NovelToon NovelToon

Si Bar-bar Bunga

Bab 1 Si bar-bar Bunga

"Ayah, mama!!!"

Teriak seorang gadis remaja masuk kedalam rumahnya sambil membuka sepatu sembarang di mana ia mau.

Para pembantu menutup kedua telinga mereka mendengar suara cempreng nona muda mereka yang sudah biasa kalau pulang pasti akan berteriak memanggil kedua orang tuanya.

"Mama!!"

Teriak Bunga berlari memeluk sang mama seperti biasanya.

"Ya, ampun sayang kau ini kebiasaan ngagetin mama!"

Tegur sang mama pada putri semata wayangnya.

"Mama sih di panggil dari tadi gak nyahut-nyahut, hayo habis ngapain sama ayah dan ayah mana?"

Cerocos Bunga tanpa jeda membuat Jelita menghela nafas berat putrinya ini benar-benar selalu membuat darahnya naik.

"Hayo ayah mana, dan kenapa sore-sore rambut mama basah!"

Dam ...

Jelita menatap gemas pada putrinya yang sungguh membuat geregetan ingin menjitak nya. Bahkan pipi Jelita rasanya terasa panas apalagi para pembantu di dapur sana tersenyum geli membuat Jelita sungguh jadi kesal dengan apa yang sang putri ucapkan.

"Mah, ayah mana?"

"Sudah, kau ini cepat ganti baju lalu mandi mama mau menyiapkan masak buat makan malam!"

"Ok ibu ratu!"

Hormat Bunga langsung berlari kearah tangga di mana kamarnya berada.

Bunga terus bersenandung bernyanyi tak jelas dengan suara cempreng.

Jelita hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah bar-bar putrinya.

Jelita takut tak ada laki-laki yang menyukai anaknya melihat kelakuan anaknya yang seperti anak kecil padahal Bunga sudah menginjak usia enam belas tahun.

Tapi kelakuannya seperti anak SD saja bahkan Bunga selalu membuka sepatu sembarangan di mana tempat.

Padahal putrinya sangat cantik, imut dan baik tapi jika kelakuan nya kaya bocah mana ada laki-laki yang mau dengan Bunga yang ada malah kabur.

Kecemasan hal yang buruk terlintas di kepala Jelita takut anaknya tak ada yang menyukai.

"Sayang,"

Prang ...

Jelita terkejut ketika tiba-tiba suaminya memeluk dia dari belakang membuat wajah yang ia pegang terjatuh. Untung saja masih kosong Jelita belum sempat melanjutkan masak.

"Ya ampun Yah ngagetin saja!"

Plak ...

Kesal Jelita pada sang suami sambil memukul lengan kekar sang suami.

Aldi hanya terkekeh saja melihat wajah sang istri yang cemberut.

Cup ...

"Sudah jangan melamun terus, nanti bisa-bisa dapur kebakaran!"

Canda Aldi sambil mengambil wajan yang tadi sang istri jatuhkan. Jelita hanya bisa melotot saja dengan apa yang sang suami katakan.

"Ayo lanjut masak, kenapa melotot begitu!"

Ucap Aldi santai membuat Jelita bertambah kesal saja.

Pasangan Jelita dan Aldi memang dia orang tua yang sangat romantis sekali. Bahkan mereka selalu bersikap romantis di depan Bunga.

Para pelayan yang melihat kelakukan majikannya hanya bisa bersemu merah sambil berlalu pergi membiarkan kedua majikannya memasak.

Jika Jelita ada di dapur, semua pelayan memang harus pergi karena Jelita yang akan mengambil alih semua nya.

Keluarga Firmansyah memang sangat harmonis sekali apalagi dengan kelakuan Bunga yang absurd membuat kediaman Firmansyah nampak rame dan hangat.

Namun rumah itu akan sepi jika Bunga sedang sakit atau tak ada. Bahkan kediaman Firmansyah akan menjadi kuburan jika Bunga sedang sakit lama.

Karena tak ada yang teriak-teriak, jahil dan mengacau.

