Tampak seorang pemuda yang dipanggil naik ke atas panggung oleh pembawa acara dalam sebuah acara talkshow, ia diminta untuk berbagi pengalamannya tentang bagaimana menjadi seorang pengusaha muda yang sukses.
Pertama-tama, ia menekankan bahwa pentingnya untuk memiliki visi yang jelas tentang tujuan hidup kita. "Jika kita tidak memiliki tujuan yang jelas, maka kita akan kesulitan untuk mencapai apa yang ingin kita capai," katanya.
Kedua, ia juga menekankan pentingnya untuk memiliki keberanian dan percaya diri. "Kita harus yakin bahwa kita bisa mencapai apa yang kita inginkan dan siap untuk mengambil risiko dalam mencapainya," katanya.
Ketiga, ia menekankan pentingnya untuk terus belajar dan berkembang. "Dunia terus berubah dan kita harus selalu siap untuk beradaptasi dan mempelajari hal-hal baru," katanya.
Terakhir, ia menekankan betapa pentingnya memiliki integritas dalam bisnis. "Jangan pernah mengorbankan integritas dan etika untuk mencapai kesuksesan," katanya, "Karena pada akhirnya, integritas yang akan menentukan kesuksesan jangka panjang kita."
Namun dari semua perkataannya, ada satu hal yang tidak ia katakan pada semua orang. Itu adalah rahasianya yang telah mendapatkan kesempatan luar biasa untuk mengubah hidupnya.
Dan di sinilah kita akan mencari tahu apa rahasia itu dengan kembali ke beberapa tahun lalu sebelum pengusaha muda tersebut mencapai kesuksesannya saat ini.
Kisahnya dimulai ketika ia baru berusia 16 tahun. Ia terlihat frustasi karena kalah terus dari temannya di game PlayStation.
"Joystickku menyebalkan!" ucapnya mengeluh sambil membantingnya.
"Kamu gila, Jo! Jika rusak, kamu harus membayarnya di masa depan!" ucap temannya terkejut.
“Coba ganti joystick!” pintanya, masih penasaran.
Namun, meski ia mengganti joystick, remaja bernama lengkap Jonathan itu tetap saja kalah. Akhirnya, Jo kembali membanting joystick di tangannya.
"Wow! Sekarang benar-benar rusak! Saya tidak bertanggung jawab, oke!" kata Dani.
Padahal, temannya sudah terbiasa dengan sikap Jo yang pemarah. Namun, kali ini Joe bertindak terlalu jauh.
"Kamu pasti curang!" Tuduh Jo.
“Kalau kalah ya kalah, Jo!” kata Dani.
Tiba-tiba, Jo tersentak saat dia mengambil joystick yang rusak itu.
“Ah, benda ini baru saja menyengat tanganku!" keluh Jo semakin kesal.
"Haha. Makan! Itu adalah hasil dari apa yang kau perbuat!" Dani mengisyaratkan, malah menertawakan Jo yang sepertinya tersengat listrik barusan.
Jo pun terlihat mulai bangun dan akhirnya berjalan keluar meninggalkan Dani begitu saja.
“Wah, jangan lupa ganti rugi dari joystick yang kau rusak itu!” Dani mengingatkan.
"Nanti Saja! Sekarang aku tidak punya uang dan kepalaku tiba-tiba terasa sangat pusing," kata Jo.
"Kebiasaan, kamu! Ya, tapi nanti aku akan menagihmu dua kali lipat, oke?" kata Dani.
“Yeah, terserah!” kata Jonathan sambil meninggalkan Dani.
Setelah kembali ke rumah, Jonathan segera pergi ke kamarnya dan berbaring di tempat tidur karena kepalanya terasa semakin pusing. Namun, ibunya muncul dan mulai mengomelinya.
"Kamu anak nakal! Kamu pasti mengambil uang yang ibu taruh di lemari?" tanya Ibunya marah.
"Berisik! Sekarang kepalaku pusing sekali, aku ingin tidur sekarang!" kata Jo.
