Masa yang paling indah adalah masa SMA. Kalimat itu sering diucapkan setiap orang. Memang betul apa yang diucapkan oleh orang lain, dikarenakan aku juga merasakan hal terindah saat SMA. Namaku Rina Gita, aku bersekolah di salah satu Madrasah Aliyah Negri atau setara dengan SMAN di Jakarta Timur. Aku termasuk siswa yang cerdas di sekolah dan di saat kelas X selalu juara kelas, sehingga pada kelas
XI IPA aku masuk di kelas unggulan. Semua siswa yang mendapatkan juara 1,2,3 dikelas X maka akan masuk di kelas XI IPA unggulan.
Aku adalah anak yang pendiam, jarang sekali untuk mengobrol dengan teman-teman terkecuali yang berkaitan dengan mata pelajaran aku akan selalu aktif untuk berpartisipasi agar nilaiku sempurna. Kelas XI IPA Unggulan ini semua siswanya terbaik dalam hal akademik, tentunyamembutuhkan usaha yang keras agar aku bisa mempertahankan nilaiku agar tetap bertahan pada peringkat 3 besar.
Ira adalah teman sebangku saat di kelas XI IPA Unggulan, ia anak yang ceria, supel dengan semua orang. Ira
orangnya latah setiap teman yang mengagetkannya ia akan latah dengan semua omongan akan diucapkannnya termasuk kata yang dianggap tabu. Aku pun terhibur dengan sikapnya dan menjadi nyaman rasanya di kelas ini,padahal kelas lain merasa kelas ini terasa angker berisi anak-anak pintar yang kutu buku serta bersaing antara satu dengan yang lainnya.
Setelah upacara Senin pagi, dan kebetulan guru PJOK berhalangan hadir dikarenakan sakit. Ira pun curhat kepadaku tentang sosok cowok yang ia sukai. “Rin, aku mau curhat nih !” aku pun yang tadinya sedang membaca novel langsung menengok dan serius menghadap ke Ira. “Iya ra, ada apa ? kamu ada masalah ? apa yang bisa aku bantu ?”.
Ira pun tampak malu untuk bercerita, awalnya ia ragu namun akhirnya ia cerita juga “ Rin, aku lagi suka dengan seseorang ?”. aku pun langsung meresponnya dengan mata terbelalak “ Ra, kamu suka sama siapa ? teman sekelas kita ?” rasa kepo ini langsung menjalar mencoba menebak siapakah orang yang disukai oleh
sahabatku ini.
“Ah, aku malu mau sebut Namanya, kira kira ia suka sama aku atau tidak ya? Rin, kamu janji ya jangan bilang sama yang lain,aku percaya sekali sama kamu Rin.” Aku pun langsung mengangguk menandakan setuju dan janji untuk menyimpan rahasianya. “ Orang yang aku suka, bukan teman sekelas kita , ia anak kelas sebelah kita yaitu anak XI IPS 1. Kamu pasti kenal lah Rin yang orangnya tinggi dan rumahnya dekat denganku.”
Aku langsung berpikir dan menebak siapa orang yang Ira Suka dan langsung menemukan nama Ahmad. “ Ra, kamu suka sama Ahmad ? Yakin Ra?” Ira pun langsung mengangguknya dan menandakan tebakanku benar adanya. Sebagai sahabat tentunya akun sangatlah mendukung Ira menyukai Ahmad, dikarenakan Ahmad sosok anak yang religius dan sangat baik kepada siapa saja.Tak lupa aku pun menasehati Ira untuk tetap fokus belajar dan Ahmad sebagai salah satu motivasi Ira untuk jadi yang terbaik di kelas, mengingat kelas kita adalah kelas angker..hehehe anaknya semua pintar.
