NovelToon NovelToon

Affair With Prince Bastard

Penolakan Mentah Mentah

"Aku menolakmu!"

Gadis berambut curly itu menatap satu persatu orang yang saat ini tengah menertawakannya. Dia berusaha menahan air matanya kala melihat pria yang disukainya tengah menyunggingkan senyuman remeh ke arahnya, senyuman yang kian membuat hatinya remuk hingga hancur setelah penolakan cinta yang dia dapatkan beberapa saat lalu.

"A-aku,"

"Pulanglah!" ujarnya dingin.

Sang Gadis menelan salivanya kasar. Ini sudah kesekian kali pernyataan cintanya di tolak mentah mentah oleh pria muda yang tengah memasang wajah datar di hadapannya. Saat pertama kali dia memberanikan diri menyatakan cinta pada pria muda yang berasal dari keluarga bangsawan itu dirinya sama sekali tidak menyerah, walaupun kenyataan tidak sesuai dengan ekspetasinya.

Hingga kedua kali dirinya mengalami hal serupa. Bahkan ketiga dan kemudian hari ini, namun nyatanya pria muda bertubuh tinggi dengan pahatan wajah yang sempurna, berkulit Tan eksotis yang terus saja menyedot perhatiaan para gadis itu tidak sudi untuk menerima rasa yang dia miliki.

"Sudahlah Princess Anye, kita pulang saja," bisik Sang sahabat.

Gadis yang di panggil Princess Anye itu tidak menyahut. Namun tak urung dirinya bangkit setelah sekian belas menit merendahkan diri untuk menyatakan perasaan cintanya pada Sang pria idaman. Gadis bermahkota berlian kecil itu mengangguk, menepuk gaun selutut yang di pakainya untuk menyingkirkan kotoran diarea sana. Dia berbalik, mengikuti tuntutan sahabatnya tanpa mau lagi menoleh dan menatap pria tampan yang bergelar Pangeran Kedua keluarga Al Faruq yang sudah menolak cintanya serta mempermalukan nya di pesta ini.

Menyesal? Tentu saja, dan dia berjanji tidak akan mau lagi berurusan dengan pria itu apa pun yang terjadi.

Helaan napas kasar Sang Princess kembali terdengar. Ingatan menyakitkan serta memalukan itu kembali hadir walaupun sudah 5 tahun berlalu. Dulu dirinya sangat naif, usianya yang baru menginjak 16 tahun membuat dirinya yakin bisa mendapatkan pria yang disukainya sejak belia. Tapi sayang, kenyataan memilukan justru hadir untuk cinta pertamanya yang dia kira akan berubah manis.

Dan sekarang, sejak 5 tahun yang lalu selepas penolakan mentah mentah di acara prome night yang memalukan itu, dia tidak mendengar kabar apa lagi melihatnya.

"Sayang, apa kamu sudah siap?"

Suara ketukan pintu serta teriakan seseorang dari balik pintu kamar membuat gadis yang kini sudah beranjak dewasa itu menyudahi lamunannya. Dia bangkit, kedua kaki telanjangnya mendekat ke arah tempat tidur- mata biru lautnya menatap sepasang sepatu berbahan kaca yang akan dia kenalan di malam spesial ini.

Gaun indah berwarna lilac yang membalut tubuh sempurnanya kian membuat pesona seorang princess yang mengalir di dalam darahnya kian keluar. Gadis yang dulunya lugu, naif serta ceria itu kini berubah menjadi gadis kuat, elegan dan pastinya tidak seceria dulu. Dia lebih banyak diam saat berinteraksi dengan orang baru, berbanding terbalik saat bersama orang orang yang di sayanginya.

"Aku sudah siap, Mom."

Senyumannya mengembang kala dirinya melihat Sang Mommy sudah datang memjemputnya. Bibir ber lipstik nude itu kian merekah kala netranya bersitubruk dengan milik Sang Daddy yang ternyata juga ikut menjemputnya.

"Ayo, Putra Mahkota Erlan sudah menunggu kamu di bawah. Jangan buat dia menunggu, Daddy yakin dia akan pingsan saat melihat penampilan Princess Daddy malam ini," pria itu terkekeh.

Tangan kekar berbalut tuxedo hitam mengkilap itu merangkul pundak putri semata wayangnya. Kemudian satu tangannya yang menganggur meraih pinggang ramping wanita yang amat dia cintai, siapa lagi kalau bukan Permaisuri Oceana atau Sheena.

