..."Hari baru untuk hidup yang lebih baik" ...
Mungkin beberapa orang yang tau atau pernah dengar kata-kata ini, ada yang bisa mengambil pelajaran dari kata ini ada juga yang merasa tak peduli begitulah cara berpikir manusia yang berbeda-beda.
Tapi tidak dengannya yang begitu bahagia menjalankan kehidupan barunya sebagai seorang suami yang baik untuk istrinya walaupun hanya sekedar suami pengganti , ia sama sekali tak peduli dengan julukan itu dia hanya ingin fokus dengan perannya sekarang tak pedulikan tentang orang yang menganggapnya sebagai pebinor, atau orang yang tidak waras yang menikahi istri orang lain , karena mereka tidak tau seberapa beratnya masalah yang dihadapinya saat itu untuk bisa menjalani ini semua tidaklah mudah.
Pagi ini dia menyiapkan sarapan untuk orang yang tersayangnya dengan tangannya sendiri, status yang kini berubah menjadikannya sebuah tanggung jawab untuk bisa memberikan sesuatu yang dapat mengambil hati sang istri. Hal tak pernah dia lakukan ini dilakukan olehnya demi sang istri yang selalu membuat hatinya berdebar tak menentu seperti rollercoaster . Aneh memang tapi itulah yang dia rasakan saat bersamanya. Dengan pakaian yang rapi sekalipun tak menyurutkan semangatnya untuk membuat sesuatu yang berharga untuk sang istri. Langkah menuju lantai atas dimana dia akan membangunkan orang yang kini statusnya sebagai istrinya.
Tok ... Tok... Tok...
"Yang, apa kamu udah bangun? ,,, Ayo kita sarapan bareng..." Ucapnya tersenyum manis, saking deg-degannya dia terus menarik napas dan menghembuskannya untuk menghilangkan rasa gugupnya itu.
Hening tak ada sahutan dari dalam, tak ada jawaban membuatnya mencoba untuk memanggilnya kembali,
"Yang, ayo kita sarapan,, aku sudah masak untuk kita,, kalo kamu sudah bangun aku tunggu dibawah ya... " Ucapnya sambil melangkah pergi menuju ke bawah.
Dengan menyusuri anak tangga satu persatu dengan perasaan yang berdebar, untuk pertama kalinya mereka akan makan bersama dengan status pengantin baru, berharap sang istri mau keluar dari kamarnya. Semenjak pernikahan mereka sang istri tak menampakkan dirinya 'entah kenapa sang istri seperti tak mau menemuinya' batinnya. Ya, mereka menikah hanya sebatas pengganti dimana suami dari sang istrilah yang menikahkan mereka karena sebuah insiden yang merenggut nyawa suami dari sang istri.
Tik... Tok... Tik... Tok...
Waktu terus berlalu begitu cepat hampir satu jam lamanya dia menunggu sang istri tapi tak ada tanda-tanda darinya akan turun, dia melihat arlojinya ditangan '1 jam lagi, tapi bagaimana dengan makanannya?' gumamnya lirih dengan berpikir sejenak dan berdiri berniat untuk menutupi semua makanannya agar tak cepat basi serta memberitahu pada bibi kalau dia akan pergi bekerja. Dia menuju lantai atas dimana sang istri berada berniat untuk memberitahukan bahwa dia akan pergi bekerja .
Tok... Tok... Tok...
"Yang, aku pergi dulu ya, jangan lupa sarapannya dimakan, aku gak mau kamu sakit,, kalo ada apa-apa telepon aku nomornya ada dalam buku phone di ruang tamu,,, " masih berusaha dengan mengetuk pintu tetap tak ada jawaban dari dalam, dengan hembusan nafas yang panjang dia berjalan menuju anak tangga satu persatu dengan perasaan yang tak menentu. Hati yang tadinya bahagia kini harus kecewa karena sang istri belum mau untuk menemuinya , bersabar menunggu hanya itulah cara untuk bisa mendapatkan hatinya.
Segera pergi karena waktu sudah menunjukkan pukul delapan lebih membuatnya bergegas menuju mobil dimana ada sopir yang sudah siap mengantarkannya, tapi sebelum itu dia kembali lagi kedalam berniat menulis note untuk sang istri,, bagaimanapun dia khawatir dengan sang istri takut-takut kalau sang istri tak memakan sarapannya.
"Yang, jangan lupa makan sarapannya karena dari semalam kamu gak makan aku harap kamu mau makan walau hanya sedikit,,,"
love u more ❤️"
(orang yang mencintaimu)
Dia meletakkan note beserta bunga mawarnya yang ada di atas meja makan dan pergi menuju mobil dimana ada sopir yang setia menunggu dan menyapanya,,,,
"Tuan, mobilnya sudah siap... "
"Baiklah, ayo kita berangkat mang,,,"
Dengan hati yang tadinya kecewa kini berubah menjadi berdebar kencang setelah menulis note itu senyum tak henti-hentinya dia sunggingkan di dalam mobil mengingat kembali kata-kata yang dia tulis membuatnya malu sendiri karena dia belum pernah menulis kata-kata itu untuk seseorang.
Sopir yang memperhatikannya sesekali tersenyum, kenapa tuanya bertingkah aneh seperti itu karena dia tau kalau tuannya sedang jatuh cinta pada istrinya walaupun dia merasa iba dengan kisah cinta tuannya yang tak seperti kisah cinta kebanyakan orang diluar sana. Tapi si sopir yakin kelak kehidupan tuan dan istrinya menjadi SAMAWA,,, Aaamiiin ,,,, (itulah do'a tulus seorang supir untuk tuannya).
********************************
Setelah empat puluh lima menit perjalanan tiba di Gedung Perusahaan yang amat besar menuju basemen khusus kantor dimana biasanya dia memakirkan mobil,
"Tuan, kita sudah sampai ,,, Tuan" ucap si sopir beberapa kali memanggil tuannya.
Sadar akan panggilan si sopir membuyarkan lamunannya yang tak henti-hentinya mengingat pesan note untuk sang istri yang membuatnya malu sendiri itu.
" Ah.. ya.... sudah sampai rupanya,,, Terima kasih ya pak..."
ucapnya sambil keluar dari mobil ,,,
" Sama-sama tuan,,," ucap balasan dari sopirnya sambil tersenyum memanggutkan kepalanya.
Lekas segera melangkahkan kakinya menuju lobby kantor dengan asisten juga sekretaris yang sudah menyambutnya di depan lobby,
" Selamat pagi tuan, meeting anda hari ini jam sembilan pagi, semua klien telah datang"
" Apa kamu sudah menyiapkan semuanya?"
" Semuanya sudah siap tuan hanya menunggu anda saja..."
Derap kaki jenjangnya tak luput dari perhatian, semua orang memberi hormatnya pada Pimpinan sekaligus Pemilik perusahaan yang mana menimbulkan kesan karismatik dan ambisius bagi saingannya tapi juga membuat para wanita terpesona akan wajahnya, tak jarang dari mereka berebut ingin menjadi kekasihnya tapi tak jarang juga terobsesi untuk bisa memilikinya dengan cara apapun itu. Tapi dia tetap tak peduli karena dia sudah ada yang memiliki yaitu sang istri.
Tanpa basa-basi hanya untuk sekedar menyapa para karyawannya, ekspresi yang dingin dan datar itupun masih menghiasi wajahnya seakan-akan ia tak tersentuh oleh siapapun. Masuk kedalam lift menuju lantai lima belas dimana meeting dilaksanakan. Semua orang memberi hormat pada Pimpinan sekaligus Pemilik perusahaan dengan perasaan yang tegang juga dengan pikiran mereka demi tujuan masing-masing.
*******************************
Tanpa terasa satu jam berlalu meeting dilaksanakan lebih lama dari biasanya tak menyangka karena ada beberapa masalah perdebatan dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan menurutnya yang membuatnya memuakkan hingga ia segera pergi menuju lantai paling atas dimana itu adalah tempatnya. Ruangan yang luas dan nyaman membuatnya bisa berlama-lama dan larut dalam kerjaan saat dirinya sendiri sebelum status merubahnya menjadi Suami .
Tak heran jika dirinya sering dijuluki sang maniak gila kerja oleh karyawan-karyawannya termasuk juga mendiang sahabat yang paling dekat dengannya.
Flash back...
Di sebuah apartemen seorang laki-laki sedang menatap dirinya di kaca sedang memakai kemeja putih serta blazer nya untuk hari yang spesial. Dimana sang sahabat akan menikah tentunya dia tak akan melewatkan kesempatan ini. Sahabat yang ada di setiap hal, suka duka mereka lalui demi tujuan bersama yaitu sama-sama sukses dalam hidup dan pekerjaan pasti dia akan meluangkan waktunya untuk dapat hadir di pesta pernikahan sang sahabat. Walau sesibuk apapun dia, tetap dia akan mengutamakan sahabat dari pada hal yang lain termasuk meeting penting sekalipun.
* " Good, perfect..." Melihat penampilan nya yang terlihat sempurna tak lupa juga dia menyemprotkan parfum di tangan, leher, juga badannya.*
* Wangi maskulin menguar di indra penciuman bagi siapa saja yang menghirup aromanya termasuk para ladies jika melihat dan menciumnya mereka pasti akan tergila-gila padanya. Karena pesonanya tak bisa dapat di abaikan.*
* Berjalan menuju kamar sebelah untuk memanggil seseorang,*
Tok... Tok... Tok...
* Klik... *
" Kamu,, Ayo masuk dulu."jawabnya pada sahabat.
* Dia masuk ke dalam kamar apartemen. Ya, itu kamar apartemen sang sahabat mereka seperti saudara kandung yang selalu bersama layaknya seorang teman curhat, Abang kepada adiknya atau sebaliknya dalam kebaikan baik urusan pekerjaan maupun percintaan.*
* " Bagaimana menurut lu penampilan gue...?!" *
" Hmm,, gimana ya... ?!"ucap sahabat.
