Beribu ribu tahun yang lalu, bumi manusia diserang oleh makhluk misterius dari luar angkasa. Mereka diperkirakan muncul dari dalam sebuah portal yang kemungkinan tercipta berkat energi gelap, sebuah teori yang selama ini masih diperdebatkan oleh para ilmuwan. Kemunculan mereka membuktikan adanya teori energi gelap itu, namun bukan itu yang harus diperhatikan oleh ilmuwan dan manusia, namun makhluk makhluk yang keluar dari dalamnya. Setelah bertahun tahun mencoba melawan balik, pihak manusia akhirnya sadar bahwa mereka saat ini sedang berperang dengan kiriman dari neraka. Akhirnya para monster itu disebut sebagai Abysswalker.
Lebih dari 15 tahun, keadaan umat manusia bukannya semakin membaik, justru menjadi lebih terpuruk. Para ilmuwan pada akhirnya memutuskan untuk menggunakan senjata pamungkas mereka, bom nuklir anti materi. Dan setelah bom itu diledakkan, justru itu menjadi pendukung lain dari kepunahan umat manusia. Bukan hanya itu saja, radiasi dari bom anti materi nampaknya semakin memperlemah keadaan tubuh manusia, bahkan hingga ke titik dimana orang orang mulai bermutasi menjadi makhluk yang jauh berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka disebut sebagai Defect, dan mereka disingkirkan dari lingkungan hidup manusia.
Sejak kemunculan para defect, kekuatan militer manusia mulai menjadi lebih lemah lagi, dan saat itulah para ilmuwan mulai menciptakan cyborg, untuk memperkuat para tentara dengan keadaan defect. Namun itu semua belum cukup, karena radiasi anti materi juga memperkuat para abysswalker, hingga manusia harus menyebut versi mutasi dari abysswalker itu dengan nama lain, devastator. Abysswalker yang disebut sebagai devastator memiliki kekuatan yang luar biasa, cukup untuk menghancurkan satu kota besar hanya dengan hembusan nafas saja.
100 tahun telah berlalu, dan populasi manusia semakin menurun dengan drastis karena peperangan dan kehancuran yang terjadi terus menerus. Mereka akhirnya mulai menemukan secercah harapan di tengah tengah kegelapan. Itu semua berkat seorang ilmuwan muda jenius yang menyarankan untuk menyuntikkan darah abysswalker ke tubuh manusia. Awalnya itu ditolak mentah mentah oleh ilmuwan yang lainnya karena menentang etika kemanusiaan, namun, di saat saat kepunahan ini, apakah kemanusiaan itu penting ? Pertanyaan itu terus menghantui kepala para ilmuwan, dan akhirnya mereka mulai mengiyakan saran ilmuwan muda itu. Ras manusia mulai bangkit dari kehancuran mereka yang tak terhindarkan, dan itu dapat dikatakan sebagai sebuah keberhasilan yang luar biasa. Dengan menyuntikkan darah abysswalker Odontotyrannos, seorang wanita berhasil mendapatkan kekuatan super yang melebihi manusia pada umumnya. Walaupun hasilnya agak sedikit liar, wanita itu telah membuktikan bahwa darah abysswalker yang disuntikkan ke dalam tubuhnya mampu, sangat mampu untuk membunuh berbagai abysswalker dari ras yang lainnya. Berbagai eksperimen menggunakan darah abysswalker pun mulai dikembangkan, dan seluruh hasil dari eksperimen tersebut dipanggil dengan nama kaiju.
Kini, 400 tahun telah berlalu, dan manusia berhasil meminimalisir serangan para abysswalker yang sempat merajalela, itu semua berkat para kaiju yang berada di pihak manusia. Para kaiju kini di anggap sebagai pahlawan, namun itu tidak berlangsung lama sebelum mereka semua akhirnya dibuang oleh pencipta mereka sendiri. Kaiju yang awalnya adalah sebuah kesempurnaan, kini telah dianggap sama dengan para defect yang penuh dengan cela dan juga tidak berguna.
