NovelToon NovelToon

Wanita Milik Casanova

Bab 1

Brakk!

Seorang pria dengan santainya menggebrak sebuah meja dengan uang satu gepok. Lalu menatap wanita di hadapannya yang tengah membenarkan pakaiannya.

Setelah selesai, wanita itu menatap genit kearah pria yang akan memberikan uang segepok itu padanya. Dia bergeser mendekat pada tubuh pria tampan itu dan mencium bibirnya sekilas.

"Thanks Tuan, aku akan datang kapan pun Anda mau. Anda akan jadi pelanggan paling favorit bagiku. " Ucapnya genit lalu beranjak dari sana dan keluar dari dalam Kamar setelah mengambil uang itu.

Meninggalkan pria yang kini tengah menghisap rokoknya pelan. Telponnya pun berbunyi, dia dengan santai mengangkat telpon nya dan menjawab.

“Bos!!! Kau di mana?! Cepat ke mari! Meeting kita akan segera di mulai, tapi kau malah tiba-tiba menghilang!! ” Ucap pria di telpon dengan panik.

"Tenanglah, aku akan segera ke sana sekarang. " Jawab pria itu tenang dan mematikan telponnya.

Dia mematikan rokoknya dan beranjak dari atas ranjang.

Seorang pria dengan santainya keluar dari dalam mobil. Pria tampan itu berjalan dengan langkah lebar dan kedua tangan di masukkan ke dalam saku.

Balutan jas berwarna hitam dan sebuah mantel hitam panjang yang di gantungkan di kedua bahu kokohnya menambah kesan Cool, keren dan gagah dari pria ini.

Semua karyawan di sana menatap kagum pada sang Bos yang mereka anggap kalau sang Bos besar sama sekali tak akan bisa di sentuh oleh wanita manapun karena sikapnya yang cenderung pendiam.

Namun tak ada yang tau, kalau sang Bos besar adalah seseorang yang di Juluki Raja dari semua Rajanya Casanova.

Dia berjalan kearah lift khusus Pemimpin di sana masih dengan gaya Cool nya. Sampai akhirnya dia pun sampai di lantai paling atas perusahaan.

Baru saja Lift di buka, seorang pria dengan tergesa-gesa berlari kearahnya dengan beberapa berkas penting di tangannya.

Pria yang baru saja keluar dari lift langsung menghela nafas panjang melihat kelakuan asistennya itu.

"Bos, Bos! Kau sudah terlambat Bos! Aduh, capek sekali! " Ucap pria itu panik dengan nafas tersengal.

"Tenanglah Max, ada apa dengan mu? " Tanya pria itu masih dengan santainya.

"Astaga Bos, kau masih bisa bicara dengan tenang dan menyuruhku tenang? Kita sudah terlambat untuk melakukan meeting dengan Direktur perusahaan Weesstar! " Ucap pria bernama Max itu masih dengan panik.

"Kau tidak perlu sepanik itu, ayo kita berangkat sekarang. " Pria itu kembali berbalik dan berjalan menuju Lift.

"Astaga Bos! Kau memang tidak sayang waktu! " Gerutu pria berkaca mata itu sembari mengikuti Bosnya masuk ke dalam Lift.

Mereka pun mulai perjalanan dan menuju ke tempat mereka akan melakukan Meeting. Tak lama berselang, mereka pun sampai di tempat mereka sudah mengadakan janji. Kedua pria itu turun dari mobil dan mulai masuk ke dalam tempat itu.

Baru masuk, mereka pun sudah melihat Direktur dari Perusahaan Weesstar sudah menunggu. Max semakin panik karena setahu dia, Direktur dari perusahaan itu sangat tak suka dengan yang namanya menunggu.

Dia bicara pada Bosnya itu, namun dia sudah melihat Bosnya itu berjalan kearah meja Sang Direktur.

Max pun mengikuti pria itu yang sudah berjabat tangan dengan Direktur Weesstar.

"Ayo. Silahkan duduk, Tuan Aaron! " Ucap pria yang umur nya kira-kira 40 tahunan sembari tersenyum.

Pria yang dia panggil Aaron itu mengangguk dan ikut duduk di depannya di ikuti oleh Max di samping Nya.

Meeting pun berlangsung hingga 2 jam lebih. Mereka pun sepakat untuk bekerja sama dan memulai kerja sama mereka.

Mereka pun keluar dari tempat itu bersama-sama. Awalnya pandangan pria bernama Aaron itu biasa-biasa saja, namun matanya langsung membulat lalu memicing saat melihat sesuatu yang luar biasa di hadapannya.

