❤️ Happy Reading ❤️
''Eugh...''
''Di mana ini? ini seperti bukan kamarku.'' gumam seorang gadis dengan mata yang melihat sekeliling hingga...
''Akh...'' serunya yang merasa begitu kaget melihat satu sosok laki-laki tertidur satu ranjang dengannya dengan posisi tengkurap, namun sedetik kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar sang pria di sampingnya tak terbangun.
Aurelia...ya gadis itu adalah Aurelia Revany Wibowo.
Seorang gadis cantik berusia dua puluh tiga tahun.
Ingatannya kembali berputar pada kejadian tadi malam yang menimpa dirinya.
''Oh tidak.'' gumamannya lalu membuka selimut yang menutupi dirinya.
Terlihatlah tubuh polos tanpa sehelai benangpun.
''Apa yang harus aku lakukan sekarang?'' gumamnya.
Aurel memaksakan untuk menyeret tubuhnya menuju ke arah kamar mandi, dirinya turun secara perlahan dengan harapan agar pria asing itu tak terbangun dari tidurnya.
Untuk sekarang dirinya belum siap berhadapan dengan pria itu.
❤️
''Akh...sttt...sakit sekali.'' rintihnya ketika sudah masuk ke dalam kamar mandi.
''Hiks...hiks...hiks...mama...apa yang harus Aurel lakukan saat ini ma? kenapa hidup Aurel seperti ini...'' tangisnya pun pecah begitu saja.
''Aurel kotor ma...Aurel kotor...Aurel mau sama mama saja...hiks...hiks...hiks...''
''Apa belum cukup penderitaan yang selama ini Aurel terima ma...''
Hancur, sehancur hancurnya...itulah yang di rasakan Aurelia saat ini.
Sedangkan di luar, Gavi yang baru saja membuka matanya langsung duduk melihat sekeliling kamar yang begitu berantakan.
Pakaian berserakan di lantai dan tunggu dulu...
''Itu seperti pakaian...'' gumam Gavi dan melihat dirinya sendiri dalam keadaan tak memakai pakaian. ''Hah...jadi kejadian semalam itu bukan mimpi...'' gumamnya lagi.
''Kemana wanita itu sekarang?'' katanya.
Gavi langsung turun dari tempat tidur dan meraih celana bokser miliknya untuk di kenakan.
Namun yang lebih membaut dia kaget, saat menyibak selimut dia melihat noda darah di sprei.
Dia memang belum pernah lakukan hal ini, namun dia bukan laki-laki bodoh yang tak tau apa-apa.
''S****.'' umpatnya.
Laki-laki yang meniduri Aurel tak lain dan tak bukan adalah Gavindra Marcio...pewaris kerajaan bisnis keluarga Marcio, putra tunggal dari Gevariel Marcio dan Ivana Faderika.
Mendengar suara gremicik air dan juga sayup-sayup isak tangis membuat Gavi langsung mengetuk kamar mandi.
Dia yakin perempuan yang baru di tidurinya sedang berada di dalam sana.
❤️
Tok
Tok
Tok
''Aku tau kamu ada di dalam...cepat keluar.'' kata Gavi yang membuat Aurel di dalam sana menjadi kaget.
''Keluar atau aku dobrak pintunya dan menyeret paksa kamu untuk keluar.'' ancam Gavi di tengah kebimbangan Aurel akan keluar atau tidak.
Brak
Brak
Brak
Gavi yang sudah tidak sabar pun bukan lagi mengetuk pintu kamar mandi melainkan menggedornya dengan keras.
Aurel yang tak ingin laki-laki di luar sana bertambah marah pun memilih memberanikan dirinya untuk keluar.
Dia takut kalau kejadian itu akan terulang kembali pagi ini.
Cklek
''Keluar!'' seru Gavi.
Aurel pun menurut keluar.
''Duduk.'' tegasnya dan Aurel pun menurutinya dengan perasan campur aduk, antara takut juga marah dan sedih.
''Siapa kamu? siapa orang yang menyuruhmu, hah!'' tanya Gavi dengan amarah. ''Dibayar berapa kamu?'' tanyanya lagi dengan tatapan jijik.
Plak
Tanpa menjawab sepatah katapun Aurel langsung melayangkan sebuah tamparan di pipi kiri Gavi.