Jelita tersenyum ketika maha karyanya sudah matang semua. Tentu di bantu oleh suami tercinta.

"Yah, mama mandi dulu tolong minta Mba Kus untuk bangunin Bunga!"

"Mau ayah temenin gak mandinya?"

Bisik Aldi membuat Jelita langsung memerah bak kepiting rebus.

"Apaan sih yah, yang ada mama mandinya lama!"

"Ya gak apa lah, kan ikhtiar buat adik untuk Bunga!"

"Ayah, sudah ah, cepet suruh Mba Kus bangunin Bunga anak itu pasti sedang tidur!"

"Mba Kus!"

Teriak Aldi sambil menahan lengan sang istri membuat Jelita hanya bisa menghela nafas berat.

Mba Kus, sang kepala pelayan langsung berlari ketika tuan besar memanggilnya.

"Iya tuan?"

"Mba tolong bangunin Bunga ya, suruh siap-siap buat makan malam!"

"Baik tuan,"

"Mba tutup mata ya!"

Mba Kus refleks langsung menutup matanya karena sudah tahu apa yang akan terjadi.

Aldi menggendong Jelita membuat Jelita hampir saja menjerit jika Aldi tak membungkam mulutnya dengan bibir Aldi.

Mba Kus menghela nafas ketika kedua majikannya sudah pergi. Mba Kus bergegas menuju lantai dua di mana kamar Bunga berada.

Tok ...

Tok ...

"Non,"

Mba Kus mengetuk pintu kamar Bunga sambil memanggil-manggil nama Bunga. Namun tak ada satupun panggilannya yang di jawab. Bahkan mba Kus berteriak pun Bunga sama sekali tak menjawab.

Entah apa yang Bunga lakukan kenapa tak mendengar panggilan mba Kus.

"Nona muda pasti sedang tidur, oh ya ampun kenapa punya majika. pada aneh semua. Untung mereka baik!"

Kesal mba Kus karena Bunga tak menyahut-menyahut bahkan ini sudah masuk waktunya makan malam.

Mba Kus terpaksa kembali turun karena percuma jika sudah begini maka hanya Jelita saja yang bisa membangunkan Bunga.

"Loh mba, Bunganya mana?"

Tanya Jelita ketika sudah dari tadi dia selesai mandi walau mandi plus-plus an tapi tetap saja putrinya belum kembali.

"Gak ada sahutan Nyonya!"

Jelita menghela nafas berat putrinya itu selalu saja kebiasaan jika makan malam selalu begini.

"Baik, terimakasih mba. Mba makan saja dulu bareng mba yang lain!"

Mba Kus mengangguk patuh berlalu pergi menuju meja khusus para pelayan.

Di rumah Firmansyah memang ada dua meja makan, satu khusus buat pelayan satu lagi buat keluarga. Aldi dan Jelita memang tak membeda-bedakan siapapun bagi mereka pelayanan juga manusia dan mereka berhak makan dengan layak seperti mereka bukan makanan sisa.

Jelita langsung menuju kamar sang putri.

Tok ...

Tok ...

"Sayang, ayo makan malam!"

Teriak Jelita namun tak ada sahutan sama sekali. Jelita menghela nafas sudah di pastikan putrinya pasti sedang tidur.

Jika begini Jelita langsung masuk saja ke kamar putrinya.

Cklek ...

Deg ...

Jelita membulatkan kedua matanya melihat bagaimana kamar putrinya.

Kaus kaki berserakan di mana-mana, baju, rok, tas dan jaket. Jelita menghela nafas berat melihat kelakuan putrinya yang belum berubah selalu saja belum bisa menyimpan barang pada tempatnya.

Kamar tadinya rapih sekarang terlihat seperti kapal pecah saja.

"Bunga!!!!"

"Gempa ... gempa .. ,"

Teriak Bunga terbangun dari tidurnya karena terkejut mendengar teriakan sang mama. Bahkan teriakan Jelita terdengar nyaring sampai ke bawah.

Bahkan Aldi dan para pelayan lain sampai menutup telinga mereka.

