NovelToon NovelToon

FAIR UNTUK TRISTAN

Chapter 1

Fair menatap sekolah didepannya itu dengan raut wajah takjub. Sekolah itu adalah sekolah terburuk dari semua sekolah yang pernah dia lihat. Meski tergolong besar tapi sekolah ini sangat kotor, tak terawat dan terlihat angker. Berbeda jauh sekali dengan sekolahnya dulu, tepatnya sekolah yang masih menjadi sekolahnya dua hari yang lalu, sebelum ia memutuskan kabur dari rumah.

Gadis itu sudah dua hari ini kabur dari rumah karena ngambek. Dia tidak tahan melihat papanya yang terus belain perempuan penggoda sama putrinya itu. Padahal sudah berkali-kali ia mencoba meyakinkan papanya kalau mereka bukan perempuan baik-baik, mereka hanya sengaja mau mendekati papanya supaya bisa hidup layak. Tapi papanya malah marah-marah padanya dan menghukumnya.

Karena terlanjur kecewa, Fair kabur dari rumah. Biarin aja papanya hidup sama perempuan-perempuan nggak bener itu. Biar papanya tahu gimana liciknya mereka. Dan bagaimana rasanya hidup sendirian tanpa putri kesayangannya.

Fair menghembuskan nafas lelah lalu melangkah memasuki sekolah yang menurutnya jelek itu. Kepala sekolah sendiri yang mengantarnya ke kelas baru.

"Hai, gue Sasa." sapa sih cewek yang  di sebelahnya, yang rambutnya di kuncir satu . Fair tersenyum  membalas sapaan Sasa tak lupa menyalaminya. Cantik. Batinnya saat melihat Sasa. Berbeda dengan dirinya yang sekarang ini mungkin terlihat seperti gembel. Gimana nggak, dia kabur tanpa persiapan apa-apa. Akhirnya semua baju mahal yang dia bawah sudah dia jual untuk menghidupi kehidupannya sementara. Lumayanlah untuk satu sampai dua bulan ini.

"Lo pindahan darimana Fair?" tanya Sasa.

Fair memutar otaknya berpikir, nggak mungkin kan dia bilang pindahan dari Moon high school, sekolah paling terkenal di Jakarta. Sasa pasti tidak akan percaya. Masa anak Moon High pindah ke sekolah buangan kayak ini, udah gitu gembel pula, bisa-bisa dia dianggap halu lagi.

"Gue pindahan dari Bandung," jawab Fair berbohong. Sasa manggut-manggut mengerti.

"Ya udah, mulai sekarang kita temenan ya," seru Sasa lagi. Fair tersenyum senang. Lumayan buat nambah-nambah teman ceweknya. Selama ini kan temannya yang cewek cuman Dilla doang, nggak ada yang lain, udah gitu dia cuman bergaul sama temen-temennya kak Sam pula, yang genknya isinya cowok semua.

Tiba-tiba hpnya bergetar membuatnya tergelak, ia sadar ternyata dia belum ganti nomor, kalo gini kan bisa bahaya, keberadaannya bisa dilacak. Fair melirik hpnya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan sebelum mutusin buat menonaktifkan nomornya.

30 pesan dari Dilla dan 80 panggilan dari kak Sam. Fair membuka isi pesan Dilla.

Dilla jelek

"Manis lo dimana?

"Lo kabur dari rumah?

"Kemaren kak Sam sama temen-temennya ke rumah gue nyariin elo.

"Katanya lo kabur dari rumah. Kak Sam keliatan khawatir banget sama lo, papa lo juga nyariin elo nih.

"Lo masih hidupkan?

"Kalo masih hidup kabarin gue dong,"

"Jangan bikin parno kayak gini. Cepet pulang, nggak usah ngambek-ngambek lagi."

Fair tertawa membaca isi pesan sahabatnya itu, tanpa pikir panjang ia mutusin buat nelpon sahabatnya itu.

"Halo, Maniss??"

Terdengar suara Dilla dari seberang.

