Suara riuh tepuk tangan terdengar memenuhi auditorium universitas ternama tatkala satu nama seorang gadis di sebutkan dan menjadi lulusan terbaik tahun ini.
Gadis cantik dengan kebaya sage green itu tersenyum dengan begitu lebar ketika salah satu dosen memainkannya selempang dengan tulisan 'cumlaude'.
"Selamat ya, Archie. Kamu memang pintar," puji dosen yang sudah berumur itu dengan tangan yang terulur.
Archie menjabat tangan dosennya dan sedikit menundukkan kepalanya sopan. Ia benar-benar bersyukur karena perjuangannya membuahkan hasil yang manis.
"Terima kasih banyak, Bu." Kata Archie dan dibalas senyuman oleh dosen itu.
Archie menatap keluarganya yang datang dengan penuh senyuman. Matanya berkaca-kaca menunjukkan kebahagiaan karena hari ini ia bisa mewujudkan harapan sang papa.
Archiena, gadis yang menghabiskan waktu selama 4 tahun untuk gelar sarjana komunikasi itu melangkah mendekati keluarganya.
Hampir seluruh pandangan wisudawan dan wisudawati mengarah padanya, namun Archie hanya fokus menatap kedua orang tuanya.
Ketika sudah dekat, Archie langsung memeluk sang mama, menangis dalam pelukannya dengan rasa bahagia yang tidak terkalahkan dengan apapun.
"Selamat ya, Sayang. Mama bangga sama kamu, benar-benar bangga." Ucap mama Gita, ibunda Archiena.
"Makasih, Ma. Ini juga berkat papa dan mama," sahut Archie penuh senyuman.
Archie lalu memeluk sang papa, mengucapkan banyak terima kasih pada sosok ayah yang menjadi pahlawan dalam hidupnya.
"Kamu memang kebanggaan papa, Archie." Ungkap papa Dito lalu mencium kening putrinya.
Archie masih tersenyum, ia hendak bicara pada adik perempuannya itu, namun Adinda malah beranjak dari sana dan pergi tanpa mengatakan apa-apa.
Archie tetap berpikir positif, mungkin saja adiknya tiba-tiba ada urusan karena itulah memilih untuk keluar dari auditorium tanpa bicara apapun dengan nya.
Selesai acara wisuda, Archie pun melakukan sesi foto bersama keluarganya, dan disinilah ia bertemu dengan pujaan hatinya, Aditya.
Sama seperti Archie, Aditya pun wisuda hari ini, meski ia tidak mendapatkan predikat sebagai lulusan terbaik seperti Archie.
"Selamat ya, Sayang. Kamu memang hebat, aku bangga sama kamu." Ucap Aditya sembari mengusap tangan kekasihnya.
Archie tersenyum manis. "Selamat untuk kamu juga ya, Adit. Syukurlah kita lulus bersama," balas Archie dengan lembut.
Aditya tersenyum, ia mengajak kekasihnya itu untuk berfoto bersama sambil memegang toga masing-masing.
Berbagai gaya mereka ambil untuk kenang-kenangan yang mungkin tidak akan bisa terulang.
Kenapa, tentu saja karena Archie akan menikah dan memutuskan untuk fokus mengurus suaminya kelak. Gelar S1 sudah cukup untuknya mencari pekerjaan, sehingga ia tidak perlu melanjutkan pendidikan yang nantinya malah membuatnya tidak fokus mengurus suami.
"Archie, ya ampun. Tante benar-benar bangga sama kamu, selamat ya." Ucap Risa dengan lembut, lalu memeluk calon menantunya.
"Makasih ya, Tante. Ini juga berkat Adit yang selalu support aku," balas Archie lalu menatap kekasihnya.
"Semakin nggak sabar untuk menjadikan kamu menantu, Nak." Ucap Risa membuat wajah Archie merah karena malu-malu.
"Archie, selamat ya. Ini ada hadiah kecil dari om," ucap Anto, ayah Aditya.
