NovelToon NovelToon

Backstreet

Pengantin Pengganti

Seorang gadis berjalan tergesa menuju ke tempat kerjanya, di salah satu perusahaan besar milik Dharmendra Group. Ia terus saja berjalan hingga tanpa disadarinya, dua orang pria kekar menahan langkahnya lalu membawanya pergi secara paksa menuju mobil yang terparkir di pinggir jalan raya. Salah satu diantara mereka membungkam mulut gadis itu yang hendak berteriak.

"Jangan berteriak jika ingin selamat. Kau harus ikut kami ke suatu tempat sekarang juga!" desis salah satu pria yang lalu mendorong tubuh gadis itu untuk masuk ke dalam mobil sebelum akhirnya ia pun menyusul masuk dan duduk di sebelah gadis itu.

Mobil melaju kencang, meninggalkan beberapa pasang mata yang melihat kepergian gadis itu secara paksa. Beberapa diantara mereka ada yang berlari mengejar, namun kalah cepat. Semua tahu, gadis itu telah diculik.

"Tidak, Pak, saya bukan Alexia!" teriak gadis itu saat seorang pria yang duduk di samping driver, bertanya padanya.

"Jangan bohong! Kau pasti Alexia Mayang," bentak pria itu tidak suka.

"Saya bukan Alexia! Saya Liliana, karyawati Dharmendra Group di kantor satu," jelas gadis itu tetap berkeras.

Mendengar ucapannya, pria itu tertegun. Bagaimana mungkin seorang model terkenal sekelas Alexia Mayang bekerja di salah satu perusahaan miliknya? Pria itu lalu menoleh, menatap gadis yang mengaku bernama Liliana itu dengan intens. "Kau serius bukan Alexia?" tanyanya.

Liliana mengangguk tegas. Ada sedikit kelegaan dalam hatinya melihat pria itu yang seolah percaya dengan ucapannya. "Kalau Tuan tidak percaya, Tuan bisa cek sendiri di perusahaan itu," tantangnya. Ya, dia adalah Liliana Mustika Rani, seorang karyawati yang masih baru bekerja selama 3 bulan di perusahaan Dharmendra Group, milik pria yang berkuasa itu.

Pria itu lantas menghubungi seseorang dan tak lama kemudian ia termenung sendiri sembari menatap berkas data milik gadis itu yang dikirim melalui pesan. Semua penjelasan Liliana sesuai dengan kenyataan. Itu berarti dirinya sudah membuat kesalahan besar yang akan membuatnya malu, nantinya. Wajah gadis itu sangat mirip dengan Alexia, yang beberapa waktu terakhir ini belum pernah ia temui lagi karena kesibukannya. Tetapi dirinya bukanlah orang yang mudah menyerah begitu saja dan tidak mau salah. Ia lantas memerintahkan driver untuk membawa mereka ke sebuah rumah kosong, yang baru saja ia sewa. Sontak perasaan Liliana tidak nyaman seketika. Satu firasat buruk mencuat dalam hatinya, dan kini ia hanya pasrah, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Kurung dia di sana dan persiapkan untuk pernikahan besok!" titah pria itu.

Liliana membelalakkan matanya. "Pernikahan?" serunya panik.

"Sudah, diamlah! Kau hanya harus patuh padaku," hardik pria itu. Liliana sontak terdiam membeku, ia takut pria itu nekat berbuat jahat padanya.

Kedua pria kekar keluar dari mobil sembari menyeret tubuh Liliana, membawanya masuk ke dalam rumah kosong. Ia lalu di ikat kuat pada sebuah kursi kayu, di dekat dapur, mulutnya pun di tutup dengan kain tebal yang di ikat dengan kuat ke arah belakang.

Gadis itu menangis sedih. Mimpi apa ia semalam hingga sampai mengalami kejadian aneh seperti ini? Ingin rasanya ia berteriak tetapi tidak ada satupun yang ia dapati di rumah itu. Hanya ada dua anak buah pria yang berkuasa itu, yang kini berjaga di luar, sedangkan yang lain sedang berkumpul, menghadap tuannya, tidak jauh dari dua penjaga itu.

"Persiapkan semua bahan dan perlengkapan untuk pernikahan besok, di rumah ini. Aku akan mengirimkan semua orang yang terkait, termasuk orang tua palsu gadis itu," titah sang pria yang berkuasa itu.