* " Apa ada yang kurang dari penampilan gue ini..." Tambah nya.*
* " Hmm,, menurut lu gimana... "Tanya nya.*
" Gue rasa ,,, lebih tampan dari biasanya,, bener gak... ?"
* " Itu mah lu yang narsis ,, dasar."*
* " Tapi bener lu emang tampan, tapi gak setampan gue sih ,, hhe." Lanjutnya.*
* " Sama aja, lu lebih narsis dari pada gue."*
* Tawa dan canda serta senyuman selalu hadir tiap mereka berkumpul di waktu luang. Bukan hanya mereka bahkan asisten sahabat juga ikut dalam perbincangan mereka berdua karena mereka tak membedakan kasta saat di luar pekerjaan mereka selagi masih dalam batasan.*
* " Eh, udah jam berapa nih, buruan entar lu telat lagi masa' penganten telat datang apa kata orang nanti lu di tunggu sama pengantin wanita nya lagi,, hhe."*
* " Bentar bentar, sedikit lagi... Oke perfect."*
* " Huft... Bismillah semoga engkau lancarkan ya Allah... Aaamiiin." Lanjutnya lagi.*
* " Aamiin... " Sambung sahabat nya.*
* Mereka berdua keluar dari apartemen berjalan ke lift sampai di lantai dasar mereka berdua menuju basemen di mana supir dan asisten sudah menunggu untuk mengantarkan *
mereka ketempat acara pernikahan sang sahabat di adakan.
" Tuan mobilnya sudah siap, silahkan..."
* " Ya, hei masuklah,, kita harus cepat agar gak terlambat."*
* " Oke ." Dia masuk ke dalam mobil dengan perasaan gugup bercampur dengan keringat yang membasahi tubuh.*
* " Kamu bawa mobil yang satu nya aja supaya tak terlalu banyak orang kalo satu mobil."ucapnya sebelum masuk ke dalam mobil.*
* " Baik Tuan." Ucap sang asisten.*
* Mereka segera meluncur ke tempat acara.*
* " Ck, belum apa apa lu keringatan gini, gimana nanti pas lu ngucapin Ijab Qobul nya tambah basah tuh baju... hhe." Becanda nya memecahkan keheningan di dalam mobil sambil membuat suasana menjadi lebih cair .*
* " Ck, enak aja lu,, ya gimana lagi gue gugup bet nih ... Huft."*
* " Banyak banyak do'a aja lu semoga semuanya lancar sampai tujuan."*
* " Aamiin..."*
* Dalam perjalanan menuju ke tempat di mana acara di adakan tiba tiba ban mobil yang membawa mereka saat ini ban nya bocor tanpa mereka sadari sambil menepikan mobilnya.*
* Ciiittt....*
* " Ada apa... Apa terjadi sesuatu... "*
* " Sepertinya ban mobil nya kempes Tuan, biar saya liat dulu tuan."*
* " Hm, segeralah perbaiki supaya gak terlambat datang ke tempat acara nya."*
* Sopir keluar dari mobil untuk mengecek kondisi ban mobil. Ternyata benar ban mobil nya bocor.*
" Maaf Tuan, ternyata ban mobil nya bukan hanya kempes tapi bocor Tuan dan harus di ganti dengan yang baru."
* " Gimana ini...?! Apa membutuhkan waktu lama... soalnya sebentar lagi acara sudah mau di mulai."*
* " Maaf Tuan, gara gara saya ban mobil nya bocor..." Sesal sopir .*
* " Bukan salah bapak, gak papa...*
Gimana nih... Orang orang pasti sudah menunggu."
Tak lama mobil yang di belakang berhenti, mobil yang di kendarai oleh sang asisten.
* " Ada apa Tuan,, apa mobil nya kempes..."*
"Apa sebaiknya kita naik mobil lu yang satunya aja dari pada kita terlambat ,, dia juga pasti khawatir karena udah lama nunggu." Ucap sang sahabat sambil melihat mobil yang di bawa sang asisten dari sahabat.
" Baiklah, waktu nya juga udah mepet banget,, biar gue aja yang nyetir mobil nya biar lebih efisien waktu nya jadi gak perlu nunggu lama lagi,,, tolong kamu sama sopir telepon tukang bengkel untuk bawa mobil nya ke bengkel untuk perbaikan, saya sama temen saya mau berangkat menuju ke tempat acara supaya bisa cepat sampai tujuan."
* " Baik Tuan, ini kunci nya ,, hati hati Tuan" Ucap asisten.*
" Terima kasih... "
* Tanpa berlama lama mereka berdua masuk ke dalam mobil dan melesat membela jalan tanpa memperdulikan kendaraan berlalu lalang melintas dengan menaikkan sedikit demi sedikit laju mobil karena mereka ingin cepat sampai tujuan.*
* Lampu merah mulai menyala menandakan untuk pemberhentian sementara. Saat ini mereka mulai tampak gelisah takut kedatangan mereka sudah di tunggu oleh para tamu undangan apalagi pengantin pria belum berada di pelaminan.*
* Drt... Drt... Drt ...*
* ~Cinta ku memanggil ~*
* [" Assalamualaikum, Kakak udah sampe mana... Kenapa belum sampe ,, aku khawatir, apa terjadi sesuatu kak..."]*
* " Wa'alaikum salam, masih di lampu merah xx ini mau jalan tadi ban mobil nya sempet bocor jadi kami naik mobil yang satu nya, kamu tenang ya semoga kami selamat sampai tujuan."*
* [" Aamiin ya udah kakak hati hati tolong kakak jangan ngebut ngebut nyetir nya ya kakak."]*
" Iya cinta terima kasih atas do'a nya. Assalamualaikum."
* [" Wa'alaikum salam."] *
" Hmm... Sepertinya ada yang udah gak sabar nungguin ini... Hmmm." Goda sahabat.
* " Iyalah gue kan mau nikah, makanya lu nikah buruan biar ada yang nungguin lu jangan jadi jomblo lu secara lu kan ganteng masa' gak ada yang nyangkut di lu sih padahal ya yang deketin lu banyak banget tapi gak ada yang nyantol tuh satu pun."*
* " Apaan sih lu nyangkut nyangkut emang gue apaan layangan pake' acara nyangkut segala, gue itu pengennya wanita kek calon istri lu itu tuh berhijab jadi kalo di pandang kek adem jadi berasa nyaman gitu. Kalo yang lain mah udah biasa liatnya make up tebel+ putih kek dempul baju seksi kek kurang bahan emang gak bisa beli baju yang gak kurang bahan gitu sakit mata gue liatnya seriusan." Omel nya.*
* " Haha... Alah lu seneng kan liatnya udah biasa lu liat yang kek begituan, gue tau otak lu*
arahnya pasti ke situ mulu lu,, tapi ingat jangan istri gue dia milik gue jaga mata lu itu."
" Iya iya,, Enak aja lu, gak ada ya otak gue masih bersih sebersih kelakuan gue tau gak lu."
* " Ya ya terserah lu aja." Sambil memutar mata nya malas.*
* Mereka berbincang bincang santai sambil bercanda untuk menghilangkan kegelisahan hati yang melanda dengan perlahan menarik sedikit demi sedikit tuas mobil setelah lampu hijau menyala tanpa mereka sadari,*
*Brugh... *
* kreeek...*
* Trang ...*
Truk oleng datang dengan kencang dari arah berlawanan secara beruntun tak sempat untuk mengelak dan menyelamatkan diri.
* "Aaarrgghh..."*
* Kejadian itu terjadi secara tiba-tiba tanpa permisi membuat semua orang berteriak histeris dan orang orang berhamburan untuk menelepon polisi dan ambulance.*
* " Argh... ssshhhh..." Sambil memegang kepalanya yang sakit karena terbentur.*
* " Zar, ba-ngun ..." Sambil menggoyang goyangkan badan sang sahabat.*
" Hei,, Nizar ba-ngun,, hei.." tetap sang sahabat tak bangun.
* " Ssshhhh... Ni-zar" Sakit yang melanda membuat nya tak tertahankan hingga pandangan nya mengabur dan pingsan.*
* " Tolong ada yang kecelakaan."*
* " Tolong telpon ambulance dan polisi untuk ke mari segera." Orang sekitar berlarian untuk menyelamatkan korban.*
* " Halo kami butuh ambulance ada yang kecelakaan di sini, di lampu merah arah jalan xx tolong segera datang secepatnya ada korban yang terluka parah."*
* " Halo pak polisi ada kecelakaan di lampu merah arah jalan xx tolong segera datang secepatnya pak."*
Tak lama kemudian polisi tiba di lokasi kejadian menertibkan lalu lintas dan sebagiannya mengevakuasi korban kecelakaan.
Tak berselang lama ambulance datang membawa korban kecelakaan maut beruntun ke rumah sakit terdekat sesegera mungkin mengingat korban terluka parah.
Di tempat acara semua para undangan sudah menunggu pengantin pria yang belum datang sampai saat ini padahal waktu akad nikah sudah lewat dari jam yang di tentukan,
* Termasuk pengantin wanita yang dari tadi merasa hatinya tak enak dan gelisah memikirkan sang calon suami yang katanya sedang dalam perjalanan menuju ke tempat acara pernikahan tapi yang di tunggu bahkan tak datang membuatnya memikirkan sesuatu yang buruk terjadi.*
* " Ya Allah, semoga kakak gak papa dan semoga sampe tujuan .... Aamiin."*
* " Gimana, kenapa belum datang juga para tamu udah pada datang ... " Ucap sahabat wanita.*
* " Katanya tadi lagi di jalan xx, kenapa belum nyampe juga ya,,"*
* 'Kok perasaanku gak enak ya.' Batinnya.*
* " Udah di telpon,,, coba di telpon lagi."*
* " Ya, aku telpon dulu."*
* Sambil menunggu telpon di angkat oleh sang calon suami tapi tak di angkat.*
* " Kok gak di angkat sih, angkat dong kak..."*
* Deg... Deg... Deg...*
* " Gimana di angkat gak... "*
Gelangan kepala nya menandakan bahwa sang calon suami tak mengangkat telponnya.
