Suasana dikota New York masih sama seperti bisanya, sangat ramai dan padat. New York merupakan salah satu kota terpadat di dunia. Terlihat banyak sekali warga New York yang wara wiri menggunakan mantel hangat, musim dingin tahun ini ternyata lebih cepat dan lebih dingin dari tahun tahun sebelumnya.
Bahkan sepertinya warga New York yang sudah biasa menghadapi musim seperti ini sedikit kesulitan dibuatnya. Apa lagi bagi warga pendatang dari negara yang tidak dikunjungi musim dingin seperti keluarga Inayna Wijaya, salah satu pendatang dari Indonesia yang tinggal di kota ini beberapa hari yang lalu. Ina, sapaan gadis berwajah khas Asia itu, karena sang Ayah dan Ibunya harus pindah tugas kekota ini, Ina dan keluarganya mau tidak mau harus bisa menyesuaikan kehidupan mereka disini.
"Jangan lupa pakai mantel hangat mu sayang!"
Ina menghela nafasnya kasar, gadis bertumbuh body goals dengan tinggi 165cm itu belum terbiasa dengan kehidupannya disini.
"Yes Mama, Ina sering lupa sorry."
Anita menggelengkan kepalanya mendengar ucapan putri sulungnya itu. Gadis yang sudah berusia 19 tahun beberapa bulan lagi itu memang sering lupa.
"Oke guys ayo nanti kita kesiangan, bukannya hari ini hari pertama kalian masuk kesekolah dan kampus kalian child?"
"Yes Papa!" Ina dan Zean sang adik menjawab bersamaan.
"Oke, segera pakai jaket hangat kalian, diluar cuaca sedang tidak bersahabat. Usahankan nanti kalian jangan keluar dari kampus atau pun sekolah, paham!"
"Paham Pa!"
"Good! ayo kita berangkat! aku berangkat dulu sayang, kalau tidak mendesak jangan keluar rumah oke. Nanti kau kedinginan, aku tidak ada dirumah hari ini."
Anita berdecak mendengar ucapan Lukman suaminya, bahkan Anita menggelengkan kepalanya melihat pria yang sudah hidup bersamanya selama 21 tahun ini mengedipkan sebelah matanya setelah dia mengecup bibirnya sekilas.
"Hati hati guys!"
Anita melambaikan tangannya pada suami dan anak anaknya, selama hampir 4 hari mereka tinggal di negara dan kota ini, kehidupan mereka lebih baik dari pada saat di Indonesia dulu. Disini kehidupan mereka ditanggung oleh perusahaan Lukman, pria itu bekerja disebuah laboratorium yang meneliti kehidupan yang ada dibumi ini.
🐝🐝🐝
"Ingat pesan Papa tadi?"
Inayna menganggukan kepalanya paham, setelah pamit pada sang Papa gadis itu melangkah yakin menuju gedung megah salah satu universitas yang sedari dulu sangat ingin dia masuki.
Banyak pandangan mata tertuju kepadanya, mungkin karena wajah khas Asianya begitu mencolok membuat Ina menjadi pusat perhatian.
"Excuse me, ruangan Miss Elena dimana ya?"
Ina menampilkan senyuman ramahnya, sedangkan orang orang yang sedang dia tanya terlihat saling menatap lalu menujuk kearah yang sama.
"Oh thank's,"
"Your wellcome,"
Ina menghela nafasnya lega, sedari tadi dia mencari ruangan itu namun tidak juga ketemu. Padahal dia sudah banyak bertanya pada orang orang yang berpas pasan dengannya, namun ada saja yang menujukan ruangan yang salah padanya.
Lima belas menit berlalu, Inayna sudah berhasil mendaftar di universitas ini, gadis itu tersenyum ramah pada wanita berambut blond yang sudah membantunya hari ini.
"Terimakasih atas bantuan Miss Elena, kalau begitu saya permisi mau mencari kelas pertama saya."
"Sama sama Inayna, semoga kamu bisa belajar dengan baik disini."
Ina menganggukan kepalanya, gadis cantik itu keluar dari ruangan Miss Elena dan segera menuju ruang kelas pertamanya.
SELAMAT DATANG DI CERITA BARUKU GUYS
SEMOGA KALIAN SUKA DAN JANGAN LUPA DUKUNGANNYA SELALU
LIKE VOTE KOMEN HADIAH DAN FAVORITNYA
SEE YOU NEXT PART MUUUAAACCHHH
"Baik semuanya, perkenalkan ini Lukman Wijaya asisten baru Mr Brant yang akan membantu dalam penelitian kita kali ini."
