Tokyo, Oktober 2023, Malam hari, seorang pria lusuh yang memakai pakaian seperti seorang pria pekerja kantoran, dia membawa tas punggung dan sebuah tas gitar, turun ke stasiun kereta bawah tanah.
“Haaaah...cape, aku ingin cepat pulang dan tidur.”
Nama pria itu adalah Yukihiro Touya yang baru saja menyelesaikan tugas nya. Di stasiun dia hanya sendirian karena memang sudah lewat jam orang pulang dan tinggal kereta terakhir. Dia menoleh dan ada seorang wanita memakai jaket jeans lusuh, di dalam nya kaus, celana pendek jeans. Wajahnya tidak terlihat karena dia memakai topi dan sedang menunduk sambil duduk santai memainkan smartphone nya di kursi. Dia memakai tas punggung seperti mahasiswi yang baru pulang dari kampus.
“Hanya ada satu orang ya di sini.... bagus lah.”
Tapi tak lama kemudian, seorang wanita turun dari atas, wanita itu memakai blazer hitam dan dalaman putih, rambutnya bergelombang dan cantik seperti seorang model, tapi ada yang tidak beres, wanita itu sempoyongan ketika menuruni tangga, kemudian dia terjatuh sampai akhirnya terlungkup depan tangga tidak bergerak. Touya yang melihat nya langsung berjalan dan membantunya. Wanita yang seperti mahasiswi itu juga menoleh dan menghampiri Touya dan wanita yang baru datang kemudian jatuh itu. Touya membantu wanita itu berdiri.
“Terima kasih....salaryman kun.....ehehehehe hic.” Ujar wanita itu sambil tersenyum.
“Geh...dia mabuk, ayo nee san duduk disana. Hei bisa tolong bantu aku ? dia wanita soalnya...” Ujar Touya melihat wanita yang seperti mahasiswa itu.
“Hah aku...baiklah onii chan.....” Ujar mahasiswi itu sambil memasukkan smartphone nya ke saku jaket nya.
Dia menghampiri Touya dan wanita yang mabuk itu. Ketika keduanya membantu wanita itu, mereka melihat ada darah keluar dari balik rok nya. Mahasiswi itu mengambil tissue dari tas nya dan mengelap darah yang keluar itu. Dia memeriksa ke dalam rok dan langsung tahu apa yang terjadi.
“Aduh onee chan...lagi datang bulan kok mabuk begini....” Ujarnya kesal sambil memapah wanita duduk di kursi.
“Terima kasih ya, aku kesana dulu.” Ujar Touya.
“Tunggu onii chan, aku pergi dulu sebentar beli pembalut di vending machine di sana, kamu jaga onee chan sebentar.” Ujar mahasiswi itu.
“Hehehehe hic...aku tidak apa apa kok hehehe.” Balas wanita itu.
“Tuh kan...sebentar deh.” Balas mahasiswi itu.
“Loh kereta sebentar lagi datang....jangan lama lama.” Ujar Touya.
Baru saja mahasiswi itu berdiri dan melangkah, suara peluit kereta terdengar, mahasiswi itu tidak jadi pergi dan duduk kembali di sebelah wanita yang mabuk itu. Lampu kereta mulai terlihat, tapi ada yang aneh, kereta itu datang langsung menuju arah mereka bertiga karena tepental dari rel.
“Eh......waaaaaaaaaaaaaaaa.” Teriak ketiganya yang tidak sempat berbuat apa apa.
Rupanya rem kereta blong dan terpental keluar dari rel menghantam stasiun tempat ketiganya menunggu dan langsung membunuh mereka bertiga.
***
“Oeeee......oeeee....oeeeee.”
Tangisan bayi memecah keheningan malam. Di sebuah rumah mewah seorang bangsawan bernama count Roland Heindrich, terletak di luar sebuah kota bernama Krasylvania, yang terletak di kerajaan tertua di dunia bernama Ingresia,
“Selamat Roland sama, bayi bayi anda lahir dengan selamat dan istri anda sehat.” Ujar seorang bidan memanggil seorang pria yang terlihat cemas di ruang tengah.
Pria itu langsung berdiri ketika mendengar ucapan bidan yang baru saja keluar dari kamar. Tapi ada pertanyaan di benak nya,
“Bayi bayi ? bidan itu tidak salah kan ?”
Tapi dia tidak mau berpikir lebih jauh lagi, dengan tergesa gesa pria itu lari menuju kamar dari ruang tengah. Langkahnya semakin lama semakin cepat, karena dia benar benar khawatir dan tidak sabar ingin bertemu istri nya yang baru melahirkan. Dia langsung membuka pintu kamar,
“Irisdina.....” Teriak nya.
Tanpa menunda lagi, dia langsung berlari menuju tempat tidur istrinya yang masih terbaring lemah, tapi dia kaget karena ternyata istrinya menggendong 3 orang bayi kembar, 1 laki laki dan 2 perempuan. Dia memegang tangan istrinya sambil melihat wajah nya yang menyambutnya dengan senyuman hangat dan air mata bahagia.
“Lihat anak anak kita Roland.....” Ujar Irisdina istrinya.
“Hahaha berkah dewa memang luar biasa, aku di anugerahi 3 anak sekaligus.” Balas Roland sambil mengelus kening istrinya dan melihat 3 bayi lucu yang sedang tidur.
“Cobalah gendong mereka sayang ku...” Ujar Irisdina lagi.
Roland langsung berdiri, dia menggendong ketiga bayi nya sekaligus, mungkin kaget karena tiba tiba di angkat, ketiganya langsung menangis bersahutan sehingga terdengar merdu. Roland memeluk ketiganya penuh kasih dan Irisdina melihatnya dengan bahagia. Tapi tiba tiba keajaiban terjadi, ketiga bayi itu membuka mata, bayi yang seharusnya baru lahir, belum bisa membuka mata, memperlihatkan matanya yang berwarna silver dan terpejam kembali. Roland meletakkan kembali ketiga bayi itu di tempat tidur karena kaget melihat warna mata ketiga bayi itu. Dia membuka kain lampin yang menyelimuti ketiga bayi itu dan kaget bukan kepalang, rambut ketiga bayi itu berwarna hitam.
“Bermata silver.....berambut hitam...” Ujar Roland kaget, dia menutup mulutnya dengan tangan.
“Anak anak kita....” Ternyata bukan hanya Roland, istrinya Irisdina juga kaget dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
Roland langsung menghampiri istrinya, dia langsung memeluk istri nya yang menangis. Para pelayan yang berada di dalam kamar, di minta merahasiakan nya karena ada kepercayaan di keluarga kerajaan, raja pertama yang merupakan pahlawan dari dunia lain yang berhasil mengalahkan dan mengurung dewa kejahatan 2000 tahun lalu, bersama seorang sage dan saint yang juga dari dunia lain adalah pewaris yang sah atas kerajaan, ciri utama mereka adalah berambut hitam dan bermata silver. Jika ada anak berambut hitam dan bermata silver di kerajaan, biasanya keluarga kerajaan akan membunuh mereka. Hal inilah yang membuat Roland dan Irisdina takut.
“Anak anak kita....sesuai dengan legenda, 1 laki laki dan 2 perempuan.” Ujar Roland.