* Beberapa kali mencoba tetap tak ada yang mengangkat apalagi menjawab.*
* Rasa cemas dan perasaan buruk pun mulai menghampiri hati yang tadinya baik-baik saja kini bercampur menjadi satu.*
* " Gimana ini kok gak di angkat angkat oleh kakak, aku takut dia kenapa napa Rania."*
* " Kamu sabar aja mungkin mereka lagi kena macet kali, sabar ya udah berdoa aja supaya gak terjadi apa-apa."*
* " Aamiin Ya Allah." Sabar menunggu menepis pikiran yang buruk akan terjadi.*
* Di rumah sakit semua petugas kesehatan, dokter maupun suster bergerak cepat memberikan pertolongan pada korban kecelakaan maut di jalan xx membawa korban ke ruang UGD . Sesegera mungkin mengingat banyak korban yang berjatuhan dari tabrakan beruntun tersebut.*
* Termasuk pengantin pria dan sang sahabat yang menjadi korban dari kecelakaan tersebut.*
Segera dokter maupun suster menangani pasien di UGD .
" Ssshhhh..." memegang kepalanya yang terasa nyeri. Mengerjabkan matanya mengenal sekitar tempat dia berada .
" Kenapa aku ada di sini, Nizar kamu..."melihat sang sahabat di dekatnya.
" Syukurlah anda sudah sadar, apa ada yang sakit Tuan... " Ucap suster.
" Hm, di mana Nizar sahabat saya sus..."
" Oh yang pakai baju pengantin, ada di kamar xx Tuan,, lebih baik anda istirahat dulu."
" Tolong antar kan saya sus, saya mau liat keadaan sahabat saya,, bagaimana keadaannya,,, tolong sus saya mohon." Ibanya .
" Baik saya akan antar anda menemui sahabat anda Tuan."
" Biar saya bantu Tuan." Lanjut suster.
" Gak perlu sus saya bisa sendiri, tunjukkan saja jalannya."
" Baik Tuan... Silahkan lewat sini..."
Dia tak sabar untuk melihat keadaan sang sahabat, berharap sang sahabat dalam keadaan baik-baik saja.
Tak lama sampai pada ruang yang tertuju, betapa terkejutnya ia melihat sang sahabat yang tak sadarkan diri dengan menggunakan oksigen dan kepalanya di perban juga lehernya di gif yang sedang di tangani oleh dokter.
(Jujur aku gak tega liatnya berasa jahat bet apalagi sambil dengerin lagu ini )
" Nizar, kamu kenapa seperti ini,,, Zar..." Air mata mengalir tanpa permisi melihat sang sahabat dalam keadaan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya."
" Apa anda sahabat pasien ,, pasien memanggil manggil nama anda mungkin ada hal yang ingin di katakan pasien kepada anda,,, silahkan.... "
" Ya, Apa yang terjadi dengannya dokter, kenapa sahabat saya seperti ini..."
" Pasien mengalami patah tulang leher juga benturan keras di kepala hingga mengalami pembengkakan pada bagian otak nya hingga kami menyarankan untuk mengambil jalan operasi agar pasien bisa di selamatkan. Bisakah anda menyetujuinya Tuan lebih cepat lebih baik... "
" Gak mungkin Nizar kamu... " Gelangan kepala itu tak mampu untuk bisa diungkapkan.
" A-ga... " Ucapnya lirih *
" Nizar, kamu sudah sadar,,, apa ada yang sakit katakan pada ku... " Air mata ini terus mengalir.
" Biar saya periksa pasien Tuan,,, maaf..."
" Do-kter to-long tinggal-kan kami berdua, ada ya-ng mau saya kata-kan pada sa-habat saya,,, sa-ya mohon.... " Ucapnya masih dengan nada lirih.
" Baiklah, saya akan memberikan waktu,, kalo terjadi sesuatu tolong panggil saya atau suster yang berjaga Tuan."
Hanya anggukkan kepala sebagai jawaban.
" A-ga..."
" A-aku ingin kamu mengabulkan per-mintaan terakhir-ku sebelum a-aku pergi, a-ku ingin hanya ka-mu yang melakukannya untuk-ku." lirihnya ucapan itu masih terdengar dengan nafas sedikit tersengal.
* " Tolong jangan katakan apapun, aku yakin kamu pasti bisa sembuh dan kamu akan melanjutkan pernikahan kalian berdua, dia sudah menunggu mu." *
* " A-aku mohon pada-mu, to-long laku-kanlah demi a-ku .... To-long jaga dia, a-ku yakin ka-mu bisa men-jaganya, kare-na a-ku tak bisa men-jaganya la-gi."*
* " Kamu bisa menjaganya seperti janji mu dulu,,, Aku akan telpon dia biar dia tau, tunggu sebentar..."*
* Dia menggelengkan kepalanya memotong ucapan itu tapi sayang dia pergi untuk menelepon.*
* Setelah selesai nelpon dan kembali ke kamar dia menghampirinya menuju bangkar.*
* " Aku sudah menelponnya dia .... "*
* " To-long nikahi-lah dia, aku i-ngin menjadi sak-si atas pernika-han k-kalian agar a-ku bisa tenang melepas-kannya, bu-kankah ka-mu juga me-nyukainya,, jagalah di-a untuk-ku."*
* *
* Deg....*
* Gelengan kepala itu dengan kepasrahan air mata mengalir tanpa permisi membuat hati menjadi berkecamuk. *
Apa yang harus dilakukan? Di satu sisi dia tak ingin membuat pertemanan mereka menjadi musuh, di satu sisi lain dia juga menyukai wanitanya dalam diam dan tak ingin menjadi perebut. Haruskah dia memilih?!..
* " Kakak kenapa bisa seperti ini... Apa yang terjadi dengan kakak.... Hiks." Wanita berhijab cantik yang datang mengenakan baju putih pengantin berjalan menuju bangkar.*
* " Ci-nta.... "*
* ... Hiks.... Hiks... Hiks...*
* " Ci-nta... A-ku ingin ka-mu menga-bulkan permintaan terakhir-ku sebe-lum a-ku pergi."*
* " Gak... Gak... Aku gak mau kakak ngomong kek gitu... Kakak pasti sembuh, kakak pasti sehat kembali seperti semula... Hiks... Hiks... Kakak udah janji kan kalo kita akan bersama-sama, apa kakak lupa kalo kita sebentar lagi akan menikah."*
* " Ci-nta, a-aku mo-hon ,, a-gar a-ku bi-sa te-nang melepas-kan mu ... To-long de-mi a-ku." Ucapnya dengan lirih.*
* Isakan dan gelengan tak mampu lagi untuk di ucapkan.*
* " B-bisakah kamu panggil-kan penghulu da-n dokter ma-upun suster un-tuk me-njadi saksi,, a-ku rasa-nya tak bi-sa mena-han ini la-gi, t-tolong." *
* Hanya anggukkan sebagai tanda "ya".*
* Setelah beberapa saat kemudian, semuanya sudah berkumpul untuk menjadi saksi atas pernikahan sepasang kekasih yang berbeda dimana sang pria lah yang menjadi pengganti.*
Sah... Sah... Sah....
Kalimat itu bergema seiring dengan doa dan nasihat pernikahan yang diberikan untuk kebahagiaan kedua pasangan pengantin baru.
* Air mata yang di tahan tak mampu lagi membendung untuk mengalir. *
* Hati yang tadinya baik-baik saja kini merasakan rasa yang bergejolak .*
* Pikiran yang tadinya hanya memikirkan " semua akan baik-baik saja" kini telah bercabang .*
* Status telah merubah mereka menjadi suami - istri dengan perasaan yang tak dapat mampu untuk bisa diungkapkan. *
* Sedih, kecewa, marah, bahagia semua perasaan bercampur menjadi satu.*
* Apakah harus bahagia diatas menderitanya seseorang atau malah sebaliknya. Hanya mereka dan Allah lah tau.*
* " Selamat atas pernikahan kalian, semoga Sakinah mawadah warahmah ... Semoga secepatnya pernikahan kalian berdua diresmikan. Untuk berkas-berkasnya silahkan datang saja ke kantor KUA guna memperbaiki data yang belum lengkap. Kalau begitu saya permisi. Assalamualaikum." *
" Kami juga akan kembali tuan, kalau ada apa-apa tolong segera hubungi kami."
Hanya anggukkan sebagai jawaban.
* " Kak ..... kakak ... Hiks"*
* " Teri-ma ka-sih su-dah mengabul-kannya untuk-ku. Ci-nta, bahagia-lah ka-mu de-ngan-nya." Sambil mengambil tangan dia (laki-laki ) dan dia (perempuan), " a-ku me-rasa te-nang seka-rang, kare-na ke-bahagia-an kali-an ber-dua a-dalah ke-bahagia-an k-u ju-ga. Laila- ha -illallahu Muham-madu rasullulah." Senyum itu tersimpul dengan helaan nafas panjang.*
...Tiiittt ....
Bunyi itu menandakan bahwa kehadirannya telah pergi.
* " Dokter, suster... Tolong." Sambil menekan tombol darurat.*
* " Kakak... Hiks... Hiks.... "*
* Segera dokter dan suster datang memeriksa dan mengambil tindakan,,*
* " Maaf , kami sudah melakukan sebisa mungkin tapi Allah lebih sayang padanya. Semoga tuan dan nona ikhlas dengan keadaan ini. Maaf sekali lagi."*
" Gak... Gak... GAK... KAKAK... " Teriaknya dengan menangis histeris seketika itu pandangannya mulai mengabur dan tak sadarkan diri.
