NovelToon NovelToon

Aku Dan Diriku

aku dan diriku Bab 1

Entah sejak kapan aku memiliki luka ini, yang jelas ini luar biasa.

tertawa bersama ayah, rasanya belum lama semua itu ku rasakan. hangat nya cinta dan kasih sayang nya selaku terkenang sampai kapan pun.

Tinggal bersama dengan nenek dan ayah adalah kebahagiaan yang sangat sempurna untukku. tak ada drama hidup, tak ada keributan, semuanya terasa tenang dan damai. hingga waktu dimana ayah membawa dia ke rumah kami.

melaksanakan pernikahan

dan menjadi bagian dari kami

aku ayah nenek dan dia

semua... berubah...!

🍂🍂🍂

dengan seragam putih biru aku berangkat sekolah, berjalan kaki menyusuri jalanan hingga kaki ku berhenti melangkah di depan bangunan sekolah swasta SMP Sinar Jaya.

dengan rambut di ikat dan seragam yang rapih aku mengikuti mos, cukup menyenangkan dan sedikit menghiburku dari ruet nya hidup baru.

Bersama orang baru

di rumah aku hanya di tugaskan untuk mencuci piring, mengepel dan beberes kamar terkadang merapikan dapur di sore hari nya. lebih dari itu aku di bebaskan, yang jelas aku di wajibkan untuk belajar.

aktifitas yang sangat monoton kulakukan setiap harinya membuat ku bosan ingin merasakan suasana baru, tapi apalah daya aku tak cukup berani untuk menentang nya hingga mau tak mau suka ataupun tidak suka patuh adalah kewajiban untukku. di kehidupan baru ku ini.

setelah orang yang aku anggap ibu telah tiada aku hanya punya satu pilihan yaitu ikut tinggal bersama dengan ayah dan dia. aku senang tapi juga aku sedih namun hanya itu lah pilihan ku.

nenek pergi untuk selamanya.

🍂🍂🍂

setelah ayah membawa dia ke rumah meresmikan hubungan mereka dan menjadi bagian dari kami, aku bahagia karena lengkap sudah kehidupan ku sekarang ini. namun itu semua tak sesuai harapan ku tak jarang konflik selalu saja terjadi antara mereka bertiga ayah dia juga nenek. aku tak mengerti apa yang mereka permasalahkan namun itu semua cukup membuat aku trauma dan takut pada setiap orang baru menjadikan ku orang penakut meski pada sesama makhluk manusia.

aku menjadi haus kasih sayang dan ingin bermanja-manja oleh orang yang menyayangi ku yang aku sayangi.

🍃🍃

pada suatu pagi ayah pulang dengan tergesa, tanpa menanggapi aku yang saat itu sudah berpakaian putih merah dengan rapi, belum sempat aku bicara ayah mencium keningku laku berkata

"pergi sekolah nya sendiri dulu ya sayang, mamah kamu mau melahirkan ayah harus segera kesana untuk nemenin mamah, kamu akan segera mempunyai adik"

ayah tersenyum lalu pergi kembali tanpa menunggu aku menjawab nya, dan aku hanya mengikuti kemana ayah pergi hingga ayah menghilang karena jarak yang semakin jauh.

"adik?"

waktu semakin hari semakin cepat, lama aku tinggal berdua hanya dengan nenek karena ayah dan dia sudah pindah sejak adik dilahirkan waktu itu. terkadang ayah dan dia hanya akan berkunjung padaku dan nenek seminggu sekali atau bahkan jika mereka sibuk hanya akan berkunjung dua minggu sekali. lama sampai sampai aku sangat kegirangan jika ayah berkunjung. sangat rindu.

🥀

"DTLC.. kamu tuh dengar tidak saya panggil sejak tadi, sudah lah seperti siput merepotkan. Harusnya kamu tuh terbiasa tinggal disini sudah lama lho jangan selalu di samakan dengan tinggal di tempat kumuh itu!!"

