
Sella lumayan manis, tipe lemah lembut dan muka bayinya yang membuat Byantara merasa wajah perempuan seperti Sella sangat cocok dijadikan istri. Sella benar-benar seorang gadis penurut. Byantara tentu tidak tahu kalau Sella sebenarnya hanya menurut kepadanya saja belum tentu menurut kepada yang lain.
Yang membuat Byantara menganggap Sella adalah jodohnya karena suatu kejadian saat Byantara berusia dua puluh tahun.
Byantara terkadang bosan dengan kegiatan rutin pelajaran bisnis yang harus dia ikuti untuk menjadi penerus sang ayah, saat bosan seperti itu, Byantara akan menuju ke danau untuk refreshing agar pikirannya menjadi jernih kembali.
Itulah salah satu hobi Byantara yang tidak pernah Byantara lakukan lagi sejak kejadian hari itu.
Hari itu memang hari yang sial buat Byantara, sedang dia memperhatikan teratai di sekitar danau tiba-tiba Byantara dipatok ular hingga tidak sadarkan diri Saat Byantara sadar. dia sudah berada di kamarnya sendiri. Saat itulah pertama kali dia memperhatikan Sella yang sedang mengompres lukanya. Sella sebetulnya sudah lama ikut ibunya tinggal di keluarga Darmawan, selama ini Byantara tidak pernah terlalu memperhatikan Sella. Tidak ada yang terlalu menyolok dari seorang Sella, apalagi dengan pakaian sederhana, maklum ibunya hanya seorang Asisten Rumah Tangga, apalagi kalau sudah dibandingkan dengan Anggita yang gemerlap, tentu perbedaan yang cukup jauh. Kelebihannya hanya muka bayinya yang kelihatan polos tanpa dosa.
Tapi itulah sifat aneh Byantara. Byantara merasa andai Sella tidak menemukannya di tepi danau, pasti dia sudah mati. Akhirnya Byantara berjanji dalam hati akan menjadikan Sella sebagai istrinya. Apalagi Sella sesuai dengan tipikal yang dia cari. Penurut, lemah lembut, keibuan dan sama sekali tidak pernah bertanya mengenai masalah bisnis sedikitpun pada Byantara, karena menurut Byantara perempuan yang suka menanyakan masalah bisnis adalah perempuan ambisius seperti Anggita, adik angkatnya itu.
Penampilan Sella pun mulai berubah, Byantara mulai sering memberikan baju-baju indah untuk Sella, Sella yang merupakan anak dari seorang asisten Rumah Tangga tiba-tiba berpenampilan seperti seorang putri, tentu menarik perhatian Anggita yang cerdas
*********
Anggita langsung cemburu ketika mengetahui kalau Byantara yang membelikan semua baju-baju bermerk itu buat Sella. Sebetulnya Anggita dulu juga cukup baik pada Sella, karena Sella hampir seumuran dengannya, lebih tua setahun dari Anggita saja. Anggita juga merasa hampir senasib dengan Sella yang sudah tidak mempunyai ayah, tapi Sella masih memiliki seorang ibu.
Anggita tentu tidak pernah menyangka kalau Sella yang terlihat polos dan suka memuji kecantikan dan keberuntungan yang dia miliki itu sebenarnya merasa iri dalam hati pada Anggita.
Bahkan terakhir kalinya Anggita meminta bantuan pada Sella, Anggita tidak pernah menyangka kalau itu akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.
********
"Mas Byan, sebaiknya kau jangan terlalu perhatian pada Sella! Ayah sudah bilang kalau kau akan dinikahkan dengan ku! Jangan membuat aku terpaksa membuat Sella diusir dari sini", tegur Anggita pada Byantara suatu saat
"Coba saja kalau kau berani Gita, aku akan membenci mu selamanya! Kau jangan coba-coba melakukan hal yang kau katakan itu. Aku akan membuat kau menyesal suatu hari, kalau kau melakukan itu!", ancam Byantara.Tapi saat itu pikiran Anggita berbeda.
Hubungan mereka belum terlalu mendalam, baru-baru saja! Aku harus cepat melaporkan ini pada ayah sebelum semuanya terlambat!, pikir Anggita yang lebih suka mencegah daripada mengobati.
Akhirnya Anggita melaporkan hal itu pada Pak Darmawan, Pak Darmawan yang memang menyayangi Anggita dan menginginkan Anggita menjadi menantunya juga, akhirnya mempensiunkan ibu Sella dengan memberikan pesangon yang cukup banyak.