Setiap langkah yang mereka ambil, tidak luput dari tatapan para tamu undangan yang hadir di acara pertunangan yang akan diadakan malam ini oleh keluarga Albarack dan keluarga bangsawan Al Faruq.

Tidak hanya tamu undangan yang terpesona, melainkan pria tampah ber tuxedo berwarna senada dengan Sang Princess pun terlihat enggan mengalihkan pandangannya dari objek indah yang kini tengah mendekat ke arahnya.

"Cantik bukan? Aku yakin kau tidak akan menyesal, Putra Mahkota." bisiknya.

Sang Putra Mahkota mengulas senyuman tipis. Bila matanya terus saja bergerak seiring dengan langkah yang diambil oleh gadis yang akan dia lamar malam ini.

Acara spesial malam ini kian meriah saat sajian utama yang mereka nantikan akhirnya tiba. Princess Anyelir sudah berada di hadapan Sang Putra Mahkota yang saat ini tengah mengulurkan tangan padanya. Gerakan bola matanya mengisyaratkan agar Sang Princess untuk segera menyematkan cincin pertunangan mereka.

Helaan napas lega menyambut gerakan Sang Princess. Cincin bertahtakan berlian mahal itu sudah tersemat di jari manis kanan Sang Putra Mahkota, dan tidak lama setelahnya sebuah cincin berbatasan berlian yang sama sudah tersemat di salah satu jari manisnya.

Indah sekali.

Suara riuh tepukan tangan para tamu menyadarkan Sang Princess. Gadis itu menoleh ke arah kedua orang tua serta keluarganya, dia tersenyum tipis sembari mengangkat tangannya- memamerkan cincin indah dan mahal yang di kenakannya saat ini membuat mereka tertawa kecil.

"Kau suka?" bisikan kecil itu membuat Princess Anyelir kembali mengalihkan pandangannya pada Sang Putra Mahkota. Gadis itu tidak menyahut, dia hanya menganggukkan kepalanya- senyuman tipisnya kian melebar kala melihat tunangannya mengulas senyum tipis.

Namun senyuman itu perlahan luntur kala bola mata seindah lautan itu menangkap

siluet seseorang yang sudah bertahun lamanya tidak dia lihat.

'Dia ada disini?' batinnya.

Sang Princess memutar bola matanya, menghindari tatapan lekat yang tertuju ke arahnya. Dia tidak menyangka kalau orang itu akan kembali bahkan hadir dalam acara spesial miliknya malam ini. Bukankah orang itu tidak berada di negara ini? Dan memilih untuk tinggal di negara orang dan menetap disana, meninggalkan gelar terhormat yang dimilikinya selama ini?

Lalu untuk apa dia datang kemari setelah sekian lama? Jangan sampai perasaan yang selama lima tahun ini hilangkan hadir kembali. Apa lagi setelah dirinya menerima pernyataan cinta pria yang ada dihadapannya saat ini, dia berharap pria yang sudah menjadi calon suaminya ini bisa membuatnya move on dari masa lalu.

Semoga saja.

***HOLLLAAAAAAAA SELAMAT DATANG DI NOVEL TERBARU OTHOR😘😘😘 JANGAN LUPA LIKE KOMEN VOTE HADIAH DAN ULASAN BINTANG 5 NYA YAAAA

SEMOGA KALIAN SUKA CERITANYA😘😘

INI ADALAH CERITA KETURUNAN DUREN SAWIT YANG KE 4🤣🤣🤣 MOGA TERUS SAMPE BERPULUH PULUH TURUNAN 😘😘

HAPPY READING GAES💘💘***

Move On

Anyelir menatap satu persatu jajaran koper yang ada di dalam kamarnya. Helaan napas kasarnya terdengar, gadis cantik bermata biru itu menelungkup kan wajahnya di meja rias, kedua matanya terpejam sejenak sebelum kembali terbuka.

Hari ini, hari ini dia harus meninggalkan istana Albarack dan tinggal di istana Al Faruq, dimana sang putra mahkota berada saat ini. Ada rasa tidak rela karena harus berjauhan dengan keluarganya, tapi mau bagaimana lagi karena ini adalah salah satu resiko yang harus dia ambil setelah bertunangan dengan Sang Putra Mahkota keluarga bangsawan Al Faruq.