Jonathan sedikit kesal karena merasa tidak pernah mengambil apa pun dari lemari.
"Sebenarnya apa yang kamu inginkan ketika kamu besar nanti? Kamu dikeluarkan dari sekolah karena sering membolos. Dan sekarang kamu masih bergaul dengan temanmu itu secara tidak jelas!" kata ibunya, memikirkan semua perubahan Jo baru-baru ini.
Meski begitu, Jo tampaknya benar-benar sudah tertidur karena malas mendengarkan, hingga sang ibu hanya bisa menggelengkan kepala melihat sikap anaknya.
“Apa kamu nakal karena ayahmu telah tiada?” gumam ibunya sedih.
Akhirnya ibu Jonathan pergi kembali ke dapur karena ia sedang memasak dan tidak boleh terlalu lama meninggalkan masakannya.
Satu jam kemudian, Jonathan terbangun karena merasakan sensasi yang aneh pada telapak tangan kirinya.
Ketika Jo memeriksanya, ternyata muncul simbol-simbol mirip dengan yang ada di tombol joystick pada telapak tangannya.
Jo merasa bingung dan takut karena tidak tahu apa arti dari simbol-simbol tersebut.
“Apa ini perbuatan adikku yang iseng mencoret-coret tanganku ketika aku tidur?" ucap Jo bingung.
Jonathan pun mencoba menghapus simbolnya dengan cara menggesekkan kedua telapak tangannya.
Namun, malah muncul sebuah layar di depan Jo yang menampilkan simbol apa saja yang baru saja tidak sengaja dia tekan.
‘Kotak, Segitiga, Kotak, Lingkaran, Segitiga, Silang.’
“A-apa aku sedang berhalusinasi?” ucap Jo tersentak kaget.
Dia pun mencoba menekan kembali masing-masing simbol di telapak tangannya itu untuk memastikan, membuat tangannya itu seolah-olah adalah Joystick PlayStation.
“Ini benar-benar bekerja! Apa pun yang aku tekan akan muncul pada layar mengambang di depanku ini," ucap Jo sedikit senang.
Ketika sudah mencoba setiap simbolnya, tiba-tiba ia kepikiran untuk memasukan sebuah kode cheat game.
Dengan hati sedikit berdebar, Jonathan segera mencoba memasukan kode cheat uang dan setelah itu ia mendengar suara pemberitahuan.
...[Cheat berhasil diaktifkan]...
...“I-ini seriusan?” ucap Jo tersentak kaget ketika tiba-tiba muncul segepok uang di telapak tangannya setelah mendengar pemberitahuan barusan....
Hal ini membuat Jonathan merasa semakin bingung dengan apa yang sedang terjadi. Dia tidak pernah membayangkan bahwa kondisi aneh pada tangannya dapat memberinya kekuatan seperti itu.
Namun, di dalam hatinya, ada sesuatu yang menyenangkan ketika dia melihat sejumlah uang tiba-tiba muncul di tangannya.
“Dengan kekuatan ini aku bisa mengubah segalanya," gumam Jo.
Jo pun memutuskan untuk mencoba apa saja yang dapat dilakukannya dengan kekuatan baru yang ia miliki itu.
Dia akhirnya terus mencoba menekan tombol-tombol yang ada di telapak tangannya dan hasilnya, tempat tidurnya jadi dipenuhi oleh barang-barang hasil dari cheat.
Dia mulai berpikir bagaimana ia dapat memanfaatkan kekuatannya untuk membuat keuntungan dan membuka peluang baru.
Setelah itu, Jo pun memutuskan untuk menghubungi sahabatnya, Dani, untuk membahas hal ini.
Ketika Jonathan ingin menghubungi Dani, tiba-tiba ia mendengar suara pintu akan dibuka seseorang.
Tepat ketika ibunya membuka pintu, Jonathan sudah berdiri di depannya
“A-ada apa, Bu?” tanya Jonathan seraya tersenyum.
