"Mas, kamu mau kemana?" tanya Tamara kepada suaminya yang saat ini memasukkan baju baju nya kedalam koper miliknya.
"Aku ada tugas di luar kota." ucap Alven saat istrinya datang menghampirinya ke kamar.
"Tapi kok dadakan mas?"
"Namanya juga tugas! sudah, jangan bawel! kalau saya tidak kerja, kamu mau makan apa? hah!" ucap Alven dengan nada ketus kepada Tamara.
Tamara langsung terdiam.
"Ini uang belanja, sebelum saya pulang dari luar kota." ucap Alven sambil memberikan uang sebesar lima juga rupiah.
"Mas berapa lama di luar kota?"
"Saya belum tau." sahut Alven dengan Ketus.
"Jangan lama lama ya, Mas. Kami membutuhkanmu disini. Kami pasti sangat merindukanmu." ucap Tamara dengan nada Sendu.
Entah mengapa perasaan Tamara, sepertinya suaminya menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi ia sama sekali tidak mengetahui apa yang sedang di sembunyikan oleh suaminya.
"Ada rasa curiga di hati Tamara, kalau suaminya memiliki wanita lain diluar sana. Tapi dia tidak memiliki bukti sama sekali. Dia selalu berusaha percaya kepada suaminya.
Tapi beberapa bulan terakhir ini, kecurigaan ada di dalam hatinya. Karena suaminya sering pulang larut malam, dengan alasan lembur di kantor.
Bahkan Alven sering tidak pulang ke rumah. Dan Alven juga sudah sangat jarang membelai dan menyentuhnya jika berada dirumah.
"Ya sudah aku pamit dulu," ucap Alven.
Tamara memberi salam kepada suaminya dan mencium punggung tangan suaminya.
Tak ada balasan kecupan hangat dari sang suami. Justru Alven langsung masuk kedalam mobil miliknya meninggalkan Tamara dan putrinya disana.
Tamara menatap mobil suaminya yang berlalu meninggalkan rumah yang selama ini mereka tempati.
Tamara menggendong putrinya masuk ke rumah. "Semoga Mas Alven benar ada tugas keluar kota. Tidak seperti apa yang aku pikirkan." gumam Tamara dalam hati. Ia berusaha menepis pikiran negatifnya terhadap suaminya.
Kemudian Tamara melakukan aktivitasnya seperti biasa, sebagai ibu rumah tangga. Setelah menidurkan putrinya Fitricia.
Sementara di tempat lain. Seorang wanita cantik bertubuh ideal tinggi sekitar 175 centi meter menggunakan dress selutut dengan belahan dada yang agak terbuka, menunggu sosok lelaki yang akhir-akhir ini menjalin hubungan dengannya.
Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar jelas di telinganya. Wanita itu beranjak dari tempat duduknya. Ia sudah mengetahui siapa yang akan datang ke apartemen miliknya.
"Hello sayang, kamu sudah datang." ucap Soraya sambil mengembangkan senyumnya memeluk Alven yang baru datang menghampiri dirinya.
Alven memberikan kecupan hangat di bibir ranum wanita itu. Ia seolah lupa akan keberadaan sosok istrinya Tamara dan putrinya Fitricia yang menunggunya dirumah.
"Ayo masuk sayang, aku sangat merindukanmu." ucap Soraya sambil kembali memberikan kecupan hangat di wajah tampan Alven.
"Kamu jadi menginap di sini beberapa hari bukan, untuk menemaniku?"
"Jangankan beberapa hari, untuk selamanya juga aku bersedia tinggal bersama kamu sayang. Aku sangat mencintaimu." goda Alven lalu memberikan kecupan hangat kembali ke bibir ranum wanita itu.
"Ah, Gombal. Terus bagaimana istri dekil mu itu mau kemanakan?"
"Itu tidak perlu kamu pikirkan, sebentar lagi aku akan menceraikannya. Dia wanita bodoh yang selama ini terlalu naif ingin memiliki cintaku seutuhnya. Aku akan menceraikannya asalkan kamu bersedia menikah denganku. Aku sangat mencintaimu Sayang." lagi lagi Alven mengungkapkan perasaannya yang membuat wanita yang ia dekap, kali ini menjadi merasa sangat bahagia karena telah dicintai oleh suami orang lain.
"Benarkah?
