Di suatu malam yang sunyi, dimana hanya ada nyanyian orkestra para jangkrik di sebuah kebun yang merupakan sebuah bagian dari rumah yang cukup besar, bahkan memang sangat besar.
Sesuatu yang berwarna putih terlihat menggantung gantung dan berayun ayun. Bak di film horor, suasana di tempat itu benar-benar mencekam dan cukup seram. Sampai terdengar suara.
Brukkk
"Aughk!"
Seorang gadis terlihat memegang pinggangnya yang sepertinya terasa sangat sakit.
Gadis itu lantas mendongak dan melihat ke arah atas.
"Wah, parah sih. Gak nyangka aku bisa melakukan hal se-ekstrim ini. Ini benar-benar seperti di film India yang aku tonton itu. Aku benar-benar merasa sudah jadi mbak Katrina Kaif kalau begini, ha ha ha!"
Setelah meringis kesakitan, gadis itu langsung tertawa cekikikan.
Dia lantas cepat-cepat bangun dan mengambil sepatu hak tingginya yang tadi sudah dia lemparkan lebih dulu dari atas balkon.
Gadis itu adalah Carissa Setiawan, 19 tahun. Anak dari pengusaha kaya yang disegani di kota ini.
Carissa baru saja melarikan diri dari dalam kamarnya. Dia bahkan mencongkel jendela kamarnya dengan jangka alat sekolahnya. Dan merayap seperti cicak, menuju ke balkon. Dari balkon dia melepas tirai penutup jendela, mengikatnya dengan kuat, menggabungkan nilai-nilai itu hingga membuatnya menjadi panjang kalau mengikatnya di pagar besi pembatas balkon.
Dan kenapa Carissa pergi dengan cara seperti itu? masalahnya nilainya di kampus akhir-akhir ini sangat buruk. Sedangkan sepupunya yang sekaligus menjadi mata-mata dari papanya, mengatakan kalau semua itu terjadi karena Carissa sedang berteman dengan sekelompok gadis-gadis yang tahunya hanya shoping, happy-happy bahkan suka main ke klub.
Hal itu membuat papa Carissa menjadi sangat marah. Sehingga apanya memberikan jam malam kepada Carissa. Dia atas jam 7 malam, Carissa tidak boleh lagi keluar.
Sementara dia sudah janji dengan teman-temannya akan datang ke sebuah kafe untuk mentraktir teman-temannya karena Carissa sudah terlanjur kalah taruhan. Kalau dia tidak datang, teman-temannya itu pasti tidak akan membiarkannya hidup tenang di kampus.
Tapi sayangnya perjuangan Carissa belum berakhir. Masih ada pagar yang begitu tinggi di depannya. Tidak mungkin dia lewat pagar kan, penjaga pasti sudah di perintahkan oleh papanya untuk tidak boleh membukakan pintu untuknya.
"Aduh, gimana nih? masak iya manjat pager. Pakai apa manjatnya?" gumam Carissa menoleh ke kanan dan ke kiri.
Dan tiba-tiba saja otak yang tidak terlalu pintar karena saat di tes IQ pun, hasilnya IQ Carissa memang pas-pasan. Sekitar 98 saja. Tapi itu juga tidak terlalu tidak pintar bukan.
"Ah, aku memang genius. Pakai tangga saja!" kata Carissa yang lantas mengendap-endap ke arah taman belakang.
Karena tadi sore, Carissa sempat melihat ada seorang tukang kebun yang menggunakan tangga itu untuk memangkas pohon Cemara yang ada di belakang rumah.
Carissa pikir tangga itu tidak berat, tapi ternyata Carissa salah. Tangga itu sangat berat.
"Ya Tuhan, berat amat sih cuma mau tepatin janji ketemuan sama geng Ouch doang. Gini amat perjuangan!" keluh Carissa yang merasa sangat lelah menyerat tangga itu sampai ke pagar belakang.
Begitu tangga itu sudah menempel di tembok, Carissa buru-buru menaiki tangga itu dan dia kembali melebarkan matanya saat melihat betapa tinggi pagar yang harus dia turuni.
"Wah, fix... kalau gak bakalan ada maling masuk deh, patah tulang deh pasti. Aduh gimana nih turunnya!" keluh Carissa lagi.