“Bagaimana ini sayang ?” Tanya Irisdina cemas.
“Satu satunya cara kita titip kan di tempat adik ku yang berada di kerajaan Xifonus, yang berada di bagian barat benua ini.” Jawab Roland.
“Oh anak anak ku....maafkan mama.....” Ujar Irisdina sambil menangis tersedu sedu.
Roland memeluk Irisdina yang menangis tersedu sedu dengan erat. Tapi tiba tiba seorang pelayan pria masuk dengan terburu buru,
“Roland sama, Irisdina sama, pasukan kerajaan sudah ada di depan gerbang, rumah kita sudah terkepung, mohon pergi melalui jalan bawah tanah......” Ujar pria itu dengan nada yang panik.
Roland dan Irisdina saling melihat dan menoleh satu sama lain, keduanya langsung melihat ketiga bayi lucu yang sedang terbaring di tempat tidur dengan tenang. Roland dan Irisdina jongkok di sebelah ketiga bayi itu,
“Maafkan mama, anak anak ku, sebelum kita berpisah, aku akan memberi kalian nama, anak laki laki ku, bernama Leonard, anak perempuan pertama ku, bernama Catherina dan anak perempuan ku yang terakhir bernama Rosemary, selamat tinggal anak anak ku, papa dan mama selalu berserta kalian.” Irisdina membisiki ketiga bayi itu sambil menangis.
“Albert, tolong bawa mereka pergi dari sini, biar aku dan istriku yang menahan pasukan kerajaan di sini....cepat.” Roland menoleh pada pelayan pria yang masih muda itu.
“Tapi Roland sama....Iris sama.....” Ujar Albert.
“Kami percayakan anak anak kami padamu, selamat tinggal Leon, Cathy, Rose....” Roland melompat keluar dari jendela dan berdiri tegak di depan pagar dengan pedang nya yang besar.
“Pergilah Albert.....” Irisdina mengikuti suami nya keluar dengan melayang terbang dari jendela dan mendarat persis di sebelah Roland.
“Roland sama, Iris sama, aku pergi....” Ujar Albert sambil menangis.
Kemudian Albert membawa ketiga bayi itu menuju ruang tempat penyimpanan anggur di basement. Di sana sudah ada dua pelayan wanita bernama Karen dan Jesse, mereka mendorong sebuah tong anggur besar dan di balik nya ada sebuah tangga turun. Albert langsung masuk ke dalam membawa ketiga bayi itu bersama Karen, sedangkan Jesse tidak ikut dan berjaga di rumah. Albert, Karen berlari tanpa henti membawa Leon, Cathy dan Rose melalui lorong bawah tanah. Akhinya ketika sampai di ujung, mereka keluar di sebuah kabin yang berada di dalam hutan. Albert keluar dari kabin dan melihat rumah besar itu sudah dalam keadaan terbakar dari kejauhan, nasib Roland dan Irisdina tidak di ketahui. Albert dan Karen langsung mengenakan jubah dan kerudung mereka, kemudian berjalan masuk ke dalam hutan dengan menggendong tiga bayi kembar di tangan mereka.
***
Dua bulan kemudian, di sebuah desa yang tidak di ketahui namanya dan berada di atas gunung, Leon membuka matanya,
“Eh....aku dimana ? eh....bukankah aku sudah mati ? Aku masih hidup....tapi...tangan ku kecil sekali, aku tidak bisa bergerak, kenapa ini....”
Leon mencoba berteriak, tapi yang keluar dari mulutnya adalah terikan seorang bayi yang belum bisa bicara.
“Loh, aku kembali jadi bayi....ini dimana ? jelas bukan tokyo....” Ujar Leon di pikiran nya.
“Ini isekai onii chan....” Ujar seorang gadis di sebelah nya.
Leon menoleh dan melihat Rose yang ada di sebelah nya sedang melihat padanya sambil tersenyum. Leon kaget karena dia bisa mendengar perkataan Rose padahal dia tidak berbicara.
“Kenapa aku bisa mendengar mu ?” Tanya Leon.
“Onii chan lupa ? kita kan di lahirkan kembali di sini, sebelum lahir kan dewi memberitahu kita bertiga, dia minta maaf karena membunuh kita bertiga. Kita terhubung menggunakan telepati karena kita bertiga kembar.” Jawab Rose.
“Bertiga ?” Tanya Leon.
“Iya bertiga, di sebelah sana onii chan.” Rose menunjuk dengan tangan kecil nya ke sebelah Leon.
Leon langsung menoleh dan melihat seorang bayi perempuan lagi di sebelah nya, bayi itu terus menangis tanpa berhenti, tapi Leon dan Rose bisa mendengar pikiran nya,
“Maafkan aku...maafkan aku...kalau saja aku tidak mabuk, kalian tidak akan mati....maafkan aku.” Ujar nya.
“Eh, jangan jangan kalian yang di stasiun itu ?” Tanya Leon sambil menoleh ke Cathy dan Rose.
“Akhirnya sadar juga onii chan....hora onee chan...jangan menangis terus. Oh ya, nama ku dulu Shiratori Akane. Umur 20 tahun, pengangguran hehehe...” Ujar Rose sambil tersenyum.
“Ah benar juga, namaku Yukihiro Touya, umur 27 tahun, pekerja kantoran....aku bukan penggemar anime atau manga, tapi aku gamer....” Ujar Leon.
Leon dan Rose langsung menoleh ke Cathy yang ada di sebelah mereka, mata keduanya yang bulat dan silver menatap Cathy yang juga bermata bulat dan silver.
“Eh...aku juga harus berkenalan ya...namaku Ichinose Suzuno, 29 tahun, editor dan penggemar light novel....begitu saja kan. Maaf ya, aku mabuk waktu itu, kita jadi duduk di kursi yang pas di hantam kereta gara gara aku.” Balas Cathy yang sudah mau menangis lagi.
“Tidak apa apa onee san.....akhirnya aku bisa resign permanen dari pekerjaan ku itu, sudah cape juga hahaha....lega rasanya.” Ujar Leon menghibur Cathy.
“Iya benar onee chan.....aku juga malah berterima kasih pada onee chan, aku sudah malas di dunia sana, aku selalu sendirian tidak punya teman....sudah cukup deh.” Ujar Rose menenangkan Cathy.
“Terima kasih kalian berdua, sebenarnya aku juga sudah malas sih, aku baru pulang tugas yang benar benar makan hati, makanya aku mabuk untuk menghibur diri. Tapi kenapa kalian panggil aku onee san ? kita kan sama sama bayi.” Ujar Cathy.
“Urutan umur di kehidupan lalu, onee san hahaha.” Jawab Leon santai.
“Tapi di sini tidak bisa buka sistem atau apapun ya, aku sudah coba dari tadi ketika kalian masih tidur....dewi bilang sih kekuatan kita di atas rata rata karena kita punya tugas, tapi aku tidak terlalu ingat kata kata dewi itu.” Ujar Rose.
“Aku juga tidak, aku hanya ingat aku berada di ruang serba putih sebelum membuka mata. Tugas apa ? aku mau hidup tenang, sudah kenyang aku bertugas di kehidupan lalu.” Ujar Leon.