Semenjak Ira dekat dengan Ahmad, aku pun mulai berjarak wajarlah Namanya juga sedang jatuh cinta dan berbunga-bunga hatinya. Aku pun mulai menyendiri dan hanya sibuk untuk membaca buku pelajaran ataupun buku novel sebagai hiburan. Di saat sedang menyendiri, temanku Ketua Osis terpilih yaitu Sigit mulai menghampiriku dengan duduk di bangku Ira saat jam istirahat. “ Rina sibuk ya ?” Sigit memulai pembicaraan. Aku pun menjawabnya sambil menutup buku novel yang sedang dibaca.” Tidak, hanya sedang membaca novel. Ada apa ya Sigit ?” Sigit pun tersenyum mendengarnya, ia pun mulai bertanya alamat rumah serta keadaan keluargaku. Tampak dari pintu kelas Ira dan Ahmad sedang memperhatikanku saat mengobrol dengan Sigit. Tak lama bel masuk berbunyi dan semua siswa Kembali ke bangkunya masing-masing untuk belajar Kimia dengan guru yang terkenal killer dikalangan anak IPA. Saat sampai dibangkunya Ira pun langsung meledekku “Ciye-ciye ada yang PDKT nih dengan ketua Osis kita yang paling ganteng, Rin kamu tahu Sigit itu punya mantan di kelas sebelah dan kayaknya mantannya itu si Nina masih suka deh … kamu harus hati-hati ya Rin.” Aku pun langsung memberikan jempol kepada Ira “Siap bu Ahmad .” Ira kaget dengan jawabanku dan langsung tertawa sehingga guru kimia langsung menegur kita berdua dikarenakan
berisik.
Semenjak Sigit mengobrol denganku saat jam istirahat, ia pun sering mendekatiku dengan mengajak mengobrol bahkan setiap lewat tempat duduk saya ia selalu tersenyum. Awalnya aku merasa tidak nyaman dengan sikap Sigit, namun teringat ucapan Ira bahwa jangan terlalu kasar untuk menolak seseorang . Ira pernah cerita tetangganya pernah disakiti oleh mantannya dengan cara mistis. Untuk itu aku pun bersikap biasa dan hanya membalasnya dengan alakadarnya saja. Ada perasaan takut, jangan sampai kejadian
tetangga Ira akan menimpa kepada diriku.
Aku tidak menyangka dengan apa yang ku dengar dari Sigit. Hari ini ada kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Sekolah kami pun turut memperingatinya dengan kegiatan yang positif yaitu Tablig Akbar dengan memanggil seorang ustadz yang sering muncul di layar kaca. Saat aku mau pulang setelah kegiatan tersebut selesai, aku mengecek di aplikasi percakapanhijau ada chatt yang masuk dari Sigit yang isinya “Rin, setelah kegiatan Maulid tunggu aku sebentar ya di masjid sekolah, aku beres beres lapangan sekolah dulu
tidak lama kok.” Aku langsung membalasnya “ Ada perlu apa Git, aku mau pulang .” Setelah terkirim percakapanku, tanpa aku sadari Sigit sudah ada diparkiran dekat motorku, aku kaget sekali langsung
berucap “Astagfirullah, Sigit kamu mengagetkanku saja.” Sigit pun langsung meminta maaf kepadaku , ia pun memohon kepadaku untuk mau menunggunya. Aku tak tega melihat muka Sigit yang memohon, aku pun langsung mengiyakan “ Sigit aku tunggu kamu di masjid dekat Balai Rakyat ya, Aku tidak mau di masjid sekolah
rasanya tidak nyaman.” Sigit pun langsung tersenyum, sambal berlari ia berkata “Makasih, tunggu aku ya .”
Hampir 1 jam aku menunggu Sigit di Masjid dekat Balai Rakyat. Aku pun duduk di teras masjid tidak lama terdengar adzan Ashar, aku langsung berwudhu dan menunaikan Solat Ashar berjamaah. Saat aku keluar dari pintu masjid, Sigit langsung menghampiriku dan berkata” Aku Solat dulu ya Rin tunggu sebentar ya .” aku pun mengiyakan. Sambil menunggu Sigit, aku mulai membuka Al Quran dan membacanya. Tanpa aku sadari Sigit
menungguku sampai aku selesai tadarus. Aku pun langsung menyimpan Al quran kedalam tas.
“Maaf ya Rina, aku terlambat .Kamu menunggu sangat lama. Tadi sebelum pulang aku dipanggil Pembina Osis membahas kegiatan untuk Minggu depan.” Aku pun menjawabnya , “ Tak Pa, ada apa Sigit kamu mengajak ketemuan ?” Sigit pun mengajakku ke warung bakso tidak enak mengobrol di teras masjid dan aku langsung mengikutinya menuju warung Bakso di sebelah masjid. Sigit memesan 2 porsi bakso Urat dan 2 es teh manis, tidak lama pesanan kami datang. Saat makan Sigit langsung berbicara serius kepadaku.” Rin, ada yang mau aku sampaikan tapi kamu jangan marah ya.” Tatapan Sigit membuat aku jadi salah tingkah bahkan hati ini tiba-tiba menjadi deg-degan entah perasaan apa yang aku alami dan belum pernah merasakan perasaan ini sebelumnya.