Archie canggung untuk menerimanya, namun atas paksaan dari Risa akhirnya ia menerima kado dan buket bunga berisikan coklat tersebut.
Setelah puas memberikan selamat, keluarga Archie dan keluarga Aditya berfoto bersama dengan senyuman yang lebar, menunjukkan sebuah kebahagiaan.
Setelah selesai foto-foto, mereka semua pun memutuskan untuk pulang dengan janji malam nanti akan bertemu untuk membahas pernikahan Archie dan Aditya.
Sesuai janji orang tua Archie, mereka akan menikahkan gadis itu setelah lulus kuliah.
***
Malam harinya, keluarga Archie dan keluarga Aditya berkumpul di salah satu restoran berbintang. Hidangan yang tersaji di depan mereka langsung mereka nikmati dengan obrolan yang keluar dari bibir masing-masing.
"Saya rasa pernikahannya di percepat saja, Pak. Mereka berdua sudah berhubungan selama dua tahun, dan ini pasti sangat dinantikan mereka." Ucap Anto mengusulkan.
Papa Dito manggut-manggut. "Sebenarnya saya setuju saja, saya serahkan keputusan nya pada Archie karena saya percaya dengan pilihan putri saya." Sahutnya.
Archie menganggukkan kepalanya, ia lalu menatap Aditya yang hanya diam. Archie tersenyum hangat, ia yakin kekasihnya itu pun sedang menunggu jawabannya.
"Adit, menurut kamu gimana?" Tanya Archie meminta pendapat dari sang kekasih.
Mendengar namanya dipanggil sontak ia terkejut, ia lantas menatap Archie lalu menganggukkan kepalanya.
"Tentu aku mau secepatnya, Sayang. Kamu tahu kan, sudah sejak lama aku ingin kita menikah." Jawab Aditya dengan tenang dan penuh senyuman.
Archie memegang tangan Aditya, pria di sebelahnya ini memang selalu melempar senyuman padanya, meski terkadang berlaku kasar sesekali.
Ya, ada sikap Aditya yang Archie sembunyikan dari keluarganya. Aditya tidak pernah mau kalah, ia selalu ingin Archie mengalah. Aditya pun memiliki sifat pemaksa sehingga Archie harus selalu menuruti kemauannya.
Meski begitu Archie tetap mencintai Aditya, bukan karena ia bodoh melainkan karena ia tahu dibalik sikap itu, ada cinta yang begitu besar untuknya.
"Kok jadi senyum-senyum sih, Kak. Jadi jawabannya apa?" Tanya mama Gita sedikit meledek putrinya.
Archie kembali tersenyum malu-malu, kepalanya lalu mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan sang mama.
"Aku mau menikah sama Adit dalam waktu dekat, Ma." Jelas Archie dengan yakin.
Risa bangkit dari duduknya lalu mendekati Archie, ia memeluk gadis itu saking bahagianya mendengar bahwa ia mau menikah dalam waktu dekat.
"Tante bahagia sekali, Nak." Ungkap Risa semakin mengeratkan pelukannya.
Aditya tersenyum paksa, ia lalu menatap lurus ke depan, ke arah seorang gadis yang melempar tatapan tajam padanya.
Tangan gadis itu mengepal, bahkan tampak menggenggam pisau untuk memotong steak dengan erat. Matanya berkaca-kaca, menunjukkan sebuah kesedihan yang mendalam.
Adinda bangkit dari duduknya. "Aku permisi ke toilet, maaf." Ucap Adinda lalu pergi dari sana.
Archie menatap kepergian adiknya dengan penuh tanya, ia jelas melihat tadi Adinda mengusap pipinya.
"Kenapa Dinda sedih ya." Ucap Archie dalam hatinya.
Dering ponsel tiba-tiba terdengar, menyadarkan Archie dari lamunannya. Gadis itu menatap kekasihnya.
"Adit, ponsel kamu bunyi." Tegur Archie lembut.
"Oh iya, Sayang. Sebentar ya, ini dari Aldo." Kata Aditya lalu bangkit dari duduknya dengan kata 'halo' yang terucap dari bibirnya.
