Nama \= Ardita Aruna Putri
Usia 19 tahun, mahasiswa beasiswa fakultas fashion designer. Cantik, anggun dan cerdas Hidupnya seketika hancur karena harus menerima perjodohan yang tidak di inginkan. Sedangkan dirinya sudah mempunyai satu nama yang tersemat di hatinya. Kenapa harus perjodohan? Perjodohan karena trah bangsawan? Apakah di jaman sekarang masih jamannya? Dita begitu mengidamkam suami sesuai dengan hati dan cintanya. Selama ini orang tuanya melarangnya untuk berpacaran namun ternyata tiba-tiba orang tuanya diam-diam sudah menyiapkan jodoh untuk dirinya yang sama-sama mempunyai keturunan darah biru. Lelaki yang di cintai Dita, adalah lelaki biasa yang sederhana. Namanya Raka Mahardika. Lelaki berwajah oriental yang di cintainya. Mereka terpaksa pacaran diam-diam dan saat lulus kuliah, Raka akan segera meminang Dita. Seorang Putra Mahkota, jodoh yang disiapkan oleh orang tuanya. Arya Pradipa Maheswara. Seseorang yang tidak pernah di kenal oleh Dita.
Apakah adil jika darah biru menjadi penghalang cinta Dita dan Raka?
Nama \= Arya Pradipa Maheswara ( Putra Mahkota)
Dia adalah calon suami Dita. Arya sendiri benci dengan sebuah perjodohan di jaman modern ini. Arya pun tidak setuju dengan perjodohan ini. Trah Darah Biru, yang membuatnya harus tunduk dan taat pada sebuah aturan. Meskipun dirinya sendiri sudah mempunyai kekasih hati yang harus dia sembunyikan, sungguh pernikahan yang konyol. Mana mungkin bisa menikah tanpa cinta?
Haruskan Arya menerima perjodohan ini?
Nama \= Raka Mahardika
Dialah kekasih hati Dita. Raka satu kampus dengan Dita dan mengambil jurusan musik. Dia lelaki sederhana dan biasa saja dengan wajah yang kalem dan tampan. Seorang musisi jalanan biasa, dari cafe ke cafe dari acara satu ke acara yang lain. Namun dia memiliki cinta yang tulus untuk Dita. Bahkan setelah mereka lulus nanti, Raka akan meminang Dita. Raka adalah seorang musisi yang mempunyai mimpi untuk menjadi super idol, supaya kelak bisa membahagiakan Dita. Raka tidak pernah tahu bahwa Dita memiliki darah biru dan tidak tahu bahwa Dita akan di jodohkan. Selama ini Dita hanya bercerita, di larang untuk pacaran sampai lulus kuliah oleh orang tuanya. Namun Dita tidak tahu jika itu hanya alasan orang tuanya belaka yang sudah menyiapkan jodoh untuknya. Akhirnya Raka dan Dita memutuskan untuk pacaran diam-diam.
Apakah Raka bisa memperjuangkan cintanya pada Dita? Restu cinta yang terhalang karena trah Darah Biru.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Di sebuah cafe, di saat senja mulai menyapa, Dita sedang duduk di sudut ruangan, menyaksikan penampilan Raka yang memainkan gitar akustiknya. Suara Raka yang soft membuat suasana cafe menjadi syahdu di tambah lagu melow yang di bawakan oleh Raka. Dari jauh, Dita menatap kekasih hatinya dengan penuh cinta, begitupun dengan Raka, matanya tak lepas untuk menatap Dita. Gadis yang sangat di cintainya, selama tiga tahun terkahir ini. Dita begitu bahagia, karena tepat hari ini adalah hari jadi mereka ke tiga tahun. Suara tepukan bergemuruh mengakhiri penampilan Raka yang luar biasa. Raka segera menghampiri Dita.
" Giman penampilan ku?" tanya Raka.
" Kamu selalu sempurna. Kamu selalu buat hati aku meleleh tahu nggak."
" Ah, gombal kamu."
" Beneran."
" Oh ya aku ada sesuatu buat kamu." Kata Raka sambil mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kalung emas putih, berliontin cincin.
" Ini buat kamu. Emang kadarnya gak banyak dan harganya nggak mahal, tapi di liontin cincin ini ada ukiran nama kamu dan aku. Dan aku nabung untuk ini." Kata Raka sambil memberikan kalung itu pada Dita.
" Makasih, Raka. Aku suka banget, meskipun imitasi, aku pun tetap suka karena ini dari kamu."
" Happy anniversary, beib. Love you forever." Ucap Raka sambil mencium kening Dita.
" Oh, sweet. Happy anniversary untuk kamu juga. Love you more, beib." Balas Dita dengan senyuman termanisnya.
