NovelToon NovelToon

SENJA ASMARALOKA

BAB 1. Asmara

...Aku pernah menggenggam Bara sebelum aku menggenggam abu. Dan aku pernah menggenggam Cinta Sebelum aku kehilanganmu...

...🍁...

"Lepaskan aku, Jika kau tak bahagia bersama ku, Pun aku sudah siap membebaskan mu dari semua tanggung jawab mu terhadap diriku"

Kalimat terakhir yang terucap dari mulut Asmara sebelum dirinya benar benar meninggalkan Bima.

Seolah kaset rusak yang kembali di putar, memaksa Asmara untuk mengingat kejadian 3 Bulan lalu, dimana dengan mata kepalanya sendiri dia menyaksikan pernikahan laki-laki yang berstatus masih SAH sebagai suaminya. Laki-laki yang juga merupakan ayah biologis dari putrinya.

Ironis kehidupan yang harus dia terima , sudah tidak di terima oleh suaminya, Pun dia juga tidak memiliki siapa-siapa lagi selain putri kecilnya.

Sebongkah hati yang kini berubah menjadi sayatan kecil , menyisakan luka yang teramat mendalam.

Tidak ada alasan untuk dirinya tetap bertahan di tempat itu, karena ternyata tidak hanya dirinya yang tidak di terima oleh suaminya, nyatanya anak yang telah dia lahirkan pun juga tidak pernah di harapkan oleh Bima yang jelas-jelas ayah kandungnya.

Meski Asmara telah berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan hati suaminya, namun kenyataan dia tidak pernah benar-benar mendapatkan hatinya Bima.

Menyandang status istri dan memiliki ikatan sah , nyatanya juga tidak membuat Bima begitu saja menerima Asmara.

Sebagai seorang istri , Asmara telah menjalankan kewajibannya sebaik mungkin, nahasnya nasib selalu tidak berpihak pada dirinya.

Laki-laki yang dia cintai dengan segenap jiwa dan raga, Laki-laki yang telah memberikan dia sosok malaikat kecil yang di sebut buah cinta, terabaikan begitu saja.

Segar dalam ingatan Asmara 4 tahun yang lalu dia begitu bahagia, bersanding dengan Bima, laki-laki yang usianya terpaut 5 tahun darinya, dan laki-laki yang telah dia sukai sejak lama, hingga pernikahan Asmara dan Bima dikaruniai seorang putri bernama Senja.

Keduanya memang terikat pernikahan karena sebuah perjodohan, Orang tua bima yang merasa memiliki hutang Budi pada mendiang orang tua Asmara memutuskan untuk menjodohkan keduanya.

Namun satu hal yang tidak di ketahui oleh Asmara yaitu, Bima telah memiliki cinta lain sebelum keduanya menikah.

Sejujurnya Asmara masih sangat menyayangi Bima, namun dia tidak mungkin bertahan dalam bahtera rumah tangga yang tidak pernah ada cinta untuk nya.

Nasib seolah kembali mengejeknya tatkala satu hari Bima bertemu dengan mantan kekasih lamanya, keduanya kembali menjalin hubungan tanpa sepengetahuan Asmara. Hingga sang kekasih pun Hamil tanpa ikatan pernikahan diantara mereka.

Tidak hanya sampai di situ, kenyataan bima lebih memilih untuk menikahi mantan kekasihnya, meski dia juga tidak berniat menceraikan Asmara.

Sakit ?. Sudah pasti, tidak hanya tersakiti, nyatanya asmara juga telah di Khianati.

Dadanya terasa sesak setiap kali mengingat kejadian 3 bulan lalu.

Melihat Bima begitu bahagia telah bersatu kembali dengan cinta lamanya. Bahkan tidak sedikitpun Bima menanyakan bagaimana hati dan perasaanya. Membuat Asmara semakin yakin jika bukan disini dia seharusnya berada.

Sakit hati dan sesak di dada cukup membuat Asmara berani meminta talak pada Bima, Perceraian memang sesuatu yang sangat dibenci Allah, namun tidak di larang jika memang kondisinya tidak lagi memungkinkan.