"Makanannya hampir dingin, silahkan di makan." Tutur mama Gita pada calon besannya.
"Archie, ayo makan sayang." Tutur Risa pada calon menantunya itu.
Archie menganggukkan kepalanya, ia lekas menyantap makan malamnya sambil diiringi obrolan ringan.
Sementara itu di depan toilet restoran, tampak seorang pria dan seorang gadis yang terlibat adu mulut. Meski suaranya pelan, namun tetap menyita perhatian.
"Kamu nggak bisa marah, Dinda. Sejak awal aku mengatakan bahwa aku akan menikahi kakakmu, tapi aku tetap kekeh ingin menjadi selingkuhan ku." Ucap Aditya pada Adinda, calon adik ipar sekaligus simpanan nya.
"Iya, aku tahu. Tapi tetap saja, Kak. Aku sedih, aku tidak terima!" Sahut Adinda dengan emosional.
Sifat Adinda sangat bertolak belakang dengan sifat Archie. Archie yang lemah lembut, sementara Adinda dengan emosional yang besar.
Namun dibalik sikap emosional nya, ada satu sifat yang membuat Aditya tidak dapat menolaknya. Ya, Adinda selalu mau menuruti kata-katanya, bukan seperti Archie yang harus di marahi dulu.
Satu lagi, berhubungan dengan Archie membosankan karena selalu membawa kalimat dosa, lain halnya dengan Dinda yang tidak malu sama sekali untuk menunjukkan sisi liarnya.
Archie dan Adinda lahir dari rahim yang sama, namun perbedaan antara keduanya jelas sangat terlihat.
HELLOW EPRIWAN, AKU BALIK LAGI DENGAN KISAH BARU YANG PASTINYA SERU YANG AKAN MENEMANI KALIAN❤️
Bersambung.........................
Setelah pernikahan di bicarakan semalam, akhirnya sudah diputuskan bahwa Archie dan Aditya akan menikah dalam 2 minggu.
Waktu 2 minggu mungkin singkat, namun semua akan beres jika uang sudah bertindak. Baik keluarga Archie maupun keluarga Aditya sama-sama berperan dalam menyiapkan pernikahan anak-anak mereka.
Kini Archie sedang ada di rumah Aditya. Awalnya mereka mau langsung pergi ke toko emas mengambil perhiasan yang sudah mereka pesan, namun Aditya meninggalkan ponselnya di rumah, sehingga mereka harus pulang dulu.
Sambil menunggu Aditya, Archie duduk di ruang tamu sembari memainkan ponselnya. Ia membuka beberapa aplikasi untuk mengisi waktu kosongnya.
"Assalamualaikum, Kakak." Terdengar sebuah salam dari arah pintu.
Mendengar suara dari arah pintu, Archie lantas bangkit dari duduknya lalu menoleh. Ia mengenal sosok yang baru saja datang, beberapa kali mereka bertemu di acara keluarga Aditya.
"Om Kaivan." Sapa Archie dengan sopan.
Pria yang disapa Archie hanya memberikan anggukkan kecil, tidak ada kata yang terucap dari bibirnya.
Archie tahu itu, ia tahu dari Aditya bahwa adik dari mama Risa itu memang memiliki sikap pendiam dan irit bicara. Pria itu hanya akan bicara ketika dirasa perlu, sisanya hanya anggukkan atau gelengan kepala.
"Tante Risa nggak ada, Om. Adit bilang sedang bertemu teman-temannya." Jelas Archie tanpa diminta.
"Iya." Balas Kaivan singkat, lalu melangkah masuk ke dalam rumah kakak perempuannya.
Archie hanya tersenyum, ia membiarkan Kaivan masuk ke dalam rumah karena pria itu memang punya hak melakukannya.
Tidak lama kemudian Aditya datang. Entah apa yang pria itu lakukan sampai lama sekali hanya untuk mengambil ponsel.
"Sayang, maaf ya lama." Ucap Aditya pada calon istrinya itu.
Archie tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya.