''Jaga ucapan anda tuan.'' kata Aurel yang tak terima dirinya di rendahkan. ''Bukan anda yang seharusnya marah di sini tuan...tapi saya...saya yang seharusnya marah, karena anda sudah mengambil sesuatu yang berharga dari saya.'' kata Aurel dengan memaksakan dirinya untuk tegar.
Sebisa mungkin di tahan air matanya Araf tak menetes, dia tak ingin di anggap lemah oleh pria angkuh di depannya ini.
''Dan satu lagi, siapa anda sehingga saya harus repot-repot untuk menjebak anda.'' kata Aurel. ''Coba anda ingat-ingat lagi tuan.'' kata Aurel.
Gavi mulai memutar kembali ingatannya.
Semalam dirinya datang ke untuk menemui salah satu kolega bisnisnya di restoran hotel milik keluarganya.
Saat pertemuan masih berlangsung, betah kenapa tiba-tiba dia merasa ada yang tak beres dalam tubuhnya.
Gavi langsung meminta untuk mengakhiri pertemuan dan kembali ke kamar hotel miliknya.
Namun siapa sangka saat di lorong hotel dirinya bertemu dengan Aurelia yang dalam keadaan tak jauh beda dengan dirinya.
Entah bisikan setan dari mana, Gavindra Marcio...pemuda yang bisanya tak mau dekat dengan wanita kecuali keluarganya sendiri, malah menyeret Aurelia kedalam kamarnya sehingga semuanya terjadi begitu saja.
''Sudah ingat.'' kata Aurelia membuyarkan lamunan Gavi.
❤️
Sedangkan di tempat lain ada Arni dan mamanya Ana sedang tertawa puas di kamar sang putri.
''Hahaha...pasti gadis itu sekarang sedang menangis tersedu karena kaget bangun tidur dalam dekapan seorang pria ma.'' kata Arni di sela tawanya.
''Iya...iya kamu bener sayang.'' kata mama Ana. ''Hem mama sudah tak sabar ingin melihat gadis itu di usir dari sini.'' sambungnya lagi. ''Papa tiri kamu itu pasti marah besar saat tau gadis sialan itu tak pulang semalam.'' imbuhnya lagi.
''Iya ma.'' jawab Arni. ''Eh tunggu bentar ma...ada yang telpon.'' kata Arni saat ponselnya berdering. ''Brandon ma...'' katanya saat melihat nama yang tertera di sana.
''Ayo cepat angkat, mama sudah gak sabar ingin dengar kabar bahagia.'' kata mama Ana.
''Halo...''
''....''
''Apa? bagaiman bisa?''
''....''
''Aku sudah memberinya obat itu dan menyuruhnya untuk istirahat sebentar di kamar yang sudah kita booking sebelumnya.''
''....''
Arni dengan perasan kesalnya langsung saja memutuskan panggilan secara sepihak.
''Apa yang di katakan Brandon Ar?'' tanya mama Ana dengan tak sabarnya.
''Aurel gak ada ma, dia gak ke kamar yang kita kasih tau.'' jawab Arni. ''Teman-teman Brandon gak berhasil buat nikmati tubuh gadis itu.'' sambungnya lagi.
''Akh sial...padahal mama sudah bahagia membayangkan dia akan di usir dan melihatnya depresi karena tak tau siapa yang menidurinya.'' kata mama Ana yang juga kesal karena rencana mereka berdua gagal total.
''Lebih baik kita cari jalan lain ma agar dia pergi dari sini.'' kata Arni. ''Kita hasut saja papa...biar dia di usir terlebih semalam dia tak pulang, selama ini pria tua itukan begitu sangat percaya dengan apa yang mama katakan, jadi kita manfaatkan saja itu.'' usulnya.
''Benar kata kamu.'' sahut mama Ana. ''Kita harus pandai merangkai kata untuk mengusirnya dari sini sehingga kita bisa menguasai semua harta laki-laki tua itu.'' sambungnya.
''Iya ma, kebetulan semalam aku sempat memotret dia diam-diam saat masuk ke dalam lift hotel dan ini bisa jadi bahan buat fitnah dia.'' kata Arni dengan rencana busuknya.