“Tadi kamu terlihat sangat pucat jadi ibu sedikit khawatir," jelas ibunya.
“Sekarang aku sudah baik-baik saja,” jawab Jonathan.
“Syukurlah kalau begitu. Oh iya, ibu mau minta maaf soal tadi. Ternyata ibu hanya lupa menaruh uang ibu di mana," ungkap ibunya.
“Tidak apa-apa, Bu. Jo juga minta maaf karena tadi sedikit membentak ibu,” kata Jo meminta maaf.
“Sudahlah. Ibu juga mengerti alasan kenapa kamu marah,” jawab ibunya.
Namun, ibunya merasakan ada hal yang aneh dengan gestur tubuh yang ditunjukan Jonathan.
Anaknya tersebut tampak seperti sedang menyembunyikan sesuatu di kamarnya dan tak ingin ibunya melihat ke dalam.
Untungnya ibunya tidak terlalu peduli akan hal itu dan hanya memberitahu Jonathan untuk ikut makan bersama.
“Baiklah, Bu. Aku cuci muka dahulu," kata Jonathan.
Bersambung.
Selesai makan, Jonathan mencoba segala cheat yang ia tahu dari berbagai game, dan semuanya selalu berhasil.
"Tapi ... bagaimana aku harus memberi tahu orang lain tentang ini, terutama ibu dan adikku?" gumam Jo bingung sambil berbaring di tempat tidurnya.
Jonathan pun menghubungi Dani karena berpikir hanya dia satu-satunya orang yang bisa dipercayai saat ini.
"Dari semua omong kosong yang pernah kau bilang, ini adalah yang paling aneh!" ucap Dani ketika Jo menceritakan apa yang terjadi padanya.
"Aku tidak sedang bercanda. Kalau kau tidak percaya, aku akan membawa buktinya ke rumahmu!" ucap Jo.
"Ya sudah sini. Haha. Sekalian bayar ganti rugi joystick yang tadi pagi!" tantang Dani.
Jonathan pun menyembunyikan barang-barang hasil cheat-nya itu di bawah ranjangnya, kecuali uangnya yang ia masukan seluruhnya ke dalam karung untuk dibawa ke rumah Dani.
Setiba di rumah Dani, temannya itu masih belum percaya dan mengira isi karung yang Jonathan bawa hanyalah berisi sampah omong kosongnya.
"Lihat nih!" ucap Jo membuka sedikit celah untuk memperlihatkan isi karungnya.
"Hah, kau serius?" Dani terkejut setelah melihat isi karung tersebut benar-benar berisi uang.
"Kapan kau merampok bank?" Dani bertanya ngasal.
"Merampok bank gundulmu!" balas Jo kesal.
Karena Dani tampaknya masih tidak percaya, Jonathan akhirnya mencoba menggunakan cheat-nya di depan Dani.
"Astaga Yolanda! Kamu bahkan bisa mengalahkan Dimas Kanjeng dengan mudah!" ujar Dani terkejut.
"Berhenti bercanda!" pinta Jo ingin Dani serius.
"Bentar. Aku penasaran ingin mencoba sesuatu!" ucap Dani sambil menuliskan kode cheat yang ia tahu pada selembar kertas untuk Jonathan mencobanya.
"SEGITIGA, ATAS, ATAS, KIRI, KANAN, KOTAK, BULAT, BAWAH." Jo memasukkan kode cheat tersebut dan mendapatkan tubuh yang gemuk tiba-tiba.
"A-apa ini?" keluh Jo melihat perubahan pada tubuhnya.
"Wah, ternyata benar-benar bisa ya. Sekarang aku baru percaya kalau dirimu ini bisa nge-cheat di kehidupan nyata!" ucap Dani.
Jonathan kesal dan bertanya, "Gimana cara balikin jadi normal lagi?"