“Aku malah tidak ingat apa apa, maaf...aku juga mau hidup tenang, aku sudah muak kerja, boleh kan.” Tambah Cathy.
Ketiga bayi itu tidak mengatakan apa pekerjaan mereka yang sesungguhnya di dunia asal mereka. Leon adalah seorang hitman (pembunuh) yang di pekerjakan oleh yakuza, code name Shadoukira, Cathy adalah seorang mata mata militer dan instruktur bela diri di kemiliteran, code name budoha hime, sedangkan Rose adalah super hacker dan informan, code name fantomu X. Ketiganya praktisi dunia bawah di kehidupan masa lalu mereka dan code name mereka terkenal di kalangan dunia bawah dan seharusnya mereka saling kenal.
“Semoga mereka tidak tahu pekerjaan ku sebenarnya....” Pikir ketiga bayi itu dalam hatinya.
Akhirnya mereka berusaha untuk mengubur masa lalu mereka dan saling mengalihkan pembicaraan.
“Perutku lapar...” Ujar Rose.
“Nah kamu bilang baru aku juga sadar kalau aku lapar....” Tambah Leon.
“Aku juga....” Tambah Cathy.
Akhirnya ketiganya menangis kencang bersamaan, Albert dan Karen masuk ke dalam untuk memeriksa ketiga nya. Tapi Albert dan Karen tertegun, karena ketiga bayi itu dalam keadaan duduk dan ketika mereka datang ketiganya langsung berhenti menangis kemudian menatap mereka seakan akan berkata “Beri kami makan.” Melihat Albert dan Karen masuk ke dalam kamar, ketiga bayi itu berdiskusi kembali,
“Hei, mereka papa dan mama kita ?” Tanya Rose.
“Sepertinya bukan, pakaian mereka seperti buttler dan maid...jangan jangan kita anak noble nih ohohoho (tertawa vilainnes).” Jawab Cathy.
“Tapi gimana cara kita bertanya kepada mereka....ah aku tahu, onee san, Akane chan, ikuti aku....” Ujar Leon.
Leon mulai menepuk nepuk perutnya sendiri, kemudian Cathy dan Rose mengikuti apa yang di lakukan Leon. Albert dan Karen merasa bingung karena melihat bayi bayi yang tidak biasa itu menepuk nepuk perut mereka bersamaan, keduanya saling menoleh dan melihat satu sama lain,
“Mungkin mereka lapar....” Ujar Albert kepada Karen
“Aku akan panaskan susu mereka.....aku keluar dulu.” Karen langsung berlari keluar sementara Albert berdiri di depan pintu kamar seperti pelayan.
Mendengar Albert dan Karen berbicara, ketiga bayi itu saling menoleh dan melihat satu sama lain, mereka kembali berdiskusi,
“Kalian mengerti bahasanya ?” Tanya Cathy.
“Um..mereka bicara dengan bahasa kita kan ?” Tanya Leon.
“Iya, aku sih mengerti ya....” Jawab Rose.
“Itu yang aku bingung, menurut pendengaran ku, bahasa mereka lain, tidak sama dengan bahasa kita, bahkan berbeda dengan bahasa yang lain di dunia kita, tapi aku mengerti artinya dan mengerti kata kata mereka.” Ujar Cathy.
“Aku juga sama.....aku ternyata juga mengerti. Kalau onee san tidak mengatakan nya, aku tidak menyadari nya.” Tambah Leon.
Ketiga bayi itu terus berbincang bincang di kepala mereka. Walau bingung, Albert melihat nya dengan senyuman yang hangat karena ketiganya sangat lucu. Setelah itu, ketiganya menoleh melihat Albert secara bersamaan seakan akan berkata, “Mana makanan kita....” Ketiga bayi itu memadang wajah Albert dengan wajah penuh harap menggunakan mata mereka yang bulat dan silver.
“Se...sebentar ya....Karen cepaaat....” Teriak Albert panik dari pintu.
Sebenarnya, Albert takut, bingung dan merasa aneh melihat ketiganya yang bahasa tubuh nya seperti orang dewasa yang sedang rapat, walau masih bayi dan belum bisa bicara. Karen pun datang membawa tiga botol susu dan langsung di berikan kepada mereka. Ketiganya langsung mengambil botol susu nya dan minum susu dengan santai sambil berbaring di tempat tidur dan melihat kepada Karen dengan mata bulat nya seperti mengucapkan terima kasih.
“Ahahaha...mereka....bayi ?” Tanya Karen dengan senyum di paksakan di wajahnya kepada Albert.
“Tidak tahu....bentuk nya sih bayi....” Jawab Albert.
“Hei....kita bertiga bayi....” Ujar ketiganya sambil menatap tajam kepada Albert dan Karen sebab mereka belum bisa bicara tapi sudah bisa tersenyum sambil meminum susu yang mereka pegang di tangan mereka yang kecil.
Dan di mulailah petualangan ketiganya di dunia yang bernama Astorias dan di masa depan mereka akan mengukir sejarah baru yang belum pernah ada di dunia. Leon, Cathy dan Rose masih belum tahu takdir apa yang menunggu mereka di masa depan saat ini.
Desa tempat tinggal mereka adalah desa tak bernama, desa itu adalah desa terisolasi dan tersembunyi di tengah pengunungan, jadi tidak ada pihak kerajaan kesana, bahkan dunia tidak tahu desa itu ada. Penduduk desa itu bukan hanya manusia, ada elf, dragonoid dan ogre (oni) yang tinggal di sana. Mata pencaharian mereka adalah bertani dan berladang, selain itu mereka juga mengandalkan hasil ternak mereka. Pendistribusian nya, dari mereka kepada mereka juga, jadi mereka tidak perlu berhubungan dengan dunia luar. Kenapa Albert dan Karen bisa kesana ? karena para penduduk desa yang sedang berburu menemukan mereka pingsan di hutan terlarang yang tidak pernah di masuki manusia, ketika melarikan diri sambil membawa tiga bayi yang di titip kan ke mereka. Akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal dan bersembunyi di desa itu setelah di tawarkan oleh kepala desa.
Tiga tahun berlalu, sekarang Leon, Cathy dan Rose sudah berumur tiga tahun. Untuk anak kecil seumuran mereka, tingkah laku mereka sangat tidak biasa, ke tiganya tidak pernah keluar dari rumah, paling jauh hanya di belakang rumah yang merupakan bukit yang luas. Rose hanya membaca buku yang di bawakan oleh Albert di dalam rumah, dia hanya keluar ke bukit belakang kalau sedang mencoba sihir baru yang di pelajari nya dari buku, tanpa merapal mantra, dia hanya membayangkan bentuk sihirnya dan menembakkan nya. Cathy selalu di bukit belakang untuk berlatih. Dia melatih badannya dan mempraktikkan jurus jurus bela diri dari kehidupan lama nya, membuat Albert bingung karena belum pernah melihat bela diri semacam itu. Cathy juga memiliki kemampuan penyembuh dan pelindung yang kuat tanpa merapal mantra sihir dan lingkaran sihir. Sedangkan Leon, dia selalu bermain main di dalam hutan, sihir yang bisa dia gunakan hanya memperkuat tenaga, mempercepat langkah dan melompat tinggi, semuanya tanpa merapal. Dia suka melompat dari satu pohon ke pohon lain dengan kecepatan luar biasa dan berburu babi liar yang ukuran nya lima kali lebih besar dari tubuh nya dengan menggunakan sebuah pedang pendek yang di berikan Albert. Leon bisa berpedang karena mengandalkan jurus jurus kendo nya di kehidupan masa lalu nya.