"Lo dimana? Kok pake acara kabur-kaburan dan nggak pake ngomong-ngomong ke gue sih? Lo nggak kenapa-kenapa kan? Nggak di apa-apain sama penjahatkan?" seru cewek itu panjang lebar.

"Gue nggak papa Dil, entar gue ceritain ke lo, bilangin ke kak Sam nggak usah khawatirin gu ..."

"Manis, kamu dimana? Aku jemput sekarang."

Fair buru-buru menutup telpon dan mematikan hpnya. Itu suara kak Sam. Samudera, cowok tampan dengan sejuta pesona yang bisa membuat banyak gadis meleleh saat melihatnya. Hanya saja, aura dinginnya membentuk dinding kokoh yang membuat tidak sembarang orang bisa dekat dengannya. Samudera juga jarang sekali tersenyum, hanya Fairlah satu-satunya gadis yang mampu meluluhkan hati cowok dingin itu. Itu pun karena mereka sudah tumbuh bersama sejak kecil.

"Kak Sam maaf," lirih Fair bergumam pada dirinya sendiri.

                                   ***

Samudera mengerang kesal sambil mengacak-acak rambutnya frustasi. Ia hampir melempar hp Dilla kalau gadis itu tidak cepat-cepat memintanya kembali meski dengan takut-takut. Beberapa sahabatnya yang melihat keadaannya juga tidak berani mendekat. Mereka tahu ketua genk mereka itu sangat sayang pada Fair, sudah dua hari ini ia terus mencari-cari gadis mungil itu bahkan sampai tidak tidur hanya karena takut gadis itu akan kenapa-napa.

Pandangan Samudera kembali ke Dilla dengan tatapan tajam dan menusuknya.

"Fair nggak bilang sama lo dia lagi dimana?" tanyanya penuh selidik. Mungkin saja Dilla akan berbohong padanya kan. Ia tidak akan segan-segan menonjok cewek itu kalau tuh cewek kedapatan berbohong.

Dilla menggeleng takut.

"Nggak kak, Fair cuma bilang entar dia ceritain semuanya setelah itu hpnya udah diambil sama kak Sam." jawab gadis itu jujur dan sangat berhati-hati. Suaranya sedikit bergetar. Ia takut berbohong sama cowok beringas seperti Samudera ini. Cowok itu bisa tidak pandang bulu buat nyakitin orang lain kalau hubungannya udah sama Fair. Duh, gara-gara sih Fair nih kak Sam jadi tambah nakutin kayak gini. Rungutnya dalam hati.

"Udah deh Sam, lagian Fair baik-baik aja kan. Dia pasti butuh waktu buat sendiri dulu." ucap Galang mencoba meyakinkan sahabatnya itu.

"Bener, lo tenangin diri lo dulu deh, nggak usah bikin anak orang takut. Kalo dia laporin ke Fair, lo juga yang repotkan." timpal Farrel sambil terkekeh menatap Dilla yang memucat saking takutnya. Gimana nggak, ia sudah dikerumuni para anggota genk beringas sekolah itu dan didepannya berdiri kakak kelasnya yang paling menakutkan yang sedang menatapnya tajam, siapa lagi kalo bukan Samudera. Ya Tuhan, semoga mereka cepat pergi dari kelas gue. Dilla berdoa dalam hati.

Gadis itu bernafas lega sambil menyapu-nyapu dadanya. Ia selamat, mereka akhirnya pergi. Beberapa teman sekelasnya yang tadi tidak berani mendekat, sekarang berkerumun mendekati gadis itu.

"Samudera dan temen-temennya ngomong apa sama lo? tanya salah satu cewek berambut pirang. Yang lain ikut menunggu jawaban Dilla karena penasaran.

"Nanyain Fair doang." balas Dilla malas.

"Oh Fair lagi. Heran deh sama tuh cewek lemot, apa bagusnya sih sampe-sampe udah pindah dari sekolah ini pun masih di cari sama  Samudera."

Tunggu, tunggu. Pindah?

Dilla menatap sih cewek berambut pendek dengan wajah bingung.

"Pindah? Kapan Fair pindah sekolah? Kok gue nggak tahu?" tanyanya ke cewek itu.