Itulah awal yang membuat kebencian Byantara pada Anggita semakin menumpuk.
Bersambung...........
Tapi apa yang dilakukan oleh Pak Darmawan ternyata tidak mempengaruhi hubungan Byantara dan Sella. Bahkan Anggita akhirnya mengetahui kalau Byantara memberikan sebuah Apartemen buat Sella, ketika itu Pak Darmawan sudah mulai sakit-sakitan dan sudah mulai tidak aktif lagi di PT. Luxirindo, yang mulai memegang peranan di perusahaan adalah Byantara. Bahkan Byantara sudah diangkat menjadi Presiden Direktur menggantikan Pak Darmawan.
Anggita pun tidak berani lagi melaporkan hal itu pada Pak Darmawan, Anggita tidak ingin mengganggu pikiran Pak Darmawan yang sedang sakit.
Anggita sendiri sebenarnya juga mempunyai kedudukan di PT. Luxirindo, bahkan Anggita diangkat menjadi asisten Byantara. Pak Darmawan mengerti Anggita yang pintar berbisnis, dia ingin Anggita membantu Byantara agar perusahaan mereka semakin maju.
Itulah hal kedua yang tidak disukai Byantara, Byantara merasa Anggita sepertinya ingin bersaing dengannya, dengan semua planning yang dia siapkan untuk memajukan perusahaan mereka.
"Jangan-jangan dia ingin memiliki usaha dan seluruh harta keluargamu Byan! Kalau tidak mengapa ayah mu masih belum mau mewariskan usahanya dan seluruh hartanya pada mu, mengapa harus menunggu kau menikah dengannya dulu, bahkan dengan syarat dua puluh persen menjadi miliknya", ujar Sella mulai mempengaruhi Byantara , saat Byantara menceritakan unek-unek nya karena kesal pada Anggita, dan merasa tersaingi oleh Anggita, juga merasa Anggita selalu menentang keputusannya.
Saat itu Byantara lupa kalau dia pernah menganggap Sella adalah perempuan polos yang sama sekali tidak mengerti bisnis, malah Byantara terpengaruh dengan perkataan Sella!
*********
Anggita memilih tinggal di salah satu kamar kecil karena hari sudah gelap, dia akan pergi besok pagi saat langit sudah terang. Anggita hanya membawa koper kecil dan memasukkan beberapa baju yang suka dia pakai seberapa muat koper nya saja.
Tok..tok..tok.. terdengar pintunya diketuk dari luar.
Anggita segera menghapus air matanya, Anggita wanita yang keras hati, pantang baginya kalau sampai ada yang melihat kelemahannya itu.
"Ibu", panggil Anggita saat membuka pintu kamar dan melihat Bu Darmawan berdiri di hadapannya mematung, dan sepertinya Bu Darmawan juga habis menangis, mungkin masih sedih ditinggal Pak Darmawan.
"Ayo, masuk Bu", ujar Anggita menarik pergelangan tangan Bu Darmawan dan mengajak Bu Darmawan untuk duduk di atas tempat tidur single itu.
"Maafkan ibu sayang, apapun yang ibu katakan, Byan tidak pernah mau mendengarkannya. Byan terlalu sombong, kau tahu sendiri omongan ibu di keluarga ini sama sekali tidak ada artinya. Di keluarga ini hanya pria yang berhak memutuskan dan wanita tidak bisa memberikan pendapat. Pak Darmawan mulai berubah sejak kehadiran mu, tapi Byan tidak terima dan ingin mengembalikan seperti awal lagi!", ujar ibu Darmawan dengan sedih dan memeluk Anggita.
"Maafkan Gita Bu, mulai besok Gita tidak bisa menjaga ibu lagi. Gita akan pergi dari sini Bu, sebelum mas Byan lebih marah lagi", ujar Anggita sedih.
"Anak itu terlalu, otaknya sudah dibutakan oleh harta dan kekuasaan saja!", keluh Bu Darmawan.
"Tidak apa-apa Bu, pada awalnya aku juga bukan siapa-siapa, memang harta keluarga Darmawan adalah hak miliknya semua, dia adalah anak kandung keluarga Darmawan, sedangkan saya hanya anak angkat saja", ujar Anggita berusaha tersenyum pada Bu Darmawan.