Anyelir kian bimbang saat dirinya mengingat kejadian di pesta pertunangannya beberapa waktu yang lalu, disaat kedua mata sebiru lautan nya melihat seseorang yang sudah tidak pernah dia lihat dan dengar lagu kabarnya setelah kejadian penolakan cintanya waktu itu.

Dia kembali?

Tapi kenapa? Bukankah Putra Mahkota pernah mengatakan kalau orang itu sudah pergi dan tidak akan pernah kembali lagi, karena satu hal yang tidak pernah di beritahukan apa alasannya. Maka dari itu Anyelir berani menerima pernyataan cinta yang Putra Mahkota utarakan padanya beberapa tahun yang lalu, karena dia berpikir kalau Sangat Putra Mahkota pasti akan bisa membuatnya move on dari orang itu.

"Haah...!" resahnya.

Anyelir meyakinkan hatinya agar tetap lurus. Selama lima tahun ini dia berusaha memantapkan hati untuk melenyapkan manusia itu dari dalam lubuk hati dan pikirannya, dan jangan sampai dia goyah oleh pesonanya. Walaupun jujur saat pertama kali dirinya melihatnya setelah sekian tahun berlalu, orang itu kian mempesona. Banyak perubahan disana sini, terlebih fisik dan auranya.

"Hentikan itu Anye! Jangan goyah jangan goyah jangan goyah, walaupun dia lebih sexy dari pada Putra Mahkota!" gumamnya.

Anye berusaha berpikir waras, dia menepuk pipinya berulang kali. Menyadarkan otak murahannya yang mulai meleleh saat melihat cinta pertamanya kembali. Cinta pertama yang sudah membuatnya patah hati hingga hancur berkeping-keping keping, ingat itu.

"Dia jahat, ingat dia yang sudah membuat kamu merasakan apa itu sakit hati!" Anyelir terus saja mengsugesti dirinya agar tidak terpengaruh oleh bisikan setan yang terkutuk.

"Putra Mahkota lebih segalanya. Dia baik, tampan, kaya raya, dan yang pastinya dia mencintaimu tanpa harus kamu mengemis cinta padanya."

Anyelir bangkit, dia menepuk dadanya yang terasa berdetak menggila. Helaan napas kasarnya kembali terdengar, dulu selepas pernyataan cintanya ditolak mentah mentah oleh seorang pria, dia bertekad akan memilih di cintai dari pada mencintai.

💘

💘

💘

"Mommy sama Jiddah pasti akan merindukan kamu, Sayang. Jangan lupa menelpon kalau sudah sampai disana, ingat jangan nakal!"

Sheena memeluk Anyelir dengan erat, wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik itu tidak henti hentinya mengusap pucuk kepala putrinya, lalu memberikan kecupan di seluruh area wajah putrinya.

"Aku akan mengingatnya, Mom." ucapnya pelan.

Anyelir melepaskan dekapan sangat Mommy, dia tersenyum lebar lalu mendekat pada Yasmine yang berdiri tidak jauh darinya. Gadis itu segera memeluk sangat Nenek, memberikan banyak kecupan di wajah tua yang masih terlihat kencang karena sangat Nenek rutin perawatan bersamanya. Bahkan wanita yang usianya sudah tidak lagi muda itu tidak terlihat seperti Oma Oma kebanyakan, lebih cocok menjadi kakak dari menantunya.

"Aku pasti bakalan kangen sama Jiddah. Pokoknya Jiddah jangan lupa perawatan sama olah raga biar Jiddi enggak berani macam macam." ucap Anyelir dengan logat Indonesianya. Dia cukup mahir berbahasa Indonesia, karena Yasmine sering menggunakan bahasa negara asalnya walaupun banyak orang di istana Albarack yang tidak paham.

Yasmine menepuk pundak cucunya cukup kencang, namun dia tidak dapat menyembunyikan tawa serta raut wajah sedihnya saat ini. Dia merasa kehilangan teman bermainnya, teman curhat, teman untuk menghabiskan uang suaminya Elvier.

"Kalau ada yang berani ganggu kamu disana, bilang aja sama Jiddah!"