Para kaiju dibuang ke sebuah hutan yang hampir tak terbatas buatan manusia yang bernama forestiso, dan di ujung hutan itu, terdapat sebuah laboratorium besar yang berfungsi untuk menahan kaiju yang dianggap jinak dan masih berguna, serta untuk mengawasi seluruh kaiju yang berada di dalam hutan tersebut. Setidaknya, mereka tidak sempat berpikir kalau abysswalker yang selama ini mereka kira telah meninggalkan bumi akan kembali menyerang laboratorium itu.
Tabung kriogenik itu terbuka, menunjukkan seorang wanita berambut merah oranye yang sedang tidur panjang di dalamnya.
“Kaiju. Code : Phoenix, released.”
Phoenix membuka matanya, dan hal pertama kali yang ia temukan adalah para ilmuwan yang menatapnya dengan muka penuh harap. Ia tidak perlu menduga lagi apa yang diinginkan para ilmuwan ini dari padanya, sudah pasti abysswalker yang selama ini ia lawan menyerang kembali. Ia berjalan keluar dari tabung kriogenik nya dan langsung memunculkan sebuah pedang panjang dan perisai di kedua tangannya.
“katakan, di mana abysswalker itu.”
“Mereka ada dimana mana, terlalu banyak untuk dikatakan.”
“Jangan bilang aku harus mencarinya sendiri.”
“Bukan hanya ‘nya’, tapi ‘mereka’.”
“Terima kasih, sangat membantu.”
Phoenix pun berjalan keluar dari ruangan itu dengan ogah ogahan dan juga menyenggol semua ilmuwan yang menghalangi jalannya dengan hembusan nafas kesal.
Beberapa saat kemudian, Phoenix telah berada di sebuah lorong gelap, penuh dengan puing puing dari tembok yang sudah di jebol masuk dari luar. Ia melihat ke bawah lantai, dan di sana terdapat sebuah kain berwarna putih.
“Kain ? Memangnya siapa yang berkabung di saat seperti ini ?” gumamnya. Phoenix pun berjalan meninggalkan kain tersebut tetap di lantai, tanpa ia sadari bahwa kain tersebut mulai bergerak dengan sendirinya.
“Hoi, Phoenix ! Bagaimana keadaan di sana saat ini ?”
Phoenix sedikit tersentak saat suara itu muncul secara tiba tiba. Ternyata selama ini, sebuah alat komunikasi telah terpasang di telinganya.
“Penuh kekacauan, sama seperti bumi kalian.”
“Berhenti menghina manusia, Phoenix.”
“Aku tidak punya waktu untuk diceramahi oleh kalian. Aku pergi sekarang.” jawab Phoenix sambil melepas alat komunikasi itu dengan cara paksa. Walaupun itu sedikit mengelupas kulitnya, itu bukanlah masalah yang besar baginya. Tidak ada rasa sakit sedikit pun baginya.
Phoenix terus berkeliling di laboratorium itu, hingga pada akhirnya ia telah berada di atas atap, dan beberapa kain terbang kini berada di hadapannya. Ia memegang pedangnya dengan erat, kemudian berlindung di balik perisainya.
“Ternyata kalian, Ittan - Momen.”
Puluhan kain terbang tersebut adalah Ittan - Momen, makhluk setengah kaiju atau biasa disebut sebagai kaiju liar. Mereka yang tidak lolos menjadi kaiju Ittan - Momen akan menjadi versi liar nya, dan juga tidak dapat dibedakan dengan abysswalker yang asli. Walaupun bukan abysswalker yang sesungguhnya, kaiju liar tetap berperilaku sama dengan abysswalker yang asli.