"Selamat datang Mr Wijaya, semoga kita bisa bekerja sama disini."
Lukman tersenyum ramah pada rekan rekan kerjanya, pria yang sudah berusia 45 tahun itu hanya menganggukan kepalanya merendah.
"Mohon bimbingannya dari para senior semuanya."
Lukman menundukan kepalanya pada orang orang yang berjas putih mau itu pria atau pun wanita. Lukman berharap otak jeniusnya akan berguna diperusahaan ini, dia akan memberikan kerja semaksimal mungkin untuk perusahaan yang sudah membayarnya mahal ini.
🐇🐇🐇
"Ini ruang kerja anda Mr Wijaya, anda akan ditempatkan sebagai peneliti utama diruangan ini dan akan menjadi asistenku ketika kita memulai penelitian utama kita nanti."
"Baik Mr Brant, saya paham dan terimakasih atas kepercayaannya."
Pria yang bernama Mr Brant itu menepuk pundak Lukman penuh keakraban. Pria itu terlihat tengah mengakrabkan diri dengan rekan kerjanya itu.
"Baiklah, selamat bekerja."
Lukman menganggukkan kepalanya, lalu mengantar Mr Brant menuju pintu keluar. Setelah pria berambut plontos itu keluar dari ruangan yang menjadi ruang kerja Lukman, pria berdarah Indonesia Jepang itu menatap sekeliling ruang kerjanya. Alat alat canggih sudah siap untuk dia otak atik, bahkan Lukman bisa melihat banyak serum serum aneh didalam botol kaca tertutup yang Lukman sendiri belum tahu apa isinya.
"Semoga aku bisa, semangat demi keluargamu Lukman!"
🐝🐝🐝
"Hai, kau mahasiswi baru ya?"
Ina menaikan wajahnya saat mendengar seseorang menyapanya,gerakan tangannya sedikit melambat saat melihat orang itu mengulurkan tangan padanya.
"Aiko,"
"Inayna, panggil saja Ina."
Ina menyambut uluran tangan seorang gadis berwajah khas Asia timur itu, kalau Ina tidak salah menebak gadis ini pasti berasal dari Jepang. Bukan hanya dari namanya namun dari bentuk wajahnya.
"Kau dari Indonesia?"
Ina menganggukkan kepalanya bangga, entahlah biar pun dia sudah tinggal di sini saat ada orang lain yang bertanya' kau dari Indonesia ya?' Inayna akan mengangguk bangga.
"Ya, kau?"
"Japanis."
Sudah Ina duga kan, gadis berambut curly itu memang dari negara matahari terbit. Negara nenek moyang Papanya, entah keturunan yang keb erapa Ina pun tidak tahu.
"Kita berteman?"
Ina mengulum senyumannya, tanpa menunggu lagi dia menganggukkan kepalanya. Kedua tangan gadis itu saling bertautan, bahkan mereka berdua tertawa kecil dibuatnya.
Setelah acara perkenalan itu, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke cafetarian yang ada dilantai dasar.
"Disini tidak ada nasi?"
Ina terlihat menatap nanar pada wadah makanan yang ada dihadapannya, di wadah makanan itu hanya ada kentang, ayam sedikit mayones dan salad sayur.
"Tidak ada sayang,"
Aiko tertawa melihat wajah lesu teman barunya itu, padahal dia juga dulu saat pertama ke negara ini Aiko mengeluh pada sang Mama yang ada di Jepang karena disini tidak ada nasi saat dia akan makan siang, hanya ada kentang kentang dan kentang.
"Bisa bisa aku kurus lama lama. Gak ada sambel lagi."
"What?"
Ina berdehem pelan, ternyata gumamnya masih didengar oleh temannya itu.
"Maksudku nikmati saja dari pada kita kelaparan siang ini."
Aiko semakin tertawa saat melihat wajah terpaksa Ina saat menyuapkan kentang goreng kedalam mulutnya sendiri. Interaksi keduanya itu tidak luput dari tatapan sekelompok mahasiswa dan mahasiswi yang tidak jauh dari keduanya.
"Mereka sama sama dari Asia, pasti sama menyebalkan dengan gadis Jepang itu!"