"Tapi ibu sudah menganggap kau seperti anak kandung ibu sendiri, apalagi setelah kau menikah dengan Byantara", ujar Bu Darmawan sedih
"Kau terlalu mengalah padanya. saat dia meminta kau untuk menandatangani surat itu. mengapa kau setuju? Padahal Pak Darmawan sudah dengan ikhlas mewariskan dua puluh persen harta keluarga Darmawan pada mu!", sambung Bu Darmawan menyesali tindakan Anggita
"Sebetulnya aku hanya ingin membuktikan pada mas Byan, kalau aku bukan mencintainya karena menginginkan harta dan kekuasaan keluarga Darmawan Bu, tapi ternyata aku tetap saja tidak bisa menghapus pikiran jeleknya pada ku", sahut Anggita menghela nafas.
"Tapi tidak apa-apa Bu, aku juga merasa tidak pantas, kalian sudah menjaga ku sampai aku dewasa seperti sekarang ini saja aku sudah sangat bersyukur Bu", jawab Anggita memeluk Bu Darmawan dan menepuk-nepuk punggung Bu Darmawan untuk menenangkan hati Bu Darmawan.
"Kau akan ke mana Gita? Bawalah ini bersama mu, ibu hanya bisa membantu mu ini saja", ujar Bu Darmawan memberikan sebuah amplop dengan isi yang lumayan tebal.
"Tidak Bu, ibu dan ayah sudah begitu baik pada ku selama ini saja aku sudah merasa bersyukur. Aku masih bisa mencari uang untuk keperluan ku sendiri Bu", tolak Anggita.
"Ambillah Gita, kalau kau ingin hati ibu lebih tenang kau ambil ini!", paksa Ibu Darmawan lagi menyodorkan amplop itu.
"Baiklah Bu, kalau uang ini tidak terpakai, suatu hari aku akan mengembalikan kepada ibu lagi", janji Anggita.
Anggita sangat percaya diri, dia yakin kalau dia pasti bisa menghidupi dirinya sendiri. Setidaknya pengalaman dia bekerja di perusahaan sang ayah angkat sudah pasti akan membuat dia mudah diterima oleh perusahaan manapun, apalagi dulu Anggita sering mengikuti sang ayah kalau sedang mengadakan pertemuan dengan partner kerja perusahaan mereka dan Anggita cukup mengenal sebagian partner sang ayah.
"Kau jangan pikirkan itu, ibu tidak butuh itu! Kau tahu sendiri kalau ibu mau minta pada Byantara juga mudah Gita. Pokoknya kau bawa uang itu, setidaknya untuk sewa tempat yang layak untuk kau tinggal!", pesan Bu Darmawan dengan raut wajah sedih.
"Harapan ibu suatu hari Byantara akan sadar kalau dia sudah membuang mutiara di sisinya, ibu harap saat itu kau mau memaafkan Byantara. Ibu masih berharap kau menjadi anak ibu dan menantu ibu", ujar Bu Darmawan kembali meneteskan air mata.
Demi menghibur Bu Darmawan Anggita mengangguk dan tidak memberi komentar apapun lagi.
Biarlah ku iyakan saja permintaan ibu, aku tak boleh membuat ibu lebih sedih lagi. Tapi aku janji aku tak akan menginjakkan kaki ku di Mansion ini, hanya untuk kembali kepada Byantara. Kesabaran ku sudah cukup sampai di sini. Aku juga mempunyai harga diri!, janji Anggita dalam hati.
"Andai saja saat ini kau sudah hamil, tentu Byantara tidak akan seperti itu Gita. Ibu selalu berdoa agar kau cepat punya anak, agar hubungan mu bisa jadi lebih baik. Sayang Tuhan belum mengijinkan", ujar Bu Darmawan sedih.
Anggita hanya kembali mengangguk.
Maafkan aku Bu, aku tidak bisa memberitahu mu kalau aku sedang hamil cucu mu. Sampai sekarang aku tidak pernah mengerti mengapa Byantara selalu berkata kalau itu bukan anaknya! Dia tidak mau mengakui benih di rahimku, aku juga tidak mungkin memaksa dia untuk mengakuinya. Sudah cukup sekali aku memaksa dia untuk menikahi ku. Biarlah kali ini akan menjadi rahasia ku selamanya, putus Anggita dalam hati.
Bersambung..........
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!