NovelToon NovelToon

For a Freedom

YINNE : FOR FREEDOM (1)

Berjalan dengan hati hati, mengendap endap dan bersembunyi diantara dinding besar, vas bunga dan gorden.

Disana dia mendapati suasana yang sepi dan tidak ada orang.

"Benar kata Vallice, para pelayan sedang sibuk dibawah mempersiapkan semuanya. Ini kesempatanku."

Berjalan dengan pelan dan hati hati, memperhatikan sekitar memastikan semua aman.

Ha! Benar benar sepi banget ya! Semuanya benar benar pada sibuk!

"Untung banget ada kesempatan, hehe. Aku juga penasaran dengan Tuan Albern deh! Dia orangnya bakal kayak apa ya?"

Mulai membayangkan hal hal.

"Mungkin seperti Tuan seram yang memiliki banyak bekas luka? Atau Tuan tampan yang murah senyum? Pasti bakal mirip Vallice sih!"

Berjalan cepat turun menuju lantai dua. Setelah dia sampai kemudian dia bersembunyi diantara pagar pagar pembatas di lantai dua.

"Huft, memang paling aman aku mengambil tempat dan posisi seperti ini. Selain aman dan tak diketahui orang orang yang sekarang berada di bawah aku juga bisa menyaksikan secara jelas diatas sini! Hihi!" berbisik lega.

Wahh! Vallice sangat cantik! Dia terlihat senang dan gembira dengan ini. Iya sih, kan ayahnya akan datang. Vallice tidak pernah bertemu dengan ayahnya selama 10 tahun, dan hari ini dia akan bertemu dengan ayahnya untuk pertama kalinya.

Memandang khawatir dan sedih.

"Tapi aku ikut bahagia sekarang! Akhirnya Vallice bisa bertemu dengan ayahnya! Lihat senyuman nya yang lebar dan lucu itu, haha." tertawa bahagia.

"Eh? Dia sedang mencari siapa? Kok menoleh terus kayak lagi sedang mencari sesuatu." kebingungan.

Kayaknya dia lagi nyari aku.

Tiba tiba muncul kupu kupu kecil yang berwarna perak dan bersinar dari genggamannya.

"Aku mohon bantuannya ya, tolong kamu berterbangan disekitarnya dan beri tau dia kalau aku berada di atas sini."

Dan kupu kupu itupun terbang menuju Vallice. Vallice yang awalnya menoleh kesana kemari mencari Vallene pun akhirnya tersadar bahwa ada kupu kupu milik Vallene yang berterbangan disana.

Kupu kupu itu seakan memberi sinyal kepada Vallice tentang dimana keberadaan Vallene. Dan Vallice pun menoleh keatas dimana kupu kupu itu terbang dan menemukan Vallene melambai lambaikan tangan sambil bersembunyi.

Ah! Ternyata kakak berada disana!

Vallice pun tersenyum lebar kepada Vallene.

"Baiklah dia udah tau aku berada disini." Vallene merasa lega.

"Terimakasih ya udah bantu aku, kembalilah."

Vallene berbisik.

Dan kupu kupu kecil tadi pun menghilang, seakan akan lenyap begitu saja.

***

*Krieettt

Seorang penjaga membuka pintu.

"Selamat datang Tuan Besar Albern" cuap pelayan itu.

"SELAMAT DATANG TUAN BESAR ALBERN." di sahut kembali oleh semua, seluruh pelayan dan penjaga.

Semua pelayan dan penjaga mengatakan dengan serentak. Menyambut kedatangan tuan mereka dengan hormat dan kompak.

"Ayah! Ayah!"

Vallice kecil berlari menuju ayahnya yang baru saja masuk kedalam rumah.

"Vallice...." tertegun.

Tuan Albern tersenyum dan membungkuk melihat putri kecilnya yang menghampirinya. Vallice langsung memeluk erat ayahnya.