"Ya ampun, apa yang kamu lakukan. Mama sudah bilang simpan baju di tempatnya dan ini kaus kaki simpan di keranjang cucian, tas gantung dan ini oh ya ampun!"

Omel Jelita membuat Bunga menghela nafas berat. Kirain benar ada gempa tahunya sang mama malah menggangu tidurnya.

"Aduh mama nanti Bunga beresin, sekarang Bunga ngantuk mau tidur lagi,"

"Bunga!!!"

Geram Jelita membuat Bunga kembali bangun sambil mengorek-ngorek kedua telinganya.

"Apalagi sih mah, Bunga ngantuk,"

"Cepat mandi, ini sudah malam waktunya makan malam!"

"Apa!!!"

Pekik bunga terkejut ketika sang mama mengatakan jika sudah malam.

"Bukannya masih sore ya, ma!"

"Oh ya ampun, lihat tuh keluar!"

"Cepat mandi sana, kita sarapan!"

Jelita benar-benar di buat naik darah saja. Jelita mendorong Bunga masuk kedalam kamar mandi.

Jelita menghela nafas kasar melihat kelakuan putrinya. Untung saja putrinya kalau bukan sudah Jelita goreng jadi daging panggang.

"Mama handuknya!"

Teriak Bunga dari dalam kamar mandi membuat Jelita membulatkan kedua matanya sempurna.

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan, Vote Terimakasih ...

Bab 2 Menjengkelkan

Bunga dengan santainya makan tanpa memperdulikan tatapan sang mama.

Bunga terus saja melahap makanannya dengan rakus seolah sedang kelaparan.

"Nak, pelan-pelan makannya!"

Tegur Aldi membuat Bunga mengangguk saja dengan mulut penuh nasi.

Aldi mengelus punggung sang istri agar tenang jangan marah-marah mulu.

Huh ...

Jelita menghela nafas berat lalu memulai makan bersama sang suami.

Bunga memang sangat banyak sekali makan namun anehnya perutnya tak pernah membuncit. Perutnya tetap langsing dan seksi saja.

Terkadang Jelita dan Aldi takut dengan cara makan sang anak membuat Bunga menjadi jumbo tapi nyatanya sebanyak apapun Bunga makan tak pernah menjadikan Bunga menjadi jumbo.

"Aissttt, mama menyuapi ayah mulu tapi Bunga gak di suapin!"

Protes Bunga sangat kesal mama dan ayah nya selalu saja terlihat romantis di depan dia.

"Makannya cari suami, biar bisa kaya mama,"

Pancing Jelita menggoda Bunga, Jelita tahu putrinya sangat sensitif jika membahas kata suami.

"Ya .. Ya nanti Bunga beli di swalayan!"

Para pelayan yang mendengar ucapan nona muda membekam mulutnya agar tawa mereka tak keluar. Sungguh Bunga memang ajaib, memangnya ada suami di jual di swalayan.

Jelita dan Aldi lagi-lagi menahan nafas mendengar ucapan putrinya. Ingin tertawa namun kesal dengan ucapan absurd sang putri.

"Lihat saja besok, Bunga akan cari suami. Bahkan lebih dari ayah!"

"Sudah ah, Bunga kenyang Bunga duluan ma, yah!"

Bunga pergi begitu saja menyisakan kedua orang tuanya yang di buat bengong. Sungguh entah sipat siapa yang turun pada Bunga perasaan Jelita dan Aldi tidak seperti itu.

Bunga mengunci pintu kamarnya lalu membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Tak lama Bunga bangun dan menatap ke sekeliling kamarnya yang nampak rapih.

"Aisst, kenapa mama suka sekali beres-beres padahal kan nanti berantakan lagi!"

Gumam Bunga kembali merebahkan tubuhnya sambil menatap langit-langit kamarnya.

Bunga terdiam seolah sedang memikirkan sesuatu entah apa yang sedang Bunga pikirkan.

Tak lama Bunga tertidur dengan lasak bahkan yang tadinya tidur menyamping kini berputar seperti jarum jam saja.

Sungguh itu tidur anak laki atau anak perempuan kenapa sangat mengerikan sekali.