❤️ Happy Reading ❤️
Di dalam kamar hotel Gavi dan Aurel sama-sama saling diam setelah terlibat pembicaraan yang tak begitu menyenangkan, sedangkan di kediaman Marcio...sang nyonya besar terlihat sedang marah-marah karena sang putra tak juga kunjung pulang.
''Dasar anakmu itu keterlaluan sekali dad.'' kata mommy Ivi.
''Anak kita mom...kan kita bikinnya barengan.'' kelakar daddy Geva agar suasana tak bertambah tegang. Kalau istrinya emosi dan dia juga emosi...wah bisa runyam urusannya, ibarat kata api di lawan dengan api jadi kebakar habis jadinya.
''Iya anak kita.'' sahut mommy Ivi. ''Sudah tau kalau hari ini itu hari ulang tahun opanya, sudah di kasih tau juga kalau kita mau adain acara di panti seperti biasa nanti siang, eh malah sampai sekarang gak pulang.'' kata mommy Ivi.
''Kayak kamu gak tau Gavi aja mom, pasti saat ini putra kita itu sedang sibuk dengan segala tumpukan berkas di hadapannya.'' sahut daddy Geva.
''Iya aku tau tapi ya gak gini juga dad, pakek acara gak pulang segala.'' sungut mommy Ivi. ''Kerja sih kerja tapi ya gak boleh sampai lupa waktu kayak gini dong dad, gimana kita mau punya mantu kalau kayak gini terus.'' cerocosnya. ''Mommy ini juga sudah pengen punya cucu kayak Mela juga Ica dad.'' kata mommy Ivi meluapkan segala keinginannya.
''Nanti daddy coba bicarakan sama Gavi mom.'' kata daddy Geva. ''Eh...eh...mommy mau kemana?'' tanya Geva saat melihat sang istri menyahut salah satu tas miliknya.
''Mau nyari Gavi.'' jawab mommy Ivi.
''Daddy ikut mom.'' kata Daddy Geva yang langsung menyusul.
Saat di jalan Ivi langsung menghubungi Reno, asisten dari Gavi untuk menanyakan tentang keberadaan sang putra.
Reno yang belum tau apapun tentang apa yang terjadi pada bosnya pun langsung memberitahu nyonya besar Marcio, karena semalam setelah mereka mengakhiri pertemuan dengan klien, mereka langsung berpisah dan Gavi sama sekali tak mengatakan apapun.
❤️
Setelah hampir satu jam menyelusuri jalan, mobil mewah yang di tumpangi tuan dan nyonya besar Marcio akhirnya sampai juga di depan lobi hotel.
Semua karyawan yang melihat siapa gerangan yang datang pun langsung menyapa dan menundukkan kepala mereka sebagai tanda hormat pada pemilik hotel tempat mereka mengais rezeki selama ini.
Ting
Begitu lift telah sampai di lantai yang mereka tuju, dengan tergesanya sang nyonya besar langsung melangkahkan kakinya keluar untuk menelusuri lorong menuju dimana putranya berada.
''Awas aja kalau sampai gak ada.'' gumam mommy Ivi.
Tok
Tok
Tok
Cklek
''Mommy.'' beo Gavi ketika melihat siapa yang berdiri di depan pintu kamar hotelnya.
Semula Gavi pikir yang mengetuk pintu adalah orang suruhan dari sekertarisnya, soalnya tadi dia minta untuk di belikan pakaian buat Aurelia...maklum pakainnya sudah koyak dan tak berbentuk akibat aksi panas mereka tadi malam.
''Bagus ya gak pulang...udah tau opa hari ini ulang tahun.'' kata mommy Ivi yang langsung menjewer telinga Gavi.
''Auww...auww...sakit mom, lepas.'' pinta Gavi yang membuat mommy Ivi langsung melepaskan telinganya begitu saja.
Mommy yang sangat sudah telanjur kesal, langsung nyelonong masuk begitu saja di ikuti oleh daddy Geva sementara Gavi masih sibuk mengusap telinganya yang terasa panas.
''Oh no...'' gumamnya ketika teringat dengan sosok Aurelia yang masih mengenakan jubah mandi. ''Mom...dad.'' panggil Gavi dan langsung berjalan menyusul.
''Gavi!'' teriak mommy Ivi secara spontan begitu melihat gadis cantik yang duduk di atas ranjang.