Carissa lantas melihat ke arah kanan dan kiri, dia melihat ada sebuah mobil bak yang parkir dekat tembok. Carissa lantas melemparkan kembali tas dan sepatunya, ke bawah. Selanjutnya dia berjalan, merangkak, dan tertatih berusaha menuju tembok yang di bawahnya ada mobil bak itu.
Brukk
"Aduhh!" pekik Carissa.
Tak mau membuat teman-temannya menunggu lebih lama. Carissa pun turun dari mobil bak itu dan mengambil tas dan sepatunya.
Dia memesan taksi on-line dan akhirnya pergi ke kafe.
Setibanya di kafe, Carissa tidak langsung menghampiri teman-temannya. Tapi langsung menuju toilet, karena dia ingin merapikan makeup nya. Tapi karena lampu toilet begitu terang, dan Carissa tidak mau kehilangan moment mengabadikan wajahnya yang terlihat sangat glowing setelah di makeup. Carissa pun mengeluarkan ponselnya dan memotret dirinya sendiri.
"Aku gak ngerti kenapa om sama Tante, nyuruh aku ketemuan sama patung kayak gitu?" tanya seorang wanita cantik yang masuk ke dalam toilet bersama dengan temannya.
"Iya, gak ada basa-basi sama sekali. Padahal kamu sudah dandan cantik, baju sekssi begini. Gak di lirik sama sekali, jangan-jangan tuh cowok belok lagi. Buat apa ganteng, kaya tapi belok. Gak bakal bisa berdiri juga kali iya kan?" tambah temannya yang satu lagi.
Tapi ternyata, Carissa itu malah menekan tombol rekam video saat mengarahkan kedua perempuan itu. Setelah sadar Carissa ingin menghapus video itu. Tapi temannya sudah menghubungi nya.
"Carissa, kamu di mana. Jangan bilang kamu gak datang ya? kamu kan kalah taruhan!" kata Emi salah satu teman Carissa.
"Iya, iya ini mau kesana!" kata Carissa yang terburu-buru menghampiri teman-temannya.
Dan Carissa pun bertemu dengan teman-temannya. Saat Carissa sampai disana, teman-temannya sudah memesan banyak sekali makanan dan minuman. Tapi Carissa pikir dia tidak masalah dengan hal itu. Karena dia sudah membawa kartu kredit andalannya yang kata papanya itu tidak ada limited nya.
Saat Carissa akan membayar, tiba-tiba saja mbak kasir yang cantik mengembalikan kartu kreditnya lagi.
"Maaf mbak, kartunya di tolak!" kata mbak kasir itu.
"Hah, yang benar mbak?" tanya Carissa bingung.
"Iya, mbak di tolak. Sepertinya sudah di blokir!" kata mbak kasir itu lagi.
Carissa panik dong, masak enggak. Mau di taruh mana mukanya di depan teman-temannya.
Tapi saat Carissa sedang bingung, tiba-tiba dia melihat dua wanita tadi. Dan seorang pria, yang terlihat sangat dingin. Sontak saja, munculah ide di kepala Carissa. Gadis itu menghampiri pria setelah mengaktifkan bluetooth dari ponsel ke earphone nya.
"Sayang, kartu kredit yang ini limited. Aku mau bayar minuman!" kata Carissa sambil memasang earphone di telinga pria itu.
Setelah mendengar percakapan di earphone, sontak saja pria itu menarik Carissa ke pangkuannya. Pria itu meraih dompetnya dan mengambil sebuah kartu.
"Pakai ini!" kata pria itu.
Sontak saja dua wanita di depannya terkejut bukan main.
"Makasih sayang!" kata Carissa yang lantas pergi dari pria itu.
"Jadi kamu sudah punya pacar?" tanya wanita yang di jodohkan oleh orang tua pria itu.
"Iya, sebaiknya kalian pergi!" katanya dengan dingin.
Dua wanita itu lantas berdiri dengan terlihat kesal.
"Sudah punya pacar, kenapa masih mau ketemu sih?" gerutu salah satunya lalu pergi.
Carissa yang sudah membayar tagihan langsung mengembalikan kartu itu pada pria dingin itu.
"Om, makasih ya. Nanti aku ganti deh, nomer rekening om berapa?" tanya Carissa menyodorkan ponselnya pada pria itu.