"Aa... ayah! Vallice sangat merindukan ayah! Apakah ini benar benar kau ayah! Hiks, hiks" menangis bahagia.

Vallice sangat terharu hingga menangis di pelukan ayahnya. Dan ayahnya pun memeluk Vallice dengan hangat dan memegang kepala Vallice.

"Ya, putriku sayang."

Terlihat dari mata Wesley Albern, dia juga terharu dan tersenyum bahagia. Seperti mereka melepaskan kerinduan yang mendalam.

Aku tak menyangka Vallice sudah sebesar ini....

"Jangan menangis Nona kecil, ayah sudah memenuhi janji kan? Vallice malah menangis?" berusaha memenangkan putrinya.

"Tidak ayah! Ini adalah air mata bahagia! Kakak bilang air mata bukan hanya menggambarkan kesedihan saja, kadang saat kita senang kita juga bisa mengeluarkan air mata!"

"Ah benarkah? Kakak mu seorang yang bijaksana ya. Siapa dia kakak mu? Bolehkah kamu mengenalkan nya kepada ayah?" bangga kepada anaknya yang bisa bersikap dewasa.

Ups!!!

"Ehh... itu...."

Vallice kebingungan untuk menjawabnya. Tapi disisi lain Vallene mendengar bahwa Wesley Albern sedang memuji nya dan dia tersipu.

"Mari kita masuk bersama, Nona."

Wesley Albern berdiri dan menggendong Vallice memasuki rumah. Semua orang merasa girang melihat kedekatan ayah dan anak itu.

***

Sementara itu Vallene yang sedang menyaksikannya, juga ikut merasa bahagia.

"Ternyata Tuan Wesley adalah pria hangat dan penyayang ya, hah beruntung sekali Vallice memiliki ayah seperti itu."

Andaikan saja... aku tau siapa ayahku... andaikan saja... ayahku juga seperti itu....

Vallene merasa buruk, seakan dia juga menginginkan hal yang sama. Mempunyai seorang ayah yang penyayang.

"Memangnya apa benar kalau ayahku itu adalah seorang yang buruk. Katanya dia adalah seorang pemabuk, pria yang miskin dan kasar.

Dan bahkan dia tega menjual ku saat masih didalam kandungan ibuku kepada keluarga bangsawan untuk melunasi hutang hutang nya...."

...

Apakah... yang dikatakan Nyonya Franschine itu benar... tapi... tidak mungkin kan?

Vallene kecil merasa sedih.

Hiks, hiks, ta-tapi jika itu tidak benar. Bagaimana mungkin aku menjalani hidup sebagai budak seperti ini kan? Hiks, hiks.

Kenapa ayahku adalah seseorang yang jahat!

Vallene menangis sambil memandangi kedekatan Vallice dan ayahnya. Melihat Vallice dan ayahnya cepat akrab dan terlihat bahagia, bercanda, tertawa, makan bersama, itu semakin membuat Vallene terluka.

"Apa sebaiknya aku kembali saja ya? Toh... Vallice juga sudah tau kalau aku benar benar menghadiri ini. Aku merasa aneh, rasanya ingin tidur saja dan memandangi bulan. Memeluk foto ibuku, satu satunya hal yang ia tinggalkan untukku."

...

"Yah, meskipun sudah usang dan robek sehingga hanya terlihat ibuku dari belakang. Meskipun aku tak tau rupa ibuku. Setidaknya aku tau aku begitu mirip dengan beliau, meskipun hanya bagian belakang. Beliau terlihat cantik dengan rambut putih peraknya yang sekarang ku miliki juga. Itu... sangat berarti...."

***

"Vallice dimana Franschine?" Wesley melontarkan pertanyaan kepada Vallice.

"Hmm? Mama sedang ada perkejaan diluar negeri katanya." jawab Vallene

"Oh begitu." merasa puas.