Max yang melihat Bosnya itu tiba-tiba diam dan seperti tengah menatap sesuatu langsung mengkerut. Karena di sana tak ada wanita cantik atau pun sexy.

"Bos, siapa yang kau lihat? Di sini tak ada wanita cantik ataupun Sexy." Tanya Max berbisik di telinga Bosnya itu.

"Kau tau apa bodoh! Lihat wanita yang tengah duduk di bawah pohon itu! " Ucap Aaron sembari mengarahkan pandangan Max pada apa yang tengah dia lihat.

Max mengerutkan keningnya bingung. "Bos, apa yang menarik darinya? Dia tak secantik atau se sexy semua wanita yang pernah ada di pelukanmu. " Tanya pria berkaca mata itu kembali bingung.

Biasanya, Bos nya itu hanya akan bereaksi pada wanita cantik atau Sexy saja. Tapi sekarang? Apa mungkin Bosnya itu sudah semakin tak bisa terkendali saat melihat wanita?

Pikiran pria yang baru berusia 26 tahun itu langsung melayang ke mana-mana.

"Entahlah Max. Wanita itu berhasil membuat adikku menegang tak terkendali. " Ujar pria itu menatap wanita yang tengah duduk dari atas sampai bawah.

Rambut panjang berwarna hitam legam, wajah polos tanpa make Up. Mengenakan sebuah baju Dress biasa bawah lutut di tambah dengan Kardigan berwarna coklat yang melindungi bahu indahnya dari sinar matahari.

Terlihat sederhana, namun berhasil membuat Aaron junior merengek dengan sedemikian rupa ingin masuk ke dalam kenyamanan wanita itu.

"Bos, kau menginginkan wanita itu? " Tanya Max dikala melihat tatapan keinginan yang begitu besar terpancar dari sorot mata Bosnya saat menatap wajah wanita itu.

"Sangat! Sangat menginginkannya! " Aku pria itu tak sabaran!

Max menatap ke bawah celana Bosnya itu. Oh sial! Dalam hati Max mengumpat.

*Bos! Kau memang tidak tau tempat yah! Mana celananya sudah menggembung lagi*! " Max bicara dalam hati kesal.

Reflek pria itu menutup Celana bagian tengah Bosnya itu menggunakan Berkas yang dia bawa. Aaron menatap heran sekilas Asistennya lalu kembali menatap wanita yang masih duduk di sana.

"Apa yang kau lakukan? " Tanya pria itu.

"Bos! Sudah cukup menatapnya! Tak mungkin kau akan menyantapnya di sini? Ayo masuk ke dalam mobil! Jangan sampai orang-orang menganggap mu sebagai pria mesum! " Max menarik lengan Bosnya itu dan menyeret nya masuk ke dalam mobil.

"Apa yang kau lakukan Max! Aku masih ingin melihatnya! "

Bab 2

Di dalam Mobil, Aaron terus menerus menggerutu pada Asistennya karena telah merusak momen indahnya menatap seorang wanita indah.

Dan Max hanya diam karena dia berpikir apa yang dia lakukan benar. Jika dia tak ada di sana, Bisa-bisa Bosnya itu langsung menculik wanita tak berdosa tadi.

"Kau memang sialan Max! Tak bisa sekali melihatku senang sebentar saja! " Umpat pria itu menyilang kan kedua tangan di dadanya.

"Bos, jika aku tak ada di sana. Aku hanya akan kasian pada wanita malang itu. Bisa-bisa kau menculiknya dan membawanya ke apartemen mu. Di lihat dari penampilannya saja dia terlihat seperti wanita baik-baik. Kau tak mungkin menghancurkan masa depan wanita baik-baik, kan? " Max ikut bertanya kesal pada Bosnya itu yang selalu saja menegang dikala melihat wanita cantik dan Sexy!

Dulu hanya wanita cantik dan Sexy, tapi sekarang sudah naik Level menjadi wanita sederhana. Sepertinya dia sudah benar-benar harus di masukkan ke dalam rumah sakit. Mungkin saja dia punya penyakit Se*s sekarang.

Dalam hati, Max kembali mengata-ngatai Bosnya itu yang selalu semena-mena pada seorang wanita. Tapi untungnya, dia tak pernah merusak wanita baik-baik. Dia hanya datang pada wanita yang telah merusak dirinya sendiri.