Sigit langsung mencurahkan isi hatinya, aku pun tidak fokus dengan bakso urat yang terkenal sangat enak
dikalangan teman temanku.” Rin, apakah aku boleh mengenalmu lebih dekat ?. Jujur dari bulan Juli saat aku tahu kamu sekelas denganku aku sudah mulai menyukaimu, ada perasaan nyaman di saat dekat denganmu. Aku ingin jadi teman terdekatmu saat ini.”
Jujur aku bingung harus menjawab apa. Rasanya mulut ini pun kaku tidak bisa berkata apapun. Cukup lama aku terdiam, hingga akhirnya Sigit bertanya Kembali “Gimana Rin, apa jawabanmu ?” Dengan tertunduk malu aku pun hanya bilang “Beri aku waktu ya Git, aku bingung.” Sigit pun langsung menanyakan Kembali “ Berapa lama ? kapan aku mendapatkan jawabannya ?” Otakku yang biasanya berpikir untuk menghitung soal matematika sangatlah cepat , ini mendadak kaku tidak bisa berpikir hanya bingung dan melamun. “Seminggu ya Git, Jumat depan setelah pulang sekolah, aku tunggu di warung bakso ini.” Mendengar jawabanku, Sigit langsung ceria dengan lahapnya ia menghabiskan bakso, bahkan ia sampai menambah baksonya menjadi 2 porsi entah karena kelaparan ataupun karena rasa senang.
Selama perjalanan pulang menuju rumah, fokusku ambyar hampir saja terserempet angkot dikarenakan masih memikirkan apa yang disampaikan oleh Sigit. Sampai di rumah pun, aku langsung masuk ke dalam kamar. Ibu yang sedang menyapu halaman jadi bingung kenapa anaknya tidak mengucapkan salam ataupun mencium tangan ibu. Ibu pun langsung menghentikan menyapu halaman dan langsung menuju kamar Rina.”Rin, kamu kenapa nak?kamu sakit ?”Rina hanya menggelengkan kepala dan langsung menuju kamar
mandi untuk mandi.
Setelah kejadian itu aku selalu menghindari untuk kontak langsung dengan Sigit, ada perasaan yang bingung serta malu saat bertemu dengannya. Setelah 6 hari berpikir dan bingung dengan perasaan ini serta apa yang harus memberikan jawaban apa kepada Sigit. Aku tidak berani cerita kepada Ira, bukannya tidak percaya kepada Ira hanya saja aku malu sekali untuk cerita. Akhirnya malam hari sebelum aku memberikan jawaban kepada Sigit, aku memberanikan diri untuk bercerita kepada Ibu. Aku menangis menceritakan semuanya, setelah itu perasaan ini terasa lega sekali, padahalsudah 6 hari ini dada terasa sangatlah sesak seperti ada yang menghimpitnya. Ibu pun langsung memelukku “ Ibu tidak melarang kamu dekat dengan Sigit, kalian masih sekolah jadikan perasaan itu sebagai motivasi untuk lebih berprestasi serta jaga diri Rina dengan baik hindarilah hal yang dilarang oleh agama ataupun norma.” Aku pun langsung membalas pelukan ibu dengan sangat dan berkata “Terima kasih ibu dan pesan ibu Rina akan ingat selalu/”
Hari ini aku memberikan jawaban kepada Sigit, saat pulang sekolah aku langsung menuju warung bakso. Ternyata Sigit sudah berada di sana , tampak bakso dan es teh manis sudah tersedia. Aku pun langsung tersenyum dan menuju ke meja Sigit. “ Maaf ya , kamu sudah menunggu lama ya. Tadi aku dan Ira membahas tugas kelompok yang akan dikumpulkan pada hari Senin nanti.” Sigit pun hanya tersenyum. Dengan keberanian ekstra , padahal hati ini rasanya tidak karuan seperti jantung ini mau copot aku memulai pembicaraa. “ Git, setelah aku pikir-pikir selama 6 hari ini, dengan berat hati bukan begitu maksudku aku mau jadi teman dekatmu kok.” Sigit pun tiba-tiba langsung berteriak Alhamdulillah sehingga para pengunjung warung bakso lainnya melihat ke arah kami , rasanya malu sekali mukaku sudah merah seperti udang rebus. “Astagfirullah, Sigit kecilkan suaramu, malu semua orang melihat kita.” Aku pun menyampaikan pesan Ibu ke sigit “Ibu mengizinkan aku dekat dengan kamu dengan syarat nilaiku tidak boleh turun dan kita harus menjaga kesopanan , moral dan agama.” Sigit dengan sigap menjawabnya “ Siap 86 Rin,makasih ya Rin semoga kita langgeng ya.” Aku langsung terbelalak hah langgeng ?? udah kayak orang nikah.