Wesley berbicara dengan santai, tetapi tidak dengan Vallice. Sepertinya ada sesuatu hal yang ada di benaknya.

Kenapa ayah memanggil mama dengan namanya? Bukankah mama adalah istri ayah, dan seharusnya ayah memanggil mama dengan sebutan "Sayangku" ataupun "Istriku". Hmm sepertinya ayah ku bukanlah orang yang romantis.

"Ayah! Apakah ayah suka dengan hidangan ini? Aku meminta para juru masak memasak banyak makanan lezat dari Luria. Bagaimana? Apakah makanan di Shopillia barat lebih enak dari ini?." Vallice.

Wesley tersenyum dan memberikan ekspresi terkejut.

"Wah, ini benar benar lezat. Vallice yang menyiapkan semua ini?"

"Tentu saja!" Vallice reflek menyahut.

"Hmm, hahaha Nona manis yang baik." Wesley terkekeh.

Beruntunglah jika dia masih memiliki pekerjaan diluar sana. Setidaknya aku bisa tinggal disini beberapa saat tanpa melihat wajahnya.

...

Beberapa waktu telah berlalu, mereka mengobrol asik hingga waktu menunjukkan jam 9 malam. Vallice terlihat lelah dan beberapa kali tertidur.

Aku rasa dia mengantuk.

"Vallice sepertinya kamu harus tidur sayang, ini sudah larut. Pagi kamu harus sekolah."

"Hmm, iya... ayah...." ia menguap.

Vallice sepertinya tak bisa lagi membuka mata. Wesley pun menggendongnya dan mengantarnya pergi ke kamarnya.

"Semuanya, bereskan ini dan setelahnya itu pergilah untuk beristirahat."

Dengan suara pelan takut suaranya mengganggu anaknya, memberi perintah kepada para pelayan dan penjaga.

Semua pelayan pun menunduk pelan dan mengerjakan segera apa yang Wesley perintahkan.

***

"Tuan Albern akan menaiki tangga! Oh bagaimana ini, dia akan mengantar Vallice ke kamarnya yang berada di lantai dua ini." Vallene panik.

Cepat-cepat kabur dengan hati hati sih!!!

Saat Vallene mengendap endap dengan hati hati untuk menghindari Wesley, tiba-tiba ia tak sengaja menyenggol vas bunga kecil dan tidak sengaja membuat suara.

Wesley yang berada di lantai yang menuju lantai pun reflek menoleh kearah suara itu.

"HAH!!!!!" Wesley sangat terkejut.

YINNE : FOR FREEDOM (2)

"Hah!!!"

*Tidak! Tidak! Tidak mungkin itu*....

...

DIA KAN!!!

Entah kenapa Wesley menjadi panik dan menjadi gemetaran.

Ta-tapi kenapa menjadi sosok anak kecil....

Tidak seharusnya aku kembali ke rumah ini, ini sama saja dengan mengulang kejadian... itu....

Vallice perlahan membuka mata, dia menyadari ayahnya sepertinya melihat Vallene.

"Aa-ayah... itu sepertinya hanyalah... jatuh karena angin... hmm, meskipun tidak memang hal seperti ini biasa terjadi kok." Vallice beralasan.

Wesley kembali menenangkan diri dan percaya kepada putrinya.

"Hah, begitu ya...." tenang.

Berapa banyak wanita itu memelihara iblis, apa dia tidak peduli bahkan jika anaknya sendiri diganggu oleh peliharaan nya?

Mereka kembali berjalan menuju kamar Vallice. Wajah Wesley berubah menjadi lemas saat setelah itu.

Aku harap ayah tidak menyadari keberadaan kakak, kakak....

***

"Hah! Hah! Bagaimana ya? Apakah tuan lihat aku tadi ya? Hosh, hosh...." Vallene terengah-engah.