***

"Bu . Saya ikut Bu Asma saja" ucap Mbok Jum sang asisten rumah tangga yang telah menemani Asmara sejak dirinya melahirkan Senja.

"Tapi mbok, Asmara tidak akan bisa memberikan gaji seperti gaji mbok Jum saat ini" lirih Asmara.

Sejujurnya Asmara sangat sedih ketika harus berpisah dengan pembantunya itu, bagaimana tidak sosok wanita paruh baya yang sudah dia anggap seperti ibu nya.

Asmara juga telah cocok dengan mbok Jum, meski tidak segesit kebanyakan asisten rumah tangga pada umumnya, namun Asmara memakluminya, karena memang usia mbok Jum yang tidak lagi muda.

"Tidak papa Bu, Ijinkan mbok Jum ikut Bu Asma"

Mohon mbok Jum dengan Isak tangis , berharap Asmara akan berubah pikiran dan membawanya serta pergi dari rumah tersebut.

Melihat situasi kalut seperti ini sejujurnya Asmara sangat sedih, bahkan dia hanya dapat menghirup nafas dalam-dalam seraya memejamkan mata.

"Mbok Jum yakin ?"

Dengan begitu yakin Mbok Jum menganggukkan kepala, meyakinkan Asmara jika dia tidak pernah keberatan dengan gaji berapapun yang nantinya akan dia terima.

Mbok Jum sendiri sudah tidak memiliki keluarga, tidak ada anak dan juga suami yang bisa dia ikuti. Hanya Asmara yang kini menjadi harapan satu-satunya.

"Baiklah, bersiaplah Mbok, Soren nanti kita berangkat"

Melihat interaksi antara Senja dan pembantunya, menciptakan kebahagiaan tersendiri bagi Diana , Seringai tipis jelas terlihat dari bibir Diana yang merasa telah berkuasa dalam hati Bima, tidak hanya itu nyatanya dia juga menerima segalanya, Karen Asmara tidak menuntut apapun setelah perceraian nya dengan Bima, karena hanya Senja saja yang dia inginkan.

"Akhirnya, aku tidak perlu capek-capek kerja, mobil, rumah, uang bulanan semua ada" gumam Diana dalam hati

Asmara kembali kedalam kamarnya mengemas semua barang-barang miliknya yang tentu sangat banyak, tidak hanya pakaian, namun beberapa keperluan rumah tangga seperti Chopper , dan kompor yang baru saja dia beli namun belum sempat di gunakan.

"Ibuk Kenapa kita harus pindah ?" celoteh Senja tatkala ibu nya sibuk berkemas.

"Apa kita akan berpisah dengan Ayah ?" ucapnya lagi.

Mendengar ungkapan hati gadis kecilnya, sungguh Asmara kembali merasakan sakit. Tidak ada ibu manapun yang menginginkan perpisahan.

Begitu juga Asmara yang juga tidak ingin Senja berpisah dengan ayahnya, namun kenyataan memaksa mereka harus berpisah.

"Nak, enja tidak berpisah dengan Ayah, enja kan masih bisa telpon ayah nanti kalau kangen" ucap Asmara dengan menyeka air mata yang hampir saja jatuh di pipinya.

"Apa ayah tidak sayang enja Buk ?"

Cepat-cepat Asmara menggelengkan kepala, perpisahan antara dirinya dengan Bima memang cukup menyisakan luka bagi Asmara, namun dia juga tidak ingin membuat mantan suaminya itu terlihat buruk Dimata Anaknya.

"Ayah sayang sama enja kok, Buktinya ayah selalu belikan enja Boneka"

Meski sejujurnya Bima tidak pernah memberikan hadiah apapun pada senja, Hanya asmara saja yang selalu ingat dengan Senja, membeli semua mainan untuk putrinya, tak jarang dia juga mengatasnamakan Bima.

Mobil bak yang di sewa Asmara akan datang kurang lebih dua jam lagi, sementara dia dan yang lainya akan naik travel.

Sisa waktu yang ada Asmara pergunakan untuk mengecek kembali barang-barang bawaannya.

"Kulkas nggak sekalian di bawa !!" sindir Diana dengan wajah sinis.