Yasmine terlihat begitu menggebu sembari memberikan banyak kecupan di permukaan wajah cucu kesayangannya. Bahkan dia juga kembali memberikan tepukan keras pada pundak Anyelir hingga membuat gadis itu mengaduh pelan.

"Sudah, kita bisa terlambat!" seru Elvier yang tidak jauh dari mereka bertiga.

Pria tua itu sudah berdiri di dekat mobil bersama Lord Erkan yang duduk di kursi kemudi. Pria itu terlihat tidak banyak bicara saat harus melepaskan kepergian putri kesayangannya, tidak rela? Kalau saja dia egois jujur Erkan tidak rela sama sekali kalau Anyelir pergi dari kediaman Albarack dan tinggal bersama keluarga besannya.

"Tolong sampaikan pada Aunty Liara, aku menyayanginya. Jangan lupa untuk menelpon saat dia pulang dari Spanyol nanti." pintanya.

Yasmine dan Sheena mengangguk, kedua wanita beda usia itu tersenyum tipis saat melihat Anyelir berlari kecil mendekat pada Elvier. Keduanya menyeka air mata yang menetes kala melihat Anyelir masuk kedalam mobil sembari melambaikan tangan ke arah mereka berdua.

Sheena menangis dan segera memeluk tubuh ibu mertuanya. Jujur dirinya juga tidak rela melihat putrinya pergi, ada rasa ingin mencegah namun itu terdengar sangat egois. Dia juga terpaksa tidak mengantarkan Anyelir ke kediaman keluarga bangsawan Al Faruq karena tidak ingin semakin bersedih.

"Kita berdoa saja semoga Anyelir baik baik saja disana. Kamu jangan nangis terus Nak, nanti Erkan marah sama Mommy kalo liat mata kamu bengkak."

Cebikan bibir Yasmine terdengar, dia tidak mau di anggap tersangka oleh sang Putra saat mereka kembali nanti.

Sementara di tempat lain, kediaman Al Faruq terlihat begitu sibuk untuk menyambut kedatangan calon putri Mahkota keluarga mereka, termasuk sang Putra Mahkota dan permaisuri.

Pria muda berkemeja navy itu mengedarkan pandangannya, memastikan kalau semua persiapan sudah matang dan selesai. Bibirnya tidak pernah melunturkan senyuman, raut wajahnya begitu bahagia, semua orang di istana dapat melihatnya termasuk pria berkaos hitam tanpa lengan yang saat ini tengah memperhatikannya.

Pria itu menghisap rokoknya dalam, lalu menjatuhkannya di lantai dan menginjaknya keras. Dia menegakan tubuhnya dan berjalan mendekat pada sang Putra Mahkota.

Ujung netra keduanya bertemu saat mereka saling berpas pasan, sudut bibir pria berkaos tanpa lengan itu terangkat kala melihat tatapan tajam sang Putra mahkota.

"Menyedihkan!" tukasnya tajam.

Dia melenggang pergi, senyuman tipis di bibirnya tidak luntur sedikit pun setelah melewati calon pewaris keluarga Al Faruq tersebut. Bukan senyuman manis, melainkan senyuman sinis dan temen yang berhasil membuat Sang Putra Mahkota mengepalkan kedua tangannya.

"Untuk apa kau kembali?!"

Seruan sang Putra Mahkota membuat langkah pria itu terhenti. Dia menoleh, satu alisnya terangkat masih dengan senyuman tipis yang terlihat menyebalkan.

"Tidak perlu alasan untuk aku kembali. Istana ini bukan milikmu, jadi jangan bersikap seperti kau pemiliknya." ujarnya tak acuh dan kembali melangkah sembari memasukan kedua tangan kedalam kantung celananya, melewati banyak mata yang terus tertuju ke arahnya dengan binar memuja.

VISUAL NYUSUL, KALO ADA REKOMENDASI KOMEN YA GAES 😘😘😘😘😘

Istana Al Faruq

Anyelie menelan salivanya kasar saat melihat para pelayanan di kediaman Al Faruq sudah berjajar rapih menyambut kedatangannya. Mereka semua tertunduk dengan kedua tangan terkatup di bawah perut, tidak ada yang berani mengangkat wajahnya atau sekedar melirik lewat ujung mata pada Anyelir, kecuali para anggota keluarga Al Faruq yang juga sudah menyambutnya didepan pintu.