Tapi pria itu hanya meraih kartunya dan berkata.
"Dasar cewek tengil!" katanya lalu pergi meninggalkan Carissa.
"Namaku Carissa, Om!" teriak Carissa sambil meletakkan satu tangannya di pinggir bibir seperti sebuah speaker.
***
Bersambung...
Pria yang menyebut Carissa sebagai cewek tengil tadi lantas berjalan keluar dari kafe itu. Dia mendengar suara Carissa. Tapi dia tidak menghiraukannya. Dia pikir dia tidak akan pernah berurusan lagi dengan cewek tengil itu.
Pria tampan yang saat ini mengendarai sendiri mobil mewahnya itu adalah Raja Mahesa, putra bungsu dari keluarga Mahesa.
Malam ini seharusnya menjadi malam di mana dia menemui wanita yang sudah di jodohkan oleh kedua orang tuanya yang sangat ingin Raja menikah.
Bukan salah orang tuanya menginginkan hal itu. Karena Raja memang sudah dewasa bahkan bisa di bilang sangat dewasa, usianya saja sudah 30 tahun. Teman-teman sebayanya bahkan sudah ada yang punya empat orang anak.
Karena itu Kamila dan Indra Mahesa ingin anak bungsunya itu segera memiliki calon pendamping.
Di kediaman Mahesa, Indra baru saja mendapatkan telepon dari rekan bisnis sekaligus orang yang tadinya ingin di ajak berbesan oleh Indra Mahesa.
"Pak Mahesa, terus terang saja saya merasa sangat kecewa. Harapan saya besar sekali, sangat besar menjalin hubungan keluarga dengan keluarga pak Mahesa. Tapi malah di permalukan, Raja datang ke kafe bersama dengan pacarnya. Kalau begitu kita akhiri saja kerja sama perusahaan kita ya pak. Selamat malam!" kata pria itu yang merupakan paman dari salah satu wanita yang di temui Raja di kafe.
"Gimana pa?" tanya Kamila.
Indra tampak geram. Dia menyimpan ponselnya dan berkacak pinggang sambil geleng-geleng kepala.
"Pak Hariri bilang Raja datang bersama pacarnya ke kafe. Intan ya malu lah, langsung pulang dan mengadu pada pamannya. Raja ini, benar-benar ya. Ini pasti akal-akalan dia saja karena tidak mau di jodohkan dengan Intan. Lalu mau sampai kapan dia begini?" keluh Indra yang tak habis pikir dengan tingkah anaknya yang terkesan sangat cuek dan tidak perduli pada cinta.
"Ini kenapa anak kamu bisa begini sih ma?" tanya Indra bingung.
"Tapi kan biasanya Raja gak pernah pakai alasan wanita begini. Mungkin dia memang sudah punya pacar!" kata Kamila.
"Lah jatuh cinta aja gak mau, di kenalin sama perempuan cantik gak mau, di kasih nomor kenalan Ajeng sama Restu juga gak mau. Punya pacar darimana? sekretarisnya semuanya laki-laki!" kata Indra membantah pendapat istrinya.
Indra sampai memijit kepalanya karena ulah putra bungsunya itu. Dia tidak tahu apa yang sudah menjadi penyebab Raja seperti itu. Raja itu orangnya introvert, bahkan pada keluarganya sendiri.
"Sabar pa, kan kita juga sudah buka lowongan sekertaris magang di kantor Raja khusus untuk perempuan, semoga saja besok ada salah satu dari pada gadis itu yang bisa cocok dan dekat dengan raja, mereka kan dari keluarga terbaik di kota ini, semua rekan bisnisnya Restu!" kata Kamila yang masih mencoba untuk mencari cara agar Raja bisa dekat dengan wanita. Salah satunya ya, lewat jalur sekertaris magang.
"Gak tahu lah ma, papa sudah mulai lelah. Tiap di tanya kenapa gak mau nikah, katanya mau sukses dan mikirin karir dulu. Sekarang sudah sukses, alasannya gak ada yang cocok. Gimana mau cocok, kalau ngobrol saja tidak mau!" keluh Indra yang mulai emosi lagi.
Kamila hanya bisa mendekati suaminya dan mengelus lengah suaminya itu perlahan.
"Sabar pa, sabar!" kata Kamila lembut.