Asmara hanya diam mendengar ucapan istri muda dari mantan suaminya, perceraian yang baru saja dinyatakan sah 3 hari yang lalu. Meski surat resmi perceraian belum ada , namun Antara Bima dan Asmara telah benar-benar bercerai secara agama, dan sudah selesai pula masa Iddah Asmara sejak 3 bulan yang lalu Bima menjatuhkan talak pada dirinya.

"Ohya itu !! karpet di kamar jangan lupa kamu bawa, aku nggak mau ya pakai barang bekas kamu !!" ketus Diana.

Asmara hanya membuang nafas kasar "Ya " jawabnya kemudian.

Melihat Diana dengan perut buncitnya yang masih samar membuat Asmara sebal. Sejujurnya dia sangat tidak menyukai interaksi antara dia dan Diana , hanya saja Diana selalu memancing kemarahannya, mengikuti kemana Asmara pergi, bahkan kedalam kamar mandi untuk sekedar membereskan sisa sabun dan shampo miliknya dia juga ikut.

Lagaknya sudah seperti nyonya di rumah yang jelas merupakan hasil kerja keras Asmara dan Bima.

***

BAB 2. Pindah

...Menunjukan diri untuk terlihat tetap baik-baik saja is another level of pain....

...🍁...

"Tetaplah disini, aku yang akan pergi"

Ucapan yang baru saja Asmara dengan dari mantan suaminya. Dia memang tidak salah dengar karena Bima benar-benar mengatakan nya.

Bima sendiri sadar jika selama pernikahannya dia tidak sekalipun memberikan kebahagiaan bagi Asmara dan putrinya.

Sejujurnya Bima ingin Asmara tetap tinggal di rumah itu, sementara dia yang akan pindah ke rumah lain, namun lagi-lagi Diana menolak usulan Bima.

"Tidak mas, Lagipula pengajuan mutasiku sudah diterima"

"Aku akan pindah ke desa"

Ucap Asmara dengan suara pelan, tidak sekalipun Asmara berani menatap wajah sang mantan suami yang dulu selalu dia pandangi setiap malam.

Asmara memilih menundukkan wajahnya, bukan tanpa alasan , dia hanya takut jika menatap wajah yang pernah begitu dia cintai akan membuatnya goyah.

Sejujurnya hingga detik ini getaran cinta di hati Asmara masih sangat jelas terasa ketika dia bersama Bima. Meski Bima telah begitu menyakitinya. Namun tidak serta Merta perasaan itu hilang begitu saja.

"Senja. Senja jangan nakal ya sama Ibuk" ucap Bima.

"Kenapa ayah tidak ikut kami?"

Bukan mengiyakan titah Bima , senja justru mengajukan pertanyaan yang cukup menohok bagi Balita seusianya.

Terlihat Bima menarik nafas dalam hingga dadanya membusung akibat penuhnya udara di dalam dada.

"Sayang, Ayah memang tidak ikut kalian, tapi ayah janji, ayah akan sering-sering berkunjung"

"Janji !!"

Ucap Senja penuh semangat, bahkan dia mengangkat dua jari nya, jari tengah dan jari telunjuk untuk memastikan jika Bima tidak akan berbohong.

"Iya Ayah janji !!"

Senja yang tidak tahu apa-apa hanya tersenyum bahagia dengan memeluk Bima penuh ketulusan. Tentu Senja bahagia sementara kegiatan berpelukan dan belaian sosok ayah sangat jarang dia dapatkan dari Bima meski Senja selalu meminta dan kerap bermanja-manja.

Pemandangan itu cukup membuat Asmara kembali merasakan sesak di dada.

Asmara kerap mendengar jika Sosok ayah adalah cinta pertama bagi putrinya, namun apakah Senja juga mendapatkannya dari Bima ?.

Melihat keduanya membuat Asmara kembali menitihkan air mata.

"Maafkan ibuk nak, Maafkan ibuk, Ibuk Belum bisa memberi Senja Kehidupan yang baik" lirih Asmara dalam hati.

Saat ini senja telah bersama mbok Jum di depan rumah, kedua nya menunggu pickup yang akan membawa barang-barang mereka.