Bahkan Bunga sempat terjatuh namun bangkit dengan mata masih merem.

Bruk ...

Bunga menendang guling hingga guling yang asalnya Bunga peluk tergeletak tak berdaya di lantai.

Entah bagaimana jadinya jika Bunga besok benar-benar mendapatkan suami. Mungkin suaminya akan kabur atau pingsan melihat kelakuan Bunga.

.

Semilir angin sejuk masuk dari celah-celah jendela makar Bunga. Bunga menggeliat merasakan dingin pada kulitnya.

Emmz ...

Perlahan Bunga membuka kedua matanya lucu.

Akhh ...

Bunga menggeram merasakan sakit pada sekujur tubuhnya.

Bagaimana tak sakit jika Bunga tidur lasak bahkan sampai jatuh ke lantai dan sekarang Bunga bangun dalam posisi tidur di lantai.

"Oh my good!!"

Pekik Bunga membulatkan kedua matanya ketika melihat jam. Dengan cepat Bunga bangun beranjak ke dalam kamar mandi guna membersihkan tubuhnya.

Begitulah Bunga setiap paginya selalu rusuh dan tergesa-gesa bahkan sampai mem berantakan lemarinya ketika mengambil baju olahraga karena memang hari ini jadwal olahraga.

Bunga berlari menuruni anak tangga membuat Aldi dan Jelita melongo melihat penampilan putrinya.

"Ma, ayah. Bunga berangkat dulu, ini sudah telat!"

Ucap Bunga mencium punggung tangan Jelita dan Aldi yang masih bengong.

Bagaimana tidak bengong jika Bunga belum mengikat rambutnya, kaus kaki baru di pakai sebelah dan tas masih terbuka.

Mang Supri, sang supir menutup mulutnya melihat kelakuan nona muda yang setiap pagi pasti ada saja tingkahnya.

Bahkan kali ini ingin sekali tertawa melihat penampilan Bunga namun mang Supri tak seberani itu.

"Mah Sup cepetan dong, Bunga sudah telat nih!"

Teriak Bunga membuat mang Supri langsung tersadar dan bergegas masuk kedalam mobil.

Di dalam mobil Bunga membenarkan penampilannya agar terlihat rapi.

"Oh sial!"

Gerutu Bunga ketika melihat kaus kaki yang dia pakai dan dia pegang ternyata berbeda warna.

Tapi bukan Bunga namanya jika kelakuan dia tidak absurd. Dengan cepat Bunga memakai sepatunya tak peduli dengan kaus kaki dia yang berbeda sebelah. Untung hari ini olah raga jadi kaus kaki Bunga terhalang celana olah raga.

Bunga tak bisa membayangkan jika hari ini bukan olah raga yang ada dia akan menjadi bahan tertawaan.

"Mang Sup, nanti jangan jemput ya soalnya Bunga mau pulang sama teman Bunga!"

"Siap non!"

Bunga langsung melesat keluar dan menutup pintu dengan kencang membuat mang Supri terkejut sambil mengusap dadanya.

"Untung anak majikan, jika bukan sudah aku bejek-bejek!"

Gerutu mang Supri karena terkejut Bunga selalu saja seperti itu.

Bunga berlari menuju kelas untung saja belum masuk ada sisa waktu beberapa menit lagi.

"Tumben telat?"

"Biasa nonton horor jadi gini!"

Ucap Bunga terkekeh sendiri membuat Amira mendengus sebal.

"Hey, bar-bar sini loe!"

Teriak Fatih menatap tajam pada Bunga membuat Bunga menelan Slavina nya kasar.

Pasalnya siapa yang tak tahu seorang Fatih Al-biru si tukang buli.

"Fatih, apaan sih loe!"

Sentak Amira menatap tajam pada Fatih membuat Bunga terasa terlindungi. Andai saja Bunga tak berteman dengan Amira mungkin Bunga akan menjadi korban buli Fatih selanjutnya.

"Jangan ikut campur, Ra!"

"Berani sama Bunga lihat saja nanti!"