Tidak! Ini... ini... tuan adalah seorang raja. Dan Vallice tidak pernah tau hal itu. Aku dengar di negara ini tidak memperbolehkan orang biasa mempelajari dan memiliki ilmu sihir.

"Bagaimana jika sang raja merasakan aura ku! TIDAK! Aku harus pergi!" Vallene.

Vallene pun berlari kabur, menyadari bahwa ini waktu yang tepat untuk dia kabur dari kediaman itu. Sebelumnya dia kembali ke kamar nya untuk bersiap. Dengan segera dia membungkus sepotong roti tawar dan sebotol air untuk dia bawa.

"AKU SUDAH MUAK DENGAN KEHIDUPAN SAMPAH INI." teriak Vallene.

Dia mengambil foto ibunya. Merasa sedih, Vallene memeluk erat foto tersebut sambil menangis.

"Ibu... *Sesenggukan aku berjanji akan memiliki hidup yang lebih baik lagi." teguh.

***

Tengah malam, Vallene akhirnya berhasil kabur lewat pintu belakang yang sepi. Menghindari lantai dimana semua pelayan sedang sibuk. Dia pun berlari melewati taman.

"Aku hanya tinggal melewati dinding ini!"

Vallene menyatukan kedua tangannya, kemudian menundukkan kepalanya.

"Aku mohon... bantu aku untuk keluar...." nada penuh harapan.

Tiba tiba muncul ratusan atau bahkan ribuan kupu kupu putih perak yang bercahaya disekitar Vallene, Vallene membuka mata dan tersenyum. Vallene mengulurkan tangannya menyentuh dinding besar itu, kemudian ia berjalan pelan.

Luar biasa, sepertinya Vallene menembus keluar dari dinding tersebut. Vallene membuka matanya yang terpejam dan mendapati dirinya sudah keluar dari dinding.

"Hah... hah... terimakasih!" nada penuh syukur.

Vallene pun kembali berlari lagi untuk keluar dari kediaman Fred.

***

"Emm... kakak...." merintih.

Waktu berapa ini... masih... malam?

Menggosok mata dan tersadar dari tidurnya. Dia bangun dan duduk di ranjangnya.

"Tumben banget aku terbangun di waktu begini...." desah Vallice.

Saat dia ingin membelai rambutnya dia tersadar ada sesuatu ditangannya yang sedang ia pegang.

"Ini... bunga... Blue Rose! Ahh! Haha! Benarkan ini kamu Blue Rose?"

Apakah ini bukan mimpi? Aku sedang memegang bunga sihir yang langka! Blue Rose.

Dia terlihat sangat bahagia dan seakan-akan dia tidak percaya bahwa itu adalah kenyataan. Dia pun dengan semangat terbangun dari ranjangnya dan menuju balkon.

"Mari kita lihat bagaimana suasana di tengah malam, haha!" merasa senang.

Vallice sampai di balkon kamarnya dan duduk di kursi balkon.

"Dingin banget ya, Blue Rose." berbicara dengan lembut kepada bunga yang dia pegang.

Hmm katanya bunga ini adalah bunga yang mempunyai nyawa. Dan kita perlu mengajaknya bicara dan memperlakukan nya seperti teman manusia, agar kita bisa memiliki ikatan dengannya.

"Padahal aku paling anti untuk percaya sama hal hal yang beginian, tapi aku penasaran dengan ini. Tapi jujur, aku tak menyangka bahwa bunga ini aslinya begitu cantik, dibandingkan dengan lukisannya." Vallice terpesona.

Vallice sangat mengagumi bunga tersebut, dia tersenyum sambil memandangi bunga itu.

"Bagus sekali ya malam ini Blue Rose, langitnya tidak begitu gelap dan malam ini terlihat banyak sekali bintang yang bersinar."

Rasanya malam ini damai sekali, terimakasih ayah. Aku senang dengan hadiah ini, tak ku sangka dia memberikan hadiah yang sangat... bagaimana ya cara ayah mendapatkan bunga ini! Padahal aku mencarinya di seluruh Luria. Bahkan orang orang tidak tau dengan bunga ini.