''Mom.'' lirih Gavi.
''Dasar anak nakal, jadi begini kelakuan kamu di luar, Hah!'' bentak mommy Ivi langsung. ''Disuruh nikah gak mau malah kayak gini...'' serunya lagi.
''Mom, semuanya bisa aku jelasin.'' kata Gavi dengan wajah memelas.
''Mau jelasin apa lagi, hah!'' sahut mommy Ivi. ''Semua yang mommy lihat ini sudah cukup jelas untuk menjelaskan semuanya.'' sambungnya lagi sambil memijat pelipisnya, kepalanya saat ini terasa berdenyut.
''Mom, Gavi mohon...dengerin dulu kata-kata Gavi mom.'' pinta Gavi kembali.
''Mommy sama daddy benar-benar sangat kecewa sama kamu Gav.'' lirih mommy Ivi.
''Iya mom, Gavi tau...tapi tolong dengarkan penjelasan Gavi dulu.'' pinta Gavi sekali lagi.
''Ayo mom, kita duduk dulu dan dengarkan apa yang akan di katakan oleh anak nakal ini.'' kata daddy Geva dengan merangkul bahu sang istri.
Kecewa, itu sudah pasti namun daddy Geva masih percaya kalau putranya tak mungkin melakukan hal yang di luar batas jika tak ada penyebabnya.
''Hufh...jelaskan.'' kata mommy dengan tegas begitu dirinya dan sang suami sudah duduk.
Gavi pin menceritakan dari drinya bertemu dengan klien dan sampai seperti ini.
Aurelia yang tak tega di salahkan sendiri pun juga ikut buka suara dan menceritakan apa yang dia alami dari semenjak bertemu dengan sang saudara serta ibu tirinya.
Daddy Geva yang memang seorang pengusaha berpengalaman, sudah cukup tau tentang trik kotor seperti ini yang biasanya di lakukan oleh para pengusaha yang licik.
''Terlepas dari bagaimana kalian melakukan semua ini, kalian tetap harus menikah.'' kata mommy Ivi yang seolah tak terbantahkan.
''Iya mom, aku akan mempertanggung jawabkan semua perbuatan aku.'' sahut Gavi.
''Jangan lupa selidiki semua ini Gav dan berikan hukuman yang setalah untuk mereka semua karena sudah berani-beraninya menyentuh keluarga Marcio.'' kata daddy Geva yang merasa geram.
''Siapa nama kamu nak?'' tanya mommy Ivi dengan tatapan lembut.
''A...Aurelia nyo...nya.'' jawab Aurel dengan kepala yang tertunduk.
''Aurelia...nama yang cantik secantik orangnya.'' puji mommy Ivi.
''Terimakasih nyonya.'' jawab Aurel yang kini sudah mendongakkan kepalanya.
''Jangan panggil nyonya sayang...panggil saja mommy dan daddy, karena sebentar lagi kamu akan jadi istri Gavi yang berarti kamu juga akan menjadi putri kami...bagian dari keluarga Marcio.'' kata Ivi.
Ivi sangat bisa melihat dengan jelas raut ketakutan dari wajah Aurelia, makanya dia berbicara selembut mungkin agar calon menantunya itu tak takut terhadapnya yang notabene sebentar lagi akan menjadi mertuanya.
''Kamu daddy tunggu di rumah.'' kata daddy Geva yang langsung berdiri dari duduknya.
''Baik dad.'' jawab Gavi.
''Jangan lupa antarkan calon menantu mommy pulang terlebih dahulu.'' kata mommy Ivi yang imut berdiri.
''Iya mom.'' jawab Gavi.
Kemudian pasangan paru baya itu melenggang pergi, mereka harus segera pulang sebelum semua orang menanyakan keberadaan mereka berdua yang tadi langsung pergi begitu saja.
❤️
Tok
Tok
Tok
Cklek
''Selamat siang tuan, saya mengantarkan kiriman dari sekretaris anda.'' kata sang supir perusahaan dengan membawa paper bag di tangannya.
''Hem, terimakasih.'' ucap Gavi yang langsung menutup pintu.
Tap
Tap
Tap
''Ini pakaian kamu, gantilah lebih dulu baru nanti aku antar pulang.'' kata Gavi.