Sementara itu di rumah besar kediaman Setiawan, Erlangga Setiawan sudah berdiri dengan sebuah kain yang baru saja di serahkan oleh salah satu penjaga keamanan di rumah besar itu.
Tadi saat penjaga keamanan itu sedang patroli keliling rumah, dia menemukan sebuah bayangan yang bergoyang-goyang. Penjaga keamanan yang bernama Patmo itu nyaris pingsan melihat benda putih, seperti kain yang melayang-layang tepat jam sepuluh malam.
Tapi setelah di dekati ternyata benda itu sangat panjang dan terikat di besi pagar pembatas balkon lantai dua. Tepatnya di sebelah kamar Carissa.
Pandangan mata Erlangga sontak saja melirik ke arah Siska, istrinya dan mama dari Carissa.
Deg
'Kan, nanti aku lagi yang kena omel. Icha ya ampun. Gak bosan-bosannya kamu bikin ulah. Astaga, kenapa sih anak ini?' batin Siska yang sudah punya firasat buruk dari lirikan suaminya kepadanya.
"Pa, mama gak tahu. Beneran mana gak ikut-ikutan pa! kan mama temenin papa di ruang kerja setelah makan malam tadi!" kata Siska sebelum sang suami bertanya macam-macam.
Tak berapa lama kemudian, taksi online yang di bayar via aplikasi pun berhenti di depan pintu gerbang rumah besar Setiawan.
Begitu turun dari dalam taksi online tersebut. Carissa terkejut karena pintu gerbang rumah papanya yang tingginya hampir tiga meter itu terbuka begitu lebar. Dan tidak ada penjaga di pos satpam yang ada di dekat pagar.
"Wah, ini pintu lupa di tutup apa gimana sih. Pak Usman ini pasti waktu buka pintu kebeelet nih, makanya lupa di kunci!" kata Carissa yang menutup pintu itu lalu menguncinya.
Setelah mengunci pintu gerbang, Carissa pun celingak-celinguk ke arah pekarangan.
"Tumben, jam segini pak Patmo gak patroli. Wah, apa jadinya kalau aku gak pulang, pintu gerbang yang terbuka lebar, nanti guuguk lewat, terus masuk, terus buang itu kan... ih..!" Carissa menggidikkan bahunya sendiri.
Carissa berjalan sangat santai menuju ke tempat dia tadi turun dari balkon. Carissa menghentikan langkahnya, saat kain yang dia ikat di besi pagar pembatas balkon sudah tidak ada.
Firasat Carissa mulai tidak enak, ketika dia melihat sebuah sosok bayangan gelap yang mendekatinya.
"Non!"
"Whoaaaa!"
Carissa baru akan lari ketika Pak Patmo berseru memanggil Carissa.
"Non Icha, ini pak Patmo!"
Carissa mengusap dadanya dan menghela nafas lega.
"Pak Patmo, ya ampun. Dari jauh bayangan pak Patmo kek grandong!" kata Icha.
"Loh non suka nonton Angling darma juga?" tanya pak Patmo.
"Misteri gunung Merapi betewe pak Patmo. Kan rame tuh Mak lampir di tok tok, sama cucunya si grandong!" jelas Carissa.
"Non, di cariin tuan! katanya di suruh masuk lewat pintu depan!" kata pak Patmo yang lantas pergi meninggalkan Carissa begitu saja.
Carissa tadi belum sempat menoleh, hingga ketika dia berbalik dan pak Patmo sudah tidak ada. Carissa merasa buku kuduk nya berdiri semua dan segera berlari ke arah pintu depan.
Pintu depan rumah itu sudah terbuka, Carissa menelan salivanya dengan susah payah.
Benar saja, ketika Carissa masuk. Papanya sudah berdiri dengan tangan di lipat di depan dada.
"Pa...!"
"Carissa Mandasari Setiawan, besok pagi datang ke perusahaan Tekno Company, ikuti wawancara menjadi sekertaris magang CEO Tekno Company. Kalau gagal, jangan harap bisa pakai fasilitas dari papa, AC di kamar di cabut, mobil di ambil, kartu kredit semua di blokir!" kata Erlangga yang lantas berbalik dan meninggalkan Carissa.
Carissa masih mematung di tempatnya, sampai Siska yang berjalan di belakang Erlangga berbalik dan mengepalkan tangannya di depan wajahnya. Sambil berkata tanpa suara.