* Dengan sigap dia menangkapnya.*
* " Hei.... bangun... Hei... " Sambil menggoyangkan badan tetapi wanita cantik itu tak bangun. Dia langsung membopongnya dan meletakkannya di kamar sebelah dan kembali lagi.*
" Tuan bisakah kami memandikan jenazah untuk dimakamkan nantinya?"
* " Tentu dok, saya yang akan menyiapkan pemakamannya karena saya bertanggung jawab atas dia."*
* " Baik kalau begitu kami permisi tuan."*
* Di kamar wanita yang tadi memejamkan matanya kini mulai mengerjabkan matanya mengenal situasi disekitar mengumpulkan kesadaran.*
" Dimana.... ssshhhh..." Merasakan kepalanya sakit karena terlalu lelah menangis.
* " Kamu sudah bangun.... Ini masih di rumah sakit kamu pingsan tadi , apa gak papa..."*
" Kakak dimana... Dimana ... Dia baik-baik aja kan, gak terjadi apa-apa kan, yang tadi bercanda kan iya kan, JAWAB...!"
* Tak ada jawaban darinya... *
* " Kenapa diam, kakak udah boleh pulang kan dari rumah sakit, kakak pasti ..."*
* " Maaf, tapi aku ingin mengatakan kalo dia akan dimakamkan sekarang dan jenazahnya sudah dimandikan jika kamu ingin ikut segeralah untuk bangun kita akan makamkan dia bersama supaya prosesnya lebih cepat ." Terdengar dingin tapi dia lakukan untuk bisa membuat wanita itu bangkit agar tak terlalu lama bersedih .*
* " Jangan bercanda kamu dia baik-baik aja, kamu pasti bohong kan, aku gak percaya sama kamu."*
* " Terserah apa katamu, aku harus pergi percuma meladeni orang seperti kamu buang-buang waktuku." *
* Saat melangkah hendak keluar langkahnya terhenti,*
* " Aku ikut, aku ingin mengantarkan kakak ke pemakaman untuk yang terakhir kalinya."*
* *
************************
* Semua orang meninggalkan tempat pemakaman banyak do'a yang dipanjatkan untuk Almarhum semoga tenang dan ditempatkan di sisinya , meninggalkan dua orang yang masih setia di pusaran dengan perasaan yang tak menentu tapi dengan pikiran yang berkecamuk.*
* Sahabat yang ada di setiap hal saat membutuhkan.*
* Sesosok pria yang dapat membuat jatuh hati pada pandangan pertama kini tak ada lagi.*
* Semuanya hanya kenangan semata, waktu tak dapat diputar kembali.*
* Kemana lagi hati ini akan berlabuh...*
* Di saat pria yang dapat membuat hari-hari di penuhi dengan hal yang menyenangkan yang tak pernah di dapatkan , semuanya telah hilang.*
* " Kita pulang,, jangan berlarut-larut dalam kesedihan itu tak baik bagi kesehatan." Sambil berdiri dari duduknya.*
* Tak ada jawaban darinya hanya isakan yang terdengar.*
* ..... hiks.... hiks.... hiks.....*
* " ayo, segeralah bangun ...!!" ucapnya sedikit menekan .*
* " Aku ingin di sini... "*
* " Sampai kapan kamu akan di sini... Masih ada banyak hal yang harus kita lakukan..."*
* "Kamu akan pulang ke rumah ku, ingat itu." Lanjut nya *
* Hanya diam yang mampu dia tunjukkan.*
Laki-laki itu masih setia menunggu.
* " Kita harus pulang hari semakin sore." Ucapnya.*
* Mau tak mau, kemudian dia bangun dari duduknya .*
* Mereka akhirnya meninggalkan tempat pemakaman itu dengan berjalan beriringan menuju mobil yang telah terparkir.*
* " Masuklah ke dalam mobil , aku terima telepon dulu..."*
* " Bagaimana,, sudah kamu bereskan semuanya.... ?*
*[" Semuanya sudah saya siapkan Tuan.."] *
* " Baiklah, kamu antar kan ke rumah dan suruh bibi bereskan kamar sebelah di kamar ku, sebentar lagi aku akan pulang."*
* [" Baik Tuan"]. *
" Terima kasih."
* [" Sama-sama Tuan "]. *
jawab orang yang dari seberang sana.
* Setelah dia mematikan sambungan telepon itu segera dia kembali ke mobilnya di mana wanita itu sudah masuk lebih dulu.*
* " Kenapa duduk di belakang ,,, duduk di depan." Terkejut saat melihat wanita itu duduk di belakang sambil menatap ke luar kaca mobil.*
* " Aku di sini saja.."*
* " Aku gak suka bila ada yang membantah.."*
jawabnya kesal.
* Sambil keluar mobil dan membuka pintu mobil belakang.*
* " Keluar duduk di depan,, sekarang !?!" Ucapnya dengan nada penekanan.*
* Sambil menunggu dan merasa di abaikan dia menarik tangan wanita itu,*
* " Ayo turun duduk di depan, kamu pikir aku ini sopir apa..." Sambil menarik-narik tangan wanita itu.*
* " Lepasin sakit, gak usah narik narik tangan orang bisa gak. Kalo aku gak mau, gak usah di paksa. Aku gak suka kamu pegang pegang tangan aku..!?!"*
" Aku bilang turun , jangan keras kepala kamu." Masih sambil menarik-narik tangan wanita itu.
* " Biarin,, bodo amat,, kamu siapa..." ketusnya melepaskan tangannya yang di tarik.*
* Tanpa aba-aba dia menggendong wanita itu keluar untuk dia dudukkan di kursi depan.*
" Lepasin... Aku bilang lepasin gak,, jangan sentuh aku,,, aku gak suka di sentuh oleh kamu."
Wanita itu meronta ronta untuk bisa lepas dari gendongan laki-laki ini.
* Tak dia pedulikan omelan wanita itu, dia membuka pintu mobil dan memdudukan wanita itu di kursi depan.*
* " Mau ngapain kamu, jangan macam-macam ya." Mendorong dan menyilangkan kedua tangannya di dada.*
* Click.... (Bunyi setbelt)*
* " Kenapa, apa aku gak boleh melakukannya,, bahkan saat ini aku bisa saja mencium kamu , tapi aku tak akan melakukan itu sebelum aku membuat mu jatuh cinta pada ku." *
* Tatapan mata mereka bertemu, laki-laki itu merasakan hatinya berdebar kencang sejak tadi tapi sebisa mungkin dia mengendalikannya takut dia khilaf.*
Wanita itu memalingkan wajahnya ke sembarang arah dia takut kalau laki laki di depannya ini melakukan hal yang tidak tidak.
* Laki-laki itu tersenyum tipis tapi manis.*
Dia menutup pintu mobil dan kembali menaiki mobilnya tak lupa menggunakan setbelt dan melajukan mobilnya membelah jalanan ibu kota di lalui oleh kendaraan yang berlalu lalang.
Menikmati keheningan di setiap perjalanan menuju ke rumah laki-laki itu sekali kali tersenyum dan melirik kearah wanita di sampingnya itu tanpa dia sadari jantungnya berdebar kencang sulit untuk mengontrol diri tapi sebisa mungkin dia mengendalikannya agar wanita yang kini sebagai istrinya tak menyadarinya.
* Dia takut sang istri akan tau betapa kuat debaran jantung nya yang berdetak saat berdekatan dengan sang istri.*
* Setelah perjalanan satu jam lamanya akhirnya mereka sampai ke tempat laki-laki itu.*
Gerbang pintu masuk terbuka lebar oleh sang security rumah, yang mengetahui bahwa sang Tuannya sudah kembali.
* Rumah mewah nan indah dan megah bagai sebuah rumah di negeri impian setiap orang membuat siapa saja yang melihatnya takjub.*
* " Selamat datang Tuan... " Ucapnya security rumah memberi hormat.*
Laki-laki itu keluar dari mobilnya dan membukakan pintu mobil untuk sang istri.
* " Kita sudah sampai, ayo turun...". Ucap laki-laki itu.*
* Wanita itu pun turun dari mobil tanpa menjawab kata-kata laki-laki itu.*
* " Terima kasih pak, kami permisi ke dalam dulu."ucapnya.*
* " Silahkan Tuan..."ucap security.*
Mereka masuk ke dalam rumah mewah itu , di sana sudah ada bibi dan asisten yang sudah menunggu dan menyambut kehadiran mereka sebagai pengantin baru.
* " Selamat datang Tuan dan nona, silahkan masuk,, semua sudah bibi siapkan sesuai apa yang di katakan Tuan..." Ucap sang bibi.*
* " Terima kasih Bi'." Ucapnya sambil tersenyum.*
* " Apa kamu sudah lakukan apa yang sudah saya perintahkan tadi..."*
* " Semuanya sudah saya lakukan Tuan, apa ada yang bisa saya lakukan lagi Tuan..."*
* " Oke, terima kasih kamu sudah bekerja keras hari ini,, kamu boleh pulang, tolong kirimkan email yang harus saya periksa dan atur ulang Schedule untuk meeting nanti lalu kamu hubungi saya."*
" Baik Tuan, akan saya segera laporkan kepada anda,, kalau begitu saya permisi dulu." Sang asisten memberi hormat dan pergi.
* " Oh, ya,, kenalkan ini Bibi Tuti,,, Bi Tuti ini istri saya namanya Ummi Khasanah panggil aja Ummi, Bi Tuti ini adalah pelayan sekaligus orang yang sudah aku anggap seperti orang tua sendiri,, jadi jangan ragu untuk meminta tolong kepada beliau." Ucapnya sambil tersenyum.*
* " Selamat datang nona Ummi, nona Ummi cantik seperti namanya karena jarang sekali ada perempuan namanya Ummi..." Sambil tersenyum sang bibi mencoba mengakrabkan diri pada istri Tuannya.*
" Terima kasih..." Dengan senyumnya yang canggung ia berikan kepada sang bibi.