Dani menjawab, "Coba ini, SEGITIGA, ATAS, ATAS, KIRI, KANAN, KOTAK, BULAT, KIRI." Setelah mencoba cheat tersebut, tubuh Jonathan menjadi sangat berotot.
"Nah, kalau ini aku suka!" ujar Jo senang seraya meniru gerakan binaragawan.
"Haha. Tapi orang-orang pasti bingung melihatmu tiba-tiba begitu berotot seperti Ade Rai!" singgung Dani terkekeh.
"Terus, gimana biar benar-benar balik normal lagi?" tanya Jo.
"Coba masukkan ulang kode cheat-nya barusan!" jawab Dani.
Akhirnya, Jo kembali normal. Namun, Dani menyimpulkan bahwa cheat uang dan senjata sepertinya tidak dapat dinonaktifkan. Ketika Jonathan memasukan ulang kode cheat-nya, semua itu hanya akan bertambah.
"Itu dia, Dani. Makanya aku sangat bingung sekarang. Itulah kenapa sekarang uang ini ada banyak juga!" jelas Jo.
"Sepertinya aku punya ide bagus untuk masalah ini!" ujar Dani yang kemudian menghubungi seseorang untuk membantu mengatasi masalah tersebut.
Jo bertanya, "Kamu yakin ini solusi yang terbaik?"
"Santai saja. Serahkan saja semuanya padaku," ucap Dani tegas.
“Dan, aku sebenarnya masih ada masalah lain!" ungkap Jo.
“Masalah apa lagi?” tanya Dani.
“Kau ingin tahu? Ayo pergi ke rumahku!" ajak Jo.
“Oke, tapi sebelum itu, bayar dulu hutangmu!" tagih Dani.
“Astaga Dragon! Kau benar-benar menagih hutang yang tadi!” ucap Jo heran.
“Hutang adalah hutang! Kalau tidak bayar, nanti kau kesulitan setelah mati!" ujar Dani menakuti.
“Nih, aku bayar! Kau enggak perlu menakuti segala!" ucap Jo seraya menyodorkan uangnya.
Set! Sat! Set!
Dani ingin mengambil uangnya dari tangan Jo, tetapi Jo malah mempermainkannya.
“Berhenti main-main! Sulit amat kau bayar hutang!" keluh Dani.
“Kalau kau ingin ambil uang ini, kau harus joget dulu!" ucap Jo mengajukan syarat.
“Ya ampun! Semoga kematian kau dipersulit nanti karena susah bayar hutang. Kau pikir aku biduan ya, pakai acara harus joget segala! Aku cuma nagih, bukan minta sawer!" keluh Dani.
“Serius amat jadi orang! Aku cuma balas dendam karena barusan kau juga mempermainkan aku!” ungkap Jo.
“Kalau begitu batal deh aku menolong kau!” ancam Dani. “Begitu saja marah! Nih, aku bayar 10x lipat!” ucap Jo yang akhirnya memberikan uang lebih banyak.
“Dari tadi, dong!” ucap Dani senang.
Melihat Jonathan sekarang banyak uang, Dani ingin ditraktir makan.
Jonathan tersenyum dan berkata, "Tentu saja, ayo kita pergi menuju restoran terdekat dan menikmati hidangan yang lezat.”
Namun, Jonathan dan Dani baru pertama kali datang ke restoran. mereka masih sedikit kebingungan untuk memilih menu apa yang harus mereka pesan.
Setelah melihat-lihat menu yang tersedia, akhirnya mereka memutuskan untuk memesan nasi goreng dan mie goreng.
Ketika pelayan datang dengan pesanan mereka, Jonathan dan Dani merasa senang karena makanannya terlihat enak.
Namun, setelah mencicipi makanannya, mereka merasa agak kecewa karena rasanya biasa saja.
“Masakan ibu kamu lebih enak, Jo!” kata Dani.
“Jangan asal bicara," tegur Jonathan takut ada yang mendengar ucapan temannya barusan.
“Maaf. Tapi aku benar-benar serius soal kataku," ucap Dani.