Dia pun kembali menatap bunga itu dan mencium bunga itu.

"Akhh!!! Padahal penampilan mu sangat cantik dan indah, tapi tidak dengan baumu ya." ucap Vallice.

Aku yakin buku yang aku baca tentang bunga ini tidak ada yang membahas soal aromanya.

Tapi benarkah bunga ini adalah bunga sihir... dan bisa memberikan ku kekuatan sihir? Seperti kakak yang bisa membuat kupu kupu cantik keluar dari genggamannya, jika aku punya sihir bunga... akankah aku bisa menumbuhkan bunga?

"Blue Rose... bisakah kamu menunjukkan betapa ajaibnya dirimu?" berharap.

Dengan penuh harapan dia mencoba berbicara dengan bunga itu, dan terdiam beberapa saat. Ya, tidak ada apapun yang terjadi.

Tidak terjadi apapun! Apa mungkin ini bunga palsu?

"Haha, tidak perlu malu Blue Rose. Perkenalkan aku adalah Vallice! Ki-kita bisa menjadi teman! Ahaa...." berusaha sekali lagi.

Dan sekali lagi, tak ada apapun yang terjadi. Dia pun menyerah dan bangkit dari duduknya. Dia berdiri dan melihat lingkungan rumah dari balkon.

Hmm, padahal aku tau kalau ini akan terjadi, hal semacam ini adalah bohongan. Tapi... kenapa aku merasa kecewa?

Tidak sengaja menoleh ke arah tembok pagar disebelah selatan.

"Eh? Itu... kupu kupu milik kakak! Kenapa ada beberapa kupu kupu berterbangan di area dinding itu? Kakak habis dari tempat itu ya? Ngapain?"

Ah sudahlah, kadang kakak memang sulit untuk dimengerti.

"Blue Rose... padahal aku berharap padamu, sebenarnya aku... bisa dikatakan aku bodoh dalam pelajaran sihir. Aku selalu gagal dalam tes,ujian, atau bahkan sekedar belajar yang itu apapun yang berbau sihir. Seharusnya aku bisa belajar sihir meskipun itu hanya sedikit, contohnya memindahkan apel dari wadah satu ke wadah lainnya...."

Di akademi... akulah yang paling bodoh dalam hal sihir. Bangsawan yang tidak bisa sihir dianggap tidak berguna... meskipun mama selalu menghibur ku. Tetap saja, itu tidak merubah apapun. Aku harap..., aku bisa memiliki sihir Blue Rose....

...

"Hmm, kamu ingin memiliki sihir Blue Rose? Vallice...." suara asing.

Hah? Siapa? Ekh!

Ketika Vallice menoleh ke depan. Dia melihat seorang wanita, yang dikelilingi oleh kupu kupu putih perak kecil dan wanita itu mengeluarkan aroma yang sangat harum. Sayang sekali wanita itu membelakangi Vallice sehingga dia tak melihat rupa wanita itu.

"KA-KAMU SIAPA?" teriak Vallice.

Siapa? Kenapa dia mirip dengan... kakak? Rambut putihnya, kupu kupu itu... hanya saja... dia adalah seorang wanita dewasa.

"Vallice... tidak perlu takut, aku hanya ingin berterimakasih kepadamu."

Wanita misterius itu berbicara kepada Vallice, dan anehnya tubuh Vallice tidak bisa bergerak.

Ke-kenapa aku gak bisa bergerak? Dan kenapa dia berterima kasih?

Vallice gemetaran dan ketakutan, karena ini adalah hal aneh yang ia pertama kali alami.

"Uu-untuk apa?" Vallice kebingungan.

Dia memiliki suara yang lembut dan merdu, wujudnya juga sangat cantik... sepertinya bukan iblis... apakah dia seorang vampir Shopillia timur atau roh hidup Shopillia barat?