"Ganbatte sayang, semangat!" kata Siska yang mulutnya bergerak tapi tak bersuara.
***
Bersambung...
Carissa sampai tak bergeming dari tempatnya untuk beberapa menit. Sampai asisten rumah tangganya yang usianya sebaya dengannya menepuk bahu Carissa.
"Non, non... non kesambet?" tanya Yati.
Carissa lantas membuang nafas dengan sangat kasar.
"Hah... ini nih, kadang tuh aku tuh bertanya-tanya, aku ini anak tiri apa anak kandung sih? jangan-jangan papa nemu aku di pengkolan kali ya. Kasihan, malam-malam ada bayi oek.. oek.. terus di bawa pulang. Hidup kak Jesica tuh enak banget. Kenapa hidup ku gini amat sih?" tanya Carissa sambil berjalan menuju anak tangga dan perlahan menaiki anak tangga itu satu persatu, tapi dengan ekspresi penuh drama.
Yati yang melihat itu langsung mencebikkan bibirnya.
"Hem.. dasar nona muda tukang drama, ya kali tuan besar nemu bayi di pengkolan, yang ada di pengkolan kan tukang ojek, bukan bayi!" gumamnya lalu bergegas menuju dapur.
Keesokan paginya, pagi-pagi sekali Siska sudah di perintahkan oleh suaminya untuk membangunkan putri bungsu mereka lalu membantu Carissa untuk bersiap-siap. Erlangga tidak mau lagi ada adegan salah kostum yang manjadi alasan anak bungsunya itu tidak jadi ikut wawancara kerja magang di Tekno Company.
"Ma, ini makeup gak ketuaan. Ma, aku kayak umur 25 ini mah!" protes Carissa yang sejak tadi di makeup oleh Siska.
"Ish, bawel deh. Darimana kelihatan kayak umur dua lima sih?" tanya Siska.
"Terus?" tanya Carissa.
"29!" celetuk Siska.
Sontak saja Carissa langsung melayangkan protes pada sang mama.
"Ih mama, kenapa malah di tuain sih. Gak mau, ini rambut di semprot pakai apaan sih?" keluh Carissa.
"Hair spray itu sayang, biar rapi. Kalau kerja itu rambut gak boleh berantakan. Meski ada angin ribut, badai dan topan. Rambut harus tetap rapi di ikat di belakang begini dengan sangat rapi. Ini nilai plus saat wawancara. Sudah diam, tinggal di kasih bross cantik di blazernya, seperti ini. Perfect!" seru Siska yakin.
Siska lantas memutar badan anaknya ke kanan dan ke kiri.
"Sudah pasti di terima ini sih, ingat ya Carissa kalau gagal. Kamu tidur bakalan kepanasan, gak ada AC di kamar. Kamu kemana-mana harus naik ojek, karena mobil kamu akan di ambil. Dan kartu kredit kamu akan di ambil, tabungan di blokir. Kalau mama jadi kamu, mama akan lakukan segala cara untuk dapatkan pekerjaan itu!" kata Siska dengan mata berapi-api penuh semangat 45.
"Berapa calon kandidatnya ma?" tanya Carissa pada mamanya.
"Ah, sedikit sayang. Hanya 3 orang! kamu pasti bisa!" kata sang mama.
***
Mata Carissa melotot saat dia sampai di Tekno Company dan dia mengisi daftar hadir orang yang akan ikut wawancara menjadi sekertaris magang CEO Tekno Company, dia adalah orang yang ke 30 yang datang.
'Mama...!' pekik Carissa dalam hatinya
Sementara itu di rumahnya, Siska yang sedang membersihkan perhiasannya merasa telinganya berdenging.
"Huh.. huh..!" Siska meniup ujung tangannya yang terkepal dan meletakkan tangannya itu di depan telinga kanan dan kirinya bergantian.
"Ya ampun, anak gadis mama ini pasti yang lagi ngomongin mamanya. Ha ha ha.. kamu harus berjuang Icha. Kalau mama bilang yang daftar puluhan, kamu pasti gak bakalan ke sana. Ratu drama!" gumam Siska lalu lanjut membersihkan berbagai macam perhiasan berliannya.