Sementara Asmara masih berada di dalam rumah dengan sibuk menata mainan milik Senja, cukup banyak hingga bima juga harus turun tangan untuk membantunya.

"Kau yakin untuk tinggal di desa ?" Bima

"Kenapa tidak mas, Aku sudah tidak memiliki alasan lain untuk tetap tinggal di sini"

Keduanya kembali terdiam , meski sakit namun ada setitik kehangatan di hati Asmara ketika Bima terus menanyakan tentang keyakinannya untuk pindah ke desa.

"Kau tidak perlu mencemaskan ku dan Senja, kami akan baik-baik saja"

"Dan hiduplah dengan bahagia bersama istri baru mas Bima" ucap Asmara.

Mendengar ucapan Asmara , Bima seolah mendapatkan tertampar keras. Entah karena sebab apa namun Bima merasa ada sedikit rasa bersalah.

"Ohya mas , untuk urusan sidang aku sudah percayakan semua pada Yunita, lagipula kalau aku tidak datang, itu akan lebih memudahkan bagi kita untuk segera mendapatkan putusan pengadilan"

Bima hanya terdiam mendengar penuturan dari Asmara.

Memang keputusan bercerai adalah sepihak dari pihak Asmara, yang merasa sudah tidak bisa lagi untuk tetap bertahan. Sementara Bima sendiri hanya menuruti permintaan Asmara.

Bukan tidak berusaha, Asmara sendiri sudah berusaha untuk berdamai dengan keadaan, dengan masih tetap menjadi istri Bima bahkan setelah suaminya itu menikahi cinta lamanya. Namun ternyata memang hanya bercerai lah solusinya.

"Sejujurnya aku ingin kau dan Senja tetap disini" lirih Bima.

"Ck. Untuk apa mas ?"

Asmara hanya menatap nanar wajah Bima yang seolah tidak memiliki prinsip. Meski dia begitu mencintai Bima, namun Asmara tidak cukup bodoh untuk selalu membiarkan hatinya terluka.

Semua barang telah siap, Beberapa koper berukuran besar, perabotan, dan alat-alat rumah tangga lain telah siap di depan rumah.

Tidak butuh waktu lama, pickup yang di tunggu telah terparkir di depan rumah, dengan sigap Kuli dan Supir pickup tersebut mengangkat barang-barang dan menatanya dalam bak.

Sementara Asmara dan yang lainya hanya menunggu , dan memastikan semua barang tidak ada yang tertinggal.

"Mang, Nanti saya kirim share lok nya ke nomer Mamang. Ini memang boleh berangkat dulu, nggak usah tungguin, saya sama anak, saya masih harus tunggu travel " titah Asmara.

"Baik Bu"

Setelah menerima uang Deposit dan share lokasi dari Asmara, supir pickup dan kuli pun berangkat lebih dulu.

Sementara Asmara dan yang lain masih harus kembali menunggu 30 menit lamanya untuk penjemputan travel.

Selama menunggu Pandangan mata Asmara tidak lepas dari pintu rumah. Rumah yang dia bangun dari hasil jerih payahnya bersama Bima kini harus dia tinggalkan begitu saja.

Tidak ada Gono gini yang Asmara tuntut dari suaminya, dia hanya meminta hak asuh Senja ada pada dirinya, itu saja baginya sudah sangat cukup.

Setelah pergi, Asmara menguatkan tekat jika tidak akan pernah mau lagi untuk kembali.

Dari kejauhan tampak sebuah mobil Pajero hitam terparkir tepat di depan pagar rumah, mobil yang tidak asing bagi Asmara.

Suara tangisan Kembali Asmara dengar dari sosok wanita paruh baya yang juga telah dia anggap seperti ibunya, meski sejatinya status keduanya hanyalah menantu dan mertua.

"Asmaaa... !! Ya Allah kenapa kamu tinggalin ibuk "

"Harusnya wanita itu yang pergi Asma bukan kamu"

Raungan dan tangisan semakin menjadi tatkala Sang mertua memakai Diana dengan penuh kebencian. Tidak rela rasanya jika menantu sebaik asmara tergantikan dengan menantu yang sudah jelas dia ketahui sifatnya.