"Aku bukan iblis atau bahkan keduanya. Vallice, aku berterima kasih selama ini kamu telah menjaga dan menemani dia, hmm...." wanita misterius.

"Hah...." kehabisan kata-kata.

Dia bisa membaca pikiran? Tapi... yang dia maksud itu siapa?

"Si-siapa!" Vallice bertanya sekali lagi.

"Itu, kau tak perlu tau lebih banyak. Dengan ini, aku ingin membalas budi kepada mu nak. Bagaimana jika aku memberimu izin untuk menjadi Tuan dari Blue Rose yang sedang kamu pegang itu?"

Vallice tertegun dan dia kembali menatap bunga itu.

"Menjadi Tuan... Blue Rose?" Vallice.

YINNE : FOR FREEDOM (3)

"Menjadi Tuan dari... Blue Rose?" nada bimbang.

Apakah ini berbicara soal sihir... itu....

Vallice awalnya ragu untuk mempercayai ini, sampai dia sadar bahwa kejadian sekarang ini adalah nyata.

"Ya, kenapa kamu ragu ragu? Pikirkan lah betapa bergunanya hal ini nanti untuk mu dan orang lain." wanita misterius itu mencoba menghasut Vallice.

...

"Dan, misalnya untuk memenuhi ujian akademi sihir?" memancing Vallice.

Vallice terkejut mendengar hal itu.

Bagaimana... Nona ini tau aku membutuhkan dalam hal itu? Benar juga... aku jadi bisa membantu orang lain! Setidaknya aku bisa sedikit memperbaiki kesalahan yang dibuat mamaku.

"Tidak perlu menerima atau menolak. Kalau memang takdir mu adalah ini kamu pasti akan mendapatkannya." meyakinkan Vallice.

Vallice ragu dan dia mulai berfikir, kebingungan dengan apa yang seharusnya dia katakan.

Vallice... ini adalah kesempatan yang bagus! Dengan ini kamu bisa menguasai sihir bunga! Lulus beberapa tes akademi dan dapat membantu orang lain! Ya!

"Ya! Aku menginginkannya Nona! Ta-tapi kamu tidak berbohong kan?" Vallice masih ragu.

Anak ini... naif sekali. Apa? Untuk Membantu?

"Hilangkan saja dulu rasa curiga mu kepadaku. Aku minta sekarang kamu coba mengambil satu kelopak bunga itu dan memakannya." ucap wanita misterius.

Vallice sepertinya kebingungan, tapi disisi lain dia juga ingin membuktikan hal ini.

Memakan... ini?

Vallice yang hanya terpaku diam menatap bunga itupun akhirnya memilih untuk patuh kepada wanita misterius dan memakan kelopak bunga itu. Dan, wanita itu senyum menyeringai.

Ah? Aku bisa bergerak lagi! Hmm, hanya memakan kelopak bunga Vallice, itu tak akan membuat mu terbang.

"Baiklah." ucap Vallice.

Dia mengambil kelopak bunga dan hendak memasukkan nya di mulutnya. Wajah Vallice seperti menunjukan bahwa dia ragu. Tetapi, bunga tersebut berhasil masuk mulut Vallice. Vallice mulai mengunyahnya.

Pahit!!! Tinggal, telan... telan saja...!!!

"Buka matamu, itu sudah cukup!" sahut wanita misterius.

Eh, sudah?

"Emm, Nona... apakah aku berhasil? Aku sudah menelannya." Vallice tidak menyangka.

"Coba kamu hirup sekali lagi bunga itu, jika wanginya berubah maka kamu berhasil. Oh ya, wangi baru dari bunga itu akan menjadi aroma mu, aura darimu." wanita misterius memperingati.

Hmm? Apakah maksudnya saat seperti memakai parfum?