"Gue denger dari wali kelas kemaren, katanya Fair ngambil surat pindah."

LOL

Tega banget sih Fair, masa pindah nggak bilang-bilang. Dilla memasang raut wajah kesal. Mereka kan sahabatan. Udah kabur dari rumah nggak bilang-bilang, sekarang pindah sekolah juga nggak pake bilang-bilang. Tuh anak sebenarnya kenapa sih? Pake kabur-kabur segala, pindah sekolah pula. Ngambek ke papanya kok sampe segitunya.

                                 

Chapter 2

Di sekolah barunya, Fair belum begitu terbiasa dengan keadaan sekolah itu. Sekolah yang menurutnya angker dan banyak sekali anak-anak nakalnya. Ya iyalah pasti, orang namanya juga sekolah buangan. Pasti penuh dengan murid-murid nakal.

Sekarang ini cewek itu di temani Sasa asyik duduk berdua di lapangan sambil ngobrol. Mereka baru selesai pelajaran olahraga dan masih betah berada di sana.

Pandangan Fair berhenti pada sosok cowok yang sedang berdiri di tengah lapangan bersama seorang gadis yang berdiri didepan cowok itu sambil memegang sesuatu ditangannya. Ia tidak bisa lihat benda apa itu karena posisi cewek itu membelakanginya.

Fair bisa melihat seluruh wajah cowok itu karena tuh cowok bertepatan berdiri menghadapnya, meski jarak mereka tidak begitu dekat namun wajahnya tampak jelas.

Wajah yang amat tampan, kulit putih bersih, badan tinggi proporsional, rahang tegas dan sikap dinginnya itu mengingatkannya pada seseorang.

Kak Sam, batinnya. Meski wajah mereka memiliki fitur wajah dan jenis ketampanan yang berbeda, tapi keduanya sama-sama memiliki sikap dingin dan sulit didekati.

Fair beralih melirik ke cewek yang berdiri didepan cowok itu, meski ia tidak bisa lihat wajahnya tapi iya yakin cewek itu pasti mau nembak karena punggungnya keliatan agak bergetar dari belakang, pasti cewek itu sangat gugup. Untung tidak ada banyak siswa diluar karena sekarang masih jam pelajaran, teman-teman sekelas mereka yang lain udah pada ke kelas ato ke kantin. Jadinya dilapangan hanya ada dirinya, Sasa, cowok ganteng itu, beberapa cowok lain yang mungkin sahabatnya cowok itu, dan sih cewek yang mau nembak.

"Lo liatin apa?" tanya Sasa mengikuti arah pandang Fair. Matanya sukses membulat besar. Ada tontonan menarik nih. Tapi pasti bakalan malu-maluin. Ia tahu siapa cowok itu dan jawaban apa yang akan cowok itu berikan, udah jelas banget.

"Duh, berani banget dia nembak kak Tristan." gumam Sasa lebih ke dirinya sendiri. Fair meliriknya.

"Lo kenal?" tanyanya dibalas dengan anggukan Sasa tapi pandangan cewek itu tetap ke Tristan dan cewek didepannya. Mau nggak mau Fair ikut menonton, ia juga tidak mau kehilangan moment penting ini.

Setelah sekian lama akhirnya cewek didepan Tristan mulai buka suara.

"Mm... k.. k.. kak Tristan..." ucap cewek itu gugup.

"Cepetan." terdengar suara datar dan berat milik Tristan, cewek bernama Rina itu bertambah gugup. Tristan menatapnya naik turun dengan raut wajah malas. Tidak berminat sama sekali.

"A.. ku suka ... k .. kakak, m .. mau nggak jadi pacar aku?" kata cewek itu lagi lalu menyodorkan kue yang dipegangnya sejak tadi sambil menunduk malu-malu. Teman-teman Tristan yang tak jauh dari situ bersorak sambil bersiul-siul menggoda Tristan, mereka meledek sahabat mereka itu habis-habisan.

Tristan menatap mereka malas dan balik melirik cewek berkacamata yang tampak cupu itu masih dengan wajah baloknya.