"Tapi Bos, dia bukan Nona Alexia," sahut seorang pria yang berdiri di depannya dengan memakai stelan jas resmi. Sepertinya ia adalah orang kepercayaan pria itu.

"Biarkan saja. Alexia pergi dan tidak mau kembali lagi bersamaku. Jadi, biarkan gadis itu saja yang menggantikannya."

Liliana semakin tergugu. Ia mendengar semuanya dengan jelas. Raut wajah mereka pun bisa ia lihat dari tempatnya berada, dan ia sangat tidak menyukai situasi ini. Tapi, ia bisa apa? Apakah pernikahan yang dimaksud itu menyangkut dirinya? Sungguh, Liliana tidak tahu apa-apa tentang hal ini.

"Tuan Ethan, ini berkas yang Anda minta." Seorang pria datang memberikan berkas ke tangan pria yang dipanggil Ethan itu. Ethan Dharmendra, seorang pengusaha periklanan dan real estate ternama.

"Liliana Mustika Rani," gumam Ethan. "Nama yang bagus. Ganti nama Alexia dengan nama gadis ini! Jangan sampai ada yang salah," titahnya.

Tak lama Ethan pergi bersama orang kepercayaannya dan juga yang lainnya. Pria itu meninggalkan beberapa orang yang kini membersihkan seluruh rumah itu dan membuat dekorasi acara pernikahan yang sederhana tapi terkesan mewah.

Dua orang wanita datang. Mereka mendekati Liliana lalu berbisik, "Nona, talinya saya lepas, tapi tolong jangan berontak atau kabur, nanti saya kena hukuman," pintanya dengan wajah memelas. "Nona belum tahu bagaimana kejamnya Tuan Ethan."

Liliana menghela napas panjang. Tidak ada pilihan lain. Ia memang berniat untuk kabur, tetapi saat melihat raut wajah ketakutan dari kedua wanita itu, hatinya pun melemah. Ia tidak tega. Maka dengan berat hati, ia pun patuh dan mengikuti semua kemauan dua wanita itu.

"Kita ke kamar pengantin, Anda harus dipersiapkan dulu sebelum acara inti, besok," ucap salah satu wanita itu. Liliana hanya menganggukkan kepalanya pasrah.

Tiba di kamar yang sudah dibersihkan dan dipersiapkan dengan kilat, Liliana masuk dan berbaring di atas ranjang kecil, yang dikhususkan untuk pijat. Sedikit lega juga, karena ternyata ia harus menjalani perawatan tubuh, bukan hal lain yang ia takutkan.

Setelah selesai, Liliana diminta untuk mandi dengan air rendaman bunga dan rempah-rempah yang sudah disiapkan dengan baik sebelumnya. Sekali lagi, Liliana hanya patuh dan mengikuti semua perintah.

"Siapa yang akan menikah besok, Mbak?" tanya Liliana penasaran. Kedua wanita itu saling melirik lalu salah satu diantaranya menggelengkan kepalanya pelan.

"Bukannya Anda yang akan menikah, Nona? Anda calon istri Tuan Ethan," jawab salah satu daei mereka dengan sopan.

"Tuan Ethan? Yang tua itu?"

Kedua wanita itu tampak menahan tawa, tetapi mereka tetap menunduk sembari mengusap seluruh permukaan kulit tubuh Liliana dengan ramuan khusus. "Beliau masih lima puluh tahun, Nona. Belum tua-tua amat," jawab salah satunya pelan. Seolah takut ada orang lain selain mereka yang mendengarkan.

"Astaga, mimpi apa aku semalam? Kalian tahu, aku bukan calon istrinya, dia salah orang, yang dia cari namanya Alexia," jelas Liliana gusar. Apa benar dirinya besok menikah dengan pria tua itu?

"Sudah diganti, Nona. Calon pengantin yang asli sudah lari, tidak mau menikah dengan Tuan Ethan."

"Apa? Sial!" umpat Liliana kesal. "Dia yang enak dong, malah aku yang kena getahnya!" gerutunya.

"Sudahlah, Non, diterima saja nasibnya. Toh menikahnya sama orang kaya, nggak ada ruginya kok," bujuk salah satu wanita lainnya yang sedari tadi lebih banyak diam.