Albert dan Karen awal nya sedikit kewalahan mengasuh ketiganya, karena ketiganya sangat luar biasa dan aneh. Keduanya tidak bisa menghentikan ulah ketiga anak aneh itu, mereka hanya bisa melihat dan menasihati supaya jangan berlebihan, untung nya ketiga anak itu menurut kepada Albert dan Karen. Melihat perkembangan ketiganya, Albert dan Karena sudah tidak kaget lagi, sebab dari umur 1 tahun saja mereka sudah bertingkah macam macam dan berkembang jauh melebihi normal, Albert dan Karen sudah kenyang dengan yang namanya kaget dan sudah terbiasa. Keduanya tetap memposisikan diri mereka sebagai buttler dan maid, mereka dengan sepenuh hati melayani ketiganya dan menganggap ketiganya majikan.
Setiap sebulan sekali, desa selalu kedatangan seorang pedagang, pedagang itu sengaja di panggil dan di bawa ke desa dengan mata di tutup sehingga dia tidak tahu jalan kembali ke desa. Albert mengajak Leon, Cathy, Rose menemui pedagang yang berada di alun alun desa selama tiga hari. Cara perdagangan mereka adalah barter, pedagang menjajakan barang nya, kemudian dia di bayar menggunakan hasil panen dan hasil ternak, kadang ada pemburu yang menukarkan batu sihir dengan uang dan berbelanja dengan menggunakan uang ke pedagang itu. Albert memang memiliki uang yang dia bawa sebelum pergi dari rumah majikan nya, di tambah dia juga bercocok tanam di halaman rumah dan mengambil tanaman obat di hutan, dia menjual hasil nya sebulan sekali ketika pedagang datang,
“Leon sama, Cathy sama, Rose sama, silahkan kalian melihat lihat dan beritahu aku apa yang mau kalian beli.” Ujar Albert di alun alun desa.
“Baiiik....” Teriak ketiganya
Tanpa menunda lagi, ketiganya berlari ke tempat pedagang menggelar dagangan nya. Setelah menerobos para penduduk yang mengerumuni pedagang itu, ketiga nya berdiri di depan counter dan melihat lihat, pedagang itu menjual berbagai macam barang, dari senjata, pakaian pelindung, buku buku, perhiasan, obat obatan (potion) dengan banyak variasi dan barang lainnya yang memenuhi satu kereta nya. Selagi melihat lihat senjata, Leon menemukan sebuah pedang yang hanya ada di dunia lama nya, yaitu katana panjang bernama nodachi. Tanpa ragu lagi Leon mengambil nya dan membuka nya dari sarung nya, tiba tiba Cathy menepuk pundak nya,
“Apa nee san ?” Tanya Leon.
“Lihat sekeliling mu....” Ujar Cathy.
Leon langsung melihat sekeliling, semua orang melihat dirinya dan pedagang itu terlihat sangat bingung melihat Leon yang sedang mencabut pedang itu.
“Eh....” Ujar Leon bingung karena semua melihat dirinya dengan pandangan aneh.
“Pedang itu....kamu bisa mencabutnya ?” Tanya pedagang itu.
“Iya, tidak masalah kok....lihat....” Ujar Leon.
Leon memegang pedang katana panjang di tangannya yang kecil dan mengacungkan nya ke atas dengan dua tangan nya, walau katana itu lebih besar dari tubuh kecil nya. Pedang itu terlihat sangat tajam dengan bilah pedang nya berwarna merah dan hanya garis mata pedang nya saja yang berwarna silver.
“Pedang itu....aku mendapatkan nya dari seorang petualang, dia mengatakan kalau dia mendapat kan pedang itu dari reruntuhan kuno, tapi selama ini tidak ada yang bisa mencabut pedang dari sarung nya termasuk petualang itu, jadi dia memberikan nya begitu saja pada ku.” Ujar pedagang.
“Benar, aku juga tadi coba mencabutnya tapi tidak bisa..kamu hebat.” Tambah seorang penduduk.
Mulai lah para penduduk berbisik bisik melihat Leon yang masih dengan bangga memegang pedang nya, kemudian Leon bertanya,
“Berapa harganya ossan ?” Tanya Leon polos.
“Ambil saja, aku tidak tahu nilainya...aku meletakkan nya di sana, di tempat barang barang yang tidak laku, supaya kalau ada yang mau silahkan.” Jawab pedagang itu sambil tersenyum.
“Benarkah ossan...terima kasih ya.” Leon memasukkan kembali katana itu ke dalam sarung nya.
Cathy dan Rose langsung menuju sebuah tong dan meja yang di katakan oleh pedagang adalah barang barang yang tidak di jual, tapi boleh di ambil sebab dia ingin mengurangi stok nya. Menurut nya barang barang itu tidak berguna dan tidak bisa di pakai. Leon mengambil katana itu dari tong itu. Cathy melihat ada dua buah gada (mace) kembar berwarna hitam yang ujung nya bisa di lepas dan diayunkan menggunakan rantai dari dalam gagang nya untuk menyerang jarak menengah. Tanpa ragu Cathy mengangkat kedua gada itu. Sekarang gantian Leon yang menepuk pundak Cathy,
“Nee san, kamu jadi pusat perhatian tuh....”
“Heee iya, kenapa ya ?” Tanya Cathy heran sambil memutar mutar gada nya.
“Ha..hati hati.....kedua gada itu...tidak ada yang bisa mengangkat nya dan kamu masih kecil...gada itu berat sekali, aku menggunakan nya sebagai pengganjal.” Ujar pedagang itu.
“Ah masa...coba pinjam satu nee san...” Leon menjulurkan tangan nya.
Cathy memberikan sebuah gadanya ke tangan Leon, tapi, “Waaaaaaa...” Leon langsung jatuh dan gada itu menghantam tanah dengan keras mengakibatkan tanah masuk ke dalam berbentuk gada itu. Leon mencoba mengangkatnya, bahkan dengan dua tangan, melihat tangan Leon yang terjepit, tiga orang penduduk pria dengan badan yang sangat besar langsung menolong nya, mereka bertiga mengangkat gada itu dan gada itu terangkat, sebenarnya satu orang saja bisa mengangkatnya tapi tidak bisa berbuat apa apa dengan nya karena sangat berat. Ketika tangan Leon terlepas, ketiganya langsung menjatuhkan gada itu dan semakin masuk ke dalam tanah. Cathy memungut gada itu dan memutar mutarnya, kemudian dia melihat tangan Leon yang terluka karena tertindih oleh gada tadi.
“Sebentar aku sembuhkan....”
Cathy menyelipkan kedua gadanya di pinggang nya dan kedua tangan nya menjulur ke tangan Leon. Sinar terang berwarna kuning langsung membalut lengan Leon yang mulai berangsur angsur sembuh. Para penduduk yang melihat nya langsung bergosip ria, mereka tidak mejelekkan Cathy dan Leon, mereka hanya heran. Cathy menoleh ke pedagang itu,
“Boleh dua gada ini buat aku ossan ?” Tanya Cathy dengan penuh harap.