"iya"

aku hanya bisa berkata 'iya' tanpa bisa membantah. memang yang aku rasa pun dia baik dan tak jahat, hanya saja sifat nya yang keras dan didikan yang ketat menjadikan dia menjadi orang yang sangat disiplin. Karena itu harus. Dan itu juga yang menjadi kan ku takut terkadang pada dirinya sebab keterbiasaan kami yang berbeda. Dia yang selalu dengan didikan keras nya dan aku dengan penuh kasih sayang dari nenek dan ayah. Jelas kami sangatlah berbeda.

Tak jarang aku sering kali di marahi di depan keluarga nya atau bahkan di depan ayah sekalipun karena kesalahan kesalahan kecil yang aku lakukan namun tak ada yang melerai dan aku hanya bisa menangis tertahan karena malu.

Sejak saat itu aku bertekad untuk tidak meneruskan pendidikan ku, setelah aku lulus SMP ini aku akan bekerja dan itu cukup untuk memulai hidup baruku dengan uang ku sendiri agar tak lagi terdengar ucapannya yang mengatakan ku 'beban'

setelah aku mengutarakan niat ku untuk putus sekolah pada ayah dan dia, aku selalu di tanyai soal keseriusan ku atas keputusan ku.

"Sungguh sungguh kamu tak akan melanjutkan pendidikan mu itu? Saya nggak mau ya jika suatu hari nanti kamu akan menuntut saya atau menyalahkan saya atas keputusan mu itu, lalu kamu akan dendam pada adik mu karena pendidikan dia lebih tinggi dari pada kamu!"

"iya aku ngk akan menyesal ko atas keputusan ku mah"

seperti itu lah kata kata nya, terkadang selalu sakit menusuk pada hati tapi mungkin itu untuk mempertegas agar tak ada masalah di kemudian hari.

tak terasa aku lulus dan seperti yang aku utarakan pada mamah dan ayah aku akan bekerja.

pengalaman pertama aku bekerja di sebuah toko, saat itu aku masih bisa berkomunikasi dengan baik dengan keluarga ku di rumah karena aku masih merasa tak berdaya jika tanpa mereka dan mereka adalah segalanya bagi ku. Namun yang ku rasa ternyata berbeda dengan nya semakin hari perlakuan nya padaku sangat lah di luar kendali dan penuturan katanya selalu saja membuat ku sakit hati.

"Harus nya kamu itu bersyukur saya mau merawat kamu, memberikan kamu bimbingan, menyediakan tempat tidur bahkan segala yang kamu butuhkan tapi ini balasan kamu terhadap saya!?"

aku tak mengerti mengapa semua jadi seperti ini?

Entah apa kesalahan ku sampai dia selalu saja murka terhadap ku, karena sungguh aku tak merasa melakukan kesalahan yang menyebabkan hancurnya harga diri atau bahkan mempermalukan keluarga, namun tutur kata nya selalu seolah aku sangat lah hina.

tak jarang aku mendapat kan kekerasan fisik darinya, meski bukan berupa pukulan hebat sampai membuat luka memar tapi itu sudah membuat takut pada nya sehingga aku sangat lah tertutup pada nya dan ayah. karena bagaimanapun semua itu membekas pada diriku dan juga hati ku, dan baru kali ini aku merasakan sakit seperti ini baik fisik maupun mental. Ayah dan nenek tak pernah bersikap kasar padaku hanya dia yang begitu padaku. sampai sampai aku merasa kan trauma.

"pokoknya saya ngk mau tau ya ayah ajari anak mu itu dengan benar, ayah tau dia tak pernah melakukan sesuatu hal dengan benar selalu saja salah, dasar anak Sialan!."

selalu saja terngiang ngiang perkataan nya yang buruk pada ku, tak mau tau entah aku sedang dimana semuanya selalu terdengar kata makian nya sangat sakit untuk hati ku, namun kepala ku tak bisa menghapus semua kata yang menyakitkan itu.

aku dan diriku bab 2

"ayah aku pergi dulu"

aku ulurkan tangan ku lalu mencium punggung tangan ayah lalu aku pergi ke dapur untuk mencium tangan mamah.