Vallice tak mengerti apa yang wanita itu katakan. Vallice masih terlalu polos di usianya untuk mengerti hal hal seperti itu.

Vallice pun menuruti perintah wanita itu. Dan dia terkejut, tenyata benar! Wangi nya berubah.

Ahahah! Benar! Menjadi lebih segar dan enak sekali.

Tapi tak sewangi aroma dari Nona itu... siapa sih dia sebenarnya?

"Emm... Nona!" mengajak wajah untuk kembali melihat wanita itu.

Hah? Dimana... dia...?

...

"Menghilang?" ketakutan.

***

"Hah!!! Ha...."

Kurasa sudah cukup jauh.

"Hah... capeknya...." nafas yang tidak beraturan.

Eh? Aku berada dimana ya?

Dia melihat lihat sekelilingnya. Sepertinya dia tampak asing dengan lingkungan ini.

Aaa takut banget, tapi kayaknya aku benar deh. Ini jalan menuju kota besar Luria!

Vallene mencoba melangkah maju sedikit. Dan dia terlihat girang dan tersenyum lebar.

"Ya! Itu adalah kota Luria!" soraknya.

Dia berada di atas bukit yang mana itu adalah jalan menuju kota Luria. Vallene sepertinya merasa kagum dengan pemandangan itu. Melihat betapa ramainya dan indahnya kota dimalam hari, banyaknya cahaya yang bersinar dari lampu lampu gedung dan lain lain yang bercahaya.

"Jadi seperti ini yang dimaksud indahnya kota malam!" terpesona dengan keindahan kota di malam hari.

Tanpa sadar ia telah meneteskan air mata dari kedua matanya. Menjelaskan betapa senangnya dia.

"Ibu... lihatlah ini, bagus kan suasana kota dimalam hari? Hahaha..., Vallene juga baru melihat hal hal seperti ini ibu...." penuh perasaan.

Ibu... Vallene berjanji akan mempunyai hidup yang lebih baik. Meskipun takdir sudah menuliskan betapa buruk nya hidupku. Aku tak akan pernah menyerah untuk mendapatkan hidup yang layak dan lebih baik.

"Aku akan bahagia, untuk kalian yang tidak bisa merasakannya." Vallene.

***

*Dok *Dok *Dok

Suara ketukan pintu terdengar. Untuk membangunkan Nona muda di pagi hari.

"Nona Vallice... sudah pagi Nona...."

Ketiga pelayan yang sudah berada di depan kamar Vallice tersebut tidak mendengar suara Vallice dari dalam. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk masuk saja kedalam kamar.

Vallice ternyata masih tidur lelap di ranjangnya. Pelan pelan satu orang pelayan mendekat dan menepuk pundak Vallice untuk membangunnya.

"Nona... hari sudah pagi...." kata si pelayan itu.

"Ehm...?"

Vallice yang setengah sadar mencoba membuka matanya. Silau, pelayan kedua membuka tirai jendela dan sinar matahari pagi langsung menyinarinya.

Vallice terkejut melihat keberadaan para pelayan itu. Dengan cepat dia bangun dan bilang kepada para pelayan itu.

"Kalian keluar saja, aku akan bersiap sendiri bibi!."

Para pelayan itu merasa aneh. Tak biasanya Vallice seperti ini. Pelayan pelayan itu hanya merasa aneh kenapa tumben sekali nona mereka bersikap seperti ini. Tapi mereka memutuskan untuk mematuhi dan keluar dari kamar dan menunggu diluar.

Hah syukurlah mereka sudah keluar. Ekh! Kejadian tadi malam! Apakah....

Dengan panik ia mencari sesuatu.

Dimana? Dimana?

Setelah beberapa saat dia mengobrak abrik sana sini, dia tak sengaja menatap cermin dan menyadari hal yang dia cari berada di tubuhnya.