"Rugi banget! Emang mbaknya mau dinikahkan sama orang tua?" balasnya kesal.

"Mau-mau aja, Non, kalau lakinya Tuan Ethan," jawab mereka kompak. Liliana memutar bola matanya malas.

"Nona Liliana? Bisa kita bicara sebentar setelah selesai ritualnya?" Tiba-tiba orang kepercayaan Ethan masuk begitu saja ke dalam kamar dan berhenti tepat di pintu kamar mandi. Meskipun pria itu tidak melihat langsung Liliana, tetap saja gadis itu merasa malu dan tidak terima.

"Keluarlah! Dasar tidak sopan, aku sedang mandi," gertak Liliana. Pria itu hanya membalikkan tubuhnya menatap ke arah luar.

"Tuan Ethan juga sedang menunggu Anda di ruang tengah, jadi cepat selesaikan kegiatan Anda saat ini."

"Bodo amat!" seru Liliana. Kedua wanita itu seketika terbelalak.

Terpaksa Menikah

"Jangan begitu, Nona, Anda membuat kami takut," bisik salah satu wanita di samping Liliana.

"Ya emang bodo amat, aku nggak mau diganggu. Enak saja mereka main perintah. Kenal saja nggak," gerutu Liliana.

"Tapi Non, Tuan Sam ini cukup berkuasa juga, jangan main-main dengannya, yang sopan," jawab wanita itu.

"Sam?"

"Orang ini, Non, asisten Tuan Ethan."

Liliana mengangguk paham. ia lalu memejamkan matanya, menikmati perawatan tubuh yang cukup memanjakannya itu. Sementara Sam tetap berdiri agak jauh dari pintu kamar mandi.

"Saya harap, setelah selesai Anda bisa langsung menemui beliau," ucap Sam tanpa menoleh pada Liliana yang tetap bungkam, tak berniat untuk menjawabnya.

Merasa diacuhkan, Sam pergi dengan sudut bibir yang terangkat. Selama mengabdi pada Ethan, baru kali ini ia menemukan wanita yang keras dan tidak takut padanya ataupun pada Ethan, meskipun sebenarnya gadis itu sedang terdesak dan sudah pasti sangat cemas dengan nasibnya. Satu nilai positif tentang Liliana muncul dalam benaknya.

Tak lama, Liliana selesai membersihkan diri dan kini ia melangkah ke ruang tengah untuk menemui Ethan. Pria paruh baya yang katanya calon suaminya itu.

"Duduklah!" titah Ethan sembari menatap Liliana tak berkedip. Yang ditatap jengah dan membuang muka, sembari menghempaskan tubuhnya di atas sofa.

"Jadi begini, Nona, Tuan Ethan menginginkan Anda untuk menikah dengannya, besok." Sam mulai menjelaskan. "Dan kami harap kerjasama yang baik dari Nona, tanpa ada tindakan yang tidak perlu, karena akan merusak acara dan akan mengakibatkan kehancuran karir Nona di perusahaan, karena sebenarnya Tuan Ethan ini adalah owner dari Dharmendra Group."

Liliana menatap Ethan tak percaya. Ia baru tahu, ternyata orang besar yang berdiri di balik perusahaan tempatnya bekerja adalah Ethan, sosok pria paruh baya yang ternyata calon suaminya.

"Kau harus percaya, dengarkan penjelasannya sampai habis!" tegur Ethan, seolah mengetahui isi hati Liliana.

Sam menjelaskan semuanya hingga Liliana mengerti dan patuh terhadap apa yang sudah ditentukan untuknya. Gadis itu hanya terdiam, masih tidak menyangka semua itu terjadi padanya.

"Tapi saya masih belum meminta ijin orang tua saya, Tuan," ucap Liliana ragu.

"Berikan alamat rumahmu, kami akan ke sana."

Liliana segera menyebutkan alamat rumahnya secara rinci, yang dicatat oleh Sam sembari berharap, orang tuanya tidak menyetujui pernikahan ini. Setelah selesai, Sam menghubungi seseorang dan memintanya untuk menjemput kedua orang tua Liliana, atas permintaan Ethan.