Sementara itu Carissa terlihat sudah ciut duluan, mana yang datang sok-sok pada ngobrol pakai bahasa Inggris. Kan waktu pelajaran bahasa Inggris, Icha jarang masuk. Entah kenapa dia punya alergi sama guru bahasa Inggrisnya. Jadi ya bahasa Inggrisnya pas-pasan. Gak dapat nilai merah dan bisa lulus kan karena mamanya Carissa dulu kasih satu set perhiasan berlian ke guru bahasa Inggrisnya waktu di SMA.
Carissa yang berdiri karena tidak kebagian tempat duduk di ruangan itu pun memikirkan cara untuk mengurangi saingannya.
Akhirnya dia dapat satu ide. Dia meraih ponselnya dan meletakkan ponselnya itu di telinganya.
"Apa!!!" pekik Carissa yang membuat beberapa orang di sebelahnya menoleh ke arahnya.
"Jadi wawancara ini tuh cuma dari perempuan yang masih lajang terus buat tumbal?" Ucap Carissa lantang.
Membuat beberapa orang di yang ada di dekat Carissa menyimak dengan baik ucapan Carissa tadi.
"Hah, tumbal... tumbal gimana?" tanya salah seorang yang ada di samping Carissa.
"Oh iya mbak, aku pulang aja deh kalau gitu. Ih serem, gak mau aku mati muda!" kata Carissa lagi berpura-pura berbicara dengan seseorang melalui ponselnya, padahal sebenarnya tidak ada.
"Kata kakak aku barusan dia denger, temannya jadi tumbal di sini. Lihat di daftar ini, sekertaris nya CEO tuh gak ada yang perempuan. Yang perempuan cuma di rekrut satu tahun sekali cuma di jadikan tumbal! ih ngeri kan. Aku mau pulang aja, aku rajut!" kata Carissa yang lantas pura-pura ketakutan.
Beberapa orang yang mempercayai hal semacam itu pun menjadikan bahunya karena mereka juga merasa merinding. Apalagi setelah salah satu dari mereka mencoba mencari tahu kebenarannya dengan bertanya kepada petugas yang menjaga meja daftar hadir. Dan dia kembali Dengan mengatakan kalau memang benar sekretaris CEO di tempat ini semuanya memang laki-laki.
Dan pada akhirnya, sekitar 13 orang memilih untuk pergi dari tempat itu dan tidak jadi melakukan wawancara.
"Haih, masih banyak lagi. Pakai cara apalagi?" tanya Carissa bingung.
Carissa lantas melihat ke arah langit-langit ruangan itu, di sana ada alarm kebakaran yang secara otomatis bisa menyemprotkan air. Dan sebuah ide kembali melintas di otak jahil Carissa.
"Ya ampun, gini amat ya supaya dapat kerjaan!" kata Carissa yang lantas mencari alat yang bisa dia gunakan untuk membuat asap.
Karena memang tidak boleh membawa pemantik api ke ruangan itu. Raja sangat tidak suka ada yang merokok, jadi dia tidak mengijinkan pekerjanya membawa pemantik api.
Carissa membawa sebuah gelas yang dia ambil dari meja air minum. Lalu keluar dan memecahkan gelas itu, setelah mendapatkan pecahan yang sesuai, dia gunakan pecahan gelas itu untuk membakar sebuah kertas lewat pantulan sinar matahari.
Cukup lama kertas itu tak kunjung terbakar, hingga hampir sepuluh menit. Akhirnya ada goresan coklat dan tak lama kertas itu terbakar.
Setelah kertas terbakar, Carissa cepat-cepat mengangkat kertas itu dan mendekatkan ke arah alarm kebakaran yang ada di tangga darurat. Carissa lansung bergegas pergi ke tempat yang aman ketika alarm itu berbunyi dan membuat penyiram air secara otomatis bekerja. Dari balik pintu, Carissa terkekeh melihat para wanita yang mau Wawancara kelabakan karena pakaian dan dokumen mereka basah terkena semprotan air.
"Ya ampun!"
"Ih kok bisa sih?"
Para petugas juga panik, mencari darimana sumber asap.
Sementara Carissa terkekeh di belakang pintu.
"Ha ha ha, berhasil. Sekarang sainganku benar-benar hanya tinggal dua orang yang sudah masuk wawancara saja!" kata Carissa senang.
***
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!