"Nggak apa-apa, Adit. Oh iya, tadi ada om Kaivan, sepertinya cari tante Risa." Ucap Archie memberitahu.
"Benarkah? Tunggu ya, aku coba temui dia dulu." Kata Aditya lalu kembali melangkah untuk menemui om nya.
Archie kembali menunggu, namun kali ini tidak lama seperti tadi. Aditya datang, dan langsung mengajaknya pergi meninggalkan rumahnya.
Sebelum Archie masuk ke dalam mobil, gadis itu sempat mendongakkan kepalanya. Benar saja, ia melihat Kaivan sedang melakukan telepon dengan seseorang.
Kaivan pun menunduk, bersitatap dengan Archie yang langsung memberikan senyuman sopan dan sedikit tundukan kepala sebagai tanda pamit.
Kaivan tidak membalas, pria itu menjauh dari sana dan melanjutkan kembali teleponnya.
"Sayang, ayo." Ajak Aditya.
Archie mengangguk, gadis itu pun lekas masuk ke dalam mobil calon suaminya. Tidak lupa ia memasang seatbelt untuk keamanan diri.
"Setelah membeli perhiasan, kita langsung pulang ya." Ucap Aditya tanpa menatap Archie.
"Pulang? Nggak jadi makan dulu?" Tanya Archie.
Archie bertanya sebab sebelumnya mereka sudah janji akan makan dan menonton bioskop.
"Kayaknya nggak deh, Sayang. Lain kali aja, nggak apa-apa kan?" Kata Aditya, menoleh dan menatap sang kekasih lembut.
Archie menganggukkan kepalanya. "Iya, nggak apa-apa. Tapi kamu mau kemana?" Tanya Archie.
Aditya terdiam sebentar. "Archie, kamu tahu kan aku suka nongkrong dengan teman-temanku." Jawab Aditya pelan.
Mendengar nada bicara Aditya yang berubah seketika membuat Archie langsung menganggukkan kepalanya. Archie mengenal kekasihnya, bahkan sangat mengenalnya.
"Baiklah, maaf aku lupa." Ucap Archie dan Aditya membalasnya dengan senyuman.
Setelah perjalanan beberapa menit, akhirnya mereka sampai di toko perhiasan. Keduanya langsung mengambil satu set pesanan mereka.
Itu bukan perhiasan biasa, melainkan untuk mas kawin pernikahan mereka nanti.
Setelah mengambil perhiasan, seperti kata Aditya mereka akan langsung pulang karena ia memiliki urusan lain yang lebih penting.
Selama perjalanan pulang, tidak ada pembicaraan sama sekali, Aditya hanya fokus pada jalanan dan sesekali pada ponselnya.
Archie melihat itu, namun mustahil ia akan curiga pada Aditya jika pria itu selingkuh.
Meski Aditya terkadang suka bersikap semena-mena padanya, namun Archie tahu jika Aditya sangat mencintainya. Menurutnya, tidak ada celah baginya untuk curiga pada pria itu.
Sesampainya di rumah keluarga Archie, gadis itu tidak langsung pulang. Ia menatap kekasihnya lebih dulu dengan senyuman yang begitu manis.
"Kamu hati-hati ya nyetir mobilnya, jangan lupa nanti kabarin aku." Ucap Archie.
"Iya, Sayang." Balas Aditya.
Aditya memegang tangan Archie, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Archie dan siap mencium bibirnya, namun Archie menolak dengan menolehkan wajahnya.
Bukan hanya menoleh, Archie juga menahan dada bidang Aditya agar wajah mereka tidak terlalu berdekatan.
"Dit …" tegur Archie lembut.
Aditya menarik nafas, kemudian membuangnya kasar. Pria itu tampak menahan kesal menerima penolakan dari calon istrinya.
Inilah yang ia tidak suka dari Archie. Jagankan untuk berbuat lebih, untuk mencium gadis itu saja rasanya sulit sekali.
Archie dan Adinda memang berbeda, alasan inilah yang membuat Aditya terkadang lebih memprioritaskan Adinda, calon adik iparnya daripada kekasihnya sendiri.