"Kalau begitu segeralah ceraikan dia, agar kita menikah. Aku tidak ingin hubungan kita terus-menerus begini saja. Aku juga butuh kepastian Mas." ucap Soraya sambil bergelut manja di lengan Alven
"Ya sudah aku capek, Aku pengen istirahat dulu."ucap Alven Seraya melonggarkan dasinya.
"Mas Duduk dulu deh, aku buatin kopi untuk Mas." sahut Soraya sambil berlalu ke arah dapur membuatkan secangkir kopi untuk Alven sang kekasih yang sangat ia cintai.
Melihat tubuh seksi dan penampilan Soraya, memang setiap lelaki pasti akan terpesona melihatnya. Memiliki tubuh yang ideal, body bak guitar Spanyol.
"Beda banget sih kamu dengan Tamara, Coba aja Tamara memiliki body seperti kamu dan berpenampilan seperti kamu juga, pasti aku tidak akan menghianati dirinya."gumam Alven dalam hati.
Beberapa menit kemudian Soraya datang membawakan secangkir kopi dan satu toples cemilan, lalu ia hidangkan untuk Alven lelaki yang telah memporak-porandakan hatinya.
"Sayang, ini kopinya silakan diminum. kamu pasti sudah capek, kan?"ucap Soraya sembari memijat memijat kaki Alven setelah menghidangkan secangkir kopi dan cemilan itu.
Alven mengembangkan senyumnya, lalu menyeruput kopi itu dengan perlahan. sembari menikmati kopi buatan Soraya Alven juga sesekali menikmati kecupan yang diberikan oleh Soraya untuknya.
"Mas, kapan kamu akan menikahiku? aku sudah tidak sabar lagi ingin bersanding denganmu. Atau jangan-jangan kamu tidak benar-benar mencintaiku? ucap Soraya sambil mengerucutkan bibirnya pura-pura merajuk.
Alven meraih tubuh wanita itu kepelukannya. "Kamu jangan ngambek dong, Kamu harus sabar dulu. Semuanya butuh proses sayang, Aku akan segera menceraikan Tamara, dan kita akan segera menikah "ucap Alven sambil berusaha mengembangkan senyumnya semanis mungkin.
"Dari dulu kamu sudah mengatakan kalau kamu akan segera menceraikan istrimu. Tapi hingga saat ini belum juga."
"Kamu tau sendiri kan sayang, tidak mungkin aku menceraikan Tamara, sementara Fitricia masih terlalu kecil saat itu. Tapi kalau sekarang Fitricia sudah mulai besar, dan aku akan segera menceraikan Tamara. Kamu tenang saja. Cintaku ke kamu tak akan pernah berubah." ucap Alven.
****
"Ma, Papa kok ngak pulang pulang?" ucap Cia kepada Tamara. Bocah kecil berusia empat tahun itu bertanya kepada Tamara dengan khas suara anak kecil. Karena ayahnya ngak pulang pulang sudah beberapa hari."
"Papa Kamu masih tugas di luar kita sayang. Papa cari uang supaya ada beli susu dan baju Cia." sahut Tamara sambil memberikan kecupan hangat di pipi tembam putrinya, yang telah merindukan sosok Alven hadir di rumah.
Entah mengapa Tamara tidak yakin kalau suaminya pergi keluar kota. Tamara berencana pergi kekantor Alven untuk mencari tahu yang sebenarnya. Dia tidak ingin menduga duga yang dapat menimbulkan dosa.
"Mas, sebenarnya kamu kemana sih? kok ponsel kamu tidak bisa dihubungi?" gumam Tamara sembari terus mencoba menghubungi nomor ponsel suaminya. Tapi beberapa kali Tamara menghubungi nomor ponsel Alven, tapi tak kunjung tersambung.
Tamara menghela nafas panjang. Ada rasa Kwatir terjadi sesuatu kepada suaminya. Hati Tamara di landa gundah gulana.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK YANG LAIN
Satu minggu sudah berlalu, Tamara dan Fitricia menunggu kehadiran Alven di rumah. tapi yang ditunggu tak kunjung pulang. Nomor ponsel Alven juga tidak aktif sama sekali. Membuat Tamara dan putrinya sangat gelisah.
Tamara hari ini berniat untuk pergi ke kantor suaminya. Untuk mencari tahu di mana keberadaan suaminya saat ini.
Dengan menggunakan ojek online yang sudah dipesan oleh Tamara. Ia berlalu bersama putrinya Fitricia ke kantor di mana selama ini suaminya mencari nafkah untuk mereka.