“Di film-film biasanya sebuah restoran seperti ini memiliki menu spesial bukan? Bagaimana kalau kita coba memesannya," ujar Jonathan.
“Boleh. Tapi biasanya harganya sangat mahal karena spesial," kata Dani.
“Jangan lupa, aku sekarang punya banyak uang. Restorannya pun dapat aku beli sekalian kalau mau," ucap Jo sedikit besar kepala.
“Heh, tapi bagaimana kalau tiba-tiba semua uangnya hilang?" singgung Dani
“Iya juga.” Jonathan langsung kepikiran.
“Sudahlah. Aku sudah punya rencana untuk mengantisipasi hal itu," ucap Dani.
“Baiklah, sekarang sebaiknya buruan pesan menu spesialnya selagi uangnya masih ada," ucap Jo.
Mereka kemudian bertanya pada pelayan apakah restoran ini memiliki menu yang lebih spesial atau rekomendasi dari kokinya.
Si pelayan langsung memberikan beberapa rekomendasi, seperti nasi campur atau sate ayam.
Setelah mempertimbangkan beberapa pilihan, mereka akhirnya memesan nasi campur dan sate ayam tersebut.
“Uang gak pernah mengecewakan!" ucap Dani karena puas dengan makanannya.
Kali ini, mereka merasa puas dengan pilihan menu mereka. Makanan yang disajikan begitu lezat dan mengenyangkan.
Jonathan dan Dani berterima kasih pada pelayan yang telah memberikan saran dan rekomendasi yang baik.
Namun, si pelayan tampak kurang menghormati atau meremehkan mereka karena keduanya tampak seperti orang miskin menilai dari pakaiannya yang lusuh.
“Yang penting kalian bisa bayarkan?" ucap si pelayan sedikit tidak ramah.
Karena suasana hati mereka sedang baik, Jonathan dan Dani tidak terlalu memperdulikan sikap buruk si pelayan dan segera menaruh segepok uang di atas meja mereka.
Akhirnya si pelayan merasa malu sendiri dan langsung meminta maaf. Dalam hatinya, penilaian dirinya kepada mereka berdua telah berubah. “Kedua pemuda ini pasti anak orang kaya yang low profil!”
Selesai makan, barulah keduanya berangkat ke rumah Jonathan.
Bersambung.
Setibanya di rumah Jonathan, Dani kembali tersentak kaget melihat beberapa jenis senjata di bawah ranjang milik Jonathan. “Kau mau perang di mana?” ucap Dani.
“Bisakah kau berhenti bercanda! Aku bingung untuk menyingkirkan semua benda ini!" ujar Jo.
“Haha. Tenang saja, aku sudah bilang bahwa aku punya solusi untuk semua masalah ini,” tegas Dani.
Namun, Jo malah tampak ketakutan.
“Kau kenapa?" tanya Dani heran.
“Berhenti main-main dengan granat itu!” tegur Jo.
“Maaf, aku lupa Jo!” ujar Dani dan malah membuangnya sembarangan.
“Ya ampun! Cepat berlindung!” teriak Jo seraya menarik Dani untuk ikut tiarap.
“Adu-duh! Kepalaku membentur kaki ranjang!" ucap Jo meringis kesakitan.
“Dasar bodoh! Aku tidak melepas pemicunya, jadi tidak akan meledak tahu!” ungkap Dani malah terkekeh.
“Sudah aku bilang untuk berhenti bercanda dan main-main. Semua benda ini sangat berbahaya tahu. Sebaiknya, buruan deh pikirkan cara untuk menyingkirkan semua barang ini!" desak Jo, takut Dani akan berbuat tidak-tidak dengan senjata itu.
“Aku sudah menghubungi seseorang, jadi kau tidak perlu khawatir lagi!” tegas Dani.
Dani menghubungi pamannya, yaitu Arman Faris, seorang pengacara terkenal. Sekarang, senjata yang ada di kamar Jonathan akan diberikan pada Pak Arman untuk diurus lebih lanjut olehnya.