"Selamat datang di kediaman Al Faruq, Tuan Putri," sang permaisuri merentangkan kedua tangannya, menyambut calon menantunya lalu memberikan pelukan hangat pada gadis cantik yang masih terdiam di tempatnya saat ini.

Anyelir hanya bergumam pelan saat merasakan usapan lembut yang di berikan sang permaisuri di area punggung dan pucuk kepalanya. Tidak berlangsung lama karena wanita yang seusia Mommynya itu kembali melepaskan dekapannya. Ekor matanya melirik ke arah pria muda yang tengah tersenyum ke arah mereka berdua. Sang Permaisuri terlihat mengisyaratkan pada pria itu agar segera mendekat lewat tatapannya.

"Putra Mahkota akan membawamu," bisiknya.

Wanita bermahkota kecil itu mundur, memberikan ruang pada sang putra untuk menyambut calon istrinya. Masih dengan senyuman manis, putra mahkota mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh Anyelir.

Sementara Erkan dan Elvier sudah di sambut dengan baik oleh Tuan Al Faruq dan membawa mereka berdua ke ruang perjamuan. Sedangkan Princess Anyelir terlihat mengikuti langkah tunangannya yang membawa dirinya ke tempat berbeda dengan yang di tempati oleh Daddy serta Kakeknya.

"Kau sudah tahu kan, kenapa kau harus tinggal di istana ini setelah kita bertunangan,"

Putra Mahkota mulai berbicara, dia melirik kecil pada Anyelir yang tidak menyahuti nya namun hanya mengangguk pelan sembari mengedarkan pandangannya kesetiap sudut ruangan.

"Ini peraturan keluarga Al Faruq, benar bukan?"

Anyelir mendongak, menatap lembut pada pria yang saat ini tengah menggandeng tangannya. Netra keduanya bertemu, satu titik lurus hingga membuat sudut bibir sang putra mahkota tertarik ke atas.

"Kau benar, dan mungkin setelah ini akan banyak peraturan Al Faruq yang harus kau ketahui, ayo aku tunjukan kamarmu!"

Keduanya saling melempar senyum sebelum kembali melangkah cepat. Sepanjang perjalanan menuju kamar yang akan di tempatnya, Anyelir tidak pernah melunturkan senyumannya, dia senantiasa menjadi pendengar yang baik saat Putra Mahkota terus saja menjelaskan apa yang ada di dalam istana Al Faruq.

Pria yang tengah menggandeng nya juga menjelaskan kembali alasan kenapa dirinya harus tinggal di kediaman Al Faruq setelah mereka resmi bertunangan, padahal belum menikah. Itu karena keluarga Al Faruq ingin mengenal lebih jauh lagi bagaimana sifat serta sikap calon putri Mahkota keluarganya.

Tinggal di kediaman keluarga bangsawan Al Faruq setelah bertunangan adalah hal yang wajib dan wajar menurut mereka.

Obrolan terus saja berlangsung, sesekali Anyelir tersenyum dan tertawa kecil di buatnya. Dia mencoba untuk tidak canggung di hadapan tunangannya, walaupun mereka sudah mengenal cukup lama tapi jujur Anyelir sedikit sungkan saat Erlan sang putra mahkota berinteraksi dengannya.

Entahlah dirinya juga tidak tahu kenapa bisa merasa seperti itu, padahal mereka berdua sudah akan menikah. Apa mungkin karena posisi Erlan yang akan menjadi kepala keluarga menggantikan Ayahnya, sedangkan dirinya hanya bergelar putri. Karena posisi Lord Erkan sang Daddy akan di gantikan oleh adik sepupunya nanti, yaitu anak dari Dahliara dan Lionel yang masih berusia remaja yang tengah berlibur ke Spanyol bersama kedua orang tuanya.

Tawa kecil Anyelir mengalun, terdengar merdu di kedua telinga putra mahkota. Bahkan pria berkemeja maroon itu tidak henti hentinya melirik pada Anyelir yang saat ini masih tertawa kecil.

Namun tawa indah itu seketika berhenti saat netral sebiru lautan nya tidak sengaja menangkap siluet seseorang yang tengah mendekat ke arah mereka berdua. Bahkan

Sang Princess reflek menghentikan langkahnya membuat Erlan juga terhenti dan menoleh.