Asmara memang merupakan menantu kesayangan orang tua bima, selain cantik Asmara juga baik, pengertian, tidak pernah sekalipun membantah ucapan mertuanya, tidak jarang Asmara memberikan uang setiap kali dia menerima gaji.

Namun sosok itu kini telah menjauh darinya, tentu orang tua bima sangat kecewa

"Bim Bim, kamu itu Lo kok ya bodoh banget, Dikasih batu permata pilihnya Batu Akik" seru Orang tua bima masih dengan Isak tangisnya.

"Kamu pindah saja ke rumah ibuk. Asma" mohon Sang mertua , tidak rela jika asma harus pindah dan jauh darinya.

"Tidak Bu, asma tidak bisa tetap tinggal di sini" ucap Asmara dengan suara pelan.

Sejujurnya dadanya kembali sesak, merasakan betapa mertuanya merasa kehilangan. Asmara mungkin cukup beruntung memiliki mertua seperti orang tua bima, namun dia sadar tidak cukup beruntung dalam urusan rumah tangga.

Pertahanan yang dia bangun akhirnya runtuh juga, tangis yang sedari tadi berusaha dia tahan kini meluap juga.

Dalam pelukan sang mertua Asmara menangis dengan memukul dadanya yang terasa sesak. Sejujurnya dia juga tidak menginginkan perpisahan ini namun keadaan memaksa Asmara untuk memilih, dan ini pilihannya.

"Ibuk tenang ya, Asmara akan sering berkunjung, dan ibuk juga bisa datang kerumah Asmara kalau longgar" ucap Asmara.

Keduanya kembali pecah dalam tangisan, sementara yang lain hanya melihat dengan tatapan tak kalah mengiba.

Hanya Diana yang terlihat bahagia dengan tangisan mereka.

***

...🍁Assalamualaikum🍁...

Selamat Datang di Novel terbaru Author Semoga terhibur dengan tulisan saya meski masih jauh dari kata Layak.

Semoga selalu dalam lindungan dan Rahmat Allah SWT.

Sebelumnya Author ucapkan Banyak terima kasih yang sudah bersedia membaca Tulisan saya, Masih jauh dari kata sempurna jika dibandingkan dengan Jutaan Novel bagus lainya.

Semoga sedikit yang bisa saya torehkan dapat menjadikan hiburan dan inspirasi yang baik untuk para Readers semuanya.

Namun disini saya juga ingin menyampaikan sepatah dua patah kata berkaitan dengan isi hati saya.

Mohon untuk kakak kakak semua yang merasa novel saya ini tidak layak, tidak menarik Silahkan tinggalkan saja, Tidak perlu memberikan like , Komen ataupun penilaian bintang berapapun.

Penilaian kakak yang mungkin berupa bintang 1, 2 , 3 atau 4 sejujurnya cukup meresahkan di hati dan karya saya.

Karena disini saya tidak hanya mengisi waktu luang semata, tidak hanya mengembangkan imajinasi saya, Tidak hanya menghalu semata.

Jujur saya sangat Down, di beberapa tulisan mungkin ada yang dengan sengaja membuat penilaian buruk 🙏. Entah karena tujuan apa, tentu hanya Allah semata yang mengetahuinya 😭

Jujur Sedih.

Saya tidak meminta Kakak kakak Readers semua untuk membaca buku saya, kalau suka silahkan di baca kalau tidak suka mohon tinggalkan saja.

Mohon Bijaklah dalam menggunakan jari jempol anda 🥰🥰🥰🙏🙏🙏

...Selamat Membaca Dan Semoga Terhibur ...

BAB 3. Rumah Lama

...Tidak ada kehidupan yang benar-benar sempurna, Karena Sedih dan bahagia Akan selalu hadir menyapa ...

...🍁...

Perjalanan yang harus di tempuh Asmara cukup lama, butuh waktu hingga 8 jam perjalanan darat menggunakan travel.

Tujuan Asmara saat ini adalah Desa Kertagiri di pinggiran Kabupaten provinsi Jawa tengah.