Fatih mendengus kesal menatap Amira karena Amira satu-satunya anak yang berani melawannya dan anehnya Fatih tak bisa menang jika berdebat dengan Amira.

Bunga menghela nafas lega karena Fatih selalu kalah dengan Amira membuat Bunga merasa terlindungi.

"Thank, Ra!"

"Hm,"

Bunga mengerucutkan bibirnya sahabat selalu saja bicara irit. Walau begitu hanya Amira yang mau berteman dengan dia.

"Ra, katanya ada murid baru kamu tahu gak?"

"Gak!"

"Aisstt, dia anak mana ya laki-laki atau perempuan!"

"Jangan sampai anak baru itu perempuan aku gak kebayang bagaimana nasibnya di buli sama Fatih!"

"Aku saja kesal sebel banget sama dia!"

Bunga terus saja ngedumel sambil bisik-bisik agar tak terdengar Fatih bisa mampus jika dia terus membicarakan Fatih.

"Kabarnya hari ini masuk, tapi kok belum datang juga!"

Amira menghela nafas berat karena Bunga selalu saja mengoceh. Bibirnya itu tak bisa diam sama sekali.

Entah terbuat dari apa orang tua Bunga mencetaknya kenapa bawelnya minta ampun.

"Semua kelas XI ngumpul di lapangan!"

Teriak salah satu murid anak kelas XI membuat Bunga mengerucutkan bibirnya. Artinya kelas olahraga akan segera di mulai.

Bunga paling malas jika olahraga yang harus panas-panas.

"Kenapa gak di kelas sih olahraga!"

"Kan panas, mana cape lagi bagaimana kulitku jika hitam!"

"Oh ya ampun Bunga!"

Geram Amira kesal karena dari tadi Bunga terus saja mengoceh tak jelas membuat kepala Amira mau pecah saja.

"Bisa diam tidak, mau aku bilangin Fatih agar kau jadi korban seperti dia!"

Geram Amira sambil menunjuk salah satu adik kelas yang sedang Fatih palak bahkan menyuruhnya push up.

"Jangan dong Ra, tapi ini bibir gak bisa diam sulit tahu!"

"Bahkan mama saja selalu pusing dengar suara aku!"

"Ayah juga dan mba-mba di rumah, tapi mereka sudah biasa!"

Amira menahan nafas mendengar ocehan Bunga sungguh sangat-sangat menjengkelkan sekali.

Karena saking kesalnya Amira berjalan mendahului Bunga karena jika terus di samping Bunga rasanya kepala Amira mau pecah saja.

"Ra, Amira tunggu!"

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...

Bab 3 Terpesona

Pulang sekolah Bunga memaksa Amira mengantarkannya ke swalayan entah apa yang ingin Bunga beli membuat Amira sungguh kesal.

Bagaimana tidak kesal jika dari tadi Bunga terus saja muter-muter bahkan belum ada satupun barang yang Bunga beli.

Padahal ini sudah satu jam lebih mereka berputar-putar bahkan sampai kepala Amira pusing sendiri.

"Apa sih yang kamu cari, dari tadi muter-muter terus. Ini mau hampir sore aku harus segera pulang!"

"Sabar dulu napa Ra,"

Dengan santainya Bunga menyuruh Amira santai sungguh punya sahabat benar-benar merepotkan.

"Ya sudah, aku mau istirahat bentar, kamu cari saja dulu apa yang kamu cari!"

Ketus Amira membuat Bunga mengerucutkan bibirnya. Tapi Bunga tak bisa protes jika Amira sudah seperti itu.

Kini Bunga mencari-cari apa yang ia cari namun Bunga tak menemukannya.

Sial, dimana aku harus mencari Suami. Kenapa di sini tak ada yang menjualnya. Aku kan sudah janji sama mama akan membeli Suami.

Mau nanya tapi malu, takut di ketawa in. Aisstt, apa yang harus aku lakukan!

Bunga terus saja menggerutu dalam hati karena sulit sekali mencari apa yang ia cari. Bahkan tak ada satupun barang yang berlebel Suami.

"Jika aku tak mendapatkannya mama pasti akan bilang aku payah!"