Ada rasa bangga dan senang disukai oleh ketua Osis yang ganteng, pintar serta soleh. Incaran makhluk Wanita di sekolah, baik teman seangkatan, kakak kelas ataupun adik kelas. Pastinya kedekatan aku dan Sigit banyak orang tidak akan menyukainya, aku pun harus Bersiap dengan lapang dada omongan netizen julid kenapa Sigit suka kepadaku.
“Assalamualaikum… Assalamualaikum.” Terdengar ada yang mengucapkan salam di pintu rumah dengan
mengetuk pintu. Kamarku berada di depan , apabila ada tamu yang mengucapkan salam baik di pintu rumah akan terdengar dengan jelas. Aku pun langsung merapikan jilbabku dan bajuku sebelum keluar kamar. Saat membuka pintu, betapa kagetnya dengan perasaan yang tak karuan. “Walaikumsalam, iya sebentar.” Terbukalah pintu rumah, karena kaget aku langsung berteriak “Sigit, kok tahu rumahku?”
Ibu pun dari dalam kamar langsung keluar untuk melihat siapakah tamu yang datang. Hari ini adalah hari Minggu, biasanya setiap minggu pagi setelah olahraga kami sekeluarga bersantai dengan caranya masing-masing. “Rin, siapa yang datang ? apakah om Adi, tadi ia telpon akan ke rumah dengan anak istrinya .” Ibu pun
bingung, karena ada anak laki-laki sendirian bertamu ke rumah dan ternyata bukan om Adi tamunya.
“Bu, kenalkan ini Sigit teman sekolahku.” Aku memperkenalkan Sigit kepada Ibuku.
Sigit langsung mencium tangan ibuku dan berkata “Bu, saya Sigit temannya
Rina.Mohon maaaf yang bu sudah ganggu waktu Rina di Minggu pagi ini.” Begitu
sopannya Sigit memperkenalkan diri.
Ibu pun langsung mempersilakan Sigit masuk ke dalam rumah. “Rin, nak Sigitnya diajak masuk kenapa masih di depan pintu kurang baik Rin!” Langsung Sigit kupersilakan masuk ke dalam rumah. Ibu pun berujar” Saya ibunya Rina, Oh ya papanya Rina ada di dalam kamar sebentar Ibu panggil.” Saat ibu menuju ke kamar, ibu mengingatkan untuk menyiapan minuman untuk Sigit. “Sigit mau minum apa?” pertanyaanku pada Sigit. Ia pun menjawabnya sambal tersenyum “ Apa saja Rin, minuman buatan kamu pasti enak.” Kagetnya mendengar gombalannya sudah seperti pencinta Wanita saja.
Saat menyiapan minuman untuk Sigit, papa langsung menemui Sigit di ruang tamu. Maklum saja , sebagai anak tunggal orang tuaku sangatlah over protektif. Tujuan orang tua baik, ingin anaknya terhindar dari hal yang kurang baik serta mendapatkan jodoh terbaik Papa ada -ada saja sudah seperti mencari calon mantu.
Saat aku Kembali ke ruang tamu tampak papa sedang berbicara dengan Sigit disertai dengan tertawa entah apa yang dibicarakannya. Aku pun langsung meletakkan minuman di atas meja beserta cemilannya. Di saat aku hendak pergi dari ruang tamu, papa memanggilku “ Rin, tolong temani nak Sigit. Atasan papa telpon
sepertinya ada yang penting.” Aku pun langsung balik dan duduk di kursi , terasa kursi ini terasa panas dan rasanya keringat ini bercucuran seperti orang yang berlari sekian kilometer.
Setelah sekian lama terdiam dan hanya saling menatap, tiba-tiba saja terdengar orang yang mengucapkan salam dari depan rumah. Suaranya sepertinya Om Adi “Gawat ini, aku bisa diledek sama om Adi.” Mungkin Sigit melihatku tak nyaman dan rasa takut akhirnya ia pun bersuara.” Rin, aku pamit ya. Maaf ya sudah ganggu waktu liburan kamu.” Aku tidak menjawabnya hanya tersenyum saja. “ Rin, tolong panggilkan orang tuamu ya, aku mau pamit pulang
Sigit pun langsung berpamitan kepada kedua Orang tuaku.” Om dan tante , Terima kasih atas jamuannya, saya pulang dahulu.” Sigit pun langsung mencium tangan kedua orang tuaku. “ Iya nak Sigit, lain kali temani om untuk main catur ya .”Ujar papaku. “Siap om, Assalamualaikum.” Sigit pun menjawab permintaan papa. Aku pun mengantar Sigit sampai di pintu pagar rumah. Aku pun kaget, saat Sigit juga berpamitan kepada Om Adi dan tante Mirna. Saat Sigit hendak pergi ia mengutarakan gombalannya “Jangan Marah ya
cantik, saya ke rumahmu tanpa izin terlebih dahulu.” Aku pun langsung menyindirnya dengan mengucapkan “ Waailakumsalam ya Git, terima kasih.” Aku pun langsung masuk ke dalam rumah dan menghiraukan teriakan salam dari Sigit.