3 Ittan - Momen yang berada di tengah kemudian mulai bergabung dan berubah menjadi humanoid yang samar samar, diikuti oleh tiga Ittan - Momen yang lainnya. Melihat itu, Phoenix pun mengembangkan sepasang saya merah yang ada di punggungnya, kemudian melesat ke arah puluhan Ittan - Momen yang ada di depannya. Kini jumlah mereka telah berkurang menjadi 4 saja setelah penggabungan. Walaupun jumlah mereka menurun, tetap saja kekuatan mereka meningkat pesat. Para Ittan - Momen itu mulai menyerang Phoenix dengan kain terbang mereka yang tajam, mengelilingi Phoenix hingga ia tidak memiliki ruang untuk terbang kembali. Rentetan tusukan terus menyerang Phoenix dari berbagai arah. Menyerang para Ittan - Momen dalam wujud seperti ini hanyalah sebuah kesia - siaan, jadi Phoenix hanya menunggu selagi berlindung di balik perisainya. Setelah menyerang perisai Phoenix dengan begitu lama, para Ittan - Momen akhirnya sadar bahwa musuh mereka sangat defensif. Mereka memutuskan untuk bergabung seluruhnya menjadi humanoid kain raksasa dengan setengah tubuh bagian atas saja yang terlihat, kemudian mengangkat tangan kanan mereka yang masif dan menghantam tempat Phoenix berdiri saat itu, namun Phoenix sudah terbang tinggi menghindari serangan itu. Kini Phoenix telah berada di atas Ittan - Momen raksasa, dan seluruh tubuhnya telah terbakar oleh api merah padam, begitu juga dengan pedang dan perisainya. Phoenix kemudian menggabungkan pedang dan perisainya menjadi sebuah tombak panjang yang berapi api. Ia dengan cepat menukik ke arah raksasa Ittan - Momen yang ada di bawahnya dan seketika membelah raksasa Ittan - Momen itu, bersamaan dengan sebuah ledakan besar yang ikut membelah laboratorium seperti kue pai. Ledakan itu sontak memancing para ilmuwan yang pada awalnya bersembunyi di dalam untuk keluar. Mereka berlari kecil di antara puing puing laboratorium kesayangan mereka, dan di ujung sana, Phoenix sedang berdiri membelakangi mereka sambil menyimpan kedua senjatanya ke dalam warp dimension.
“Phoenix, apa apaan ini !? Kami menyuruhmu untuk menghancurkan abysswalker, bukan menghancurkan bangunan !!”
“Setidaknya mereka juga ikut dihancurkan oleh api ku.”
“Dasar tidak berguna !! Apa kamu tahu berapa harga yang harus di bayar untuk memperbaiki semua ini !? Kamu di-”
“Tidak usah mengatakannya. Aku tahu apa yang harus kulakukan.”
Dan begitulah, Phoenix pada akhirnya berjalan masuk menuju Forestiso dengan kedua kakinya sendiri, bergabung dengan para kaiju yang lainnya. Pertarungan battle royale antar kaiju ini tidak akan menjadi lebih meriah sebelum Phoenix bergabung bersama di antara mereka.
“Dasar manusia, tidak tahu terima kasih.”
Markas Dhampir, forestiso barat.
Puluhan dhampir dengan jubah hitam berjalan menyusuri lorong dengan lampu redup di sepanjang jalan, melewati berbagai vampir vampir liar yang terkurung di dalam penjara. Vampir vampir itu terus meraung, mencoba menangkap para dhampir dari dalam kurungan mereka, hingga mencoba untuk menghancurkan jeruji yang mengurung mereka. Para dhampir tidak ada yang mempedulikan itu, vampir vampir yang berisik itu hanyalah monster liar tak berakal bagi mereka. Rombongan dhampir tersebut kemudian memasuki sebuah ruangan luas, dan di hadapan mereka, terdapat 10 dhampir yang duduk di hadapan mereka. Ke 10 dhampir tersebut adalah arch dhampir, 10 dhampir pertama yang terlahir sebagai kaiju.
Di tengah tengah ruangan itu, terdapat sebuah tabung kaca raksasa dengan cairan berwarna hijau di dalamnya, dan juga seorang humanoid wanita dengan kulit putih pucat. Rombongan dhampir itu kemudian menunduk untuk memberi hormat pada para arch dhampir, dan seorang dhampir wanita kemudian berjalan maju ke depan.