"mah aku pergi dulu"

pamit ku sambil mengulurkan tangan meminta tangan nya untuk aku cium

"perbaiki saja dirimu itu baru boleh minta restu, minta restu ko kamu nya kayak setan mana mau saya!"

lalu dia pergi menghampiri ayah yang sedang di luar, meninggalkan aku yang termenung sendiri lalu aku putuskan untuk bergegas pergi bekerja.

otak ku masih memikirkan perkataan nya, 'perbaiki diriku?' yang mana yang harus aku perbaiki?

perlakuan seperti itu sudah biasa untuk ku, sejak aku masih di bangku kelas 7 tak jarang dia memperlakukan ku layak nya aku tak ada. mengacuhkan ku dan mendiam kan aku seperti aku adalah makhluk tak ada.

kadang aku ingin bertanya apa yang dia pikirkan tentang aku? sampai sampai selalu saja dia seperti itu, aku selalu ingin bisa menyamai cara berfikir nya karena mungkin dengan begitu kami bisa sependapat dan tak akan selalu bermusuhan meski itu bukan kemauan ku.

ayah atau bahkan adik pun bisa menerima murkanya, namun jelas berbeda dengan murkanya dia pada ku dan pad ayah juga adik.

jika pada ayah mungkin dia hanya akan mengomel sepanjang hari, atau bahkan sampai dia puas?

dan adik dia hanya akan menggerutu dengan wajar nya saja toh adikku itu masih kecil

sedang padaku? dia sangat bersungguh sungguh, mendiam kan aku selama seminggu tanpa di tanya atau bahkan di sama saja. itu semua cukup membuat ku pusing dan jenuh dengan hidup baru ku ini.

di suatu malam, aku terbangun oleh keributan yang cukup hebat di luar

"udah mah ngapain sih di luar ayo masuk ke kamar tidur, dingin banget disini tuh"

"iya mah tolonglah, ayo jangan kayak gini aku kan anak mamah jangan pikirin anak itu mamah ingat aku aja mah"

"tuh kasian henda mah dingin sudah malam waktunya untuk tidur dia"

"apaan sih kalian ini, kalo mau tidur ya tidur sana jangan malah kayak anak kecil disini jangan ngikutin mamah!"

mamah marah, dia murka bahkan pada henda dan ayah, aku tak tau mengapa bisa seperti itu. Dengan kebisingan seperti itu aku tak bisa melanjutkan tidurku, dan aku hanya tidur dengan mata tak tidur. Mendengar permohonan pilu dari ayah dan henda berharap semua itu dapat sedikit meredakan amarah mamah.

"udah lah ngapain sih kalian tuh ngurusin mamah? sana pergi ke kamar tidur henda ayah sana! Urusi saja anak kesayangan mu itu ayah nggak perlu urusi saya!"

"huaaa huhu aaa mamah udah ayo tidur aja bareng henda mah jangan nginget anak itu, udah ayo mahh huuuhu"

"bangun lu bangun lu anak sialan bangun, enak enak tidur sini lu bisa nggak sih lu jadi anak nyenengin orang tua sekaki aja jangan bikin masalah terus kerjaan nya!!"

tiba tiba ayah datang ke kamar ku dengan menyeret ku dengan paksa. aku yang sedari tadi hanya mendengar kan hanya dapat menangis dengan tertahan menatap semua orang yang sudah berderai air mata sejak tadi. Aku menatap pilu pada ayah tak percaya bahwa dia bisa bertindak kasar pada tadi.

dengan lutut menyentuh lantai aku tertunduk berlutut di hadapan dia, berusaha menguatkan hati ku agar dapat bicara padanya. Dengan badan gemetar aku menatap dia

"maaf mah maaf, maafkan aku. aku tak tau harus bagaimana selain meminta maaf mungkin dengan begini amarah mamah bisa sedikit mereda, tolong mah jangan libatkan adik ataupun ayah, mereka tak bersalah kan mah" aku berusaha menatap nya dan mencoba meraih tangan nya agar dapat mencium nya namun dengan cepat dia menepis. menraik cepat tangan nya dan berkata

"jangan pernah berani kamu menyentuh tangan saya ya, saya tak butuh maaf dari kamu, saya tak sudi kamu mencium tangan saya! Lagian semua ini apa apaan sih kalian ini hah? tidur pake drama segala, ayah rapihkan semuanya tidur semua!!"