Semenjak Sigit ke rumah, ia tampak perhatian sekali. Ia sering membawakan sarapan sekolah atau hanya sekedar mentraktir bakso setelah pulang sekolah. Aku pun bersikap biasa saja atas sikap dan perilakunya, aku menganggapnya itu sudah berlebihan pastinya itu semuanya membuat teman di sekolahku menjadi bahan gossip apalagi ia Ketua Osis.
Hari Jum’at ini lelah sekali, tugas yang banyak belum lagi harus mempersiapkan lomba karya ilmiah tentunya menyita waktu pemikiran dan tenaga. “Rin, muka kamu kok pucat ya.” Sigit menghampiriku dan bertanya. Aku pun cuek dan mengabaikannya, rasanya ingin cepat pulang dan istirahat rebahan di rumah. “Rin, aku antar pulang ya?” ia menghampiriku dengan motornya. “ Tidak perlu, saya sudah pesan ojek di aplikasi.” Abang ojek online pun datang “ Mba Rina ya?” Abang gojek bertanya. “ Iya bang.” Aku pun langsung memakai helm yang diberikan abang gojek padaku.
Selama di ojek, mata ini sudah sangatlah ngantuk aku berusaha menahannya takutnya nanti terjatuh dari motor. “Mba Rina, temannya mengikuti kita tuh, pacarnya ya ?”Abang gojek pun bertanya kepadaku. Aku pun langsung menengok ke belakang, Masyaallah Sigit mengikutiku ternyata. “ Biarin aja bang, abang ini kepo sekali . Ia teman sekolah saya bang.”Ucapkku pada tukang ojek.
Tak lama sampailah aku di rumah, Sigit pun langsung memakirkan motornya di halaman rumahku. Harus berhati-hati dalam memakirkan motor dikarenakan perumahan di daerah rumahku sering sekali kemalingan. “ Ayuk masuk Git.” Malas sekali aku mengajaknya masuk.
Sampai di rumah sekitar pukul 17.00, jadi orang tuaku sudah pulang ke rumah, terkadang jam pulang anak sekolah melebihi jam kantoran kedua orang tuaku. “ Yakin , kamu mengizinkan aku masuk?” Sigit pun penasaran, mencari kebenaran dengan melihat ke arahku. Papaku pun keluar rumah untuk mengecek siapa yang datang.”Oh nak Sigit, masuk. Rin kenapa Sigit tidak kamu ajak masuk?” Kesal sekali, setelah mencium tangan papa aku pun langsung masuk ke dalam rumah serta mengabaikan Sigit.
Sepertinya aku demam, masuk ke kamar aku langsung tepar tak berdaya. Mata ini langsung tertidur , pikirku ada papa yang akan menemani Sigit. Terdengar sayup Adzan Magrib berkumandang mata ini masih berat untuk membukanya tapi harus bangun. aku pun langsung keluar kamar untuk mengecek Sigit apakah sudah pulang ataupun belum. Terlihat di ruang tamu ada permainan catur. Aku pun melihat ke mushola rumah, tampak Papa dan Sigit pun sudah Bersiap menuju mushola yang ada di pojok rumah untuk solat berjamaah. mama pun langsung mengelusku’ Rin, muka kamu pucat sekali? Rina sakit?” mama langsung memegang keningku untuk mengeceknya. “Kayaknya Rina masuk angin ma.” Dengan suara yang lemas aku menjawab pertanyaan mama. “ Bersihkan badanmu dengan dilap saja, tak perlu mandi. Mama Solat magrib
berjamaah dahulu, Papa dan nak Sigit sudah menunggu.” Aku pun mengangguknya dan langsung masuk ke dalam kamar.