Gadis yang ada diatas pangkuan seorang pria tampan berjaket denim pudar itu menatap sinis pada Inayna yang tengah menampilkan senyumannya pada Aiko.
SEMOGA SUKA THANK'S
"Kenapa mereka terus saja melihat kearah kita? memangnya kita berdua terlihat aneh?"
Ina memindai penampilannya saat ini dari atas hingga bawah, tidak ada yang aneh menurutnya. Outfit yang dia pakai juga terkesan sopan dan tidak terbuka, tapi kenapa orang orang itu terus saja mengarah padanya.
"Jangan dilihat!"
Aiko mengalihkan wajah Ina dengan cepat saat gadis itu hendak membalas tatapan pria dan wanita yang tengah menatap kearah mereka.
"Why?" Ina sedikit berbisik pada Aiko, gadis berambut hitam itu nasih menuntut jawaban dari temannya.
"Pokoknya jangan dilihat, jangan sampai kau berurusan dengan mereka oke!"
Ina masih belum mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh temannya ini. Kenapa dis tidak boleh membalas tatapan mereka? dan kenapa dia jangan sampai beturusan dengan mereka? memangnya mereka kenapa? apa mereka memiliki penyakit menular?
"Why?"
"Pokoknya ingat kata kataku, kalau kita mau aman di kampus ini, jauhi mereka terutama pria berjaket denim lusuh yang dikucir itu."
"Jangan dilihat!" lanjutnya
Astaga Aiko benar benar gemas dengan teman barunya ini, sudah diperingatkan untuk tidak melihat kearah mereka Ina masih saja keras kepala.
"Ck, ya sudah kalau tidak boleh dilihat, kita pergi saja dari sini, Aku juga sudah selesai."
Aiko menganggukan kepalanya, dia segera meraih tasnya dan berjalan mengikuti Ina yang terlebih dulu menuju area pembersihan sisa makanan.
🐇🐇🐇
"Aku pulang!"
Ina mengibas ngibaskan jaket bulunya yang lembab karena salju, sore ini gadis itu pulang dengan menumpang mobil Aiko karena sang Papa tidak bisa menjemputnya.
"Kamu pasti kedinginan ya sayang, ayo Mama sudah siapkan air hangat untukmu. Setelah mandi kamu segera menyusul kami didapur oke!"
Ina menganggukan kepalanya, gadis itu memang tengah kedinginan setengah mati saat ini. Suhu dingin sore ini membuatnya hampir membeku, bahkan jari jarinya terasa mati rasa padahal dia sudah memakai 5 lapis sarung tangan.
Waktu sepuluh menit sudah cukup bagi Ina untuk membersihkan diri, gadis itu segera turun dari kamarnya untuk menyusul sang Mama dan Adiknya di ruang makan.
"Bagaimana sekolah kalian hari ini?"
Ina dan Zean terdengar menghela nafasnya bersamaan, kedua adik dan kakak itu saling menatap lalu kemudian tertawa bersama.
"No bad," Ina menjawab seadanya, gadis itu kembali memakan nasi dan sayur yang sedari tadi siang dia inginkan.
"Aku juga sama seperti Kakak, tidak buruk. Yeah sekolahku lumayan nyaman." remaja yang masih berusia 16 tahun itu pun menjawab seadanya.Ya sekolahnya disini memang tidak terlalu buruk, dia langsung mendapat teman tadi, ya walaupun teman barunya itu agak sedikit cerewet dan banyak bicara. Tapi yeah no bad, dari pada tidak punya teman sama sekali bukan.
"Papa tidak pulang?"
Anita yang tengah menuangkan air minum digelas anak anaknya menganggukan kepalanya. Suaminya itu memang harus lembur malam ini, padahal hari ini adalah hari pertama kerjanya tapi ternyata Lukman harus lembur karena tengah melakukan penelitian.
"Mungkin Papa akan pulang besok pagi, setelah kalian menghabiskan makan malam, kalian segera tidur oke!"
"Yes Ma!"
Anita menatap kearah jendela rumah mereka, salju mulai turun cukup lebat. Pemanas ruangan sudah dia nyalakan namun suhu masih terasa dingin, sepertinya Anita akan menyalakan perapian mereka nanti agar suhu dirumah ini sedikit lebih hangat dari pada saat ini.
SEMOGA KALIAN SUKA THANK'S
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!