"Ya udah, kamu masuk dan istirahat ya. Aku harus pergi, dan aku juga akan kabarin kamu nanti." Tutur Aditya penuh senyuman, meski hatinya marah.
Archie menganggukkan kepalanya, ia mengusap punggung tangan Aditya lalu keluar dari mobil.
Archie baru melambaikan tangannya sebentar, namun Aditya sudah melesatkan mobilnya dengan cepat.
"Maaf, Dit. Kita bisa melakukan semua itu setelah kita menikah," gumam Archie.
Archie pun lekas masuk ke dalam rumahnya tanpa membawa apapun, sebab perhiasan tentu akan di bawa oleh Aditya.
Ketika Archie masuk, Adinda justru keluar. Gadis itu tampak sudah rapi dengan celana jeans dan baju croptop nya.
Adinda melirik kakaknya sinis, ia tidak berkata apa-apa dan langsung melenggang pergi.
"Adinda, kamu mau kemana?" Tanya Archie.
Adinda menghentikan langkahnya, ia membalik badan dan menatap kakaknya itu dengan kesal.
"Bukan urusan, Mbak." Jawab Adinda ketus.
Mendengar jawaban adiknya, Archie lantas mendekat. Gadis itu memegang pergelangan tangan Adinda dan mencegah nya untuk pergi.
"Tentu ini urusan Mbak, Dinda. Kamu bilang tadi pagi sakit, makanya tidak kuliah. Lalu sekarang apa?" Kata Archie mengingatkan.
Adinda menepis tangan kakaknya, ia menatap Archie dengan tatapan kesal dan tidak bersahabat.
"Aku bosan, Mbak. Mbak pikir cuma Mbak yang bisa pergi, aku juga mau." Balas Adinda dengan nada tinggi.
"Dinda, turunkan nada bicaramu. Ayo kita bicara di dalam," ajak Archie, namun Adinda menolaknya.
"Nggak mau!" Tolak Dinda.
"Mbak nggak bisa larang aku, mama dan papa saja nggak pernah larang aku." Tambah Dinda dengan nada semakin tinggi.
"Dinda, Mbak nggak akan larang kalau kamu nggak sakit, tapi kamu lagi sakit." Sahut Archie dengan nada semakin tinggi.
Adinda hanya berdecak, gadis itu pun pergi meninggalkan rumah dan kakaknya yang terus saja memanggil nya.
Adinda tidak menghiraukan larangan kakaknya sama sekali, sebab ia akan menemui calon kakak ipar sekaligus selingkuhannya.
JANGAN BERHENTI, BACA LAGI POKOKNYA 😕
Bersambung..............................
Tampak dua orang berbeda jenis dan tanpa ikatan suci tengah berbaring diatas ranjang di sebuah hotel. Pria dan wanita yang masih asik berpelukan satu sama lain usai melakukan dosa besar.
Aditya dan Adinda, dua orang yang sangat berarti bagi Archie, namun sama-sama mengkhianati kepercayaan gadis itu.
Hubungan gelap yang mereka jalani satu tahun belakangan ini tidak menyisakan sebuah penyesalan sama sekali, malah justru sebaliknya.
Aditya yang sebentar lagi akan menikah dengan kekasihnya, Archie. Kini justru sedang berbaring dengan calon adik iparnya. Bukan hanya sekedar berbaring, melainkan juga berbagi peluh layaknya pasangan suami istri.
"Kamu alasan apa sama Archie sebelum kesini?" Tanya Aditya, tangannya aktif mengusap bahu Adinda.
"Nggak alasan apapun, sempat dilarang tapi aku kabur." Jawab Adinda.
Tangan Adinda memegang tangan Aditya yang mengusap bahunya, lalu tanpa kata apapun ia membawa tangan calon kakak iparnya itu untuk menyentuh dadanya.
Aditya tersenyum lebar, inilah yang ia suka dari sosok Adinda. Adinda bisa bersikap liar dan selalu membuatnya puas, bukan seperti Archie yang begitu naif.