Setelah selesai solat Magrib, aku pun langsung keluar dari kamar untuk menemui Sigit. Tampak Papa dan Sigit masih bermain catur. Mereka berdua senang sekali terkadang tertawa. Dalam hatiku berkata “ Kompak sekali papa dan Sigit.”
Tak lama, mama memanggilku papa dan Sigit untuk makan malam Bersama dengan menu special makanan kesukanaanku. Selama makan malam Bersama ini, papa pun mengobrol dengan Sigit bahkan mereka sudah janjian untuk meneruskan permainan catur yang belum selesai.
Setelah makan malam Sigit berpamitan kepada kedua orang tuaku , waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 sudah malam pastinya orang tua Sigit khawatir. Aku pun mengantarnya sampai pintu pagar rumah.” Rin, kamu marah ya aku mengikuti kamu sampai rumah dan pulang sampai malam.Jangan marah ya Rin Aku minta maaf ” Sigit bertanya kepadaku.” Tidak aku tidak marah, terima kasih atas perhatianmu ya Git, aku hanya tidak enak badan. Maaf ya aku sudah mengabaikanmu.” Aku pun meminta maaf juga ke Sigit. Sigit pun berpesan kepadaku “ Istirahat ya, minum obat kalua ada apa-apa telpon aku ya Rin.” Aku hanya tersenyum saja mendengar pesan dari Sigit. Dalam hati Terima kasih Sigit kamu baik sekali.
Hari ini tepat sebulan kita jadian. Hanya Ira yang mengetahui kalua aku menerima Sigit sebagai teman dekatnya. Aku bersikap biasa saja saat di sekolah, agar tidak terlihat kalau Aku dan Sigit berteman lebih dekat. Maklumlah Sigit merupakan Ketua Osis di sekolahku, banyak sekali kaum hawa yang menyukai pesonanya.
Sebelumnya aku pernah menyampaikan kepada Sigit “Git, kalau di sekolah kita biasa saja ya, kita jaga jarak saja, seperti sebelum kita jadian.” Sigit pun sempat terkejut “Kok begitu, Rin kamu adalah orang yang saya sayangi, bagaimana caranya saya bisa memberikan perhatian lebih kalau kita jaga jarak.” Protes Sigit
kepadaku.
“Kamu kan ketua Osis, Pintar, Ganteng . Banyak yang suka sama kamu. Kalau mereka tahu kamu dekat denganku pastinya mereka tidak suka denganku Git.”Ujarku untuk meyakinkan. Akhirnya setelah berdebat Panjang Sigit pun mengiyakan “Baiklah.”
Walaupun Aku dan Sigit sudah berusaha untuk menutupinya, pasti akan ketahuan juga. Bel istirahat berbunyi. Aku dan Ira menuju ke kantin untuk membeli makanan. Jajanan favorit kami berdua adalah mie ayam. Mie ayam mas joko ini enak sekali dan selalu menjadi rebutan para siswa di sekolah ini.
Saat kita berdua sedang menunggu mie ayam, aku pun menunggunya sambil membaca novel kesukaanku. Tampak di sebelah meja kami yang lainnya mulai kasak-kusuk bahkan ada yang menunjuk ke arahku. Aku pun langsung berbicara dengan Ira dengan nada yang rendah agar tidak terdengar dengan orang di sebelahku. “Ira, kamu liat ga sih, orang di sini pada memperhatikanku.” Ira pun dengan santainya menjawabnya “Abaikan saja Rin, mungkin mereka fans kamu. Wajarlah kamu kan pacarnya ketua Osis.” Aku pun langsung menyenggol tangannya Ira untuk mengecilkan suaranya.
Seorang siswa perempuan menghampiriku, sepertinya ia kakak kelas tampak dari baju yang ia kenakan tertera kelas XII. “Hai kamu Rina ya ?.” Aku pun yang sedang makan langsung berhenti dan menengok ke arah kakak kelas tersebut.”Iya betul kak.” Kakak kelas tersebut penasaran dan berbisik-bisik dengan temannya.
“Rin, habiskan mie ayammu, masih banyak itu. Sudah abaikan saja tidak usah dimasukkan ke dalam hati.yang suka duluan kan Sigit bukan kamu yang mengejarnya.” Ira pun menegurku. “Iya.”hanya kata itu yang keluar dari mulutku.