Dani pun menceritakan semuanya pada pamannya bahwa temannya, Jonathan, memiliki sejumlah uang dan ingin mendirikan sebuah perusahaan.
Pak Arman mendengarkan dengan serius dan bertanya, "Apakah Jonathan memiliki rencana bisnis yang baik untuk perusahaannya?"
Dani menjawab, "Dia belum punya rencana yang matang, tetapi dia memiliki ide yang bagus dan sangat bersemangat untuk memulai bisnisnya."
Pak Arman mengangguk dan berkata, "Itu bagus. Namun, sebelum memulai bisnis, penting untuk membuat rencana bisnis terlebih dahulu. Rencana bisnis akan membantu Jonathan merencanakan strategi, mengatur keuangan, dan menjaga bisnis agar tetap berkembang."
Dani menjadi tertarik dan bertanya, "Bagaimana membuat rencana bisnis?"
Pak Arman pun menjelaskan, "Rencana bisnis harus mencakup visi dan misi perusahaan, analisis pasar, strategi pemasaran, rencana keuangan, dan lain-lain. Kalian bisa belajar dari sumber-sumber online atau meminta bantuan dari orang yang ahli dalam bisnis."
Mendengar itu, Dani menjadi semakin yakin bahwa membuat rencana bisnis adalah hal yang sangat penting sebelum memulai bisnis.
Namun, ia kebingungan untuk menjelaskan soal alasan beberapa barang berbahaya yang dimiliki temannya.
Akhirnya, Dani meminta izin kepada Jonathan untuk menceritakan tentang kekuatan anehnya kepada pamannya.
“Baiklah. Saya akan membantu kalian dan menjaga rahasia ini dengan mempertaruhkan namaku sebagai pengacara nomor satu di dunia," kata Pak Arman bersumpah.
Singkat cerita, Jo sekarang tinggal di sebuah rumah besar bersama Dani, memiliki banyak mobil mewah, dan tidak memberitahu keluarganya tentang situasinya.
Jonathan juga telah membeli perusahaan dengan bantuan Pak Arman.
Semua ini adalah ide Dani untuk menggunakan semua uang Jonathan untuk jaga-jaga apabila terjadi sesuatu tak diinginkan, seperti jika uangnya menghilang atau Jonathan kehilangan kekuatan anehnya.
Jadi dengan cara ini, setidaknya mereka masih tetap bisa menghasilkan uang dengan mengembangkan bisnis dan lain sebagainya.
Dani tak ragu menyarankan ide ini karena memiliki pamannya, Arman Faris, yang siap mendukung mereka.
“Jo, kenapa kamu masih melamun begitu, hah?" tanya Dani.
“Aku terus memikirkan keluargaku,” jawab Jo.
“Tenanglah. Pak Arman sudah memberitahu mereka bahwa kamu mendapat pekerjaan sebagai supirnya!” ucap Dani.
“Tetap saja aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Maksudku, dapatkah aku memberikan mereka uangku?” ungkap Jo.
“Itu cukup mudah, kamu bisa mengirimi mereka uang dengan memberitahu bahwa itu adalah dari gajimu!” usul Dani.
“Ah, benar juga!” sahut Jo terlihat setuju.
“Omong-omong, ayo kita pergi untuk melihat perusahaan pembuatan game yang baru saja dibeli oleh Pak Arman untuk kita!” ajak Dani.
“Tapi apakah perusahaan game online itu tidak akan bangkrut?” tanya Jo.
“Tidak masalah. kita membelinya untuk menyamarkan uang dari cheat yang kamu lakukan,” sahut Dani.
Sebenarnya, Pak Arman juga telah membeli agensi hiburan yang nantinya akan mensponsori grup band idola atau penyanyi, bahkan beberapa di antaranya akan berperan sebagai pemeran film.
Namun, Jo dan Dani merasa agak kebingungan karena bidang ini asing bagi mereka.