* " Oh, ya Bi, apa makan malam sudah siap,, soalnya aku udah laper banget Bi." Ucapnya sambil nyengir.*
* " Tentu, kalau begitu Bibi mau ke dapur untuk menyiapkannya Tuan."*
* " Terima kasih Bi, Bibi baik deh..." Tersenyum sambil menggoda sang Bibi.*
" Sama-sama Tuan..."sambil berlalu ke dapur.
" Ayo, akan aku tunjukkan kamar kita."
* Wanita itu pun mengikutinya dari belakang.*
Mereka beranjak menaiki tangga menuju lantai dua di mana kamar mereka berdua berada.
* Sampai di atas laki-laki itu membukakan pintu kamar mereka.*
* Klek....*
Tampak kamar yang luas dengan desain yang modern dan wangi yang maskulin berwarna hitam melambangkan ciri khas dari sang pemilik kamar tersebut.
* Kamar yang terdapat sofa, lampu tidur, lampu gantung bahkan kamar mandi yang terdapat bathtub juga wastafel adalah kamar paling istimewa bagi setiap orang yang menginginkannya.*
* " Ayo masuk, apa kamu suka desainnya,,,*
Kalo ada yang gak suka dan mau di ganti, nanti aku renovasi ulang biar sesuai dengan keinginan kamu."ucapnya antusias sambil tersenyum.
* " Kenapa diam aja,,, kamu gak suka sama kamarnya ya." Tanyanya lagi.*
* Wanita itu hanya diam tanpa menjawab pertanyaan laki-laki itu.*
" Kenapa harus tidur bersama...!?"ucap wanita itu.
* " Memangnya kenapa,,, kok nanya begitu,,, kita kan udah nikah sudah seharusnya kita tidur bersama, bukan begitu Cinta." Ucap laki-laki itu sambil tersenyum manisnya.*
* Deg... !!!*
Wanita itu menatapnya tajam mendengar kata yang di ucapkan laki-laki itu.
" Jangan pernah panggil aku dengan panggilan itu." Ucap wanita itu tak suka.
* " Lalu aku harus panggil kamu apa, hm... apa aku harus panggil kamu Sayang,,, baiklah kalau begitu aku akan selalu panggil kamu dengan panggilan Sayang artinya Sayang ku, supaya aku bisa menjadi masa depan mu nanti." Ucapnya sambil tersenyum dan menggoda *
* Wanita itu hanya mendengus kesal.*
* " Gantilah baju mu dengan baju yang ada di walk in closed, semuanya sudah tersedia,, aku akan ganti baju di kamar sebelah setelah itu kita akan makan malam bersama, kasihan Bibi sudah lama menunggu kita." Tambahnya sambil berlalu keluar kamar dan tak lupa menutup pintunya.*
* Wanita itu melihat sekelilingnya kamar yang berbeda dengan kamarnya, kamar yang bahkan tak sebanding dengan kamarnya membuatnya berpikir 'akankah ia bisa tinggal di tempat yang menurutnya asing ini' batinnya.*
* Mungkinkah mereka bisa bersatu di saat dua sejoli ini mempunyai perbedaan antara cinta, hati dan jiwa...*
**********
* Di kamar yang luas ini dia tak tau harus berbuat apa, sambil duduknya mengamati sekeliling kamar. Ia berpikir bagaimana caranya bersikap apakah harus berbuat dan bersikap seperti biasa seolah olah ialah Tuan rumah juga atau apa, ia bingung karena belum pernah merasakan hal hal yang menurutnya ini sangat di luar dugaannya yang tak pernah terpikirkan olehnya sama sekali.*
* Matahari telah mengeluarkan sinar jingga nya bertanda bahwa waktu sudah petang. Ia beranjak dari tempat duduknya dan segera akan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya karena ia merasa gerah sebab tadi ia menggunakan pakaian pengantin yang menurutnya membuat ia tak nyaman.*
* Ia lekas masuk kamar mandi dengan kikuknya tak lupa ia membaca doa, betapa terkejutnya ia melihat kamar mandi yang sangat luas dan besarnya kamar mandi itu yang tak ia sangka sangka 'Ya Allah besak nian, ini kamar mandi apo apo...' (besarnya, ini kamar mandi atau apa) batinnya menjerit sambil melihat sekeliling kamar mandi.*
* Ya, Kamar mandi yang ia lihat tak sama dengan kamar mandi yang ada di kosan nya. Kamar mandi ini dua kali lebih besar dari pada kamar mandinya atau bahkan lebih besar dan lebih bagus dari pada rumah kosan nya sendiri.*
* Sungguh sangat sangat tak bisa ia bayangkan betapa terkejutnya ia melihat hal yang biasa ia lihat di foto maupun video tentang rumah mewah maupun kamar mewah kini ia melihat jelas dengan mata kepalanya sendiri. ' definisi sultan ini mah...' lagi lagi batinnya berucap syok melamun memikirkan nya.*
* ' lebih baik aku cepat mandi dan sholat nanti keburu waktunya habis..." Batinnya berucap sadar.*
* Segera ia mandi, dengan masih memakai pakaiannya . Ia juga membuka shower begitu saja tapi sayangnya shower itu tak menyala. Ia mencoba cara ini itu tetap tak menyala. *
* ' cak mano ini caronyo, biaso nyo pacak...' (ini caranya gimana, biasanya bisa) .*
* Ia tak menyerah, ia mencoba lagi dan lagi tanpa ia sadari shower itu menyembur mengenai wajahnya saat ia mendongak ke atas.*
* " Waaa,,, basa galo..." (Basah semua) Ia berteriak karena air itu menyembur dengan deras dan membasahi tubuhnya.*
* 'Ya Allah ketero nian aku ni uwong dusun, dak pernah mandi makek shower,, biaso mandi makek tembok mak ini...' dalam hatinya menjerit .( Berasa banget aku ini orang nya katrok , gak pernah mandi pake shower,, biasa mandi pake' gayung ya kek gini).*
* Malunya ia tak bisa menggunakan shower maklum saja sehari harinya ia menggunakan tembok alias gayung. Untungnya tak ada orang yang melihatnya saat air menyembur ke wajahnya dan membasahi tubuh nya kalau tidak entah mau di mana kan mukanya yang sudah ingin ia sembunyikan itu... hhe.*
Tok... Tok... Tok...
* " Yang kamu lagi apa..." Suara itu berasal dari luar pintu.*
Tak ada sahutan dari dalam membuatnya mencoba untuk mengetuk kembali.
Tok... Tok... Tok...
Masih tak ada sahutan dari dalam. 'oh, mungkin dia lagi mandi , aku tunggu aja dia di kamar setelah dia selesai mandi aku akan memanggilnya kembali.' batinnya gumam lalu berlalu ke kamarnya.
Orang yang berada di dalam kamar mandi tak mendengar maupun menyahuti orang yang mengetuk pintu kamar dari luar. Ia sedang sibuk dengan pikirannya yang memikirkan kejadian tadi karena saking malunya ia...ck ..ck.
Secepatnya ia menghilangkan pikiran yang memalukan itu agar ia tak berlama-lama di dalam kamar mandi.
* Tak lupa ia menggunakan shampo juga sabun mandi yang sudah tersedia di sana. Tak ia pedulikan tentang shampo dan sabun yang mahal-mahal 'bodo amat yang penting pake sabun dan shampo' pikirnya.*
* Tak butuh waktu lama ia keluar dari kamar mandi sambil berdoa.*
* Buru buru ia memakai pakaian karena ia sudah kedinginan, sekaligus memakai hijab instan nya lalu bergegas untuk sholat karena waktu sudah lewat.*
Tok... Tok... Tok...
* Setelah selesai sholat dan zikir ia mendengar ketukan dari luar pintu. Tak lupa juga ia mendoakan kekasih ralat mantan kekasih hatinya yang telah tiada supaya sang mantan kekasih tenang disisi-Nya ,,, Aaamiiin....*
* Entah kenapa jika teringat akan sang mantan kekasih membuatnya terpikirkan dan selalu menangis tapi sayang air matanya sudah kering, tapi tidak dengan hatinya yang akan selalu ada untuk dirinya.*
" Yang kamu lagi apa,,, apa kamu sudah mandi nya,,, bentar lagi makan malam, nanti jangan lupa kita makan malam bareng ya..."
* Tak ia pedulikan sahutan itu tanpa ada niatan untuk menyahuti nya. Ia mengambil Al-Qur'an kecil yang sudah lepas dari covernya lalu ia mengaji. Al-Qur'an yang ia bawa dari rumahnya di kampung, Al-Qur'an kecil itu juga yang menemaninya selama di ibu kota jauh dari kota kelahiran membuatnya membawa Al-Qur'an itu kemanapun ia pergi.*
* Masih sama tak ada sahutan setelah mencoba membujuk bahkan menunggu berharap sang istri membukan pintu tapi tetap sama seolah olah ia tak dianggap oleh sang istri.*
* " Yang, aku tunggu kamu saat makan malam nanti,, aku harap kamu mau keluar dan makan bersama..."*
* Dengan perasaan kecewa dengan raut wajah yang sedih ia berlalu menuruni tangga menuju dapur untuk menyiapkannya makan malam yang akan mereka nikmati.*
* Tadinya ia berencana untuk membuat sang istri betah dan nyaman di rumahnya dengan mengenalkan lingkungan hidup yang baru, membayangkannya saja sudah cukup membuat ia gugup. Saking gugupnya ia sampai berkeringat dingin dan sukses membuat hatinya berdebar debar bahkan ia tak sabar untuk menunggu saat malam tiba. Tapi nyatanya semua rencananya tak sesuai dengan ekspektasi nya.*
"Bi, apa makan malamnya sudah siap..."Tanyanya dengan tidak semangat.