Sudah satu minggu semenjak kejadian di kantin, gosip itu mulai menyebar di sekolah. Bahkan aku
sempat di panggil oleh guru kelasku menanyakan hal tersebut. “Rin dipanggil Bu Dini di kantor.” Temanku Fajar menghampiriku. Aku pun langsung bangkit dari tempat dudukku “masih ya Fajar.” Ujarku
Saat aku keluar dari kelas, tampak Sigit sedang menghampiri Fajar. Pikirku pasti sigit akan bertanya kepada Fajar. Saat memasuki Ruangan guru aku mengucapkan salam. “Assalamualaikum, Bu Dini panggil saya ya?” Aku bertanya dengan sopan, ada rasa takut karena selama ini belum pernah sekali pun di panggil guru ke kantor. “Iya Ira, sini duduk di sebelah ibu.Ada yang mau ibu tanyakan.” Aku pun langsung duduk di sebelah
beliau.
“Rina, kamu pacaran dengan Sigit ya ? Ibu hanya mendengar kabar saja , apakah itu benar ?” Bu Dini
mengajukan pertanyaan. “Iya benar bu.”Aku pun menjawabnya dengan terbata-bata ada rasa takut. “Ibu tidak melarang kamu pacaran, Rina kelasmu adalah kelas unggulan. Yang ibu lihat kamu siswa yang paling pandai, jangan sampai nilaimu turun karena kamu tidak focus. Oh ya sebentar lagi kamu akan mengikuti cerdas
cermat Matematika dengan Sigit juga harus tetap fokus karena membawa nama baik sekolah.” Pesan dari Bu Dini begitu banyak. Aku pun hanya menjawabnya “baik bu, Rina akan ingat pesan ibu.”
Cukup lama aku berbicara dengan Bu Dini, sampai bel pulang berbunyi. Setelah selesai, aku langsung
menuju ke kelas persiapan untuk pulang.Pastinya teman sekelasku sudah pulang semuanya. Saat aku Kembali ke kelas untuk merapikan tasku dan alat tulisku, tampak tasnya Sigit masih ada di mejanya. Aku pun berpikir Sigit kemana ya ? Oh mungkin ada kegiatan Osis , pikirku.
Aku pun memesan ojek online , setelah ojek onlinenya sudah dapat aku pun Bersiap pulang.Rasa penasaranku terhadap Sigit membuatku melangkah meuju ruang Osis .Tampak dari
jauh aku Melihat Sigit sedang berbicara dengan Dewi. Aku pun kaget sekali , teringat ucapan Ira bahwa Dewi itu mantannya Sigit saat di kelas X.
Oh ternyata Sigit masih berhubungan baik dengan mantannya. Timbul rasa marah di hati, apa mungkin ini rasa cemburuku melihat Sigit dengan mantannya. Tak terasa air mat aini seakan mau
jatuh dan menetes, kupercepat langkahku menuju pintu gerbang sekolah, alhamdulillah abang ojek online sudah sampai.
Saat sampai di rumah, kulihat aplikasi chatt berwarna hijau. Tidak satu pun ada chatt masuk dari Sigit. Rasa amarah dari sekolah tadi masih tersimpan di hati, sehingga aku berpikir Sigit hanya mempermainkan aku saja dan aku langsung memblokir nomornya. Dalam hati aku pun berucap “Lupakan Sigit, fokus cerdas cermat matematika dan olimpiade sains.Ia hanya laki-laki yang selalu tebar pesona.”
Saat sedang belajar, tiba-tiba ada pesan masuk dari Ira. “Rin, Sigit menelponku.Kamu blokir nomornya ya?kamu marah sama Sigit ya ? ada masalah apa Rin?” Tertulis pesan dari Ira, hanya kubaca saja tidak kubalas pesannya tersebut. Tak lama kemudian bunyi berdering dari Hp terlihat Ira memanggil, aku pun hanya melihatnya tanpa aku jawab panggilan tersebut.
Hari ini di Sekolahku ada kegiatan donor darah. Osis sekolah kami bekerja sama dengan PMI cabang Jakarta
Timur. Setiap siswa apabila di cek kesehatannya hasilnya baik maka di wajibkan untuk mendonorkan darahnya. Kegiatan ini merupakan program peduli siswa dibidang kemanusiaan.
Saat kegiatan donor darah, aku melihat Sigit dan Dewi tampak Bersama dan akrab. Aku yang melihatnya tadinya mau marah, tapi pikirku untuk apa marah dan mempermalukan diri sendiri. Jadi lebih baik menghindar. Aku tidak bisa mendonorkan darah, setelah di cek tensi darahku rendah.Akhirnya aku memutuskan untuk istirahat di dalam kelas saja. Sedangkan Ira terlihat masih mengobrol dengan Ahmad, mereka menunggu antrian untuk mendonorkan darah.