Tanpa banyak kata maupun tanya, Aurelia pun langsung menyambar paper bag yang di sodorkan oleh Gavi dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi, terus terang dengan memakai kimono mandi seperti tadi membuatnya begitu merasa tak nyaman.
❤️ Happy Reading ❤️
Gavi benar-benar mengantarkan Aurelia pulang ke rumahnya.
''Terimakasih.'' ucap Aurelia ketika mobil yang di kendarai langsung oleh Gavi tiba di depan gerbang kediamannya.
''Tunggu.'' kata Gavi ketika Aurel hendak membuka pintu mobil. ''Biar aku antar ke dalam.'' kata Gavi lagi seolah tau arti tatapan mata Aurel yang melihat keheranan serta banyak tanda tanya ke arahnya.
''Eh gak usah...aku bisa sendiri.'' cegah Aurelia.
''Aku tak minta pendapat darimu.'' kata Gavi yang langsung saja turun dari mobil.
Aurelia menatap Gavi dengan tatapan bingung.
Tok
Tok
Tok
''Apa kamu tak mau turun?'' tanya Gavi setalah meneguk kaca di pintu mobil samping Aurelia.
Aurel pun langsung keluar dan membiarkan apa yang mau di lakukan oleh pemuda asing yang sudah menidurinya itu, toh mau di cegah atau di larang pun juga tak akan mempan.
''Pak, tolong buka gerbangnya pak.'' kata Aurel setengah berteriak memanggil penjaga rumahnya.
Klek
''Non Aurel.'' sapanya dengan ramah.
''Aurel masuk dulu pak.'' kata Aurel dengan senyumannya.
Tak ada pembicaraan diantara Gavi dan Aurel saat mereka berjalan dari gerbang hingga memasuki halaman rumah...benar-benar definisi orang asing.
''Sudahkan.'' kata Aurel yang sudah menggantikan langkahnya. ''Kamu bisa pulang dan aku akan masuk.'' kata Aurel yang secara tak langsung mengusir Gavi.
''Ck, kamu mengusirku.'' decak Gavi.
''Terserah apa katamu.'' sahut Aurelia yang langsung masuk kedalam rumahnya meninggalkan Gavi di luar.
❤️
''Akhirnya kamu pulang juga.''
Satu kalimat yang keluar dari seseorang, sehingga membuatnya kaget.
''Pa..pa.'' cicit Aurel seraya membalikkan tubuhnya setalah menutup pintu rumah.
Dia benar-benar tak menyangka kalau ada sang papa di rumah, karena setaunya papanya itu selalu berangkat ke perusahaan sedari pagi.
''Pa...pa masih di rumah? gak kekantor?'' tanya Aurel memberanikan diri bersikap seolah-olah tak ada apa-apa.
''Kenapa kamu kaget papa masih ada di rumah sehingga bisa memergoki kamu pulang.'' kata papa Rey Wibowo...ayah kandung Aurelia. ''Jadi begini kelakuan kamu selama ini, hah!'' katanya lagi dengan penuh penekanan.
''A...apa maksud papa?'' tanya Aurel yang tak mengerti.
''Pergi malam, pulang siang.'' kata papa Rey. ''Dari mana kamu? dari menjual diri? Iya.'' tuduhnya.
Luruh sudah air mata Aurel mendengar kata-kata tuduhan yang keluar dari mulut papanya sendiri.
''Gak bisa jawabkan kamu.'' kata papa Rey kembali.
Brak
Papa Rey melemparkan semua photo Aurel yang masuk ke dalam hotel.
''Ngapain kamu ke hotel dan sampai gak pulang?'' tanya papa Rey yang berjalan mendekat.
''Aurel...Aurel pergi bareng Arni pa.'' jawab Aurel. ''Iyakan Ar?'' tanyanya pada sosok wanita muda yang duduk di sofa bersebelahan dengan mamanya. ''Ngomong dong Ar, jangan diem aja biar papa gak salah paham sama aku.'' katanya dengan menatap ke arah Arni dengan tatapan permohonan.
''Apa yang harus aku katakan Rel, aku sendiri saja tak tau kalau kamu ke hotel.'' jawab Arni. ''Kamu memang pergi sama aku dari rumah, tapi apa kamu lupa kalau kamu minta aku turunkan di jalan karena ada urusan katanya.'' katanya lagi penuh kebohongan.