"iya"

"maahh, ayo tidur mahh"

" iya udah ayo pake nangis segala sih kamu ini"

"keluar kamu sana jangan disini, mau di bersihkan ini minggir!"

dan aku di usir, kembali ke kamar dengan badan yang masih gemetar syok dan bingung. Kenapa bis

Aku dan diriku bab 3

Hari ini hari minggu dan aku libur, tak ada rencana maupun kegiatan yang akan aku lakukan hari ini. Karena itu aku hanya akan berdiam diri di kamar dengan telinga yang aku pasang dengan handphone agar aku bisa melalui hari libur ku dengan tenang.

Jika kalian penasaran mengapa aku tak jalan jalan ke luar rumah agar bebas? Jawabannya karena aku tak banyak memiliki teman, setiap hari aku selalu di hadapkan dengan segala tekanan ini dan itu kritik ini begini dan ini begitu membuat mental ku down, akibatnya aku menjadi orang yang tak percaya diri penakut dan selalu merasa was was pada lingkungan sekitar.

Aku akan pergi keluar sesuai dengan kebutuhan ku, jika aku bekerja, berbelanja, dan pergi main jika ada yang mengajak jika tidak ada maka aku akan seperti sekarang mengurung diri.

Karena sampai saat ini kehadiran ku masih di anggap angin lalu, dan aku pun berusaha untuk menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Mungkin akan di bilang sama egois nya jika aku membalas atau bahkan menyamai sikap nya seperti saat ini, namun ini lah jalan ku satu satu nya. Dengan aku yang ikut mengundurkan diri dan mengasing sendiri seperti ini akan tercipta kedamaian dan kenyaman di rumah ini, seperti yang selalu ayah harapkan seperti yang selalu dia dambakan dan ketenangan untuk seorang anak kecil.

Aku juga mendambakan ketenangan kedamaian, namun sepertinya itu mustahil jika di rumah ini aku mendapatkan itu semua. Karena ini bukan kuasa ku, aku hanya lah debu yang ikut singgah di rumah ini.

Bisakah jika aku pergi dari sini dan kost untuk diri ku sendiri? Pyuh mengapa aku tak memikirkan itu sejak lama? Aku yakin aku bisa hidup sendiri bukan, tapi tidak! Itu mustahil! Karena aku pernah mencoba nya saat itu dan apa yang terjadi? Yah penolakan makian dan ejekan yang aku terima. Karena sesuai dengan apa yang dia katakan, semua yang aku lakukan SALAH!

"Ayah aku mau minta izin boleh aku kost sendiri?"

"Apa? Tidak tidak di izinkan!"

"Apa apaan kamu itu tinggal di sini saja sudah terlalu merepotkan apalagi harus kost sendiri apa kata orang nanti? Kamu ini! Kamu mau merusak nama baik keluarga ini begitu!?"

"B-bukan mah aku fikir itu akan lebih baik karena aku bisa mandiri"

"Lagian kamu ini anak perempuan tak seharusnya kamu tinggal sendiri, kamu tahu di luar sana banyak kejahatan kejahatan. Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu ketika kamu tinggal sendiri di luaran sana? siapa yang akan menolong mu?"

Ayah mungkin menghawatirkan aku namun jauh berbeda dengan dia, sebelum aku menjelaskan maksud ku dia sudah teriak memaki

"Tak di izinkan! Tidak terbayangkan jika kamu pulang dengan perut buncit memalukan keluarga!!"

"Astaghfirullah"

"Astaghfirullah"

"Mah jangan begitu bicara nya, ucapan adalah doa jangan sampai seperti itu!"

"Huh

Sore sebelum terjadi nya keributan semalam

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Bagaimana keadaan nya mah sudah sehat april? Henda tolong bawakan air putih ya untuk ayah haus sekali, jalanan macet parah pyuhh"

Ayah baru saja pulang bekerja, dengan penuh perhatian ayah menanyai keadaan ku meski dirinya masih berbalut jaket serta pakaian kerjanya, belum sempat duduk dan sudah bercerita dengan santai nya

"Entah lah, ayah lihat saja sendiri masa iya sakit sakit an terus toh sedari tadi dia berdiam diri di kamar seharian penuh!"