"Nggak." balas cowok itu dingin lalu melenggang pergi. Pandangannya sempat terhenti pada seorang cewek berambut ikal tergerai yang tengah duduk di tepi lapangan bareng seorang temannya. Sosok itu seperti tidak asing di matanya, tapi dimana ia pernah melihatnya? 

Pandangan mereka  bertemu karena cewek itu balas menatapnya tapi cowok itu cepat-cepat membuang muka. bisa-bisa tuh cewek kegeeran lagi kalo kelamaan ditatap sama dia.

"Woi Tristan! Udah nolak kok di situ terus sih. keenakan lu ya natap wajah cantik adek kelas."

Tristan langsung melemparkan tatapan mautnya pada teman-temannya. Dasar sahabat laknat, umpatnya.

Chapter 3

Masih di tempat yang sama, Rina tertunduk menahan airmatanya supaya tidak tumpah di situ. Padahal ia sudah nyiapin mentalnya buat nyatain perasaannya sama Tristan, cowok yang ia sukai sejak pertama kali melihatnya. Gadis itu berusaha tegar. Nggak apa-apa kan Tristan menolaknya sekarang, masih ada kesempatan baginya untuk membuat cowok yang dia sukai itu jatuh hati padanya.

"Kalo gue jadi tuh cewek, gue bakal batalin niat gue nembak kak Tristan, udah tahu bakal di tolak masih aja kekeuh. Malu-maluin diri sendiri aja tahu nggak sih," cerocos Sasa panjang lebar. Ia menyayangkan aksi bodoh Rina yang malu-maluin diri sendiri. Nembaknya cowok sekelas kak Tristan lagi. Jelaslah bakalan ditolak.

Fair melirik teman barunya itu,

"Lo kenal cowok itu?" tanyanya. Sasa mengangguk pasti.

"Satu sekolahan juga kenal dia. Namanya Tristan Anggara, anak kelas dua belas. Dia sama temen-temennya dipindahin ke sekolah ini sekitar dua bulan lalu. Denger-denger sih mereka bikin ulah di sekolah mereka yang lama, bahkan sampe ada yang meninggal bunuh diri karena mereka. Tapi karena mereka anak-anak orang kaya yang orangtuanya berkuasa, mereka nggak di keluarin hanya dipindahin sekolah aja."

Fair jadi ngeri sendiri mendengar penjelasan Sasa. Ternyata tuh cowok bukan cowok baik-baik. Lebih buruk dari kak Sam. Kak Sam keliatannya aja buruk, tapi sebenarnya baik banget orangnya. Nggak pernah ngelukain orang tanpa sebab.

"Kok sekolah ini nerima murid nakal kayak gitu sih?" seru Fair merasa keberatan. Suaranya lumayan kuat hingga membuat cowok-cowok yang sedang mereka bicarakan itu melirik mereka. Sasalah yang takut setengah mati. Sih Fair ini gimana sih, udah tahu tuh cowok-cowok masih di lapangan, ngomongnya toa banget lagi.

Gadis itu menatap Fair dongkol.

"Pelan-pelan ngomongnya. Kalo mereka denger gimana? Bisa abis kita berdua. Lo mau mati di masa muda lo?" bisik Sasa ditelinga Fair.

Fair bergidik ngeri menyesali perkataannya yang keceplosan tadi.

Ditengah lapangan, perhatian Tristan  dan teman-temannya berpindah saat mendengar suara kencang salah satu dari dua cewek yang asyik ngobrol ditepi lapangan itu.

"Kok gue rasa mereka lagi ngomongin kita ya." ujar cowok berambut jabrik bernama Gino.

"Ya wajar kali, semua siswa di sekolah ini juga banyak yang ngomongin kita." balas Kiffly merasa hal itu wajar. Sementara Tristan dan Kellen memilih untuk tidak peduli. Persetan dengan sekolah ini atau siswa-siswanya, Tristan tidak peduli sama sekali. Pikirannya ada di tempat lain.

"Gue ada ide!" Seru Gino lagi dengan senyum nakal. Ia lalu berdiri dari lantai lapangan, mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan melangkah ke arah dua cewek yang masih ngobrol itu.