"Kamu memang nakal." Bisik Aditya semakin mengencangkan tangannya untuk memegang dada Adinda.
"Kenapa? Kak Adit nggak suka?" Tanya Adinda menantang.
Sebelah tangan Adinda telah menyusup ke bawah selimut dan memegang area pribadi Aditya. Gerakannya itu membuat Aditya semakin tersenyum lebar.
"S-sangat suka." Cicit Aditya dengan sedikit terbata akibat kenikmatan yang Adinda berikan padanya.
Adinda tersenyum senang, ia menyibak selimut yang menutupi tubuh polos mereka sampai kini tubuh mereka bisa dilihat satu sama lain.
"Aku lebih menggoda dan panas daripada kakakku 'kan?" Tanya Adinda, gerakan tangannya masih belum berhenti di bawah sana.
"Iya, kamu jauh lebih menggairahkan." Jawab Aditya semakin tercekik akibat gairah yang membuncah.
Adinda tersenyum bahagia mendengar ucapan Aditya, ia semakin menjadi-jadi untuk bergerak dan mereguk kenikmatan bersama Aditya.
"Ayo main lagi, calon kakak iparku." Ajak Adinda dengan bisikan penuh godaan.
"Dengan senang hati." Sahut Aditya lalu mendorong Adinda dan membuat gadis itu berada di bawahnya.
Aditya mengungkung tubuh kecil Adinda dengan tatapan lapar yang ia lemparkan, ia benar-benar sudah bergairah melihat tingkah liar calon adik iparnya.
"Ahhh, kakak!!" Erang Adinda seraya menjambak rambut Aditya.
***
Setelah menghabiskan waktu dari siang sampai malam, Aditya dan Adinda pun berpisah di basement hotel. Mereka berdua akan pulang dengan mobil masing-masing.
"Aku pulang ya, Kak. Pokoknya harus ketemu lagi!" Kata Adinda dengan manja.
"Iya, tenang." Balas Aditya lembut.
Adinda pun mencium pipi Aditya, setelahnya ia lekas masuk ke dalam mobilnya. Adinda memberi klakson sebagai tanda pamit, kemudian pergi meninggalkan Aditya.
Aditya membuang nafasnya, ia merasa jauh lebih segar setelah mendapatkan asupan dari Adinda.
Betapa beruntungnya ia, sudah mendapatkan adiknya, lalu sebentar lagi akan mendapatkan kakaknya.
Aditya merasa dirinya sangat tampan, sampai-sampai bisa menjerat kakak beradik itu dalam pesona nya yang menggoda.
"Mama pasti sudah mencariku." Guman Aditya lalu lekas pergi mengendarainya mobilnya.
Tanpa Aditya sadari jika sedari tadi ada yang memperhatikan gerak-geriknya, termasuk saat masih bersama Adinda tadi.
Orang itu menghela nafas, tidak berkata apapun dan langsung pergi meninggalkan basement usai pergi menemui klien kantornya.
Kembali ke Aditya, pria itu mengendarai mobilnya sambil membuka kemeja miliknya. Aditya harus berganti pakaian sebab ia takut bajunya mengeluarkan aroma bekas percintaannya dengan Adinda.
Aditya mengganti dengan kaos hitam, ia menyempatkan diri untuk mampir ke minimarket guna membeli minum dan barang-barang sebagai alasan kepada orang tuanya nanti.
"Lhoo, Kak Adit." Seseorang menegur Aditya, membuat nya menoleh dan melihat siapa yang menyapanya.
"Oh, Fika." Sahut Aditya melihat siapa yang telah menyapanya.
Fika adalah teman Adinda, teman kuliahnya.
"Sendiri aja, Kak? Kak Archie kemana?" Tanya Fika basa-basi.
"Di rumahnya, masa iya gue bawa-bawa Archie terus." Jawab Aditya lalu pergi begitu saja.
Aditya terlalu malas untuk berkomunikasi lebih jauh dengan teman selingkuhannya itu, apalagi Adit sedang sangat terburu-buru sekarang.