Malam harinya, di kamar. Dita memainkan kalung yang di berikan oleh Raka. Hatinya begitu berbunga-bunga. Dita sudah tidak sabar dengan pinangan Raka. Raka pun sudah menabung dari uang menyanyinya untuk membelikan Dita rumah yang sederhana. Raka adalah seorang yatim piatu dan selama ini tumbuh di panti asuhan. Untuk menyambung hidupnya, Raka menggunakan suaranya untuk mendapatkan uang. Karena Raka adalah mahasiswa yang pintar, dia selalu mendapatkan beasiswa saat sekolah, bahkan saat kuliah sekalipun. Kesederhanaan lah, yang membuat Dita jatuh cinta pada Raka. Tiba-tiba lamunan Dita buyar, saat Mamanya mengetuk pintu kamarnya.
" Dita, ayo kita makan malam." Teriak Bu Sari, Mama Dita.
" Iya, Ma. Sebentar lagi Dita turun." Sahut Dita.
" Cepat ya, Papa mau bicara sama kamu." Kata Bu Sari.
" Iya, Ma." Jawab Dita. Dita segera merapikan bajunya dan segera beranjak dari tempat tidur lalu menuju ruang makan. Disana sudah menunggu Pak Wijaya, Papa Dita. Pak Wijaya dengan tubuh yang gagah serta kumis tebal bak Pak Raden, hehehe. Keluarga Dita sendiri memiliki keturunan darah biru dari kakek buyutnya, dari Kerajaan Majapahit. Untuk itu, sampai detik ini Pak Wijaya selalu menjunjung tinggi adat istiadat serta tradisi dari leluhurnya. Pak Wijaya dan Bu Sari sama-sama berdarah Jawa, karena bisnis Pak Wijaya yang berkembang pesat, maka harus pindah ke kota. Dan beruntunglah Dita di lahirkan saat orang tua Dita pindah ke kota. Setidaknya cara berfikir Dita lebih modern dan tidak kuno dengan tradisi yang di junjung tinggi keluarganya.
" Cah ayu, piye kuliah mu?" tanya Bu Sari dengan bahasa Jawa. Pak Wijaya dan Bu Sari, masih sering menggunakan bahasa campuran Indonesia dan Jawa.
" Lancar kok, Ma. Sebentar lagi Dita lulus, Ma."
" Baguslah, sebentar lagi kamu lulus. Semakin cepat, semakin baik ya, Ma." Sahut Pak Wijaya.
" Berarti Dita di ijinin pacaran dong?" tanya Dita antusias.
" Untuk apa pacaran, Nduk. Nikah aja langsung, nggak baik kelamaan pacaran." Imbuh Bu Sari. Kalimat Bu Sari sungguh membuat Dita bahagia. Membuatnya ingin memperkenalkan Raka pada keluarganya. Dita pun menyantap makan malamnya dengan lahap karena sangat bahagia berharap mendapat lampu hijau dari kedua oang tuanya.
" Lebih baik saat selesai wisuda saja, sekalian kita rayakan. Biar semuanya plong." Kata Pak Wijaya.
" Iya, Pa." Jawab Dita singkat. Apa yang Dita pikirkan berbeda jauh dengan yang dia harapkan. Selama ini orang tua Dita membebaskan Dita untuk menikmati masa remajanya, bergaul dengan siapa pun di bebaskan namun untuk urusan pasangan hidup, orang tua Dita sudah menyiapkan pasangan untuk Dita. Yang sama-sama memiliki darah biru.
🌻🌻🌻🌻🌻
Keesokan harinya, di ujung jalan. Raka sudah menunggu Dita dengan vespa tuanya. Setiap kali keluar rumah, Dita selalu mengendap-endap supaya orang tuanya tidak curiga. Dan selalu beralasan ingin naik taxi, angkot, ojek online, atau bus.
" Door !" seri Dita sambil menepuk keras bahu Raka.
" Pagi, matahariku?" Sapa Raka dengan romantis.
" Matahari? Panas dong aku?" celetuk Dita.
" Kamu ini bisa aja. Ayo cepat naik." Pinta Raka. Dita segera duduk di jok belakang sambil melingkarkan tangannya di pinggang Raka.
" Oh ya kapan aku boleh ke rumah kamu?"
" Setelah wisuda aja ya. Semalam Papa dan Mama udah bahas itu. Ya katanya sih nggak usah pacaran lama-lama, mending suruh nikah aja. Apa orang tua aku diam-diam tahu hubungan kita ya. Aku kok deg-degan ya."
" Semoga semuanya memihak pada niat baik kita ya sayang?"
" Amin." Jawab Dita penuh harap.