"Sekarang kau istirahatlah, besok adalah hari panjang yang pasti akan melelahkan bagimu," titah Ethan yang lalu beranjak pergi, meninggalkan Liliana termenung sendirian. Sam masih di sana, tetapi tidak duduk bersama Liliana.

"Nona, masuklah ke kamar, Anda tidak dengar perintah Tuan Ethan?" tegur Sam.

Tanpa banyak bicara, Liliana segera masuk ke kamar yang disediakan untuknya. Ia masih tertegun, tidak percaya jika statusnya akan segera berubah menjadi seorang Nyonya. Liliana menggelengkan kepala dan menampar pipinya berkali-kali, tapi terasa sakit. Saat itu juga ia tersadar, bahwa dirinya sedang tidak bermimpi.

***

Dan hari itu pun terjadilah. Liliana kini bersanding dengan seorang Ethan Dharmendra, di atas pelaminan yang cukup mewah dan elegan.

Sebuah rumah yang khusus disewa oleh Ethan untuk melangsungkan pernikahan itu menjadi saksi bisu, dimana tangis Liliana pecah ketika ia harus menikah dengan seorang pria yang terpaut 26 tahun di atasnya. Mereka sama-sama masih belum mengenal, sama-sama asing dan tidak saling mencintai. Lalu kenapa pernikahan ini harus terjadi?

Susah payah Liliana menahan tangisnya, terlebih saat mendengar kabar kedua orang tuanya telah menghilang, di hari pernikahannya ini. Tidak masalah baginya jika mereka menghilang karena tidak memberikan restu atas pernikahan ini, tetapi yang menjadi masalah baginya saat ini adalah, kemanakah mereka perginya? Karena Ethan mengatakan, anak buahnya tidak berhasil menemukan keberadaan mereka.

"Tersenyumlah, jangan membuatku malu di depan tamu penting!" tegur Ethan. Sedari tadi ia melihat Liliana yang selalu cemberut dan murung. Beberapa rekan bisnisnya sampai menyindir, mengatakan bahwa pernikahan ini hanyalah setingan. Meskipun memang benar, Ethan tidak mau mengakuinya, karena rasa gengsinya yang sangat besar.

“Begini rupanya, pengantin yang Papa pilih?” sinis seorang pemuda yang berwajah mirip dengan Ethan. Liliana seketika menebak, mungkin dia putra Ethan.

“Ansel, kapan kau datang?” sambut Ethan yang ditanggapi dingin oleh putranya itu.

“Ku kira dewasa, ternyata hanya gadis murahan yang mungkin mengharapkan harta Papa,” gerutunya tidak suka sembari melirik tajam Liliana yang kini menjadi ibu tirinya.

“Jaga bicaramu! Kau bicara dengan ibumu,” ketus Ethan dengan suara tertahan.

“Cih! Aku bahkan lebih tua darinya, Pa. Apa tidak ada wanita lain?”

“Diam kau, Ansel! Jangan merusak acara papa!” geram Ethan.

Ansel berlalu pergi tanpa menatap Liliana yang kini tertunduk sedih dan tersinggung dengan ucapan Ansel. Bukan dia yang menginginkan pernikahan ini. Bukan juga salahnya jika ternyata ia kini menjadi ibu tiri Ansel. Tatapan sinis dan kebencian terlihat jelas dari sorot mata Ansel.

"Selamat, akhirnya kau menemukan penggantiku tepat pada waktunya." Suara merdu seorang wanita membuyarkan lamunan Liliana. Ia seketika menoleh, menatap seorang wanita yang terlihat begitu anggun dan sangat cantik. Wanita itu naik perlahan, mendekati kedua orang tua Ethan terlebih dahulu. Inikah Alexia?

"Alexia, kau datang, hm?" sambut Ethan dengan tatapan penuh cinta. "Seharusnya pelaminan ini adalah tempatmu," imbuhnya yang seketika membuat hati Liliana mencelos. Ethan mengatakannya tanpa memikirkan perasaan Liliana sedikitpun, sementara ibu Ethan terlihat begitu senang melihat kehadiran Alexia.

"Menantuku," sambut Kamila, ibu Ethan. Wanita berusia 72 tahun yang masih terlihat muda itu lalu merengkuh bahu Alexia dan memeluknya erat. "Kenapa kau menolak menikah dengan Ethan?" tanyanya.