Mereka tidak bisa mempercayai bahwa mereka yang dulunya hanya bisa bermain Playstation, kini bisa berada dalam posisi ini.
Jo berangkat bersama Dani yang sekarang menjadi asistennya. Penampilan mereka sangat berbeda dari sebelumnya karena mereka mengenakan setelan jas dan juga mengendarai mobil mewah.
“Dapatkah kamu membayangkan betapa cepatnya kehidupanku berubah?” tanya Jo ketika berada dalam mobil selama perjalanan.
“Haha, lebih baik kita menikmatinya selagi bisa,” sahut Dani yang duduk di sebelahnya.
Ketika mereka tiba di perusahaan, seluruh karyawan sudah siap menyambut mereka.
“Tidakkah ini terlalu berlebihan?” tanya Jo ketika karpet merah dihamparkan untuknya.
“Jangan lupa, sekarang kamu dikenal sebagai Jonathan Xavier, anak pengusaha terkenal dari Amerika!” tegas Dani, menyinggung identitas palsu Jo.
Ayah kandung Jo memang berasal dari luar negeri, sehingga Jo memiliki sedikit ciri khas bule.
Namun, ayahnya merupakan orang biasa dan saat ini telah meninggal dunia.
Sekarang, Jonathan memperlihatkan sedikit perubahan dari dirinya yang sebelumnya, sehingga mungkin orang yang mengenalnya akan kesulitan mengenali dirinya.
Setelah mendapat sambutan meriah, Jo meminta seluruh karyawan untuk berkumpul dalam rapat.
“Kau sudah terlihat seperti seorang bos yang sesungguhnya!” ucap Dani.
“Haha, semuanya berkat kamu, Dan!” sahut Jo.
Sekarang semua orang sudah berkumpul di ruang rapat dan Jo meminta seluruh karyawan untuk memberikan penjelasan mengenai game apa yang akan mereka garap.
“Siapa namamu?” tanya Jo pada salah satu karyawan yang terlihat norak dengan rambut pirangnya.
“N-namaku Soni, Bos!” jawabnya.
“Baiklah, sekarang kamu jelaskan kepada saya lagi. Perusahaan ini sedang membuat game apa?” tanya Jo.
Soni terlihat gugup, tetapi dia bisa bersikap tenang dan mulai menceritakan proyek mereka.
“Kami sedang membuat game arena 5 vs 5, Bos!” jelas Soni.
“Apa itu?” tanya Jo yang belum terlalu mengerti mengenai game online karena selama ini dia hanya memainkan PlayStation. Selain itu, game online belum populer.
“Kami berencana untuk mengubah game PC seperti DOTA agar bisa dimainkan di Smartphone!” jelas Soni.
“Lalu apa yang terjadi?” tanya Jo mulai tertarik.
“Sayangnya, kami kekurangan dana dan game seperti ini belum umum dipasaran serta...” Soni menjelaskan panjang lebar situasi perusahaan mereka.
Singkat kata, game-nya sudah jadi, tetapi grafik-nya jelek. Oleh karena itu, perlu adanya dana lebih untuk menyewa desainer grafis yang lebih profesional dari luar negeri.
Solusinya sangat sederhana, yaitu dengan mengeluarkan uang lagi.
Pemilik sebelumnya kehabisan dana dan bangkrut karena game mereka tidak laku akibat lambatnya desain grafis mereka.
Selain itu, mereka ragu apakah game mereka bisa diterima oleh pasar atau tidak.
Beruntung, uang bukanlah masalah bagi Jonathan saat ini.
“Oke, Bos!” jawab Dani.
“Jangan terlalu berlebihan!” tegur Jo yang terlihat merasa tidak nyaman.
“Haha, maaf kalau saya terlalu semangat. Sekarang lebih baik kita juga mengunjungi perusahaan agensi hiburan yang disebutkan Pak Arman kemarin!” usul Dani.
“Ayo kita berangkat!” sahut Jo.
...Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!