Bunga terus saja menggerutu sambil melihat-lihat dengan seksama takut ada yang ia lewatkan.

Bruk ...

"Awwss,"

Tanpa sengaja Bunga menubruk benda yang sangat keras bahkan sampai kepala Bunga terasa sakit.

"Sorry!"

Ucap seseorang merasa bersalah karena sudah menubruk Bunga sampai membuat Bunga mengusap-usap keningnya.

Bunga yang mendengar orang berkata sorry langsung mengangkat kepalanya.

Deg ..

Seketika Bunga terdiam dengan mata berkedip-kedip lucu menatap seorang dewa di depannya.

Badan tinggi dengan wajah tampan, di hiasi alis tebal, sorot mata meneduhkan, hidung mancung dan bibir seksi.

Bunga terpesona melihat orang di depannya yang menautkan kedua alisnya bingung karena melihat Bunga yang malah bengong.

Oh ya ampun mama, putrimu tak bisa menemukan Suami tapi putrimu bertemu dengan dewa Yunani. Dia sangat tampan melebihi ketampanan ayah!

Batin Bunga tersenyum sendiri mengagumi ketampanan orang yang ada di hadapannya.

"Hallo, dek .. hey ...,"

Ucap Raja bingung dengan tingkah gadis di depannya. Raja melambai-lambai tangan di depan wajah Bunga karena sendari tadi bengong.

Awwss ....

Bunga menjerit kesakitan ketika tiba-tiba hidungnya di cubit membuat Bunga langsung tersadar dari lamunannya.

"Dek, apa kamu tidak apa-apa maaf saya tak sengaja menabrak kamu!"

Ucap Raja merasa bersalah, Bunga hanya menggelengkan kepala cepat.

"Ta-tak apa,"

"Kalau begitu saya permisi!"

Ucap Raja sopan langsung pergi meninggalkan Bunga sambil mendorong trolinya.

"Ah, siapa dia kenapa tampan sekali. Apa dia dewa turun dari kayangan!"

Gumam Bunga sambil menepuk-nepuk pipinya yang terasa panas. Apalagi Bunga masih terngiang jelas suaranya yang begitu lembut menyejukkan hati.

"Dek, ah sungguh manis. Apa dia mau jadi kakak ku panggil aku adek segala!"

Oceh Bunga lagi sambil tersenyum-senyum sendiri bahkan tanpa sadar Bunga mengambil salah satu sarden.

"Sudah selesai belanjanya?"

Tanya Amira membuat Bunga terperanjat kaget karena Amira tiba-tiba muncul di depannya.

"Ah, su-sudah!"

"Apa yang kamu beli!"

"Ini!"

"What!!"

Pekik Amira membulatkan kedua bola matanya bahkan mata Amira hampir keluar.

Bagaimana tidak terkejut sendari tadi berkeliling berjam-jam hanya untuk membeli satu sarden bahkan ukurannya yang sangat kecil.

Amira memejamkan kedua matanya benar-benar merasa kesal dengan apa yang Bunga lakukan.

Tanpa berkata Amira langsung pergi membuat Bunga bingung.

"Ra, tunggu aku bayar dulu ini!"

Teriak Bunga berlari menuju kasir guna membayar sarden yang ia pegang.

Bahkan sang kasir pun melongo melihat Bunga menyerahkan tempat belanja sedang isinya hanya sarden saja bahkan sarden yang berukuran kecil.

"Mba, kembalinya gak usah, buat mba saja beli es krim!"

Seloroh Bunga sambil berlari membawa satu sarden. Bunga tak mau membuat Amira lama menunggu lagi.

Kelakuan Bunga sungguh mengundang gelak tawa pengunjung. Mereka tertawa karena kepolosan Bunga dan tingkah Bunga yang konyol bahkan sang kasir hanya bisa melongo memegang uang seratus ribu hanya untuk membayar satu sarden yang bahkan harganya cuma delapan ribu.

Tanpa Bunga sadari sendari tadi seseorang memerhatikan tingkahnya. Bahkan dia menyunggingkan senyum manisnya melihat betapa konyol dan lucunya tingkah Bunga.