Alexia hanya tersenyum dalam pelukan Kamila. Ia lalu menoleh, menatap seorang pria yang kini sudah berdiri diam di belakangnya. "Karena Alexia sudah menjadi milik Lukas, Ibu Kamila," jawabnya sembari menggamit lengan pria yang berdiri di belakangnya itu.

Sontak terlihat perubahan raut wajah Kamila dan Ethan yang berubah kelam. Keduanya kini terdiam membeku, menatap Lukas dengan penuh tanya.

"Ehm. Lukas adalah managerku yang baru. Kami sudah mengenal sejak lama dan akan segera melangsungkan pernikahan, bulan depan, menyusul Ethan," jelas Alexia. Lukas mengangguk dan tersenyum.

Ethan membuang muka. Ia lalu merengkuh pinggang Liliana dan mencium puncak kepala gadis itu dengan lembut. "Terima kasih sudah ada di sini, kau telah menyelamatkanku dari tusukan tajam wanita itu," bisiknya setengah mengadu. Liliana hanya tersenyum tipis.

Saat Alexia berjalan ke hadapan Ethan, wanita itu hanya tersenyum dan mengangguk sembari menepuk pundak Ethan lalu beralih menatap Liliana. "Yakin menikah dengan Ethan?" tanyanya dengan penuh keprihatinan.

Liliana menggelengkan kepalanya pelan. Ia menatap Alexia bingung. Apa maksud pertanyaannya itu sebenarnya?

"Kuatkan hatimu saat menjadi Nyonya Ethan, karena kau akan melihat kejamnya dunia yang sesungguhnya," ucap Alexia yang lalu memeluk Liliana dan mengusap bahu gadis itu pelan. "Kalau kau membutuhkan teman, aku siap sewaktu-waktu untukmu. Kau butuh aku untuk bisa mengenal Ethan lebih jauh," imbuhnya sembari berbisik.

"Terima kasih," ucap Liliana. Gadis itu tersenyum saat melihat ketulusan di wajah Alexia yang kini melangkah pergi bersama Lukas, kekasihnya.

Liliana menatap wajah Ethan yang merah padam. Kedua matanya tak lepas menyorot keberadaan dan kebahagiaan Alexia yang kini sedang bercengkerama dengan teman-temannya yang lain. Sedalam itukah cinta Ethan pada Alexia? Lalu kenapa ia justru menikahi Liliana? Satu misteri masih melekat dalam benaknya, dan masih menunggu jawaban yang belum tentu bisa ia dapatkan.

"Kapan acara ini berakhir?" tanya Ethan pada Sam yang kini datang mendekatinya sembari membawakan tisu untuk Liliana. Gadis itu terlihat berkeringat.

"Satu jam lagi, Tuan," jawab Sam.

"Tidak perlu menunggu satu jam, saat semua tamu sudah berkurang, jangan lagi menerima tamu yang lain, paham?"

Sam mengangguk pasrah. Tugas yang sangat sulit, karena mungkin ia terpaksa mengusir para tamu undangan yang datang di akhir nantinya. Saat itu Ansel melintas dan mencebik saat mendengar ucapan ayahnya. Ia mengira ayahnya sudah tidak tahan lagi ingin mencicipi daun muda.

Ethan menarik lengan Liliana lalu mengajaknya masuk ke kamar pengantin. Tanpa banyak bicara, ia mengunci pintu kamar lalu melepas semua pakaiannya dan melangkah mendekati Liliana.

"A-Anda mau apa, Tuan?" tanya Liliana panik.

Malam Pertama?

"Tuan Ethan!" pekik Liliana saat pria paruh baya itu semakin mendekatinya.

Ethan menyeringai. "Gadis kecil, aku tidak tahu, apa kau sudah pantas untuk bisa melayaniku di atas ranjang, tetapi ku harap kau bisa belajar dari sekarang," ucapnya.

Wajah Liliana merah padam. Ia melangkah mundur dengan perasaan takut yang teramat sangat. Ia masih belum siap untuk kehilangan keperawanannya saat ini. Tidak! Setidaknya bukan dengan orang yang tidak ia cintai, meskipun itu adalah suaminya.

"Kenapa menjauh? Takut?"