“Dhampir Elena, bisa kau jelaskan apa yang spesial dari makhluk tak bermulut di hadapan kami ini ?”
“Dia punya mulut yang mulia.”
“Benarkah ? Aku tidak dapat melihatnya.”
“Lupakan soal mulut. Lanjutkan, Elena.” ucap arch dhampir no 6.
Elena merasa sedikit canggung. Setelah diam beberapa saat, Elena melanjutkan penjelasannya kembali.
“Makhluk ini kusebut sebagai Alan. Dia -”
“Bukankah Alan nama untuk laki laki ?”
“Diam, no 7 !!”
Seruan no 6 membuat suasana menjadi hening kembali. Elena merasa sedikit agak sebal, namun ia berusaha untuk tidak menunjukkan emosinya itu ke hadapan para arch dhampir.
“Bisa ku lanjutkan ?”
“Tentu saja.”
“Alan, makhluk ini berasal dari naga es kutukan yang bernama Ala, yang juga merupakan seorang kaiju kontrak saat ia masih hidup. Seperti yang anda tahu, kaiju kontrak biasanya lebih kuat daripada kaiju eksperimental.”
“Dan bagaimana si Ala ini mati ?”
“Dia bunuh diri, tuan.”
“Bunuh diri ? Apa apaan itu !? Makhluk ini punya masalah mental ?”
Elena masih berusaha untuk tidak menusukkan gunblade miliknya ke arah no 7 karena pertanyaan menyebalkan nya.
“Entahlah. Yang pasti, saya yakin kalau makhluk ini akan menjadi lebih kuat kalau ia dilahirkan kembali sebagai kaiju eksperimen -”
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Elena, rombongan dhampir dan para arch dhampir dikejutkan oleh pintu yang terbuka dengan keras oleh seorang prajurit dhampir.
“Gawat !!”
“Ada apa, Venter ? Apa kau tidak tau arti dari ‘mengganggu’ dan ‘memotong pembicaraan orang’ ?” tanya no 7.
“Night walker, mereka menyerang kita. Bersama dengan Arachne !”
“Sialan ! Mereka pasti ingin membebaskan vampir vampir liar itu !” ucap no 7 sambil berdiri seketika dari singgasana nya. Para dhampir dan arch dhampir mulai panik dan ketakutan. Mereka semua sudah tahu bahwa sekali nya night walker menyerang, mereka pasti akan menimbulkan kerusakan besar dengan jumlah tak terhitung mereka.
“Apa yang sebenarnya dilakukan laba laba sialan itu ?” gumam no 2 pada dirinya sendiri. Sementara itu, Venter masih berada di tempatnya menunggu perintah dari para arch duke. Ia ingin mengutarakan hal yang selanjutnya, namun ia tidak ingin memperburuk suasana. Namun Elena menyadari hal itu hanya dengan menatap raut wajah Venter yang mencurigakan sekali saja. Elena pun menghela nafasnya.
“Kabar buruk itu belum selesai kan, Venter ?”
Venter pun terkejut, begitu juga dengan para arch dhampir yang melihat ekspresi Venter. Venter pun tidak bisa mengurungkan kabar buruk itu lagi. Ia terpaksa harus mengatakannya.
“Night walker ini...... Di pimpin seorang kaiju.”
Sontak semuanya terkejut mendengar itu. Night walker yang pada awalnya hanyalah unit tentara penghancur yang di buat oleh ratu vampir, kini telah memiliki seorang pemimpin.
“Apa kamu bilang ? Night walker..... Punya kaiju ?”
...****************...
Ribuan, bahkan hingga ratusan ribu night walker berlari merangkak dengan cepat menyerbu markas para dhampir. Di tengah tengah gerombolan makhluk berkulit abu abu terang itu, terdapat dua sosok pria dan wanita. Mereka adalah Arachne dan night devourer, versi kaiju dari night walker. Mereka terlihat berdiam saja, menyaksikan markas dhampir kehilangan penjaganya satu per satu hanya dengan sekali serang dari kejauhan. Night devourer terlihat sangat bangga saat itu, sementara Arachne hanya memperhatikan pemandangan di hadapannya dengan wajah bosan. Arachne pun mulai berjalan ke depan setelah menghela nafasnya, menuju ke markas dhampir itu dengan kedua kakinya sendiri.