“Silahkan, aku juga tidak mungkin membawanya kembali, mereka hanya memperberat kereta ku.” Ujar pedagang itu.
“Waaah terima kasih ossan...” Cathy melompat lompat senang sambil memutar kedua gadanya di tangan nya dengan wajah ceria.
Para penduduk termasuk Leon langsung menyingkir dari Cathy karena takut tergetok oleh gadanya. Sementara itu, Rose sedang sibuk sendiri dia menemukan sebuah buku yang besar dan tebal tapi cover nya di rantai sehingga buku tidak bisa di buka. Rose dengan santai melepaskan rantai nya dan membuka buku nya. Seberkas tiang sinar keluar dari dalam buku itu dan melesat naik ke langit. Semua orang termasuk pedagang itu langsung mundur dan menutup matanya karena silau. Tapi Leon dan Cathy tidak terpengaruh dan mendekati Rose yang sedang asik membacanya,
“Buku apa ?” Tanya Leon.
“Lihat onii chan, buku ini seperti....manga kan hehe....judulnya buku sihir tingkat tinggi tapi bentuk nya seperti manga....” Ujar Rose.
“Eh...benar juga, tapi aku belum pernah lihat manga ini ? mungkin di buat di dunia ini ya, tulisan nya juga aku tidak bisa baca. Kamu bisa baca Leon ?” Tanya Cathy.
“Tidak juga, kualitas gambarnya juga tidak terlalu bagus banget kok....” Jawab Leon.
“Bicara apa onee chan...onii chan.....bahasanya jepang kok dan gambarnya lebih bagus dari gambar 3D....gimana sih.” Balas Rose.
“Eh....” Ujar Leon dan Cathy sambil saling menoleh.
“Kalian tidak percaya ? aku tanya ossan.....ossan, gambar di buku ini bagus kan ?” Tanya Rose sambil membuka bukunya dan memperlihatkannya pada pedagang.
“Aaaah...silau...buku itu kosong.....tidak ada apa apa nya....kalau kamu mau ambil saja.....” Ujar pedagang itu sambil menghalangi matanya dengan lengan.
“Haaaah....masa sih....tapi kalau boleh buat aku ya aku ambil, makasih ossan.” Rose menutup bukunya dan membawa nya.
Pedagang itu membuka matanya karena cahayanya sudah hilang setelah Rose menutup buku nya. Pedagang menoleh dan melihat tiga anak aneh di depan nya, yang satu memegang pedang katana panjang yang tidak pernah di cabut dari sarung nya, yang satunya memegang sepasang gada hitam dan kotor yang beratnya tidak kira kira dan yang satunya membawa buku yang kalau di buka mengeluarkan cahaya terang dan tidak tertulis apa apa di dalam nya. Dia menggelengkan kepala dan tersenyum kecil.
“Anooo...maaf, bisa kalian menyingkir, masih banyak penduduk yang mau berbelanja, kalian tidak perlu membayar, bawa saja barang barang itu.”
Ke tiga nya menoleh dan melihat pedagang itu dengan wajah ceria, ketiganya langsung menghampiri pedagang itu dan naik di depan counter sehingga wajah mereka hanya terlihat separuh.
“Terima kasih ossan....” Ujar ketiga nya bersamaan.
Ketiga nya langsung turun dari counter, kemudian berlarian menuju Albert yang sudah menunggu mereka di depan air mancur yang ada di alun alun.
***
Sampai di rumah, ketiganya langsung menuju bukit di belakang mereka bersamaan, mereka membawa kain, palu dan botol air untuk membersihkan mainan baru mereka. Leon langsung membuka gagang katana nya yang dia sudah biasa lakukan di kehidupan masa lalu nya di dunia lain. Dengan hati hati, dia melepaskan gagang nya karena ada batu permata yang menghiasi bagian belakang gagang nya. Dia langsung membersihkan nya menggunakan air dan mengasah mata nya menggunakan batu yang ada di samping nya. Sedangkan Cathy membersihkan dua gada (mace) yang berwarna hitam legam, dia menggosoknya menggunakan kain dan air, dia menggosok nya dengan sepenuh hati sambil bersiul siul karena senang. Lama lama batang nya berubah warna, lapisan hitam nya terkelupas sedikit menjadi kuning emas. Cathy yang melihat nya menjadi bersemangat dan menggosok nya dengan sepenuh tenaga nya. Sementara Rose sedang sibuk mengupas kulit kulit yang menyelimuti cover buku nya secara perlahan dan berkonsentrasi supaya tidak merusak nya.
Akhirnya ketiganya selesai, Leon memasang dan menyusun kembali katana panjang nya yang sebenarnya adalah sebuah nodachi. Mata pedang nya yang merah berubah warna menjadi emas setelah di bersihkan, sedangkan permata di gagang nya menyala. Dua gada yang di bersihkan Cathy juga menunjukkan warna aslinya, satu bergagang emas dan berkepala silver, sedangkan satunya bergagang silver dan berkepala emas. Kepala gada kedua nya bisa di lepas dan ikat menggunakan rantai yang tersimpan di dalam gagang nya. Rose juga sudah selesai mengupas cover buku yang di lapisi oleh kulit yang tebal, ternyata cover buku itu berwarna emas terang dengan ukiran yang indah dan bertuliskan grimoire. Mulai lah ketiganya mencoba bermain main dengan barang baru mereka, Leon menyabetkan pedang nya menggunakan jurus jurus kendo nya, sedangkan Cathy juga memainkan kedua gadanya dengan lincah, dia bisa menggunakan nya untuk menyerang dengan rantai dan juga memukul dari jarak dekat. Sementara keduanya sedang berlatih, Rose duduk dan membaca buku nya, dia mempelajari semua sihir yang ada di dalam buku itu. Setelah selesai ketiganya duduk berkumpul di atas bukit,
“Benar benar isekai ya, sekarang aku lebih bisa mengolah mana untuk sihir gara gara buku ini, lihat onii chan, onee chan...” Ujar Rose.
Dia mengangkat tangannya dan merentangkan jari jarinya, dari telunjuk nya muncul sihir api, dari jari tengah sihir air, jari manis sihir angin, kemudian kelingking nya sihir petir dan terakhir dari ibu jarinya sihir tanah.
“Heee....” Ujar Leon dan Cathy.
“Loh kenapa, bukan nya senang adik nya bisa begini hahaha.” Ledek Rose yang menyudahi pertunjukan nya.
“Senang kok, tapi kita benar benar di isekai ya...hanya saja tidak seperti yang ku baca hahaha.” Tambah Cathy.
“Iya, aku bersyukur bisa kesini, saat nya hidup malas di sini hehe.” Tambah Leon sambil merebahkan dirinya ke rerumputan.
“Hehe benar, aku juga setuju...” Cathy berbaring di sebelah Leon.
“Memang nya kalian ga mau jadi petualang ? kalau di manga, light novel dan game biasanya berpetualang kan....lalu menghabisi demon lord...heheh.” Ujar Rose bersemangat.
“Ah itu namanya kerja....” Ujar Cathy.
“Benar benar...tidak mau kerja....” Tambah Leon.