Pedesaan asri yang masih menyuguhkan hamparan kebun teh sejauh mata memandang.

Bukan tanpa alasan Asmara memilih tempat tersebut, disana juga merupakan tanah kelahirannya, dan hanya di tempat tersebut Asmara tidak harus mengeluarkan biaya untuk membeli rumah.

Rumah peninggalan mendiang orang tuanya masih cukup bagus untuk Asmara dan anaknya tinggal.

Meski tidak sebagus rumah ya di kota namun sepertinya Asmara akan lebih nyaman tinggal disana.

Sepanjang perjalanan Asmara lebih banyak melamun, sementara Senja dan Mbok Jum menghabiskan waktu dengan tidur.

Udara dingin semakin terasa ketika travel telah memasuki area perkebunan teh.

Sudah sangat lama rasanya Asmara tidak pernah kesana, terlebih setelah kedua orang tuanya berpulang, Asmara sangat jarang berkunjung, hanya rumah nya saja dia pasrahkan pada paman yang merupakan Adik dari mendiang ibunya.

"Enja .. Bangun sayang, Kita sudah sampai nak"

Tepukan halus di pipi Senja membuat gadis kecil itu menggeliat, udara dingin yang seketika menusuk membuat Senja kembali meringkuk di bawah ketiak Ibunya.

"Ayo sayang kita turun"

Sementara Asmara tengah membangunkan putrinya, mbok Jum telah turun lebih dulu untuk mengambil beberapa barang di bagasi mobil.

"Sudah di turunkan semua mbok ?"

Baru saja Asmara dan Senja turun dari mobil , terlihat wajah malas putri kecilnya yang merasa belum puasa tidur.

Udara terasa begitu dingin, terlebih mereka melakukan perjalanan di sore hari , hingga saat ini waktu menunjukan pukul 01.30 dini hari ketiganya baru sampai di rumah lama Asmara.

Meski ketiganya sampai pada waktu kebanyakan orang tidur, namun Paman dan bibi Asmara telah siap berjaga untuk menunggu ketiganya.

"Nduk... Bagaimana tadi perjalannya?"

(Nduk merupakan panggilan dari orang yang lebih tua kepada Anaknya dalam istilah Jawa)

"Alhamdulillah pak , buk, Lancar"

Paman dan bibi yang juga Asmara panggil Bapak dan Ibu, keduanya juga menganggap Asmara seperti putri mereka sendiri, terlebih keduanya juga tidak memiliki anak.

Keduanya tidak lagi di karuniai anak setelah anak mereka meninggal saat usia 5 tahun karena penyakit DB , Mungkin jika masih hidup anak paman dan bibi Asmara juga seusia dirinya.

"Ayo ayo masuk, ngobrolnya lanjut di dalam saja" ajak Bu Retno yang merupakan Istri dari pak Basuki

Ketiganya berjalan beriringan menyusul Pak Basuki dan Bu Retno yang telah berjalan lebih dulu.

"Bapak belum sempat merenovasi rumah ini, Rumah ini masih sangat layak huni untuk kalian" ucap Pak Basuki pada Asmara.

"Bapak, jangan begitu, Bapak sudah menjaga rumah ini saja Asma sudah sangat senang"

Senja kini berpindah tangan pada Bu Retno, yang langsung saja tertidur kembali setelah Bu Retno membawa gadis kecil itu ke kamar nya.

Sementara Mbok Jum masih sibuk memasukkan barang-barang yang dibawa sebelumnya.

Sementara barang yang di bawa oleh mobil pickup telah di masukan ke dalam rumah oleh Pak Basuki dan istri.

"Mbok istirahat saja, di lanjut besok beberesnya" titah Asmara.

"Baik Bu"

Setelah mbok Jum masuk kedalam kamar, kini menyisakan Pak Basuki dan Asmara saja yang masih betah di ruang tamu.

"Bagaimana kabarmu Nduk.." lirih pak Basuki dengan menyesap kopi pahit buatan istrinya.

Entah karena sebab apa, mendengar pertanyaan Pak Basuki semakin membuat Asmara kembali merasakan sesak di dada.