“Oi, Arachne ! Mau kemana lu !?”
Arachne pun menghentikan langkahnya. Keenam kaki laba labanya kemudian keluar menembus kulit punggungnya, dan ia tidak merasakan sakit apa pun. Hanya saat abdomen laba labanya mulai keluar, ia terlihat sedikit terganggu akan itu, hanya sedikit saja.
“Bosen, mau ngebunuh orang.”
“Hmph, biarin aja saudara saudara ku membantai dhampir sialan itu. Lagian, memangnya laba laba kayak lu bisa apa ?”
Arachne menatap tajam ke arah night devourer, dan hanya dengan gestur tangannya saja, leher Night devourer telah tercekik oleh benang yang muncul entah darimana, kemudian tubuhnya sedikit terangkat ke atas.
“Jangan lupa kalau kamu yang minta kerja sama bareng aku, vampir malam. Dan jangan pernah kira kamu dan saudara saudara sialan mu itu bisa ngalahin aku. Karena lu, cuma vampir rendahan saja yang bahkan ‘dibuat’ seseorang, sementara aku adalah seorang kaiju kontrak yang legendaris. Ingat itu !!”
Night devourer bergidik saat akhirnya, dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan bagaimana seorang wanita laba laba mengamuk dan mengancam dirinya. Rasa takut itu kemudian semakin bertambah saat seekor laba laba kecil tiba tiba keluar dari telinga kiri nya, diikuti oleh darah merah pucat yang keluar dari dalamnya. Ia akhirnya sadar kalau kekuatannya sudah jauh berbeda dengan Arachne yang ada di depannya.
...****************...
Hanya butuh beberapa jam bagi pasukan night walker untuk sepenuhnya menghancurkan markas para dhampir yang tersisa. Kini Arachne dan night devourer memasuki ruangan di mana Alan dan Elena berada saat itu. Ruangan tersebut telah hancur lebur digantikan oleh reruntuhan, namun 8 mata Arachne yang telah bergabung menjadi mata manusia normal itu mampu melihat dengan jelas seorang dhampir wanita yang masih bernafas. Tubuhnya tertimpa oleh puing puing bangunan hampir seutuhnya, bahkan hampir menutupi kepalanya juga. Dhampir wanita tersebut tentu saja tidak dapat bergerak, hanya kepalanya saja yang mampu.
“Lihatlah, saudara mu itu bahkan tidak tahu kalau masih ada setengah vampir yang hidup di sini. Benar benar bodoh.” ucap Arachne sambil berjalan menuju Elena yang terus mengerang kesakitan, berusaha untuk mengeluarkan dirinya sendiri dari reruntuhan itu. Arachne kemudian berlutut dengan satu kaki di hadapan Elena sambil menyemburkan ludah ke muka Elena.
“Hei, dhampir murahan. Aku dengar kalian sedang membuat kaiju baru. Di mana dia ?”
“Dia.... Ada di depanmu.”
“Huh ?”
Saat Arachne mengangkat kepalanya kembali, sebuah tangan putih pucat telah memukulnya dengan keras hingga membuat dirinya terhempas ke sisi Night devourer kembali.
“Hoi, laba laba ! Lu gak pa pa !?”
“Hah, kekuatan yang menarik. Ini yang kalian ciptakan ?” ucap Arachne sambil bangkit berdiri kembali dan menghapuskan darah merah yang berada di bibirnya. Ia bahkan tidak menyangka makhluk eksperimen itu akan membuatnya mengeluarkan darah dari dalam mulutnya.