Sejenak dahi sang putra mahkota berkerut, perlahan tatapannya beralih ke arah lain dimana Anyelir tengah menatap ke titik itu. Namun tidak lama, karena sang princess dengan cepat membuang pandangannya ke arah lain.

Anyelir tersentak kala merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Dia kembali menatap pada pria yang ada di dekatnya, bola mata biru miliknya bergerak perlahan mengarahkan pada lengan kekar yang saat ini tengah merengkuh posesif pinggang rampingnya.

Sang putra mahkota kembali membimbing Anyelir berjalan, keduanya kian merapat saat pria itu semakin mengeratkan rengkuhannya dikala bersinggungan dengan seseorang yang berhasil membuat tawa Anyelir menghilang.

Pria berkaos tanpa lengan berwarna gelap, dengan tas ransel cukup besar yang terlampir disalah satu bahu berotot nya. Anyelir kian menunduk saat pria itu semakin mendekat, saat ini dirinya benar benar terlihat menyedihkan hiks. Pria itu melewati sang putra mahkota dan Anyelir begitu saja tanpa berniat menyapa untuk sekedar basa basi.

Tampilannya jauh dari kata rapih dan tidak menunjukan kalau dia adalah salah satu pangeran keluarga Al Faruq.

"Aku harap kau tidak mempermalukan keluarga Al Faruq di luar sana, dengan tampilan dan hoby tidak berguna mu itu, Ethan!" sarkas nya.

Pria berkaos tanpa lengan itu menghentikan langkahnya, pegangan di tapi ranselnya mengerat, rahang tegas berbulu tipisnya mengetat seolah tengah menahan sesuatu yang perlahan naik dan siap untuk meledak keluar.

Dia berbalik, kedua mata hitam segelap malam itu menatap datar dan dingin pada kedua anak manusia yang berdiri tidak jauh darinya. Salah satu sudut bibirnya terangkat, menyunggingkan senyuman sinis dan terkesan meremehkan.

"Hal yang memalukan? Hal yang seperti apa? Apa kau bisa mencontohkannya padaku? Ah benar, kau sudah mencontohkannya padaku, bukan. Bagaimana rasanya sudah mengambil milik orang lain, apa menyenangkan? Memalulkan!" balasnya tidak kalah sarkas, tanpa ingin memberikan jeda untuk putra mahkota membalas ucapannya.

Setelah itu dia kembali melanjutkan langkahnya sembari bersiul ruang seakan tidak pernah terjadi apa pun sebelumnya, meninggalkan Sang Putra Mahkota yang mendesis tidak suka dengan tangan terkepal erat. Sedangkan gadis yang ada di sisinya hanya terdiam, memandang lurus punggung lebar pria itu hingga tidak terlihat lagi oleh matanya.

'Dia berbicara panjang lebar? Sungguh? Astaga ternyata dia banyak berubah setelah 5 tahun berlalu. Tapi kenapa putra mahkota dan Pangeran ke dua terlihat tidak akur seperti ini? Apa ada hal yang membuat mereka bersengketa?'

Anyelir sibuk dengan pemikirannya sendiri, bahkan saat Putra Mahkota kembali merengkuh pinggangnya dia hanya menurut dan masih tenggelam dalam pikirannya.

PRINCESS ANYELIR😘😘

PANGERAN ETHAN AKA PANGERAN KEDUA

PUTRA MAHKOTA ERLAN

*****kemarin ada yang komen, thor ngapain bikin baru lagi kan yang lama blom selesai! iya nih nanti ceritanya malah jadi acakkadul!

maaf ya kalo kalian enggak suka othor bikin cerita baru, silahkan di skip aja cerita Anyelir nya tapi jangan larang othor buat berkhayal jauh. kalau kalian mau tau, othor lagi jaga kewarasan dengan nulis disela sela ngasuh baby Gen🙏🙏 Cerita Anyelir beda generasi jadi gak bakalan acakadul karena udah ada alur di cerita Guardian Flower sebelumnya🙏 dan insya Allah cerita yang lama bakalan selesai sebentar lagi sabar ya😘

ide cerita gak selalu ngalir setiap waktu untuk satu cerita, jadi othor menuangkan di cerita baru saat ide itu muncul, jadi sekali lagi maaf kalo kalian kecewa othor bikin cerita baru 🙏🙏😘😘

Sayang banyak banyak buat kalian semua😘😘*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!