Selesai membayar, Aditya pun lekas pergi meninggalkan minimarket tersebut untuk sampai ke rumahnya.
Ia menggunakan kecepatan tinggi karena kebetulan jalanan malam itu cukup lancar. Aditya pun sampai di rumahnya dalam waktu kurang dari 30 menit.
"Adit, dari mana kamu!!" Risa menyerang putranya dengan pertanyaan.
Sejak siang Risa berusaha untuk menghubungi putranya, namun ponselnya terus saja sibuk.
"Aku habis antar Archie, langsung kumpul sama teman-teman, Ma." Jelas Aditya berbohong.
"Jangan kebiasaan kumpul-kumpul sampai malam, Adit. Ingat! Kamu sebentar lagi menikah dan punya istri." Tegur Anto, ayah Aditya.
"Daripada kamu kumpul-kumpul nggak jelas, mending kamu belajar untuk bekerja di kantor om kamu." Tambah Anto mengusulkan.
Aditya menghela nafas, inilah yang membuatnya malas untuk pulang. Kedua orang tuanya terus saja mendesak dirinya untuk bekerja.
"Papa tidak harus terus mengulangi ini, aku sudah katakan akan bekerja setelah pernikahanku." Kata Aditya sedikit kesal.
"Adit, bicara dengan benar." Seseorang menegur sembari melangkah menuruni anak tangga.
Aditya dan kedua orang tuanya lantas menoleh dan melihat Kaivan yang turun dari kamarnya.
"Apa yang kakak ipar katakan benar, seharusnya kamu belajar untuk bekerja di perusahaan daripada terus bermain-main." Ucap Kaivan menasehati.
"Aku tahu, Om. Tapi ini belum saatnya, masih ada waktu untuk aku melakukannya." Balas Aditya.
"Jika memang begitu, seharusnya kau bicara baik-baik dan bukan malah meninggikan nada bicaramu." Tegur Kaivan, membuat Aditya langsung diam.
Ucapan Kaivan yang tegas dan tanpa ekspresi di wajahnya selalu berhasil membuat siapapun diam, termasuk Risa yang merupakan kakaknya sendiri.
Kaivan menatap kakak dan kakak iparnya.
"Berapa hari sampai pernikahan Adit dan kekasihnya, Kak?" Tanya Kaivan.
"Dua minggu, Van. Ada apa?" Tanya Risa balik.
"Tidak apa-apa, aku ada pekerjaan yang harus dilakukan." Jawab Kaivan lalu pergi.
Sampai pernikahan Aditya dilakukan, Kaivan sementara akan tinggal dirumah kakak dan kakak iparnya sebelum ia kembali ke apartemennya.
Kaivan sengaja menginap sekalian temu rindu dengan kakaknya. Kaivan yang gila bekerja seringkali membuatnya jarang bisa berkumpul dengan keluarga.
Kembali lagi pada Aditya, pria itu lekas pergi meninggalkan ruang tamu dan langsung ke kamarnya usai sedikit berdebat dan berakhir di nasehati oleh om nya.
Aditya menutup pintu dengan kasar, ia berdecak sambil mengacak-acak rambutnya. Orang tuanya terus saja memaksa untuk bekerja, apalagi ia akan menikah sebentar lagi.
Aditya sebenarnya sedikit kesal, sebab Archie terus saja minta dinikahi padahal jelas-jelas itu ia belum siap untuk berumah tangga.
Aditya masih betah dengan hidupnya yang main-main, namun karena Archie menagih janji padanya dan membuat ia tidak bisa menolak. Bukan sepenuhnya cinta, melainkan karena harta kekayaan juga.
Orang tua Archie dan Adinda termasuk orang kaya, dan itu membuat Aditya merasa bahwa dengan menikahi Archie, maka ia bisa menikmati harta kekayaan mertuanya nanti.
PUNYA ADIK KAYAK ADINDA ENAKNYA DIAPAIN GUYS??
Bersambung................................
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!