Kekuatan yang dia bangun hingga detik ini kembali harus goyah mengingat nasib yang harus dia jalani.

Kedepannya masih akan lebih panjang, mungkin tidak akan ada waktu bagi Asmara untuk sekedar menitihkan air mata , namun untuk saat ini rasanya belum bisa, air mata itu jatuh begitu saja.

"Sabar Nduk, hidup itu sudah di garis Kan oleh Gusti, kita sebagai Manusia tinggal menjalani"

"Iya pak" lirih Asmara.

Rasanya mata Asmara sudah kering , namun entah kenapa Air mata itu tidak juga surut meski telah banyak tetesan membasahi pipi.

"Jangan menyalahkan takdir , Jalani saja dengan legowo, Kehidupan masih panjang, kita tidak pernah tahu kebahagiaan apa yang sudah menantimu"

"ingat itu Nduk"

"Iya Pak , InshaAllah Asma paham" Asmara.

Untuk malam ini Pak Basuki dan Bu Retno masih akan tinggal dan menemani mereka, pasalnya mungkin Asmara membutuhkan sesuatu, meski jarak rumah pak Basuki dan rumah mendiang orang tua Asmara tidak terlalu jauh, namun pak Basuki dan istri lebih memilih untuk menginap.

Pak Basuki telah menyusul sang istri yang lebih dulu masuk kedalam kamar, sementara Asmara masih betah berada di ruang tamu, menatap langit langit atap rumahnya mengingatkan Asmara pada kenangan masa kecil nya.

Kebahagiaan yang dirasakan bersama mendiang orang tuanya yang kini telah tiada.

"Pak , Buk, Asma Kangen" lirih nya dengan mengusap pelan dada nya yang terasa sakit.

***

Pagi hari

Suasana dingin terasa hingga menusuk tulang, meski tidak sedingin semalam namun tetap saja bagi Asmara dan lainya yang terbiasa dengan kehidupan kota merasa udara disana sangat dingin.

"Ini rumah kita Buk" celoteh Senja dengan mengunyah makanan.

"Iya sayang, ini rumah Almarhum kakek dan nenek, Sekarnag jadi rumah Enja" jawab lembut Asmara.

Rumah tua yang masih begitu layak dan kokoh untuk dijadikan tempat tinggal bagi Asmara dan putri kecilnya.

Rumah yang juga menjadi idaman banyak orang pada jamannya.

Beruntung dia tidak menjual satu-satunya Aset yang di miliki orang tuanya. Sehingga itu cukup membantu Asmara saat kondisinya seperti ini.

"Enja suka buk, Rumahnya Bagus, disini adem " celoteh Senja

Seulas senyum tergambar jelas di wajah cantik Asmara yang kini terlihat lelah.

"Mbok nanti titip Enja ya, saya mau ke dinas untuk mengurus pekerjaan"

"Baik Bu"

Asmara merupakan seorang Bidan yang dulu sempat bekerja di Rumah Sakit Pemerintah di ibu kota, namun sejak perpisahan nya dengan Bima dan dia memilih untuk tinggal di desa membuat Asmara harus mengajukan mutasi.

Dan beruntung pengajuannya di setujui untuk pindah di kota kelahirannya. Sebagai seorang ASN tentu tidak mudah baginya untuk mengajukan pindah begitu saja, butuh serangkaian proses yang harus dia jalani dan penuhi untuk sampai ke tahap ini.

Asmara telah tiba di kantor dinas, menyelesaikan semua administrasi, Beruntung dia mendapatkan penempatan di Puskesmas Kertagiri yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah.

Kedepannya Asmara harus lebih berhemat, Hal ini tentu karena penghasilannya yang akan menurun sesuai tempat dimana dia bekerja, untuk gapok ASN mungkin tetap sama, namun untuk tunjangan dan jasa medis sudah pasti akan sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan bekerja di rumah sakit besar.

Tapi itu tidak masalah, karena sejatinya Asmara bukan lah wanita yang suka berfoya foya , terbukti saat ini dia juga memiliki cukup tabungan untuk kehidupannya bersama sang putri.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!