Kiffly dan Kellen menatap bosan ke teman mereka itu. Nggak bosen apa tuh cowok bawa-bawa hewan tiap hari ke sekolah cuma buat nakut-nakutin orang. Yang benar saja.

"Hai," sapa Gino yang sudah berdiri didepan Sasa dan Fair.

Dua gadis itu saling menatap. Nyali mereka mulai ciut karena salah satu cowok dari yang mereka bicarakan sekarang malah mendatangi mereka. Fair mencoba memberanikan diri menatap cowok itu walaupun takut tapi Sasa yang membalas sapaan kakak kelas yang dia ketahui bernama Gino.

"Hai kak Gino." balasnya sambil berusaha menutupi rasa takutnya.

"Boleh tahu nggak nama kalian siapa?" tanya Gino sekedar basa-basi. Maksudnya nemuin mereka kan emang bukan mau kenalan.

"Oh nama gue Sasa kak kalo temen gue ini namanya Fair."

Gino mengangguk-angguk menatap keduanya bergantian.

"Ok. Oh ya, gue punya sesuatu buat lo berdua. Nih." katanya lagi lalu melemparkan sebuah tikus putih dari tangannya ke Fair dan Sasa.

"Aarrrggghhh ..."

Teriak dua gadis itu bersamaan. Teriakan mereka sangat kencang sampai-sampai mendapat perhatian tiga cowok lain ditengah lapangan. Tristan, Kellen dan Kiffly.

Gino tertawa kencang melihat aksi kocak dua cewek yang seperti cacing kepanasan itu padahal tikus yang dilemparnya sudah pergi entah kemana.

Tiba-tiba salah satu dari dua cewek itu tersungkur ke lantai dan langsung kejang-kejang. Sih cewek berambut ikal.

Gino dan Sasa terdiam. Mereka sama-sama menatap Fair yang tiba-tiba jatuh ke lantai dan kejang-kejang. Sasa cepat-cepat berlari mendekati gadis itu disusul Gino.

"Fair, lo kenapa? Jangan nakut-nakutin deh, Fair, FAIR!"

teriak Sasa panik. Gino ikut menggoyang-goyangkan badan Fair mencoba menyadarkan gadis itu tapi tidak berhasil. Gadis itu tetap kejang-kejang.

Tristan, Kellen dan kiffly yang melihat kejadian tersebut cepat-cepat berlari dari tengah lapangan menuju mereka.

Tristan mengambil alih Fair dari Gino. Itu karena cowok itu cukup paham di bidang medis. Ia mengangkat kepala gadis itu dan meletakan sebelah lengannya di batang leher gadis itu untuk memeriksa keadaannya. Tubuh gadis itu masih kejang-kejang jadi Gino di bantu Kellen memegangi kakinya. Tak lama setelah Tristan memeriksanya, tubuh Fair tidak kejang-kejang lagi tapi gadis itu terlihat sangat lemas bahkan nyaris seperti tak sadarkan diri meski matanya sesekali terbuka.

"Gimana?" tanya Kiffly ke Tristan tapi cowok itu tidak menjawab, ia masih memeriksa suhu badan Fair. Seluruh tubuh gadis itu berkeringat.

"Kiff, lo nyetir." tiga cowok itu selain tambah Sasa terbengong. Tapi ketika melihat Tristan mengangkat tubuh Fair dan menggendongnya sambil berlari cepat ke arah parkiran, mereka langsung mengerti.

"Fair mau dibawa kemana kak?" tanya Sasa panik ke Gino.

"Kayaknya rumah sakit." sahut Gino lemas. Jujur ia merasa khawatir, ia tidak tahu niatnya yang cuma bercanda malah jadi kayak gini. Cowok itu berjalan cepat ke tempat mobilnya di parkir.

"Gue ikut kak." pinta Sasa. Gino tak mengiyakan maupun menolak, pikirannya terlalu sibuk dengan keadaan gadis itu sekarang. Semoga tuh cewek nggak kenapa-kenapa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!