Ayah datang ke kamar ku setelah melepas jaket dan masih dengan pakaian kerja nya ayah duduk di samping ranjang tidur dan bertanya tentang keadaan ku

"Bagaimana keadaan kamu sudah baikkan? Atau mau di periksa ke dokter?"

"Sudah baikkan ko ayah, kayak nya nggak harus ke dokter toh besok juga sudah sehat lagi"

Jawabku seraya tersenyum, hangat dan begitu tenang seperti saat ini adalah kenyamanan yang paling sempurna dalam rumah ini.

"Ck sudah lah ayah jangan terlalu di manjakan hanya sakit bulanan, biasa bagi para perempuan. Lagian ayah ini bukan kah seharus nya ayah beristirahat? Mengapa sibuk mengurusi orang sakit, yang sakit nya sudah biasa berulang dengan sendirinya!?"

Mamah berteriak di luar kamar dengan sedikit nada marah, mungkin dia kesal bukan nya istirahat setelah bekerja seharian penuh malah sibuk mengurusi aku.

Lalu ayah keluar kamar seraya berkata

"Iya mah sudah, ayah hanya bertanya tentang keadaan nya apakah ada kemajuan atau masih tetap rasa sakit nya kan tidak salah?"

"Alah ayah ini itu sama saja ayah terlalu memanjakan dia, ingat jika aku atau anakku yang sakit ayah selalu banyak beralasan 'sebentar ayah sedang lelah sekali ya' ayah ini semua itu sama dengan ayah pilih kasih pada kami!"

"Lho mah mengapa jadi di perpanjang seperti ini? Ayah kan hanya bertanya. Tak ada pilih kasih pilih kasih mah, ayah sayang kepada kalian semua."

Mereka berselisih paham, jarak kamar ku dan juga ruang keluarga tak terlalu begitu jauh rumah yang di bangun dengan sederhana menjadikan kami bisa mendengar percakapan siapapun dan di mana pun dengan mudah nya, sebab itu aku tak pernah tertinggal cerita cerita yang menarik maupun yang terasa sakit karena aku bisa mendengar semua nya meski di dalam kamar.

Lalu waktu terus berputar hingga malam tiba dan kejadian tak terduga semalam terjadi. Mungkin bagiku sikap ayah yang hangat itu menyenangkan namun berbeda dengan mamah dan henda.

Namun aku tak menyangka bahwa mamah akan menuntut cerai dengan ayah, yang aku tak habis fikir mengapa bisa sampai sejauh itu? Apakah aku benar benar beban dan penghalang bagi dia? Jika iya begitu maka aku yang harus pergi bukan salah satu dari mereka atau bahkan perpisahan bagi mereka. Dan aku putuskan untuk keluar kamar lalu mengutarakan apa yang aku maksud, aku bisa hidup sendiri jika itu memang perlu dan lebih baik dari pada perpisahan mereka. Tapi aku di tolak dan mereka kembali seperti biasa.

🍂🍂🍂

"assalamualaikum"

Cetrek cetrek

Suara kunci pitu yang dibuka lalu aku masuk dan langsung menuju kamar ku, tak ada basa basi hari ini sudah cukup lelah untuk ku, aku ingin beristirahat dengan berbaring sejenak di kasur.

Tapi aku teringat satu hal dan aku putuskan untuk mengutarakan nya selepas aku mandi agar tubuh ku kembali segar.

"Mah ada toko baru di pasar, toko nya sangat ramai sekali seperti kedai makanan yang unik gitu mah"

Aku akhirnya keluar kamar mengutarakan apa yang sempat teringat ingin ku katakan.

Seperti yang ku katakan di pasar ada sebuah kedai yang baru saja di buka begitu ramai pengunjung hingga membuat jalanan sedikit macet siapa tahu orang tua ku dan adikku ingin pergi berkunjung juga.