* " Sedikit lagi Tuan, apa Tuan sudah lapar Bibi akan siapkan secepatnya makan malam supaya Tuan dan nona segera makan..." Ucap sang bibi.*
* " Bukan, hanya saja aku mau bantuin Bibi biar cepat selesai..." Ucapnya tersenyum.*
* " Jangan Tuan, ini sudah tugasnya Bibi melayani Tuan dan Nona,, Tuan tunggu aja biar Bibi yang cepat menyelesaikan nya..." Sang Bibi merasa tak enak hati.*
* " Gak papa Bi, aku pengen banget bantuin Bibi masak supaya aku bisa belajar agar aku bisa masak untuk dia..."ucapnya sambil membantu sang Bibi masak.*
* "Rasanya pengen banget kalo dia bisa nerima aku meskipun hanya sedikit, setidaknya dengan aku memasakkan sesuatu dia akan sangat suka..." Lanjutnya tersenyum lirih.*
* " Bibi yakin kalau masakan Tuan akan di sukai oleh nona..." Ucap sang Bibi memberi semangat.*
* Sang Bibi merasa iba pada Tuannya yang menikah tanpa cinta dimana ia tau sang majikannya itu hanya sebatas pengantin pria pengganti dari sahabat dekat majikannya.*
* ' Bibi gak tau harus berbuat apa Tuan, Bibi hanya bisa mendukung dan mendoakan supaya pernikahan Tuan akan langgeng hingga ke Jannah,,, Aaamiiin..." Doa tulus sang Bibi dari hatinya saat melihat sang majikan terlihat sangat sedih.*
* " Semoga saja dia suka,,, terima kasih Bi' atas dukungannya, aku beruntung punya Bibi..."ucapnya tersenyum .*
* " Sama-sama Tuan..."*
Mereka terlihat seperti anak dan ibu yang sangat menyayangi satu sama lain, mereka tak seperti majikan dan pembantu. Laki-laki itu tampak menghilangkan perbedaan antara majikan dan pembantu .Sang Bibi sudah ia anggap seperti orang tua baginya setelah orang tuanya meninggal saat ia masih berusia sepuluh tahun bahkan sang Bibi lah yang mengurusnya saat itu sebab sang Bibi adalah orang yang telah lama bekerja dengan keluarganya.
Dan karena sang Bibi lah ia bisa kenal dengan sahabat yang kini telah tiada saat sang Bibi membawanya ke panti asuhan miliki keluarganya. Dimana saat itu setiap bulannya keluarganya akan memberikan bantuan kepada anak panti. Setiap keluarganya akan memberikan bantuan dia selalu di ajak walau bagaimanapun orang tuanya ingin dia menjadi orang yang bermurah hati dan suka menolong serta memberi kepada sesama. Jadi tak heran ia tau tempat dimana panti asuhan milik keluarganya itu berada.
* Di taman dimana ia menangis merasakan kehilangan orang tuanya , ia berpikir kenapa ia di tinggalkan sendirian bersama sang Bibi. Saat itulah ia tanpa sadar di hampir orang anak laki-laki yang mengatakan bahwa ' laki-laki kok cengeng,, iiihhh ingusnya keluar...' ucap anak laki-laki itu mengejeknya , yang di ejek bukan berhenti menangis malah sebaliknya ia malah menangis sangat kencang hingga orang-orang berlarian takut anak panti ada yang jatuh.*
Tapi dari kejadian itulah mereka berdua jadi akrab sampai sang sahabat telah tiada.
**********
* Malam pun tiba dan ia sudah tak sabar untuk makan malam bersama sang istri. Ia berharap sang istri mau ikut makan malam bersama layaknya suami istri pada umumnya. Ia juga melupakan kejadian tadi sore dimana sang istri mengabaikannya dan berpura-pura tak menghiraukannya.*
* Tok... Tok... Tok...*
" Yang, ini aku,,, ayo kita makan malam bersama,, kamu pasti laper banget tadi belum makan apa apa...huft." sambil mengatur nafasnya yang semakin berdegup kencang karena gugup.
* " Yang, buka pintunya sebentar aja, kita makan malam bersama ya..." lanjutnya dengan Iba membujuk.*
* Masih sama seperti sebelumnya tak ada sahutan dari dalam membuatnya tak menyerah untuk mengetuk kembali.*
* " Yang, buka pintunya ku mohon, sebentar aja untuk kita makan malam bersama. Aku tau kamu di dalam pasti dengar aku jadi ku mohon kali ini saja, aku ingin kenal kamu lebih dalam dan tau kamu itu orangnya seperti apa agar aku bisa lebih dekat dengan kamu dan menjadi suami yang baik untuk kamu..." ia terus membujuk agar sang istri mau membukakan pintunya.*
* Mencoba berusaha keras untuk membujuk sang istri tapi tetap saja tak mampu membuat sang istri luluh untuk membukakan pintunya.*
* " Yang, ku mohon sebentar saja,, ini adalah momen yang paling aku tunggu tunggu setelah kita nikah yang bikin aku saking gak sabarnya untuk bisa ngeliat kamu..."*
* Haaahhh...*
* Hembusan dan helaan nafasnya seperti terasa sangat berat. Hati yang tadinya berbunga bunga kini perlahan layu. Wajah yang tadinya berbinar-binar kini perlahan sendu. Semangat yang tadinya bergelora kini perlahan lesu. Kesabaran yang tadinya bisa di tahan kini tergantikan oleh kekecewaan. 'Apakah aku harus bersabar menunggu untuk bisa membuatmu melihatku'. 'Apa yang harus aku lakukan untuk bisa membuatmu menyadari keberadaan ku'. Batinnya dan pikirannya terus berperang bagaimana caranya agar sang istri mau melihatnya atau pun bicara padanya walau hanya sebentar saja.*
* Ia pergi menuruni tangga demi tangga menuju meja makan dengan perasaan kecewa yang tertahankan. Ia bingung harus bagaimana lagi caranya untuk dapat meluluhkan hati sang istri agar mau melihatnya. Berbagai upaya ia lakukan supaya sang istri mau menemuinya.*
* Sesampainya di meja makan sang Bibi sudah menunggu sang majikan untuk makan malamnya. Tapi yang datang hanya sang Tuannya sendirian tanpa sang istri.*
* "Makan malam sudah siap Tuan, silahkan,, apa nona Ummi akan ikut makan bersama Tuan..." Tanya sang Bibi penasaran.*
* " Haah, sepertinya dia sedang istirahat Bi, mungkin karena kecapekan tadi kan perjalanannya jauh, jadinya aku makan sendiri aja,, eh kalo Bibi mau kita makan bersama saja Bi, kan lauknya lumayan banyak kalo aku yang makan sendirian takutnya gak habis dan terbuang kan mubazir dong. Ayo Bi kita makan bersama, duduk sini Bi..." Dengan senyuman ia berkata pada sang Bibi seolah olah ia sedang menahan rasa kecewanya.*
* " Baiklah Tuan..." Sambil menuruti perintah majikannya sang Bibi tak bertanya lagi karena ia tau sang majikannya pasti sedang dalam keadaan tak baik baik saja.*
* Mereka berdua makan dengan pikirannya masing-masing, laki laki itu berpikiran tentang sang istri tapi di sisi sang Bibi ia merasakan kasihan pada sang majikan yang telah di abaikan oleh sang istri, ia juga ingin bertanya tapi merasa tak pantas untuk ikut campur dalam urusan rumah tangga sang Tuan karena ia hanya sebatas assisten rumah tangga.*
* Setelah selesai makan ia pamit untuk ke kamarnya.*
* " Bi, aku ke kamar dulu, maaf aku gak bisa bantuin Bibi beres beres..." *
* "Silahkan Tuan,, gak papa Tuan ini sudah tugasnya Bibi nanti Bibi yang bereskan..."*
* Ia pun naik ke kamarnya dan berhenti sejenak di depan kamar sang istri.*
* Tok... Tok... Tok ...*
" Yang, ini aku lagi, buka pintunya dong keluar sebentar aja,, kamu belum makan loh makan dulu ya nanti kamu sakit..." ibanya membujuk sang istri.
* Hening tak ada sahutan seperti sebelumnya membuatnya tak menyerah, ia ketuk kembali pintu itu tapi sama tetap tak ada sahutan.*
' haaahhh,,, semoga aja besok ketemu sama dia..."batinnya.