Di sebuah rumah yang super mewah bak kastil. Terlihat seorang Pangeran tampan, Putra Mahkota yang memiliki darah biru keturunan Kesultanan Mataram tengah sibuk meracik dedaunan dan rempah-rempah sebagai jamu serta obat-obatan tradisional yang di dampingi oleh beberapa pengawalnya. Sekalipun sudah tinggal di kota, Putra Mahkota Arya Pradipa Maheswara sangat piawai meracik obat-obatan tradisional. Bahkan dia mendirikan pabrik jamu, yang mana brand jamu yang dia dirikan sudah terkenal ke berbagai penjuru. Selain hobi meracik dedaunan dengan rempah, Arya juga pandai memasak. Makanan khas Indonesia adalah kesukaannya. Sekalipun dia adalah seorang pewaris tahta dan tinggal di kota, serta wara-wiri ke luar negeri, tidak serta merta mengubah lidahnya yang memang menyukai masakan Indonesia yang kaya akan bumbu dan rempah-rempah.
Badanya yang tegap, gagah dan berwibawa, membuat kharisma semakin terpancar. Kehadirannya selalu menjadi pusat perhatian, terutama perhatian para gadis-gadis. Gaya dan kesehariannya yang perfectionist membuatnya sangat bijak, teliti dan teratur dalam mengambil setiap keputusan.
" Pak Dewo, hari ini jadwal saya apa?" tanya Arya pada Pak Dewo, sekertaris sekaligus asisten pribadi Arya. Kini usia Arya menginjak usia 27 tahun, usia yang sudah cukup matang untuk menjadi seorang Putra Mahkota.
" Hari ini, tuan muda ada rapat yayasan di kampus. Yang akan membahas kebijakan tahun ajaran baru." Kata Pak Dewo sambil melihat layar pada tabletnya.
" Baiklah, Pak Dewo. Saya akan segera bersiap. Segera siapkan mobil untuk saya." Perintah Arya.
" Siap, tuan muda." Kata Pak Dewi sambil membungkuk.
🌻🌻🌻🌻🌻
Sesampainya di kampus, Dita dan Raka begitu bingung kenapa kampus sangat ramai. Umbul-umbul kampus pun terpasang berjajar di setiap sisi.
" Ada apa sih? Kok mereka pada heboh, Rak?" tanya Dita.
" Aku juga nggak tahu, kayaknya kita terlalu sibuk untuk mengurus dunia kita." Celetuk Raka.
" Iya, kamu benar." Sahut Dita sambil tersenyum
" Kita tanya aja sama si Dimas tuh, dia juga ikutan heboh." Kata Raka.
Dita dan Raka menghampiri Dimas sahabat Raka, sekaligus ketua senat yang tengah sibuk memasang banner berukuran besar.
" Dim, ada apaan sih? kok ramai gini?" tanya Raka.
" Ah, elo Rak. Sibuk pacaran aja. Itu Putra Mahkota akan datang ke kampus. Ini untuk pertama kalinya dia datang kemari, menggantikan tugas orang tuanya karena sekarang dia lah yang mengurus seluruh kerajaan bisnis termasuk kampus ini. Usianya masih muda 27 tahun tapi udah hebat." Cerita Dimas.
" Keren dong." Sahut Raka.
" Masih keren kamu, sayang." Celetuk Dita.
" Udah daripada pacaran mulu, mending bantuin kita." Sahut Dimas.
" Oke, Dim." Jawab Raka antusias. Mereka pun menyiapkan karpet merah dengan taburan kelopak mawar merah.
" Hmmm bukankah sama-sama manusia, segitunya memperlakukan sesama manusia. Hanya karena derajat di mata manusia." Gumam Dita dalam hati. Melihat kampus di hias dan melihat para mahasiswa yang masing-masing membawa satu tangkai mawar putih kesukaan Pangeran Arya. Mereka semua berdiri berjajar menunggu kehadiran Pangeran. Dita pun menggandeng tangan Raka, mengajaknya keluar dari kerumunan dan mengajak menuju atap gedung kampus.
" Kita disini aja ya." Pinta Dita.
" Kenapa?" tanya Raka heran.
" Aku males, bagi aku kita semua sama. Mau keturunan bangsawan, mau darah biru, darah merah sekalipun ya kita tetap sama." Kata Dita.
" Kamu kayaknya sewot banget."
" Kamu main gitar aja ya buat aku. Setiap kali aku dengar petikan gitar kamu, aku sangat tenang. Aku merasa kamu selalu ada di dekat aku."
" Oke. Aku akan menciptakan lagu untuk kamu, kamu vidioin aku ya." Pinta Raka.
" Siap."
Raka, tidak tahu jika Dita juga keturunan bangsawan. Bahkan Dita menutupi statusnya, dia tidak ingin trah yang dia memiliki menghalanginya untuk mendapatkan cinta. Dita akan membuka jati dirinya, saat Raka siap meminangnya tentunya dengan mengharap restu dari orang tuanya dan berharap pemikiran orang tuanya sudah modern.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!