"Ma, Kita mau ke mana? tanya Cia kepada Tamara. Tamara mengembangkan senyumnya, menata putrinya dengan tatapan penuh arti.
"Kita ingin bertemu dengan Papa. Cia ingin ketemu sama Papa, nggak?
"Mau dong Ma, kan Via sudah rindu sama papa." sahut Cia dengan nada suara khas anak kecil.
"Ya sudah, itu ojek onlinenya sudah datang. Ayo kita pergi ke kantor papa." ucap Tamara sambil menggandeng tangan mungil putrinya. lalu menaikkan Cia ke jok motor ojek online, kemudian Ia pun naik Setelah dia duduk dengan nyaman.
"Mas, ke kantor ALC COMPANY ya." ucap Tamara kepada driver ojek online nya.
"Baik Mbak." sahut driver ojek online Lalu setelah Tamara duduk dengan nyaman driver ojek online Itu melajukan motornya ke arah ALC COMPANY.
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih lima belas menit membelah jalanan ibukota, ojek online yang ditumpangi Tamara dengan Cia tiba di kantor tempat suami Tamara bekerja.
Driver ojek online itu menghentikan motornya. setelah Tamara memberikan aba-aba kepada Abang ojeknya."Mas berhenti di sini saja, saya akan jalan ke dalam bersama putri." ucap Tamara sambil turun menggendong Cia, kemudian memberikan ongkos kepada Abang ojeknya.
Driver ojek online itu berlalu, sementara Tamara mengembangkan senyumnya menatap Pak satpam yang berjaga di pintu gerbang kantor.
"Eh, ibu Tamara." sapa Pak satpam. iya siapa yang tidak kenal dengan Tamara di kantor ALC COMPANY, dulunya juga Tamara bekerja di kantor ini saat Dirinya belum menikah dengan Alven. ia memilih hengkang dari perusahaan, karena permintaan sang suami dengan niat mengurus rumah tangga.
Tamara, menyetujui permintaan suaminya tidak bekerja lagi karena, dia ingin menjadi ibu rumah tangga dan istri yang baik dan patuh kepada suami. Padahal jabatan Tamara kala itu lebih tinggi daripada suaminya.
Pak satpam sedikit khawatir, Tamara akan mengetahui kelakuan suaminya di luar rumah. karenanya satpam itu sudah mengetahui, kalau saat ini Alven sedang menjalin hubungan dengan wanita lain.
Wanita yang awalnya menjadi klien Alven, Tetapi beberapa kali bertemu hingga membuat hubungan Alven dengan Soraya semakin dekat. Padahal Pak satpam juga tidak mengetahui kalau Soraya itu mantan kekasih Alven saat mereka duduk di bangku SMA.
" Jo, Pak Alven ada di kantor, tidak?
"Ada Bu." sahut Jo jujur. dia tidak mengetahui kalau sudah satu minggu Alven tidak kembali ke rumah. Alven memilih tidur di apartemen milik Soraya.
Tamara berlalu meninggalkan Jo di sana setelah berpamitan. Tangannya terus menggandeng tangan mungil Cia masuk ke ruang kerja suaminya.
Bagai petir di siang bolong, Tamara menyaksikan suaminya sedang bercumbu mesra di ruang kerjanya dengan Soraya.
"Mas!!!
"Jadi ini yang kamu lakukan pergi keluar kota?" ucap Tamara berusaha untuk tenang karena di sampingnya ada Fitricia buah Hatinya.
Alven benar-benar terhenyak melihat kehadiran sang istri disana. Ia tidak menyangka kalau Tamara memiliki pemikiran mencari tahu tentang suaminya hingga ke kantor.
Karena setahunya Tamara Hanya menurut kepadanya. Tamara juga sangat percaya kepada suaminya. Tapi kalau sudah begini bagaimana mungkin Tamara dapat mempercayai suaminya lagi.
Hubungan rumah tangga yang sudah ia bina selama tujuh tahun, kini dinodai dengan pengkhianatan sang suami.
"Astaga Mas, aku tak menyangka kamu sehina ini. Lebih hina daripada pelacur di luar sana."
"Eh, diam kamu!" saya sudah lebih dulu mengenal Alven dibanding kamu ya." ucap Soraya kepada Tamara.
Tamara tersenyum sinis, begitu bangganya kamu memiliki hubungan dengan suami orang lain.