“Aaaah payah nih onii chan dan onee chan.....” Rose melompat berbaring di tengah tengah Leon dan Cathy.
Ketiganya bercanda dan tertawa tawa, sambil melihat ke langit dimana ada dua bulan berdampingan yang baru muncul karena sudah sore. Tapi tiba tiba,
“Kyaaaaaah....” Terdengar suara teriakan dari dalam hutan di depan bukit tempat mereka berbaring.
Ke tiganya langsung duduk dan berdiri, mereka mengambil senjata senjata mereka dan berlari masuk ke dalam hutan. Ketiga nya menuju ke tempat arah teriakan itu terdengar, akhirnya mereka sampai di sebuah sungai yang mengalir di dalam hutan. Ketiga nya melihat dari balik semak semak, mereka melihat seorang remaja putri di kepung oleh pasukan goblin dan di belakang mereka ada seekor orc berbadan besar memakai pelindung dan membawa pedang besar. Remaja putri itu berusaha melawan para goblin itu dengan pedang nya dan sihir nya.
“Yuk onii chan, onee chan....” Ajak Rose.
“Um...tapi tidak apa apa nih ?” Tanya Leon.
“Iya, sepertinya orang itu juga bukan penduduk desa....” Tambah Cathy.
“Oi oi onii chan, onee chan...kenapa malah jadi ragu ragu ? kalian takut sama goblin ?” Tanya Rose.
“Bukan itu, kita ini masih kecil kan, apa dia tidak bingung di selamatkan anak balita ?” Tanya Cathy.
“Nah itu, pikiran ku juga sama.” Tambah Leon.
“Kyaaaaa....” Terdengar suara teriakan lagi.
Ternyata remaja putri itu terdesak dan terseder di batu sambil memegang tangan nya, pedang nya sudah terpental entah kemana. Para goblin itu mengepung nya dan mulai maju menyerang remaja itu.
“Sriiing....” Beberapa goblin terbelah dua dan darahnya terciprat mengenai wajah remaja putri itu. Remaja itu melihat ke depan, ternyata ada tiga anak kecil yang satu memakai pedang sedang membelah para goblin dengan santai nya, yang satu menggunakan dua gada yang menghantam kepala para goblin sampai hancur dengan mudah nya dan yang terakhir sedang menembakkan bola api dalam jumlah banyak yang langsung membakar para goblin di depan nya. Melihat pasukan nya binasa, bos mereka yang merupakan seekor orc besar memakai zirah dan membawa pedang besar yang terlihat tumpul, berdiri dan menghampiri ketiga nya.
“Awaaaas...” Teriak remaja putri itu melihat orc besar itu di depan para bocah.
Orc itu langsung mengayunkan pedang nya dari atas ke bawah dengan tujuan menghantam ketiganya. Cathy menyilangkan gadanya dan menahan pukulan pedang itu di atas kepalanya. Pedang tumpul yang menghantam gada milik Cathy patah kemudian sebelum patahan pedang nya jatuh Cathy menendangnya dan patahan pedang itu menancap di perut orc.
“Graaaaah.” Orc itu meraung kesakitan.
Leon melompat ke atas dengan menginjak gada Cathy dan langsung mengangkat pedang nodachi panjang nya untuk menyabetkan nya. Orc itu mengangkat kedua tangan nya untuk menangkis pedang Leon, tapi Leon meneruskan sabetan nya dan memutuskan kedua lengan orc yang kemudian kedua lengan nya jatuh ke tanah. Tanpa menunda lagi, Rose mengangkat tangan nya dan membuat tombak dari api di atas telapak nya.
“Flame spear....” Teriak nya sambil melemparkan tombak api itu ke tubuh orc.
Tombak api itu menembus tubuh orc dan terus melesat ke dalam hutan menghancurkan pepohonan dan membakarnya. Melihat itu, Leon, Cathy dan Rose langsung panik, ketiganya langsung berlarian menuju hutan di sebrang sungai.
“Waaaa kebakaran....” Teriak Cathy.
“Cepat cepat ambil air.....” Teriak Leon.
“Maaf hehehe.....” Ujar Rose.
Remaja putri itu tertegun melihat tiga bocah kecil berlarian panik karena membakar hutan setelah membunuh dan membiarkan orc besar yang dia tahu adalah orc general itu mati dalam keadaan berdiri dengan tangan putus, dada berlubang, di tambah ada patahan pedang besar menancap di perut. Dia ingin meraih ketiga bocah kecil itu, tapi karena dia terluka dan mengeluarkan banyak darah, akhirnya kesadarannya hilang dan dia pingsan.
Beberapa hari kemudian, remaja putri itu membuka matanya, dia melihat dirinya berada di sebuah rumah yang belum pernah dia lihat sebelum nya. Dia melihat sekeliling kemudian menoleh dan melihat pedang nya berdiri tersender persis di sebelah tempat tidurnya. Dia duduk di tempat tidur nya,
“Aku dimana ?” Pikirnya.
“Sudah bangun onee san ?” Tanya seorang anak kecil yang sedang duduk di tempat tidur nya dan tersenyum melihatnya.
“Waaaaaa......eh.”
Remaja putri itu bingung karena ternyata seluruh luka di badannya sudah sembuh, walau masih terasa nyeri. Dia tertegun sambil memeriksa seluruh tubuhnya dengan bingung dan heran.
“A..aku sudah sembuh ?” Tanya nya sambil mengamati lengan dan paha nya yang terluka.
“Sudah ku sembuhkan onee san...” Ujar Cathy.
“Kamu yang menyembuhkan ku ? ah...kamu anak yang waktu di sungai itu ? yang mengalahkan orc general dengan mudah ?” Tanya remaja putri itu dengan mata terbelalak.
“Oh namanya orc general ya....aku malah baru tahu hehe.” Jawab Cathy.
Tiba tiba pintu di buka, remaja putri itu melihat dua bocah kecil lagi masuk ke dalam. Keduanya langsung melompat duduk di atas tempat tidur bersama Cathy.
“Halo onee san....sudah bangun ?” Tanya Rose.
“Onee san siapa, ngapain di hutan ?” Tanya Leon.
“Hei...onee san bingung tuh...” Balas Cathy.
“Oh iya, aku belum memperkenalkan diri, namaku Valeria Gertude Ingresia, tapi panggil saja aku Ria, nama kalian siapa ?” Ujar Ria.
“Namaku Chaterina, panggil saja Cathy, yang di tengah ini, Leonard, panggil saja Leon dan yang paling ujung Rosemary, panggil saja Rose.” Cathy memperkenalkan semuanya.
“Salam kenal nee san....” Ujar Leon dan Rose bersamaan.
“Salam kenal, ngomong ngomong kalian umur berapa ?” Tanya Valeria.
Ketiga nya langsung saling menoleh dan melihat satu sama lain. Valeria merasa aneh karena dia melihat ketiganya seperti sedang bicara tapi mulut mereka tidak bergerak. Akhirnya ketiganya menoleh pada Valeria.
“Kami umur 3 tahun nee san...” Ujar Leon mewakili Cathy dan Rose.
“Haaa...kalian mengalahkan orc general dengan mudah padahal baru 3 tahun ?” Tanya Valeria.
“Kan dia kaget...” Ujar Cathy.