Walaupun tau jika Asistennya itu tengah memakinya dalam hati. Aaron tetap diam, karena bayangan wanita sederhana itu terus menerus ada di dalam pikirannya hingga membuat dia tak bisa tenang.

Adik kecilnya kembali berdiri tak tahan melihat kaki putih mulus dan jenjang milik wanita itu. Bibirnya yang berwarna merah delima itu tak bisa membuatnya tahan ingin mengecup dan menyesapnya.

"Aah! Max! Kita pergi ke tempat Bordil, cepat!!" Titah Aaron dengan keras karena sudah tak mampu menahan hasratnya yang ingin meledak saat itu juga.

"Bos, jangan sampai celana mu basah di tengah jalan. " Ledek Max sembari terkekeh pelan.

"Sialan kau, Max! Jangan sampai gaji mu ku potong bulan ini! " Aaron melempar Bolpoin di dalam saku jasnya tepat pada kepala pria berkaca mata itu.

"Aw! Terserah kau saja Bos! " Max meringis dan langsung tancap gas dengan sangat cepat.

Setelah berjam-jam menumpas kan seluruh hasratnya. Aaron diam di atas kasus sembari memijat kedua pelipisnya.

"Waw Tuan, kau begitu brutal hari ini. Apa ada sesuatu? " Tanya wanita yang baru saja selesai melayani hasrat gila Sang Casanova.

"Kau tak perlu tau! Ambil bayaran mu dan cepat pergilah! " Sentak Aaron pada wanita itu.

Wanita itu cemberut mendengar sentakan Aaron. Dia langsung mengambil uang yang pria itu berikan dan keluar dari sana.

Setelah wanita itu pergi, Aaron menghela nafas panjang. Bayangan wanita itu masih terus terngiang-ngiang di dalam pikirannya.

Walaupun hasratnya sudah tertunaikan, dia tak bisa mengelak kalau dia ingin wanita itulah yang melayaninya.

"Sialan! Mantra wanita itu lebih hebat dari pada milikku! " Aaron mengumpat kesal kembali membayangkan tubuh yang jika memang benar belum tersentuh pria manapun.

"Aku harus jadi pria pertama di hidupnya! " Dia menyambar ponsel yang ada di atas meja dan menelpon Asistennya.

“Kenapa Bos? Kau sudah selesai? Lama sekali kau melakukan itu, sepertinya kau benar-benar tak terkendali saat melihat wanita tadi. ” Jawab yang ada di telpon dengan nada datar namun seperti tengah menahan tawa.

"Berani tertawa ku potong lidahmu! " Ancam Aaron dengan sangat geram.

Sialan sekali! Baru kali ini dia tak bisa mendapatkan wanita yang dia inginkan dan malah harus menuntaskan nya pada wanita lain.

“Maaf Bos. Ada apa menelpon ku? ” Tanya Max mulai serius.

"Cari wanita itu sampai dapat dan bawa padaku! "

“Kau serius Menginginkan dia Bos! ” Max membulatkan matanya tak percaya.

"Ya! Bawa dia padaku! "

“Tapi Bos, bagaimana kalau dia masih perawan? ” Lagi-lagi pria itu panik. Tak mungkin Bos nya ini sejahat itu ingin merampas kesucian seorang wanita dan membuangnya begitu saja.

"Kau pikir apa? Aku tak akan melepaskan nya setelah aku menuntaskan Hasrat ku padanya. Dia akan terus ada di tanganku! Cepat lakukan! "

“Ba-Baiklah. ”

Aaron langsung mematikan ponselnya dan beranjak dari sana untuk mandi.

\*

\*

\*

\*

Di tempat yang lain, seorang wanita tengah mengendarai motornya menuju rumah sederhananya yang sudah di tunggu oleh seseorang yang akan mengejutkannya.

Wanita itu menghela nafas saat melihat Bos Firdaus sudah ada di depan rumahnya bersama dengan kedua anak buahnya.

Dia turun dari motornya dengan perasaan lemas. Padahal beberapa hari yang lalu dia sudah membayar setengah dari hutangnya pada Bos Firdaus.

Pria paruh baya bertubuh tinggi itu tersenyum saat melihat wanita incarannya sudah datang.

"Kenapa Bos datang lagi ke rumah saya? Hutang saya setengahnya sudah saya bayar. " Tanya wanita itu bingung.

"Saya mau menagih yang setengahnya lagi. " Jawab Bos Firdaus dengan tersenyum genit sembari menatap tubuh wanita itu dari atas dan bawah.