Mamah dan henda sedang asik bergurau sembari menonton televisi, mendengar aku berbicara mereka terhenti sejenak lalu empat pasang mata tertuju padaku

"Lalu?"

Hanya itu respon yang aku terima dari mamah, henda hanya melirik ku sebentar lalu kembali mengajak mamah bergurau

"Ahh hehe kan kali aja mamah ayah sama henda ingin berkunjung melihat nya begitu"

Kaku aku tak menyangka akan mendapatkan respon sesingkat itu. Merasa tak di butuhkan aku kembali ke dalam kamar ku merebahkan tubuh ku yang memang sudah sangat lelah dengan hari hari ku ini.

Sejak kejadian mamah mengamuk yang berakhir biasa kembali, aku di acuhkan, tak di sapa juga tak di lihat seperti tadi bahkan jika aku berbicara aku akan di diamkan tak di tanggapi.

🍂🍂🍂

"Kamu bisa nyuci nggak sih? Ini cuma cuci piring masa seperti ini saja kamu tidak bisa? Lihat! Ini masih ada nodanya, di tambah masih bau amis gimana kamu tuh!!?"

Lagi dia selalu mengamuk sembari memaki ku setiap harinya, apapun semua yang aku kerjaan selalu salah dimata nya. Entah itu pekerjaan rumah atau pun perintah perintah yang dia berikan untukku.

Semenjak aku bekerja sikapnya semakin menjadi, apalagi kini aku dia ayah dan henda sudah pindah ke rumah baru kami. Jadi tak ada keraguan apapun untuk dia membentak ataupun memarahiku tentang apa yang salah ketika aku mengerjakan sesuatu.

Bahkan aku di harus kan ini ikut andil membayar uang listrik ataupun untuk air yang aku pakai di rumah ini. Aku nggak bisa hemat air bahkan karena setiap harinya aku men charger handphone ku maka itu aku harus membayar lebih untuk listrik yang aku gunakan, begitu katanya. Mau tak mau aku harus patuhi jika masih ingin tinggal bersama mereka disini.

.....

"Ayah anak mu itu kenapa sih? Setiap hari kerjaan nya hanya bermalas malas an, bahkan sekarang dia tak membantu aku di rumah ini. Dia hanya bersantai di kamar tak perduli aku tengah kerepotan!"

Langkah ku terhenti kala mendengar dia berbicara tentang aku. Hari ini sabtu dan ayah sedang libur bekerja jadi ayah ada di rumah, sedangkan aku masih bekerja karena aku hanya libur di hari minggu saja.

Saat aku hampir menuju teras rumah langkah ku terhenti karena mendengar penuturan dia tentang ku, memang akhir akhir ini aku mengikuti sikap mereka yang mengacuhkan aku dan aku hanya diam di kamar setiap harinya tanpa bertegur sapa maupun membantu pekerjaan nya di rumah. Toh semua yang ku lakukan salah di mata nya logikaku kini mulai bekerja, meski masih ada sedikit rasa takut tapi aku akan berusaha demi diriku dan juga ayah.

"Memang nya dia berulah apa lagi? Lagian kalo mamah lelah sudah jangan di paksakan istirahatkan saja mah, ada henda juga kan kalo dia nggak mau bantu"

"Alah ayah ini tak mengerti selalu membela anak itu, kalo aku nyuruh henda kasian lah dia masih kecil di suruh suruh lagian anak ayah tuh makin sini makin nggak sopan kurang ajar!!"

"Sudah mah sudah jangan terlalu keras suaranya nanti terdengar orang malu, henda juga kan sedang tidur nanti dia terbangun lagi"

"..."

Tak ada lagi suara, mereka sudah berhenti mengobrol.

Tok tok tok

Cetrek cetrek

Kunci di buka dengan daun pintu yang ikut terbuka bersamaan dengan ayah yang melihat ku, aku tersenyum kemudian mengucap salam. Belum sempat aku mencium tangan nya, ayah berlalu pergi ke ruang keluarga mengacuhkan aku dan tangan ku yang sudah siap untuk menyalaminya.

"Huh💨"

Ku tutup pintu dan ku kunci lalu ke kamar, kembali merebah dengan handphone di telinga.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!