Liliana terpaksa mendorong tubuh Ethan karena pria itu sudah menempel padanya. Ada sedikit rasa jengah dan jijik dalam hatinya, mengetahui tubuh pria itu beraroma keringat. Perutnya yang sedikit tambun, menambah poin utama, kenapa dirinya harus menghindar, terlebih pria itu saat ini hanya mengenakan ****** ***** saja. Liliana benar-benar risih.

"Kau jijik padaku, hm?" tanya Ethan sembari menatap nanar Liliana. "Ingat, aku ini suamimu."

Liliana tetap bungkam. Ia terus saja menghindari Ethan sembari mencari alasan untuk bisa keluar dari kamar itu. Namun ternyata pria itu seolah paham dengan isi hati Liliana. Ia terus mengikis jarak dan semakin menempel pada tubuh Liliana.

"Tuan, tolong beri saya waktu untuk mempersiapkan diri dulu, sebelum Anda menikmati tubuh saya," ucap Liliana memohon.

Ethan tertawa. Ia lalu menepuk dahinya dengan keras. "Aku lupa kalau yang ku nikahi ini gadis bodoh!" keluhnya. "Tapi, saat ini lebih terlihat betapa bodohnya dirimu, karena kau telah menolak aku di malam pertama pernikahan kita," imbuhnya yang lalu tertawa sumbang.

Ethan melangkah pelan menuju nakas untuk mengambil minuman keras yang sudah disiapkan oleh Sam saat Liliana keluar dari kamarnya tadi. Ethan membuka satu botol lalu meneguk isinya seolah sedang kehausan.

Melihat kesempatan yang ada, Liliana bergegas masuk ke kamar mandi setelah menyambar pakaian ganti miliknya.

Ethan membuka galeri ponselnya, mencari foto Alexia. Ia lalu tersenyum saat menemukan foto dirinya yang sedang berpelukan di atas ranjang sebuah hotel, bersama Alexia. Saat itu mereka menghabiskan waktu dua hari dua malam hanya untuk melampiaskan hasrat yang sudah sama-sama menggebu. Waktu itu .... Waktu mereka masih bersama dan saling mencintai. Setidaknya itulah yang ada dalam benak Ethan saat ini.

"Kau tidak akan bisa bersenang-senang dengan kekasihmu itu, Alexia. Tidak semudah itu!" desisnya gusar. "Setidaknya sampai aku melakukannya bersamamu, untuk yang terakhir kalinya, sebelum kau menikah."

Ethan melempar botol minuman itu dengan keras hingga membentur pintu. Liliana terkejut mendengarnya. Ia lalu mencoba mengintip dari sela pintu kamar mandi, melihat apa yang terjadi.

Sementara itu di luar kamar, Ansel yang sengaja berdiri di sana seketika terkejut mendengar suara pecahan botol yang membentur pintu. Ia lalu semakin menajamkan pendengarannya sembari menduga-duga, apakah ayahnya begitu liar saat berhadapan dengan wanita muda?

"Alexia! Hidupmu tidak akan tenang!" teriak Ethan yang lalu kembali membuka satu botol minuman dan menenggaknya hingga tandas dalam satu tegukan. Liliana semakin cemas. Ethan sedang dalam kondisi mabuk saat ini, dan ia takut pria itu justru nekat memaksanya untuk melakukan malam pertama.

"Hey, kau! Kenapa lama sekali kau di sana?" teriak Ethan sembari menatap kamar mandi dengan gusar. "Keluarlah!"

Tubuh Liliana gemetar. Ia begitu takut kali ini. Takut jika Ethan nekat memperkosanya ataupun memaksanya untuk melakukan hal lain yang tidak ia inginkan.

"Gadis bodoh, keluarlah!" teriak Ethan sekali lagi. "Aku akan mendobrak pintunya kalau kau tidak segera keluar dari tempat bau itu!" ancamnya.

Liliana mengusap kasar wajahnya. Ia lalu menarik napas panjang dan menghembuskan nya berkali-kali sebelum akhirnya ia memutuskan untuk keluar sembari menguatkan hati.

"Ada apa teriak-teriak?" tanya Liliana dengan suara bergetar.

Ethan menepuk tempat kosong di sisinya. Saat ini ia sedang berbaring di atas ranjang king size yang sudah ada di rumah sewa itu. "Berbaringlah, aku ingin menelusuri wajah dan seluruh tubuhmu."