“Kubilang juga bohong saja....ga percaya sih.” Tambah Rose.
“Sekarang gimana mau bohong coba, kita bertiga masih cebol begini.” Balas Leon.
Ketiga nya langsung berdiskusi di depan Valeria yang semakin bengong melihat ketiga bocah aneh itu. Barulah Valeria mengamati wajah ketiganya dan dia baru menyadari kalau rambut ketiganya berwarna hitam. Tiba tiba muncul ide di kepala Valeria, melihat ketiganya berdiskusi, diam diam dia mengambil pedang nya yang tersandar di tempat tidurnya. Dia mencabut nya dan langsung menusukkan pedang nya ke anak anak di depannya. Tentu saja melihat pedang mengarah padanya, Leon langsung menangkap pedang nya dan meremasnya sampai patah.
“Ups maaf onee san...kenapa onee san menyerang kita ?” Tanya Leon yang tangan nya terluka sedikit.
“Ah, kamu berdarah Leon, sebentar....” Cathy langsung menempelkan tapak nya dan cahaya kuning keluar dari tapak nya.
Luka Leon langsung menutup kembali dan tangan nya sembuh, dia membuka dan mengepal kan kembali tangan nya.
“Makasih nee san.” Ujar Leon kepada Cathy.
“Ya, lain kali hati hati...” Balas Cathy.
Kemudian ketiganya menoleh melihat Valeria yang sedang meratapi pedang nya yang patah. Rose melihat pedang Valeria yang patah, kemudian dia maju mendekati Valeria.
“Makanya onee san, jangan asal serang, sini.....”
Rose mengambil pedang milik Valeria dan mengambil patahan nya. Kemudian dia menempelkan kembali pedang nya dan dengan tangan nya yang mengeluarkan panas, besi itu melebur dan menyatu kembali walau tidak rapi karena asal menyambung saja.
“Nah sudah tersambung, tapi di bawa ke pandai besi supaya tersambung sempurna.” Ujar Rose sambil mengembalikan pedang nya.
Valeria melihat pedang nya dan dia langsung melihat ketiganya yang terlihat santai saja sambil tersenyum padanya.
“Siapa kalian sebenarnya ?” Tanya Valeria sekali lagi.
“Leon.” “Cathy.” “Rose.”
Jawab ketiganya dengan menyebutkan nama masing masing menjawab pertanyaan Valeria. Tiba tiba Albert masuk ke dalam kamar, dia langsung menghampiri ketiganya.
“Cathy sama, Leon sama, Rose sama, kalian harus mandi dulu, Karen sudah menunggu...” Ujar Albert.
“Baaaaik....” Jawab ketiganya ceria.
Tanpa menunda lagi ketiganya lompat turun dari tempat tidur dan berlarian keluar kamar. Valeria masih tertegun melihat ketiganya yang berlari keluar dengan santai seperti tidak terjadi apa apa barusan. Tiba tiba Albert langsung menunduk di depan Valeria.
“Maafkan mereka Valeria ojousama, kenapa anda bisa ada di sini ?” Tanya Albert.
“Kamu....Albert ? pelayan count Heindrich ? mereka sebenarnya siapa ?” Tanya Valeria.
“Mereka adalah anak anak tuan ku....” Ujar Albert.
“Ah...aku mengerti....” Jawab Valeria.
Valeria sebenarnya adalah putri ke dua dari kerajaan Ingresia, dia adalah anggota keluarga kerajaan. Albert mengenal nya karena datang ke pesta debut nya pada waktu dia berumur 9 tahun, sedangkan sekarang umurnya sudah 12 tahun.
“Maaf kan aku Albert, barusan aku menyerang mereka....” Ujar Valeria menunduk.
“Tidak apa apa Valeria ojousama, mereka tidak merasakan hawa pembunuh dari dirimu, jadi mereka tidak akan bertindak lebih jauh lagi. Tapi apa yang anda kerjakan di sini. Aku kaget melihat mereka membawa anda beberapa hari lalu dalam keadaan pingsan.” Balas Albert.
Valeria langsung menceritakan kondisi nya pada Albert, semuanya akibat perselisihan di dalam keluarga kerajaan, pangeran ketiga memberontak karena pangeran pertama mengeksekusi Roland Heindrich dan Irisdina Heindrich dengan alasan pengkhianatan, Roland adalah guru dari pangeran ketiga yang mengajari nya berpedang dan Irisdina mengajari nya sihir, alasan pangeran pertama mengeksekusi mereka karena laporan bidan yang mengatakan kalau anak Roland dan Irisdina berambut hitam dan bermata silver, jadi dia takut kalau posisi nya sebagai pewaris tahta akan berubah sebab di keluarga kerajaan ada ramalan kalau sampai anak laki laki dari kalangan nobel atau bangsawan lahir dengan rambut hitam dan mata silver, dia akan menjadi raja berikutnya, karena dia akan memimpin kerajaan dalam melawan dewa kejahatan yang akan terlepas dari segel nya. Pangeran ketiga memberontak karena menurutnya alasan itu sangat konyol jika di pakai untuk mengatakan orang itu pengkhianat bahkan mengeksekusinya. Raja membela pangeran ketiga dan mengatakan kalau pangeran pertama terlalu terburu buru dan tidak berpikir jauh. Akibatnya, karena dendam, pangeran pertama menaruh racun yang bisa mengendalikan orang pada makanan raja, sekarang raja menjadi boneka nya dan kebetulan Valeria melihat kejadian nya, jadi dia di buru oleh pangeran pertama dan itulah alasannya dia lari ke hutan terlarang.
“Kapan Roland sama dan Irisdina sama di eksekusi ?” Tanya Albert menunduk sedih.
“Sekitar tahun lalu, mereka tetap bertahan tidak mau mengatakan di mana anak anak mereka.” Jawab Valeria.
“Begitu ya....terima kasih Valeria ojousama sudah memberitahu saya.” Balas Albert.
“Tapi...setelah melihat mereka, aku yakin legenda pahlawan yang merupakan raja pertama kita dari 2000 tahun lalu benar. Aku melihat Leon, anak yang laki laki sangat kuat, dia bisa mematahkan pedang ku dengan tangan kosong, Cathy bisa menggunakan sihir penyembuhan tanpa merapal mantera dan Rose bisa menempelkan pedang ku lagi dengan sihir api dan tanpa merapal juga. Aku seperti melihat hero yang di dampingi oleh saint dan sage seperti dalam legenda.” Ujar Valeria.
Albert diam saja tidak menjawab, dia hanya tersenyum formalitas sebagai pelayan yang baik. Sebab Albert juga tahu mengenai legenda itu dan setelah menghabiskan waktu selama 3 tahun bersama anak anak itu, dia sudah yakin kalau merekalah calon calon pahlawan di masa depan, apalagi setelah melihat senjata mereka, sama persis seperti senjata di legenda walau mereka menemukan nya di kereta pedagang, tapi dia tidak mempercayai Valeria walau dia sudah bercerita semuanya sebab Valeria adalah anggota keluarga kerajaan, ditambah dia masih sedih dan kesal mendengar nasib tuan dan nyonya yang pernah menolong nya dulu, menjadikan nya pelayan sehingga dia bertekad berbakti untuk mereka. Valeria terus mengoceh tentang bagaimana ketiganya menyelamatkan dirinya dari pasukan goblin dan melawan orc general dengan mudah dan tetap senyum formalitas Albert tidak lepas dari wajah nya.