"Menggemaskan!"

Gumam seseorang tersebut langsung berlalu pergi begitu saja.

.

"Ra sudah dong jangan marah, maafkan aku ya!"

Rengek Bunga dengan wajah memelasnya. Amira hanya diam saja fokus menyetir, Amira hanya ingin segera sampai mengantar Bunga kerumahnya. Rasanya kepala Amira mau pecah saja jika terus bersama Bunga.

Mang Supri membukakan gerbang ketika melihat nona mudanya sudah pulang sekolah. Namun mang Supri heran kenapa nona mudanya tak membawa barang belanjaan bukankah tadi pagi bilang dia akan belanja ke swalayan.

"Makasih Ra, hati-hati!"

Teriak Bunga pada Amira yang langsung pulang saja.

"Terimakasih mang Sup!"

Ucap Bunga tulus karena mang Supri sudah membukakan pintu untuk nya.

Bunga berlari menuju rumah karena ingin segera bertemu sang mama.

"Mama, Ayah. Bunga pulang!!!"

Seperti biasa pada pelayan menutup telinganya sendari tadi karena sudah siap pasti nona muda mereka berteriak dengan suara cempreng nya.

Itu sudah menjadi rutinitas mereka karena sudah terbiasa.

"Mba Kus, mama di mana?"

Tanya Bunga pada kepala pelayan karena Bunga tak menemukan sang mama dan sang ayah. Bukankah mereka harusnya sudah pulang kerja karena sekarang sudah sore.

"Nyonya dan tuan besar ada di taman belakang non!"

"Terimakasih mba!"

Bunga langsung berlari menuju taman belakang yang memang suka di pakai bersantai oleh kedua orang tuanya.

"Mama, Ayah!"

"Putrimu tuh Yah,"

"Putri kita sayang!"

Ucap Aldi meluruskan ucapan sang istri membuat Jelita mengerucutkan bibirnya.

Cup ...

"Oh ya ampun, kalian selalu menodai mata suci Bunga!"

Pekik Bunga kesal karena kedua orang tuanya selalu saja bermesraan di hadapan dirinya.

"Ada apa sayang, kenapa teriak-teriak. Anak perempuan gak boleh teriak-teriak pamali!"

"Habis mama sama ayah gak nyambut Bunga pulang!"

"Ya .. ya maafkan kami!"

Huh ....

Bunga menghela nafas berat lalu mendudukkan bokongnya di atas kursi dengan wajah di tekuk.

Aldi dan Jelita saling pandang satu sama lain bingung melihat perubahan raut wajah putrinya.

"Ada apa sayang, kenapa bete begitu!"

"Mama dan ayah tahu gak, dari tadi Bunga muter-muter mau beli sesuatu di swalayan tapi Bunga tak dapat-dapat. Bahkan Bunga sudah tiga jam mencarinya tapi tak ada juga!"

Cerocos Bunga mengadu kekesalannya.

"Emang kamu cari apa sayang, kenapa gak kasih tahu ayah saja biar ayah yang Carikan!"

"Tapi Bunga ingin cari sendiri, tapi tetap tak ada!"

"Emang apa yang kamu cari ayo katakan!"

"Suami!"

"Suami!"

Ucap Jelita dan Aldi berbarengan bahkan mereka saling pandang kaku.

"Iya, Bunga cari Suami tapi tak ada satupun barang yang bermerk Suami. Padahal Bunga ingin buktikan pada mama jika Bunga juga punya!"

Oh ya ampun Jelita dan Aldi tak bisa menahan tawanya lagi. Bagaimana bisa mereka punya anak se absurd begini.

"Aisstt,, mama dan ayah kok ketawa sih Bunga cape tahu carinya!"

Kesal Bunga karena kedua orang tuanya malah menertawakan dia.

"Maaf-maaf sayang, terus jadinya kamu beli apa?"

"Karena tak ada merk Sumai jadi Bunga beli ini! merk Sarden!"

Duarrr ...

Bersambung ...

Jangan lupa, Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!