"Untuk apa, Tuan?" tanya Liliana lugu.

"Untuk membuktikan bahwa kau ini benar-benar manusia atau manekin!" jawab Ethan asal saja.

Liliana berdiri kaku di hadapan Ethan. Ia melirik ke sekitarnya, mencari celah yang bisa memungkinkan untuk ia bisa melarikan diri dari rumah itu.

"Kau tidak akan bisa lari dariku," ucap Ethan yang lagi-lagi seperti sudah membaca jalan pikiran Liliana.

"Tuan, please ..., jangan dulu."

Ethan tertawa. Ia lalu melempar botol minumannya dan meraih tangan Liliana, menariknya hingga jatuh terlentang di sebelahnya. Liliana menjerit ngeri. Ia lalu berusaha bangkit namun tenaga Ethan lebih besar. Pria itu kini berada di atas tubuhnya, mengungkung dirinya hingga terasa sesak.

Ethan meraup bibir merah Liliana dengan rakus. Bibirnya bermain di sana begitu lama hingga gadis itu terengah-engah saat ia melepas pagutannya. Ethan tertawa. Liliana terlihat semakin bodoh dan lugu saat ini.

"Kenapa menangis?" Ethan sedikit terperanjat saat kedua mata Liliana berair. Gadis itu memalingkan wajahnya saat mulut Ethan berada tepat di depan hidungnya. Sekuat tenaga ia menahan agar tidak muntah, karena mulut Ethan yang beraroma alkohol.

Liliana menggelengkan kepalanya pelan. Ia lalu memejamkan matanya, pasrah untuk menerima hal buruk yang akan terjadi selanjutnya.

"Hei, bocah ingusan. Apa kau tidak pernah disentuh laki-laki lain sebelum menikah?" tanya Ethan.

Liliana menggeleng. "Tidak pernah," tegasnya.

Ethan tertawa keras. "Benarkah? Jangan bohong, mana ada gadis yang masih perawan di jaman seperti sekarang ini?" sinisnya.

"Terserah Anda mau percaya atau tidak, yang jelas aku tidak sama dengan wanita lain, Tuan," jawab Liliana membela diri. Dadanya semakin sesak karena kini Ethan menghimpitnya dengan kuat.

"Kalau begitu kita buktikan saat ini juga ucapanmu itu, gadis bodoh!" ucap Ethan yang lantas melucuti semua pakaian Liliana dan langsung menerkamnya dengan buas. Tidak sedikitpun tempat yang terlewati oleh lidah Ethan yang bermain di tubuh indah Liliana. Gadis itu mengejang, menggelinjang dan sesekali mendorong dada Ethan dengan keras karena merasakan sakit yang luar biasa saat pria itu menyesap puncak bukit miliknya.

"Sepertinya kau tidak menyukai gaya kasar, Nyonya Ethan, maka bersiaplah dengan caraku yang lebih lembut," cicit Ethan yang kini mulai melakukan semuanya dengan penuh kelembutan, membuat Liliana kini memejamkan matanya, menikmati sedikit sensasi yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ethan menyeringai, mengetahui caranya berhasil. Maka dengan satu kali hentakan, ia pun telah melepas satu-satunya kain penutup inti tubuhnya dan lalu menindih tubuh Liliana dengan kuat. Liliana memekik.

"Jangan, Tuan!"

"Tenanglah, ini hanya akan terasa sakit di awal," ceracau Ethan yang sudah tidak sanggup lagi menahan hasratnya setelah melihat keindahan tubuh Liliana.

Liliana menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Untuk satu hal ini ia tidak bisa melakukannya sekarang tetapi rupanya Ethan sudah mulai kesetanan. Pria itu semakin menekan tubuhnya, hendak menembus dinding pertahanan Liliana.

"Stop! Jangan lakukan itu!" dengan amarah yang menggelegak, Liliana mendorong tubuh Ethan kuat-kuat, hingga pria itu terjungkal ke samping ranjang lalu diam seketika. Liliana cemas. Ia lalu beranjak dari tidurnya dan mengintip keberadaan Ethan dengan perasaan was-was. "Tuan, Anda sedang apa, kenapa diam saja?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!