“Sungguh luar biasa !” seru Arachne sambil meregangkan kedua tangannya. Night devourer tahu bahwa Arachne sudah siap bertarung habis habisan saat ini. Tidak usah diragukan lagi, Arachne adalah kaiju yang setara dengan kaiju tingkat S. Namun entah kenapa, insting binatang buas nya mengatakan bahwa makhluk yang ada di hadapannya itu berbahaya, sangat berbahaya. Ia dapat merasakan, aura naga muncul dari dalam tubuh makhluk itu.
“Alan, hajar laba laba itu.” suruh Elena dengan lirih. Alan pun mulai mengeluarkan suara raungan, walaupun tidak ada mulut yang terlihat. Suara raungan Alan kemudian mulai terdengar jelas saat rahang bawahnya mulai ia buka secara paksa. Kulitnya robek secara perlahan, dan pada akhirnya, raungan itu keluar dengan suara nyaring saat Alan akhirnya berhasil menciptakan sebuah mulut bagi dirinya sendiri. Arachne dan Night devourer yang melihat itu sempat merinding, namun Arachne tetap tidak kehilangan keinginannya untuk bertarung dengan Alan. Justru Arachne kini semakin bersemangat. Adrenalin nya telah menyebar ke seluruh tubuh, hingga membuat keenam kaki laba labanya yang tajam kini semakin memanjang.
“Alan, huh ? Nama yang aneh, untuk seorang betina !!” seru Arachne sambil berayun menggunakan benang laba laba nya ke arah Alan. Alan yang melihat itu pun seketika mengamuk tanpa alasan yang jelas. Ia langsung berlari kemudian menangkap Arachne yang masih berayun di udara dengan kedua tangannya. Alan dan Arachne jatuh menghantam lantai secara bersamaan, kemudian Alan memukul mukul wajah Arachne dengan kekuatan brutal. Tidak perlu waktu lama bagi kaki laba laba Arachne untuk menusuk kedua belikat Alan, kemudian dua kaki laba laba yang lainnya menusuk dan merobek perut Alan, menampilkan seluruh isi perutnya. Alan mengerang kesakitan, dan kini Arachne menendang Alan untuk menjauh darinya, kemudian berdiri kembali dan dengan seketika menusukkan salah satu kaki laba laba nya ke mata merah pendar milik Alan. Arachne mengira bahwa setelah ini ia akan mampu untuk menghabisi Alan dengan mudah, namun semua dugaannya itu salah. Usus besar Alan yang awalnya telah menjuntai ke lantai secara perlahan mulai kembali ke tempat asalnya, kemudian di susul oleh perut Alan yang menutup kembali dengan cepat. Tubuh Alan yang awalnya lemas, kini menjadi penuh dengan tenaga seperti semula. Sebuah kesalahan besar baginya menusuk mata Alan dengan kaki laba labanya, karena sekarang, Alan menarik kaki laba laba itu dari matanya dan kemudian memotong kaki itu hanya dengan kekuatan fisik murni.
“Sialan !!”
Arachne mundur ke belakang untuk menjauhi Alan yang terlihat sedang dipenuhi oleh amarah yang membludak. Ia menjulurkan benang dari jari jarinya, namun sebelum itu, Alan sudah melompat ke arahnya dan menggigit pundaknya dengan 4 gigi taring raksasa setajam besi. Sontak Arachne berteriak kesakitan dengan sangat keras. Arachne berteriak minta tolong, sampai sampai ia memohon Alan untuk melepaskan dirinya. Night devourer yang melihat itu pun hanya berdiri tak berkutik, ia bahkan tidak yakin bahwa kekuatannya tetap akan membantu Arachne selamat dari kematian. Setelah menahan gigitannya beberapa saat, Alan pun mengoyak belikat Arachne hingga Arachne terjatuh ke lantai. Terlihat sudah tidak ada tulang lagi di belikatnya itu. Arachne berusaha untuk menjauh dari Alan, namun ia dihentikan seketika saat Alan menginjak kaki kanannya hingga hancur lebur.
“Aaarggh !”