"Bos, hari ini saya tak ada uang untuk membayar semuanya. 1 minggu lagi saya janji akan bayar semuanya. " Jawab Wanita itu.

"Tapi Marun, saya ingin kau bayar sekarang. Atau kau harus menikah dengan saya. "

Wanita yang dia panggil dengan sebutan Marun itu langsung menunduk lesu mendengar ancaman darinya.

"Saya berjanji, 1 minggu lagi saya akan bayar. Jadi tolong beri saya waktu. " Mohon Marun.

"Kalau tak bisa bayar sekarang, maka kau harus menikah dengan ku! Bawa dia! " Bos Firdaus memerintahkan anak buahnya untuk membawa Marun.

Wanita itu kaget bukan main setelah mendengar perintah Bos Firdaus.

"Kau mau apa?! Aku kan sudah bilang beri aku waktu? Aku pasti akan melunasi hutang ku! " Marun memberontak saat tangannya di jegal oleh 2 pria bertubuh besar itu.

"Jangan sampai kulit calon istri ke 5 ku lecet! " Ucapnya dengan tegas pada kedua bawahannya.

"Lepaskan saya Tuan! Saya pasti akan melunasi hutang saya! Saya tak mau menikah dengan anda!! "

Semua orang yang ada di sana tak bisa berbuat apa-apa selain menatap kasian pada Marun. Karena mereka takut pada anak buah Bos Firdaus.

Bab 3

Di sela-sela pemaksaan mereka, tiba-tiba datang 2 mobil mewah terparkir tepat di depan halaman rumah Marun.

Semua orang langsung mengalihkan pandangan mereka saat melihat orang-orang yang menumpangi mobil itu keluar.

1 orang pria berjas Rapih keluar dari dalam mobil mendekati rumah milik Marun dengan tatapan tak bersahabat dari mereka.

Diikuti oleh 6 pria bertubuh tinggi dan sangat berotot dengan wajah menyeramkan mereka.

"Hajar mereka, lindungi Nona Marun. " Titah Max yang langsung dituruti oleh ke 6 pria itu.

"Siapa kau! Berani-berani nya datang kemari! Apa kalian tau ini wilay-! " Belum selesai Bos Firdaus bicara, salah satu pria berotot itu langsung memukul wajahnya dengan sangat kuat hingga membuat dia langsung ambruk ke atas tanah.

kedua lubang hidung dan sudut bibirnya mengeluarkan darah.

Kedua anak buahnya menatap ngeri kearah ke 6 pria berotot itu. Tubuh mereka bergetar, dan tanpa aba-aba langsung kabur dari tempat itu meninggalkan Bos mereka.

Marun yang melihat hal itu menutup mulutnya menggunakan tangan kanannya. Max pun mendekatinya dengan senyuman semanis gula dan secerah matahari.

"Maaf Nona, membuat Anda takut. Tapi saya hanya ingin membantu Anda. Nama saya Max, dan Anda? " Tanya Max dengan sangat sopan.

Marun yang masih kaget dan syok menjawab pertanyaan Max dengan mulut bergetar.

"Marun." Jawabnya singkat.

Max kembali tersenyum. Dia mendekati Bos Firdaus dan menyimpan koper di sampingnya. "Ini adalah uang untuk melunasi semua hutangnya. Jadi semua hutangnya lunas, dan kau tak bisa menagih apa-apa lagi padanya. " Ucapnya membuka koper yang berisi uang miliaran.

Lalu kembali berbalik menatap Marun yang terlihat kaget saat dia memberikan uang sebanyak itu pada Bos Firdaus.

"Tuan Max, padahal anda tak perlu melakukan itu. " Ucap Marun merasa tak enak karena hutangnya di bayar oleh orang yang baru dia kenal.

"Tidak papa Nona, ini juga salah perintah dari Bos kami. Dia ingin menemui anda. " Jelas Max.

"Bos kalian? " Marun mengerutkan kening.

Max mengangguk. "Iyah, dia ingin bertemu denganmu. "

"Baiklah, aku juga ingin berterimakasih padanya karena mau dengan senang hati membayarkan hutang ku. " Jawab Marun polos tanpa ada sedikitpun rasa curiga.

Maaf Nona, aku terpaksa berbohong agar tak memaksamu. Lagipula Bos gilaku akan lebih gila jika tak bertemu denganmu. " Gumam pria itu mengarahkan Marun agar menuju mobilnya.