Ehh? Menempel di bajuku? Ini mirip seperti pin hehe. Bagus! Dengan menjadikan ini sebagai pin, ini tak akan terlalu mencolok. Jadi aku bisa membawanya kemana saja!

"Ya! Ini cocok ternyata! Nanti aku tunjukkan deh ke kakak!" bahagia.

Ah jam berapa ini! Aduh aku harus segera mandi!

Vallice terburu buru masuk ke kamar mandi.

...

"Haaaw!!!!"

Vallice berteriak dan itu terdengar dari luar, para pelayan pun panik.

"Ada apa nona?" pelayan pertama.

"Apa yang sedang terjadi nona?" pelayan kedua.

"Nona!!!" pelayan ketiga.

Aku lupa meminta untuk menyiapkan air hangat. Ini, dingin banget!!!

"Tidak apa apa kok bibi!" teriak Vallice dari dalam.

***

"Terimakasih tuan atas tumpangannya!"

Membungkuk dengan hormat kepada bapak tua yang telah memberi tumpangan kepadanya.

"Iya nak, hanya menaiki gerobak kecil bertenaga sapi. Tidak perlu seperti itu haha." tertawa.

Anak yang baik dan santun.

"Tidak Tuan! Itu sangat berarti untuk saya! Berkat tuan saya akhirnya bisa sampai disini." Vallene berterima kasih.

Dia sangat menghormati bapak tua itu, dan bapak tua itu pun tersentuh dan tersenyum kepada Vallene.

"Baiklah nak, tujuan bapak masih jauh. Berhati hatilah ya! Sampai jumpa!" ucap bapak tua itu dengan nada yang lembut.

Huft! Anak kecil yang malang. Aku bertemu dengannya jam 3 dini hari tadi. Dia sedang tidur, kelelahan dan kedinginan di pinggir jalan. Aku mendekatinya dan mencoba menawarinya teh hangat. Dia mengatakan tujuannya, yaitu di ibu kota. Karena kebetulan aku juga melewati ibu kota aku memberikan tumpangan pada anak ini. Awalnya dia begitu waspada tapi akhirnya dia percaya padaku.

Dia anak yang baik dan ceria. Bahasanya juga sopan, tak seperti kebanyakan anak muda sekarang ini. Tapi aku bertanya tanya, kenapa dia berada di pinggir jalan dengan keadaan seperti itu... pakaiannya lusuh dan kotor, membawa bungkusan roti tawar dan air. Aku semakin yakin bahwa dia adalah seorang anak pengemis.

Tapi saat aku mencoba bertanya kepadanya. Aku terkejut, dia bilang dia adalah seorang budak yang kabur. Itu membuat ku lemas, bahkan dia mengatakan hal itu dengan tenang. Dia masih terlalu dini untuk mengerti keadaan apa yang dia alami. Hatiku semakin sakit melihat masih ada senyum dan tawa diwajahnya.

Padahal keadaannya saat memprihatinkan. Luka di lengan tangannya, kakinya yang di perban, lehernya juga diperban, adanya bekas cakaran di lengannya. Dahinya yang lebam....

Aku sedih rasanya, aku tak tahu berapa banyak hal yang telah dia alami. Tapi aku yakin dia adalah gadis yang kuat dan hebat. Maaf aku tak bisa membantumu lebih dari ini nak, aku harap kamu memiliki hidup yang lebih baik.

Setidaknya, kau pernah tau aku dimasa perjuangan mu ini. Sekarang... melihatnya berlari menjauh dariku. Aku bisa melihat harapan dia yang begitu besar.

"Hidup dengan bahagia ya nak." bisik si bapak tua.

Itu adalah kata kata terakhir yang diucapkan bapak tua itu sebelum dia melanjutkan perjalanannya. Dan Vallene dari jauh melambai pada bapak tua itu. Mereka pun sama sama melanjutkan lagi perjalanan mereka.

Yang tujuannya sama, yaitu mendapatkan hidup yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!