* " selamat malam Sayang ku, semoga kamu tidur nyenyak dan mimpi indah..." gumamnya lirih.*
* Sambil berlalu pergi ke kamarnya. Ia masuk ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk membuat orang pasti tertidur pulas tapi tidak dengan nya , ia tak bisa tidur karena terus terusan terbayang bayang sosok sang istri, ia juga memikirkan bagaimana cara untuk bisa mengambil hati sang istri dan mau menemuinya walau hanya sedikit.*
********
* Di satu sisi lain wanita yang kini sudah menjadi istri orang hanya berdiam diri di dalam kamar tanpa mengindahkan seorang yang dari tadi mengetuk hingga memanggil manggilnya untuk bisa bertemu bahkan bersama walau hanya sebentar, tetapi ia tetap tak mau menemuinya. Terlihat sangat sadis dan juga dingin sikap yang tak pernah ia lakukan tapi ini ia lakukan entah sebagai apa, apa rasa kecewanya atau rasa protes nya pada laki-laki yang kini sudah menjadi suaminya itu tidak tahu.*
* Tangisan demi tangisan ia suarakan dengan lirih sambil mengingat kenangan sang calon suami yang kini telah tiada tapi bayangan akan sosok sang calon suami masih membekas di ingatan dan juga hatinya.*
* Memang tak mudah untuk bisa melupakan mantan apalagi mantan terindah yang membuat jatuh cinta pada pandangan pertama setelah lama sendiri. Apalagi di saat ia dan mantan suami akan menikah tapi sayang takdir berkata lain. *
* Haruskah ia menerima semua keadaan ini di saat ada seseorang yang hadir menggantikan posisi nya yang pertama hadir dalam diri hingga masuk ke relung hati dan membuat perasaan ini tak bisa berpaling darinya???.*
* Sulit sangat sulit bahkan tak jarang ada yang masih setia dengan kesendirian dan ada juga yang move on dari masa lalu tapi tak mudah melupakan. Orang bisa bermacam-macam karakter sifatnya tergantung keadaan dan kondisi karena cinta pertama adalah cinta yang paling berkesan dan bermakna bagi orang yang baru mengalami namanya jatuh cinta.*
* Dua hati satu cinta dimana hati sang wanita masih tertaut dengan mantan kekasih hatinya, satu lagi dimana sang pria mencintai wanita yang masih tertaut dengan mantan kekasihnya.*
Sungguh rumit dan membingungkan jikalau bicara soal cinta ini bahkan tak jarang ada orang yang terobsesi dan tak jarang juga bisa membuat orang gila akan cinta. Cinta juga memabukkan seperti minuman tapi juga menyakitkan.
Di dalam kamar duduk seorang gadis yang termenung dengan segala pikirannya sendiri sambil menatap jendela, tiada hari tanpa melewatkan bayangan suami yang kini telah tiada. Sedih, kecewa, dan marah serta sesal yang selalu hadir dalam benak bila teringat akan sosok yang selalu hadir walau hanya sekejap. 'kenapa takdir seolah-olah tidak memihak padanya, apa salahnya... Hiks...' hanya itu yang terus-menerus diungkapkan oleh hati meski air mata ini sudah mengering. Semuanya telah disimpan oleh kenangan-kenangan terindah dalam hidup.
Kita tidak pernah tau seperti apa takdir yang Allah telah berikan kepada manusia baik itu berupa cinta, bahagia dan duka. Bisa saja kita mendapatkan semuanya hingga kita merasa diatas sampai kita lupa diri, bisa juga kita mendapatkan salah satu diantaranya dan seolah-olah menyalahkan Allah, sebagai manusia kita hanya menjalankan perintahnya dan selalu berusaha walau terkadang kita hanya berpangku tangan saja dan enggan berusaha keras untuk mencapai tujuan.
Pagi mulai menyapa dengan sinar mentari yang malu-malu menampakkan dirinya membuat gadis cantik ini mengerjabkan matanya yang enggan bangun setelah sholat subuh. Lelah hati dan pikiran membuat ia bisa tidur setelah beberapa kali tak bisa tidur nyenyak dengan sekelumit masalah yang dihadapinya.
Matahari telah menampakkan diri dengan sinarnya yang sangat menyilaukan mata bahwa waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Hari dimana ia dan sang laki-laki telah resmi menjadi suami istri.
Dia bangun dari tidurnya dan bersandar di dashboard bed sambil menatap keluar jendela kamar berpikir bahwa ia sendiri di tempat asing yang bukan tempat tinggal nya.
Sesosok pria yang hadir dalam hidup yang membuat hari-hari penuh senyuman kini tak ada lagi. Sesosok pria itu hilang dari pandangan hanya menyisakan senyuman yang dapat membuat hati menjadi berdebar debar serta bayangan nya yang mampu mengusik ketenangan jiwa dan hati karena ialah yang telah menghadirkan cinta dalam hati ini.
Hati yang tadinya menganggap bahwa cinta takkan hadir dalam diri yang biasa biasa saja dan takkan ada juga orang yang dapat mencintai, namun terpatahkan oleh dirinya yang menerima diri ini apa adanya.
Dia pernah bilang "cintai diri mu sendiri karena dirimu yang paling mengerti, kamu itu istimewa dengan cara dan dengan keunikan mu sendiri yang tak di miliki oleh orang lain,, sebab Allah Maha sempurna sebagai pencipta manusia termasuk kamu".
Itulah dia, sesosok pria yang mampu mengusik hati dan perasaan ini. Pria dengan sejuta pesonanya, senyuman manisnya membuat wanita terkesan termasuk diri ini yang bukan siapa-siapa tapi dia dengan sendirinya menerima dan membuat diri ini yang bukan apa-apa jadi istimewa.
Dialah pelengkap diri yang biasa biasa saja ini ibarat sayur tanpa garam dialah garam nya sehingga sayur itu bisa ada rasanya menjadi enak sama seperti diri ini yang hidup nya biasa biasa saja karena nya hidup ini lebih berwarna dan penuh semangat.
Tok... Tok... Tok...
" Yang, apa kamu udah bangun,, ayo kita sarapan bareng..."ucap seseorang dari luar pintu.
Enggan untuk menjawab panggilan itu, wanita itu tak memperdulikan orang yang berada di luar pintu.
"Yang, ayo kita sarapan,, aku sudah masak untuk kita,, kalo kamu sudah bangun aku tunggu dibawah ya... "ucap orang di luar pintu.
Enggan untuk menjawab panggilan itu, wanita itu tak memperdulikan orang yang berada di luar pintu.
Hening dari luar membuat orang di luar pintu itu pergi menuruni tangga menuju ke ruang makan.
'mungkin dia sudah pergi, aku tak peduli' pikir nya.
Jam terus menerus berputar tanpa terasa waktu telah berlalu dan wanita itu tak beranjak dari tempat tidur nya bahkan ia melupakan seseorang yang sedang menunggu nya sedari tadi pagi untuk sarapan bersama.
Tok... Tok... Tok...
" Yang, aku pergi dulu ya jangan lupa sarapannya dimakan, aku gak mau kamu sakit,, kalo ada apa-apa beritahu pada bibi atau telepon aku nomornya ada dalam buku phone di ruang tamu..."ucap orang yang sama dari luar pintu.
Hanya keheningan yang mampu menjawab panggilan, Karena wanita itu tak ada keinginan sama sekali untuk menjawab panggilan itu.
Kesendirian lah mampu membuat wanita itu bisa berlama-lama tak ada niatan untuk keluar dari kamar. Tak peduli orang yang mencintai dirinya sedang berusaha untuk mendapatkan cinta dan hatinya.
' aku kangen mamak di kampung.' batinnya.
Segera ia mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Ia ingin menghubungi keluarga nya di kampung termasuk ibunya yang sangat ia rindukan.
Tut... Tut... Tut...
" Halo, assalamualaikum ayuk apo kabar kangen Yuk,,, mamak ado ayuk nah..."ucap seseorang antusias di seberang sana.
(Halo assalamualaikum mbak apa kabar, kangen mbak? ibu ini mbak...)
" Mano bawak sini..."ucap seorang wanita paruh baya dari arah yang berlawanan.
(Mana sini...)
" Assalamualaikum apo kabar nak..."ucap seorang wanita paruh baya.
(Assalamualaikum apa kabar nak...)
" Wa'alaikum salam Mak, Mamak kangen Mak,,hiks...:"
(Wa'alaikum salam Bu, Ibu kangen Bu,,hiks...)
" Yo Mamak jugo Yuk...hiks, Mamak khawatir samo ayuk di sano katek kabar,,cak mano di sano ayuk baek kan,, cak mano lancar kawinnyo,,, mano laki ayuk mamak nak jingok..."
(Ya ibu juga mbak, Ibu khawatirkan mbak di sana,, gimana mbak baik kan di sana,, apa lancar nikah nya,,, suami mbak mana ibu mau liat...)
" Hiks... Hiks... Mak, dio la dak katek,, dio la ninggal kemaren,,, hiks..."
(Hiks... Hiks... Bu, dia udah tiada,, dia udah meninggal kemarin,,, hiks...)
" Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un Ya Allah, cak mano ceritonyo yuk pacak mak itu,, ayuk ngapo dak enjok tau, ayuk di mano sekarang,, ngapo dak balek ,, buat risau bae kau ni,, balek... balek dengar dak kau..." Dengan nada sedikit marah.
(Gimana bisa seperti itu mbak,, kenapa gak kasih kabar, mbak ada di mana sekarang,, kenapa gak pulang,, kamu bikin khawatir tau gak,, pulang... segeralah pulang...)
" Hiks... Hiks... Dak pacak balek Mak aku, aku la kawin lagi pas calon laki ku ninggal kemaren, kawinnyo dengen lanang laen, lanang itu tu kawan calon laki ku yang ninggal dio yang gantike nyo, jadi aku tinggal di rumah dio sekarang..."
(Aku gak bisa pulang Bu, aku udah nikah lagi pas calon suami ku meninggal kemarin, nikahnya sama laki-laki yang berbeda, laki-laki itu adalah teman dari calon suami ku yang meninggal dia yang menjadi pengganti, jadi aku tinggal di rumahnya sekarang...)
"Kau kawin lagi cak mano itu, cubo tu ngomong biar uwong dak risau nunggu ke kau di sini..."
(Gimana bisa seperti itu, kenapa gak bilang dari awal biar orang gak khawatirkan kamu disini...)
" Maaf Mak, dak sempat lagi nak enjok kabar mamak di sano..."
(Maaf Bu, gak sempat untuk memberi kabar sama ibu di sana...)
" Iyo sudah, ayuk baek baek be di sano,, man ado apo apo tu enjok kabar jadi mamak tu dak khawatir samo ayuk,, jangan lupo jago diri baek baek, ayuk tu jauh mano tempat uwong, jago jugo kesehatan mamak dak pacak nak kesano nyo jauh duet dak katek,, ngomong ke dengen laki ayuk biar tau samo Mamak, tau keluargo ayuk jugo kagek dio dak tau pulok..."