Di perjalanan, Marun duduk di kursi paling belakang. Di depan ada 2 orang, dan Max yang menyetir. Dia pun kini tengah menunggu sang Bos agar mengangkat telponnya.

"Aku sudah mendapatkan nya Bos. Tanpa perlawanan. " Ucap Max pada inti yang langsung membuat pria di sebrang tersenyum senang.

“Bawa ke apartemen ku. Kerja bagus, gaji mu ku naikkan dua kali lipat. ” Balas Aaron.

"Baik, Bos! "

Sesampainya di apartemen milik Aaron, Max langsung menuntun Marun untuk turun dari mobil. Marun pun masih tersenyum ke arah Max tanpa rasa curiga lagi.

Mereka berjalan masuk ke dalam apartemen menuju lift agar sampai di kamar Bosnya itu.

Tak lama, Lift pun sampai di lantai kamar Aaron. Marun dan Max pun keluar dari dalam Lift menuju ke arah kamarnya.

Pria itu membuka kata sandi dari kamar tersebut dan membuka pintu kamar.

"Ayo masuk, Nona. " Ajak nya masih tersenyum begitu manis pada Marun.

Marun mengangguk pelan. Dia pun masuk lebih dahulu ke dalam kamar dengan ragu yang di ikuti oleh Max dari belakang.

"Bos, Dia sudah aku bawa. " Ucap Max pada pria yang duduk membelakangi mereka.

"Hem, kau bisa keluar. " Jawab Sang Bos.

"Baik." Max menunduk Hormat. Lalu kembali tersenyum pada Marun.

"Tenanglah." Ucapnya lagi pada Marun melihat wajah ketegangan nya.

Lagi-lagi anggukan pelan yang dia dapat. Pria itu kembali berbalik dan berjalan keluar dari kamar.

Maaf Nona, jika memang benar kau masih perawan. Kau bisa datang padaku besok dan memukuli ku sebanyak dan sekuat yang kau bisa. Walaupun aku tau apa yang kau balas tak sebanding dengan apa yang Bos gilaku renggut darimu. " Gumam Pria itu keluar dari dalam Kamar.

Kini tinggallah di kamar hanya ada Marun dan pria yang Max panggil dengan sebutan Bos gila. Entah kenapa, situasi di sana tiba-tiba saja terasa tegang karena tak ada satupun di antara mereka yang bicara.

Sampai akhirnya, Kursi itu pun berbalik dan memperlihatkan seorang pria tampan dengan tubuh besar tengah duduk di sana dengan santainya dan tersenyum kearah Marun.

Marun tercengang saat mendapati seorang pria tampan lah yang tengah duduk di kursi itu. Dia pikir Bos yang Max panggil adalah seseorang yang sudah berumur, tapi ternyata pria yang kira-kira baru berkepala 3.

Aaron menatap wanita itu dari atas sampai bawah seperti apa yang dia lakukan tadi saat baru pertama kali melihatnya. Lagi-lagi, si Junior tak bisa diam dan kembali merengek melihat wanita di hadapannya dari dekat.

****! Dia lebih indah dari dekat! Ada apa dengan mu Aaron? Padahal apa yang di ucapkan Max benar, kalau dia hanyalah seorang wanita sederhana yang tak cantik maupun jelek. Tapi kenapa Junior ku ini begitu mendamba ingin masuk ke dalam kenikmatan wanita itu?! " Aaron bergumam sendiri sembari mengapit kedua kakinya agar bagian tengahnya yang menggembung tak terlihat.

Melihat Pria di hadapannya hanya diam sembari terus menatap dirinya dari ujung kaki dan kepala, membuat Marun jadi merasa sangat canggung dan malu. Dia berusaha agar tak terlihat salah tingkah dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Nama mu Marun? " Tanya Aaron memulai pembicaraan melihat wanita yang akan dia jadikan miliknya itu terlihat canggung dan malu karena ulahnya.

Marun mengangguk. "Iyah Tuan, nama saya Marun. Saya ke sini karena Tuan Max bilang kalau anda ingin bertemu dengan saya. Saya juga ingin berterimakasih pada anda karena mau membayar semua hutang saya. Terimakasih Tuan. " Jawab Marun panjang lebar sembari menganggukkan kepalanya tanda hormat dan terimakasih.

Melihat sesuatu yang bergaris di tengah dada wanita itu membuat Aaron semakin tak bisa mengendalikan diri.

Oh, ****!! Aku tak kuat lagi!! "

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!