"Kamu juga tidak lebih hina dari wanita pelacur yang ada di luaran sana! lebih berharga pelacur yang ada di luar sana mereka dibayar jika bersetubuh dengan lelaki lain. Daripada kamu, kamu sungguh kan tubuhmu itu kepada suamiku tanpa dibayar sama sekali." ucap Tamara air bening mengalir lurus begitu saja di wajah Tamara.
Suara gaduh itu terdengar jelas di telinga para karyawan yang ada di sana. Ya, para karyawan di sana juga banyak yang mengenali Tamara. tak lain dan tak bukan pemilik perusahaan juga mengenalnya.
"Alven Ada apa ini?" tanya sang CEO sekaligus pemilik perusahaan.
"Maaf Pak tidak ada apa-apa." sahut Alven dengan gugup takut jika bosnya mengetahui apa yang terjadi di ruang kerjanya.
Tamara kembali senyum sinis, senyum sinis menatap kedua orang durjana itu.
"Tamara kamu di sini?"
"Iya, Pak. Saya menginjakkan kaki ke kantor ini, karena suami saya tidak pulang-pulang selama seminggu. Dan Putri Saya sangat merindukan ayahnya.
Tapi sayangnya, yang dirindukan tidak merindukan putriku. Kasihan putriku terlalu berharap, padahal ayahnya sedang asyik bercumbu mesra di kantor ini dengan wanita murahan ini!
Saya ingin bertanya kepada Bapak? Apakah Bapak memang menugaskan suami saya tugas ke luar kota selama satu minggu ini?" tanya Tamara mengalihkan pandangannya kepada Pak Aditama selaku pemilik sekaligus CEO perusahaan tempat Alven bekerja.
Tuan Aditama terhenyak mendengar pertanyaan Tamara.
"Tidak, satu minggu ini saya tidak pernah menugaskan suami kamu tugas di luar kota."sahut Tuan Aditama jujur.
Satu kebohongan Alven kembali terbongkar.
"Saya juga ingin bertanya Pak. "Apakah suami saya beberapa bulan terakhir ini sering lembur hingga pulang subuh dan larut malam?"
"Saya masih memiliki hati nurani, saya tidak pernah menyuruh karyawan Saya bekerja lembur sampai larut malam apalagi sampai subuh. Jam pulang kantor semua karyawan yang bekerja di kantor ini pulang." jawab Pak Aditama membuat nafas Tamara naik turun.
Dia menggelengkan kepalanya, dia juga menyalahkan dirinya sendiri atas kebodohannya yang selama ini terlalu percaya kepada suaminya.
"Mas kita selesaikan masalah kita di rumah. Aku tidak ingin jadi tontonan di sini. dan untuk kamu! siapa nama kamu? Saya tidak kenal kamu, walaupun kamu bilang duluan mengenal suami saya daripada saya, tapi juga kamu harus memiliki sopan santun dan etika.
"Ups... maaf, atau jangan-jangan kedua orang tua kamu tidak mengajarkanmu sopan santun dan etika?atau kedua orang tuamu yang menyuruh kamu merebut suamiku dan merebut ayah dari anakku? tuduh Tamara yang mampu membuat Soraya semakin emosi. Ia berniat ingin menjambak rambut Tamara.
Tetapi dengan kehadiran Tuan Aditama disana, tangannya langsung ditahan oleh Tuan Aditama. "silakan Anda pergi dari sini, Jangan memancing keributan di kantor."pekik Tuan Aditama kepada Soraya.
"Tapi saya Client kalian di sini!"
"Client juga harus memiliki sopan santun, dan tidak bercumbu mesra dengan karyawan Saya di ruangan karyawan saya. Silakan pergi! dan kamu Alven ikut saya ke ruangan saya." ucap Tuan Aditama sembari langsung meninggalkan ruang kerja Alven.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA TEMAN EMAK.
Tamara berlalu dari ruang kerja Alven, dengan membawa kesedihannya. Tapi tangannya terus menggenggam tangan mungil putrinya.
Air mata Tamara terus mengalir di wajahnya. membuat putrinya pun menghentikan langkahnya. "Ma jangan menangis, Cia tidak akan mencari cari Papa, agar Mama tidak menangis lagi. Maafkan Cia ya, Ma. Sudah membuat Mama menangis karena dia ingin bertemu dengan Papa."ucap Fitricia kepada sang mama.