Kegiatan donor darah sebelum dzuhur sudah selesai.Pihak sekolah mengizinkan seluruh siswanya pulang
lebih cepat agar beristirahat di rumah setelah melakukan donor darah. Aku pun seperti biasa pulang ke rumah dengan jasa ojek online.
Disaat aku menuju pintu gerbang sekolah, tampak Dewi membantu Sigit merapihkan perlengkapan sekolah
yang tadi digunakan untuk kegiatan donor darah. Aku pun hanya melihat mereka sebentar dan langsung menunggu abang gojek di pintu gerbang sekolah.
Ira pun berteriak memanggilku dan aku pun menengoknya “Rin, kok kamu pulang duluan ga pamit sama kamu.Kamu kenapa si Rin seharian ini diam.” Aku pun hanya menjawab dengan santai “aku takut jadi pendonor darah, sudah stress dari semalam alhamdulillah untungnya tidak jadi.” Aku pun berpamitan dikarenakan abang gojek sudah datang.
Saat aku naik di motor abang ojek, tampak Ira langsung menghampiri Sigit. Sepertinya Ira marah sekali, hanya saja aku tidak tahu apa yang mereka katakan. Tak lama terdengar pesan masuk dari Ira di aplikasi hijau “Rin, sudah aku balaskan sakit hatimu , tenang saja kita ini sahabat.” Aku pun kaget membacanya. Aku pun langsung bilang ke abang ojek “ Bang tolong antar saya ke sekolah ya, abang tetap saya bayar. Ada hal penting yang saya mau lakukan dan baru ingat. Abang ojeknya pun menjawab “Iya neng, siap neng.”
Aku pun Kembali ke sekolah. Ada yang harus ku selesaikan dengan Sigit. Jangan sampai Ira berbuat yang berlebihan bisa malu nantinya pikirku. Kulihat ke arah parkiran motor Sigit masih ada, berarti ia belum pulang.
Aku buka Blokiran kontak nomornya Sigit, lalu aku menelponnya.”Assalamualaikum. Git saya tunggu kamu di kelas sekarang. “ kelas tampak sepi semua orang sudah pulang, namun di kelas lain ataupun di halaman sekolah masih ramai wajarlah biasanya pulang bada ashar, ini pulang cepat sebelum dzuhur.
Aku pun duduk di bangkuku menunggu Sigit. Sekitar 10 menit aku menunggu, Sigit datang ke dalam kelas. “Maaf ya Rin, kamu lama nunggu ya, tadi masih rapat evaluasi.”Ujarnya sigit. Tanpa basa-basi aku pun langsung berbicara, “Sigit, mulai detik ini kita putus tak perlu lagi kamu ke rumah saya .”Aku pun langsung bangkit dari kursi hendak pergi dan pulang.
Sigit pun langsung menahannya , sehingga aku duduk Kembali.”Rin, apa maksud kamu?aku ga mau kita
putus. Aku sayang sama kamu.” Suara Sigit pun mulai memberat, seperti orang mau nangis. “Kamu hanya mempermainkan aku saja Git. Kalau kamu masih suka sama Dewi silakan itu urusanmu, tapi tolong kita akhiri saja hubungan ini.” Air mata mulai membasahi pipi ini.
“Rin, kamu salah besar, aku tidak ada perasaan apapun dengan Dewi. Sungguh Rin.memang kemarin Dewi
mendekatiku dan bilang padaku kalau ia masih sayang .tapi sumpah aku hanya sayang padamu Rin.” Sigit pun meyakinkanku dengan sunggu-sungguh. Aku pun hanya diam dan menangis.
“Saat dengan Dewi, aku belum pernah sekali pun aku ke rumahnya. Baru dengan kamu Rin, aku ke rumah
seorang Wanita. Bahkan meminta izin papamu kalau aku sayang padamu Rin.” Sigit pun Kembali meyakinkanku.
Sigit mengambil tisu dan menghapus air mataku. Sambil berkata “besok akan aku umumkan kalau kamu pacar aku.” Kagetnya aku mendengar ucapan Sigit, entah senang atau masih marah padanya aku pun bingung.
Setelah berbicara dari hati sekitar hampir 1 jam, aku memberikan kesempatan kepada sigit untuk tetap menjadi teman terbaiku. Aku yakin Sigit berkata jujur terkait mantannya Dewi. Akan aku tunjukkan pada Dewi kalau aku lebih baik darinya. Dengan perasaan yang sudah lega dan sudah tidak menangis lagi aku pun memutuskan untuk pulang ke rumah dan Sigit mengantarku pulang ke rumah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!