''Itu bohong pa.'' sanggah Aurel.
Plak
''Kalau semua yang di katakan Arni itu bohong, terus tanda itu artinya apa, hah!'' bentak papa Rey setelah menampar pipi kiri Aurel dengan begitu kuat, menyebabkan pipi mulus itu kini bercap jari lima dan sudut bibirnya pun berdarah.
Kemarahan papa Rey semakin memuncak begitu menyadari jika ada tanda merah di leher sang putri.
Papa Rey bukan orang bodoh yang tak tau tanda apa di sana.
''Kamu sebenarnya dari mana Rel dan pakaian siapa yang kamu kenakan?'' tanya mama Rina sok perduli padahal hanya ingin tambah memancing kemarahan papa Rey.
''I...ini...''
Plak
Belum selesai Aurel mengucapkan kata-kata sudah di potong lagi dengan tamparan dari sang papa yang kali ini bahkan telah membuat tubuh Aurel terjatuh sangking kerasnya.
Tak tanggung-tanggung, papa Rey lalu menyeret tubuh Aurel hingga keluar rumah dan si lemparnya ke teras.
Bugh
''Pergi kamu dari sini, mulai saat ini kamu bukan lagi putriku!'' seru papa Rey dan semua itu di saksikan oleh Gavi.
Karena memang pemuda itu masih menunggu di sana, entah kenapa Gavi merasa ingin memastikan bahwa wanita yang tadi malam telah memalui malam panas dengannya dalam keadaan baik-baik saja.
''Pa...hiks...hiks...hiks...'' lirih Aurel yang mengiba pada sang papa.
Tapi di balik rasa sedih Aurel dan rasa marah papa Rey, ada rasa bahagia dari mama Rina dan juga Arni.
''Pergi kamu dari sini! aku tak mempunyai anak j****g seperti kamu.'' hardik papa Rey. ''Mulai saat ini...detik ini...kamu bukan lagi putriku, tak ada ikatan apapun di antara kita!'' serunya lagi.
Papa Rey langsung berbalik badan dan pergi bersama mama Rina dan Arni meninggalkan Aurelia sendiri di teras rumah.
Brak
Di bantingnya pintu itu dengan keras dan tak lupa pula di kuncinya.
''Jangan ada satupun yang berani membukakan pintu untuk anak itu!'' seru papa Rey pada seluruh art di rumahnya. ''Atau kalian akan tau akibatnya.'' katanya lagi memberi ancaman.
❤️
''Hiks...hiks...hiks...pa...papa...pa...dor...dor...dor...'' panggil Aurel dengan menggedor pintu. ''Pa, buka pintunya pa...Aurel ingin masuk.'' panggilannya lagi.
''Kasihan non Aurel bik.'' kata Iyah salah satu art papa Rey.
''Kamu benar Yah, tapi kita sama sekali tak bisa berbuat apa-apa.'' jawab bik Iroh.
Mereka yang sudah bekerja dengan keluarga Wibowo merasa iba dan kasihan akan nasib nona muda yang selalu baik serta ramah pada mereka.
Sedangkan di luar, Gavi yang melihat Aurel terus meraung dan menangis di depan pintu, langsung bergegas menghampirinya.
Dia merasa ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Aurelia saat ini yang tak lain dan tak bukan juga ada andil dirinya di dalamnya.
Grep
Gavi langsung memegang kedua bahu Aurel dari belakang dan hal itu membuat si empunya kaget.
''Kamu.'' cicit Aurel. ''Lihat...kamu lihat sendirikan...aku di usir dari rumahku sendiri...aku sudah tak punya mama bahkan sekarang papaku pun tak mau mengakuiku!'' teriak aurelia tepat di depan Gavi. ''Ini semua gara-gara kamu...'' serunya lagi.
Grep
Bukannya marah, Gavi malah membawa tubuh ringkih itu kedalaman dekapannya hingga sedikit lebih tenang.
''Kita pulang ya...'' kata Gavi.
''Pulang...heh...pulang kemana yang kamu maksud...'' kata Aurel dengan senyum penuh kepahitan.
''Ke rumahku.'' jawab Gavi dengan mantap. ''Kamu tanggung jawabku sekarang...'' sambungnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!