Terlalu kecil, Cia memahami masalah yang terjadi antara Tamara dengan Alven suaminya. Tapi apa boleh buat, dia harus menyaksikan pertengkaran antara Tamara dengan Alven.
Padahal Tamara tidak menginginkan itu terjadi, penghianatan yang dilakukan oleh sang suami memang begitu menyakitkan hatinya.
Rasanya hatinya tercabik-cabik, entah apa yang akan dilakukan Tamara saat inj ada sedikit penyesalan di hati Tamara telah hengkang dari pekerjaannya. Sudah otomatis jika dirinya tidak akan mendapat pendapatan lagi, jika bercerai dengan suaminya.
Tapi Tamara sudah memiliki tekad yang bulat. dia ingin bercerai dengan suaminya, walaupun saat ini Dia tidak memiliki pekerjaan sama sekali.
Pengkhianatan yang tak bisa diterima oleh Tamara,karena sebuah perjanjian sebelum mereka menikah, sudah dilakukan Tamara dan Alven.
Tamara sudah mengatakan kepada suaminya, kalau dirinya tidak akan memaafkan yang namanya pengkhianatan.
Ternyata sang suami tak mengindahkan permohonan Tamara sebelum mereka menikah. Ia tidak ingin masalahnya berlarut-larut begitu saja.
Tamara berlalu meninggalkan kantor suaminya. Dengan menggunakan ojek online Ia pun berlalu dari sana.
Sepanjang perjalanan tangis Tamara tak henti-hentinya. Cia berusaha menenangkan Tamara. Bahkan dia juga berulang kali meminta maaf kepada Tamara. Karena ia merasa bersalah meminta kepada Tamara mencari keberadaan ayahnya.
Sementara di tempat lain, Tuan Aditama memberikan peringatan kepada Alven. Atas apa yang dilakukan Alven terhadap Tamara. Karena Tuan Aditama sangat mengetahui siapa sosok Tamara. Dia wanita yang baik, ulet dan teladan. Dia juga wanita yang penurut tetapi Mengapa Alven tega menghianatinya.
Tuan Aditama menghela nafas panjang. Setelah mengetahui perselingkuhan yang dilakukan oleh salah satu karyawan nya. Padahal Tamara itu adalah salah satu karyawan teladan saat dirinya bekerja di ALC COMPANY. Tapi karena Tamara menurut kepada suaminya, sehingga ia pun mengundurkan diri.
"Alven, sebuah keberhasilan suami itu tidak luput dari doa-doa istrinya yang tulus yang sayang dan cinta kepada suaminya. Rezeki suami itu, akan semakin bertambah jika kita membahagiakan istri. Tapi kalau kita menyakiti hatinya, dan membuatnya menangis maka semakin jauh lah rezeki."ucap Tuan Aditama mencoba menasehati Alven.
Alven sama sekali tidak menjawab ia hanya diam saja.
"Aku berikan kamu kesempatan sekali lagi, perbaiki hubungan kamu dengan Tamara. Dia wanita yang baik, kamu akan menyesal Jika kamu meninggalkannya.
"Tapi saya tidak mencintainya lagi Pak."sahut Alven dengan santainya.
"Terserah kamu mau mengambil keputusan kamu apa. Tapi jangan sampai menyesal, karena penyesalan itu selalu datang terlambat.
"Sekarang, terserah sama kamu. Aku tidak dapat berbuat banyak, karena kamu yang menjalaninya." ucap Tuan Aditama mempersilahkan Alven keluar dari ruang kerjanya.
Sepeninggalan Alven, Tuan Aditama menggelengkan kepalanya. Teringat akan putranya Regen Aditama. Yang telah gagal membina rumah tangga dengan seorang wanita berprofesi sebagai designer.
Kini Regen Aditama sedang melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Ia melakukan itu, semua karena dia ingin melupakan masa lalunya bersama mantan istrinya, yang tega menghianati cintanya.
"Ya Tuhan, Mengapa Tamara wanita yang sangat baik dikhianati oleh Alven. Andai saja menantuku dulu seperti Tamara, pasti Regen akan sangat bahagia dan dia tidak sampai mengalami depresi. Tapi syukurlah, Regen dapat melewatinya. Walaupun sampai saat ini dia belum berniat untuk menjalin hubungan rumah tangga lagi dengan wanita lain."gumam Tuan Aditama.