(Ya sudah, mbak di sana baik baik saja,, kalo ada apa apa kasih tau kabar jadi ibu gak khawatir sama mbak,, jangan lupa jaga diri baik-baik, di tempat orang mbak nan jauh, jaga kesehatan juga ibu gak bisa ke sana jauh gak punya uang,, bilang sama suami mbak biar tau ibu, tau keluarga mbak juga agar nantinya dia bisa tau...)
"Iyo Mak... Hiks, ayuk maseh kangen Mamak, katek duet man nak balek, man Ayuk la ado duet kagek Ayuk balek Mak,, Ayuk nak nyari gawe dulu disini biar dapat duet mugo be dapat biar pacak ngenjok duet ke Mamak samo adek di sano,, doa'i Mak ye Mak..." Isakan kecil terdengar dari bibir ini.
(Ya Bu... mbak masih kangen Ibu, mau pulang gak punya uang, kalo mbak ada uang mbak pasti pulang,, Mbak ingin cari kerja di sini biar bisa dapat uang, semoga dapat uang biar bisa kasih ibu dan adek uang di sana,, doain ya Bu...)
" Iyo Aaamiiin Ya Allah, ehh denger ke omongan Mamak jadi bini yang nurut dengen laki jangan bebala baek baek denger dak Ayuk tu uji Mamak..."nasihat seorang ibu untuk anaknya.
" Iyo Mak, Insya Allah Mak,, Ayuk denger kato Mamak...hiks..."
" Yo sudah matike la hp nyo, baek baek ayuk tu,, assalamualaikum..."
(Ya sudah tutup aja telepon nya, mbak baik baik ya,, assalamualaikum..."
"Iyo Mak, wa'alaikum salam,, sayang Mamak,,,hiks..."sambil memutuskan panggilan.
(Iya Bu, wa'alaikum salam,, sayang ibu...)
Click...
Setelah menghubungi keluarga di kampung dia beranjak dari tempat tidur untuk melakukan sesuatu, ya dia ingin membuat lamaran kerja agar dia bisa membantu ibu juga adiknya. Dia berpikir untuk mencari uang agar tak berpangku tangan dengan laki-laki yang kini menjadi suaminya itu walau hanya pengganti.
Mengambil berkas berkas untuk melamar pekerjaan. Dia menulis CV atau surat lamaran kerja sambil menscroll hpnya untuk mencari berbagai lowongan kerja secara online melalui situs website.
Fokusnya pada apa yang ada di hadapannya itu membuatnya lupa dengan keadaan di sekitarnya hingga seorang memanggilnya dari balik pintu.
Tok... Tok... Tok ...
"Non udah siang, ayo makan dulu tadi pagi non belum makan,, nanti Tuan nanya in non udah makan atau belum ..." Sang bibi mencoba membujuk istri sang majikan agar mau keluar.
Hah...
Helaan nafasnya membuatnya terhenti, ia lupa bahwa ia sekarang bukan lagi di rumahnya tapi di rumah suami penggantinya.
Dengan langkah sedikit gontai ia membuka pintu kamarnya.
Klek...
" Ehh Bibi, ada apa Bi..."ucapnya.
" Non ini udah siang, apa non gak mau makan Bibi sudah masak,, non dari pagi tadi belum sarapan, Bibi takutnya nanti Tuan marah in Bibi karena sudah lalai dalam tugas melayani nona..." Ucap sang bibi sambil membujuk dengan rasa takut.
" Oh ya maaf Bi, nanti saya akan makan tapi saya mau sholat dulu soalnya udah Zhuhur,, Bibi duluan aja nanti saya akan nyusul ke bawah..." Ucapnya membujuk sang Bibi.
" Oh ya udah kalo gitu non, tapi non harus ke bawah ya untuk makan nanti nona sakit soalnya semalam non belum makan apa apa,, Tuan juga khawatir sama non nya karena belum makan apapun..." Ucap sang bibi khawatir.
" Iya Bi, nanti saya akan makan Bibi duluan aja ya..."
" Ya udah Bibi ke bawah lagi ya non, jangan lupa ya non..." ucap sang bibi sambil berlalu menuruni anak tangga.
Senyuman paksa ia berikan pada sang bibi sambil menutup pintu kamarnya. Ia bingung harus bagaimana bersikap juga bicara dengan orang yang lebih tua darinya tapi dengan posisi yang berbeda dengannya. Ia belum terbiasa dengan hal tersebut termasuk keadaan yang sedang ia alami sekarang.
Kehidupan yang dulunya hanya biasa biasa menganggap orang yang lebih tua dengan sikap segan, sebaliknya orang yang lebih tua itu kini ialah yang harus di berlakukan layaknya bak seorang Ratu. Semua harus di layani dengan baik, apa apa harus di perhatikan ' bukan apa, hanya aja aku belum terbiasa dan itu membuat ku sangat risih...' batinnya gumam.
Adzan pun berkumandang menandakan waktu zhuhur sudah tiba. Ia masuk kamar mandi untuk mengambil wudhu dan segera melaksanakan sholat sebagai umat Islam.
Selesai sholat ia berniat untuk turun ke bawah merasa tak enak hati jikalau ia tetap berdiam diri di dalam kamar.
"Aku turun ke bawah aja gak enak sama Bibi, ini kan rumahnya dia dan aku tinggal disini,, apa kata dia nanti kalo aku hanya numpang hidup aja,,,hah...'batinnya berucap.
Langkahnya menuruni tangga menuju dapur. Di sana ada sang Bibi sudah lama menunggunya dari tadi.
" Ehh non, silahkan makan non mau makan apa biar Bibi ambilin..." Sudah siap untuk mengambil lauk. Tapi....
" Eh gak usah Bi, biar saya aja Bibi gak perlu repot-repot, saya bisa ambil sendiri, Bibi makan juga sini temani saya, saya merasa gak enak makan sendiri..." Ucapnya dengan canggung.
" Tapi non Bibi gak bisa, nona Ummi kan istri Tuan berarti majikan saya, Bibi rasanya gak sopan untuk makan berdampingan dengan majikan sendiri..." Ucap sang bibi merasa sungkan.
" Gak Bi gak papa, duduk aja Bibi jangan sungkan-sungkan anggap aja saya ini seperti anak Bibi sendiri..." sambil tersenyum ia mencoba menghilangkan kecanggungan.
Sambil menuruti perintah majikannya sang Bibi pun ikut makan bersama layaknya seperti ibu dan anak. Sambil menikmati makan siang mereka dengan tenang tanpa mereka sadari ada suatu benda terselip di bunga mawar yang tak jauh dari tempatnya duduk.
Bahkan sang Bibi tak memberi tau tentang siapa yang masak karena Bibi lupa dengan apa yang sudah di lakukan oleh Tuannya tadi pagi termasuk pesan note untuk sang istri Tuannya.
Tak butuh waktu lama mereka berdua selesai makan. Ia berniat untuk membersihkan bekas makan tadi demi membantu sang Bibi agar tak enak hati jikalau ia hanya diam saja tanpa melakukan sesuatu apapun setidaknya ia berikan sedikit bantuan agar tak terlalu merepotkan orang lain.
" Sini Bi piringnya biar saya aja yang bereskan, Bibi istirahat aja dari tadi kan Bibi yang kerja..." Ucapnya menawarkan bantuan.
" Ehh non jangan, biar Bibi aja yang bereskan itu kan udah tugas Bibi non duduk aja ya, Bibi takut Tuan akan memarahi Bibi jika membiarkan non nya bekerja..."sang Bibi merasa tak enak hati jikalau istri majikannya bekerja.
" Gak papa Bibi, saya juga pengen bantuin biar cepat selesai, ya Bi..."dengan nada sedikit memohon.
" Ya udah kalo gitu, tapi Bibi bantuin juga biar lebih mudah ya non..."
Ia membantu membereskan bekas makan tadi dan membawanya untuk dicuci. Ia juga sudah tau caranya menggunakan wastafel itung-itung agar tak norak bila di lihat...hhe.
Ia juga tak lupa membereskan meja makan serta mengelapnya agar terlihat lebih rapi tapi ia mendadak berhenti ketika tak sengaja menjatuhkan dan melihat sesuatu terselip bunga mawar yang jatuh tepat di bawah kakinya.
" Eh apa nih..." Sambil mengambil bunga mawar dan secarik kertas.
"Sayang, jangan lupa makan sarapannya karena dari semalam kamu gak makan ,, aku harap kamu mau makan walau hanya sedikit..."
love u more ❤️
(orang yang mencintaimu)
Ia membaca pesan note dan menyimpannya di saku gamis nya, ia juga meletakkan bunga mawar yang jatuh ke tempatnya semula dan melanjutkan pekerjaannya tadi.
" Beres..."
" Udah non biar Bibi aja yang bereskan selanjutnya, non istirahat aja mungkin non nya masih capek habis acara pernikahan kemarin..."
" Ya udah Bi, saya mau ke atas dulu masih ada yang mau di kerjain..."
" Iya non..."
Sambil berlalu langkahnya menaiki tangga menuju ke kamarnya, ia akan melanjutkan membuat lamaran kerja yang sempat tertunda.
Tiba-tiba ia mengambil kertas pesan note yang ia temukan di meja makan tadi sambil membacanya ulang.
"Sayang, jangan lupa makan sarapannya karena dari semalam kamu gak makan,, aku harap kamu mau makan walau hanya sedikit..."
Love u more ❤️
(orang yang mencintaimu).
Hah...
' Aku gak tau harus bersikap seperti apa padanya...' batinnya teringat akan kejadian kemarin.
Kata yang mewakili perasaan wanita yang kini telah di tinggal oleh sang mantan terindah.
Karena wanita yang susah move on dari mantan kekasih hatinya sulit untuk melupakan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!