“Maaf Valeria ojousama, apa anda berniat kembali ke kerajaan ?” Tanya Albert. Diam diam tangannya mengepal di belakang.
“Um...boleh aku tinggal di sini ? aku tidak mungkin kembali ke kerajaan dan aku memang tidak mau kembali lagi.” Tanya Valeria.
Tangan Albert yang tadinya mengepal dan siap membunuh, mulai terbuka mendengar pertanyaan Valeria dan sekarang dia tahu kalau cerita Valeria benar. Desa itu adalah desa tersembunyi, siapapun yang masuk tidak akan boleh keluar lagi, pedagang boleh datang dan pergi karena di undang, itu juga matanya di tutup jadi dia tidak akan bisa kembali lagi kalau sendirian. Albert bersiap, kalau seandainya Valeria memaksa pergi, dia mau tidak mau membunuh nya, tapi karena Valeria malah mau tinggal, jadi dia sedikit lega.
“Baiklah Valeria ojousama, silahkan tinggal di sini, aku dan Karen akan menyiapkan kamar untuk anda. Semoga anda kerasan tinggal disini.” Ujar Albert sambil menunduk.
“Terima kasih Albert san dan tolong panggil aku Valeria saja, tidak perlu pakai ojousama karena aku sudah bukan ojou (princess).” Balas Valeria.
“Baiklah, Valeria sama....” Ujar Albert.
Tiba tiba pintu di buka, ketiga anak itu kembali setelah habis mandi dan ketiganya masih belum berpakaian sama sekali. Karen mengejar mereka sambil membawa handuk.
“Leooon samaaa.....Cathyy...samaaa....Rose samaaaaa..belum keringgg.” Teriak nya.
Anak anak itu berlarian di dalam kamar di kejar oleh Karen. Valeria yang masih duduk di tempat tidurnya tertawa melihat anak anak yang berlarian dan Karen yang panik mengejar mereka.
***
Sementara itu, di sebuah ruang yang berada di istana kerajaan Ingresia, seorang pria muda yang memakai pakaian kerajaan serba putih dan berambut pirang, sedang berdiri melihat kota dari jendela nya. Seorang ksatria lengkap dengan baju zirah nya masuk ke dalam.
“Edmund ojisama, lapor, Valeria ojousama melarikan diri ke dalam hutan keramat, kita tidak bisa mengejarnya karena terlalu berbahaya.” Ujar ksatria itu sambil meletakkan kepalan di dada.
Pria yang di panggil Edmund itu berbalik, dia kembali duduk di meja kerja nya dan melihat ksatria itu.
“Hutan keramat ya, biarkan saja...nanti dia juga mati sendiri di sana, fokus kepada adik ku Reinhard, jangan biarkan dia keluar kota, kalau melihat dia keluar, langsung bunuh di tempat.” Ujar Edmund.
“Siap Edmund ojisama.”
Ksatria itu memberi hormat dan keluar. Edmund membalikkan kursi nya kembali menghadap ke jendela.
“Dunia dalam genggaman ku, sudah tidak ada lagi yang bisa menghalangi ku hahahahaha.....”
Edmund tertawa keras, sambil menutupi wajah nya dengan tangan nya, senyuman lebar dan licik terlihat jelas di wajah nya.
***
Kembali ke desa, setelah makan malam, Leon, Cathy dan Rose berbincang dengan Valeria di kamar nya. Mereka ingin Valeria menceritakan kepada mereka tentang dunia di luar desa. Tujuan mereka bukanlah karena ingin tahu ada apa di luar, melainkan mencari informasi, karena Valeria adalah orang dari luar desa yang baru datang ke desa.
“Ne ne...onee san...di luar seperti apa ?” Tanya Rose.
“Wah seperti apa ya, di luar indah, banyak orang, ada kota yang besar besar, pasar yang ramai.” Jawab Valeria sambil tersenyum.
“Ada guild petualang ga onee san ?” Tanya Rose lagi.
“Ada dong, onee san juga petualang kok...aku rank F karena baru mulai.” Jawab Valeria sambil menunjukkan kartu guildnya.
Ketiganya langsung melihat kartu yang di tunjukkan oleh Valeria. Yang antusias melihat nya hanya Rose, sedangkan Cathy dan Leon hanya melihat lihat saja. Isi kartu guild itu hanya tempat nama, job, tempat dimana dia terdaftar dan rank saja. Lalu di bawahnya ada cap misi misi yang pernah di selesaikan, di kartu milik Valeria yang hanya ada 2 cap saja, berarti dia baru menyelesaikan 2 misi. Ketiganya langsung mengobrol di kepala mereka,
“Waaah...kita bertiga nanti jadi petualang saja...” Ajak Rose.
“Malas....” Jawab Cathy dan Leon bersamaan.
“Kok gitu...kan kesempatan.” Balas Rose.
“Haaah aku sudah kenyang berpetualang dulu (hitman) dan menyelesaikan misi membunuh bos (membunuh target) dan dapat hadiah (bayaran dari yakuza)....(sadar) dalam game tapi hehe.” Balas Leon.
“Sama, aku juga, sudah sering di tugasi ke negara lain (spy), kadang harus diam diam (menyusup), membaca baca naskah (nyolong dokumen rahasia)....(sadar) maklum editor hahaha.” Balas Cathy.
“Ah kalian enak, aku cuma bisa berpetualang di internet (hacker), kadang menjelajah tempat yang rahasia (bobol server orang atau organisasi), biasanya dapat hadiah uang (bayaran job).....(sadar) dalam manga dan light novel hohoho.” Tambah Rose.
“.........” Ketiganya terdiam dan saling melihat satu sama lain.
“Jadi kesimpulan nya petualang tidak ok kan ?” Tanya Rose.
“Ya..aku mau hidup tenang dan nyantai.” Jawab Leon.
“Sama, di kehidupan sebelum nya sudah kenyang.....sudah kaya juga haha.” Tambah Cathy.
“Ok baiklah. Tidak jadi deh berpetualang.” Balas Rose.
Akhirnya ketiganya selesai berdiskusi dan mereka melihat Valeria yang terbengong bengong, dia melihat ketiganya dengan pandangan yang aneh. Sebab Valeria melihat bahasa tubuh yang tidak biasa untuk anak kecil dari ketiganya, seperti orang dewasa sedang rapat walau mulutnya tidak berkata apa apa.
“Kalian benar umur 3 tahun ?” Tanya Valeria.
Kehidupan mereka di desa bersama Valeria di mulai, setiap hari mereka mendengarkan cerita Valeria yang pada akhirnya sudah menganggap ketiganya adik nya, sebagai gantinya, mereka bersedia mengajari macam macam, walau kadang Valeria merasa harga dirinya hancur karena di ajari oleh anak kecil. Tapi mereka sudah menjadi keluarga, putri kerajaan yang di buru untuk di bunuh dan anak anak bangsawan yang di larikan dari rumah mereka. Mereka menjalani kehidupan yang tenang sampai akhirnya masa masa damai mereka berakhir 13 tahun kemudian.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!