Alven saat ini sudah melajukan mobil miliknya ke rumah yang selama ini ditempatinya dengan Tamara.
Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, berharap ia cepat sampai di rumah. Ia ingin memberikan perhitungan kepada Tamara yang ia anggap telah mempermalukannya di kantor.
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih tiga puluh menit membelah jalanan ibukota, kini Alven sudah tiba di rumah.
Saat ini Jam menunjukkan pukul satu siang.
Cia saat ini sedang tidur siang. Sementara Tamara terus menangis sesungguhkan. meratapi nasib cintanya yang sudah dikhianati sang suami. "Pantas saja Mas ALven jarang sekali pulang ke rumah. Tidak ada juga cuma mesra lagi diantara mereka. tangis Tamara semakin menjadi.
Matanya sudah terlihat sembab, Ia menangis tak henti-hentinya memikirkan nasib rumah tangganya yang saat ini diterpa badai.
Tamara!!!!
teriak Alvin dari ruang tamu, karena dirinya tidak melihat sosok Tamara di sana.
Tamara tidak menjawab Dia hanya terus menangis sesungguhkan di dalam kamar.
Tamara!!!
lagi lagi Alven berteriak Memanggil nama istrinya sampai Tamara terhenyak.
Tamara sama sekali tidak menjawab, hingga Alven pun membuka pintu kamar dengan kasar.
"Apa kamu sudah tuli?! teriak Alven. sudah dia yang salah tapi dia juga yang ngegas.
"Mas, kurangi suaramu tidak perlu membentakku seperti itu.
"Kamu sudah puas mempermalukan saya?"
"Apa?
"Mempermalukan?
"Apa Aku tidak salah dengar?
"Bukan aku yang mempermalukan kamu. Tapi kamu sendiri yang mempermalukan diri kamu sendiri, dengan cara kamu bercumbu mesra dengan wanita lain di ruang kerjamu!"
Kamu yang berbuat, kamu pula yang ngegas. Tidak perlu membentakku seperti itu. Jangan kamu kira karena aku hanya seorang ibu rumah tangga, kamu sesuka hati melakukan apapun di luar sana.
Ingat! Aku berhenti bekerja untuk menuruti kata-kata suamiku. Tapi apa yang dilakukan suamiku, kepadaku atas pengorbanan yang aku lakukan selama ini?" justru suamiku menghianatiku dengan bercumbu mesra di ruang kerjanya.
Apa kamu tidak malu? di mana akhlakmu? Di mana akal sehatmu? tidak perlu membentak-bentak seperti itu untuk menutupi kesalahan. Semua orang juga mengetahui kalau itu Alibi kamu.
"Tamara aku talak kamu!
kata-kata talak keluar dari mulut Alven dengan begitu saja
Tamara tersenyum sinis.
"Ya, aku sudah mengetahui itu akan kamu lakukan terhadapku,"
"Tapi kamu juga harus ingat, rumah ini beserta isinya Siapa yang beli? ini hasil keringat Ku. Sebelum kita menikah, rumah ini sudah ada. Jadi kamu tidak bisa menggugatnya sama sekali,"
"Oke, kita akan ketemu di pengadilan Agama. dan aku akan membawa semua saksi-saksi perselingkuhan yang kamu lakukan. Jangan kamu kira tidak ada orang yang mau membantuku untuk menjadi saksi perselingkuhan. Ingat! suatu saat nanti kamu akan menyesal atas apa yang kamu lakukan.
"Tidak akan ada lelaki yang mau menikah dengan wanita dekil seperti kamu." ucap Alven memandang rendah Tamara.
"Apa Mas?
"Wanita dekil seperti Aku?
"seharusnya Mas berkaca terlebih dahulu, aku dekil seperti ini, karena aku mengerjai semua di rumah ini dan aku sudah tidak memiliki waktu untuk perawatan,"
"Aku juga bisa mempercantik diri sendiri jika aku mau. Tapi aku berpikir mengeluarkan pengeluaran di rumah ini. Karena kalau tidak pandai-pandai mengatur keuangan, uang yang kamu kasih itu tidak akan cukup!"
Jika aku seperti wanitamu itu, pasti kamu akan hutang sana hutang sini. Kamu lupa ya, aku bagaimana saat bekerja dulu?"ucap Tamara sambil berusaha tegar tetapi di dalam hatinya remuk bagai tercabik-cabik.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!