Teriakan Arachne meledak hingga ke luar angkasa, namun bahkan dewa pun tidak bisa membebaskan dirinya dari siksaan Alan. Arachne sudah tidak bisa apa apa lagi. Ia mengeluarkan abdomen laba laba nya sebagai senjata terakhir, berharap racun yang ada di dalamnya bisa ia suntikkan dan akan berefek pada Alan. Sayangnya ia sudah tidak bisa bergerak sekarang. Arachne membiarkan alan mengangkat tubuhnya dengan mencekik lehernya. Ketakutan seketika memeluk dirinya saat tangan Alan mulai meraih abdomen laba laba miliknya, memegangnya, kemudian menarik abdomen laba laba tersebut dengan sekuat tenaga hingga itu terpisah dari tubuh manusia Arachne. Arachne berteriak kesakitan dengan volume suara yang luar biasa kerasnya. Dalam hatinya, ia berharap untuk mati saja. Namun takdir berkata lain. Arachne masih hidup, atau mungkin lebih tepatnya sekarat saat ia dijatuhkan oleh Alan ke lantai begitu saja.
Arachne menyeret tubuhnya dengan seluruh tenaga tersisa yang ia miliki menuju Night devourer yang berada di depannya saat ini. Baginya, Night devourer kini terlihat seperti secercah harapan yang akan datang untuk membantunya, namun cahaya itu menghilang seketika.
“Tolong aku.... Sialan.”
Dengan kedua matanya sendiri, Arachne melihat Night devourer yang mulai berjalan mundur menjauhi Alan dan juga dirinya. Hanya dengan menatap ke wajah Night devourer, Arachne sudah tahu bahwa vampir buatan itu bersumpah tidak akan bertarung melawan Alan, bahkan bertemu dengannya sekalipun. Dengan kedua matanya sendiri, ia melihat Night devourer yang berlari ketakutan meninggalkan dirinya sendirian bersama dengan sang pembunuh, Alan. Bukan hanya bagi Arachne maupun Night Devourer, dhampir yang menciptakan makhluk bernama Alan tersebut juga merinding ketakutan. Ia melihat ciptaannya itu sebagai seekor monster murni, bukan kaiju ataupun manusia. Masih dengan tubuhnya yang tertimpa reruntuhan, Elena melihat Alan yang kini sedang mengangkat kedua tangannya yang saling menggenggam satu sama lain. Bahkan saat musuhnya sudah sekarat pun, Alan tidak akan membiarkan mereka mati dengan tenang.
Elena menyesal, karena telah menciptakan definisi dari monster yang sesungguhnya.
Alan mengeluarkan Elena dari reruntuhan. Walaupun terluka parah, tubuh Elena kini telah pulih kembali, semuanya berkat sel regenerasi nya. Sementara itu, tubuh Arachne kini tergeletak di kejauhan, penuh dengan luka fatal. Sekalipun Arachne terlihat sudah meninggal, ia sebenarnya masih hidup. Insting kaiju nya tidak akan membiarkan dirinya dikalahkan oleh musuhnya seperti itu. Arachne bahkan masih dapat bernafas dengan lancar.
“Night walker itu pasti akan mengincar mu. Ikut aku, Alan. Aku akan mengirim mu ke desa manusia. Semoga saja kamu bisa berevolusi di sana dan nantinya menjadi pahlawan mereka.” ucap Elena sambil berjalan diikuti oleh Alan. Mereka berdua berjalan dengan sangat santai melewati lorong lorong, terlepas dari banyaknya night walker yang menghadang mereka. Alan dengan mudahnya menghancurkan para night walker itu hanya dengan sekali serang. Beberapa saat kemudian, mereka memasuki sebuah ruangan besar dengan pencahayaan yang gelap. Elena dan Alan berjalan menuju sebuah kapsul evakuasi yang ada di ujung ruangan.
Elena tahu, bahwa perjalanan Alan setelah ini akan sangat panjang, dan mungkin juga tidak akan berakhir seperti yang diinginkannya. Kaiju di hadapannya ini belum terlahir sepenuhnya, ia sama seperti bayi prematur yang bahkan kesulitan untuk bernafas. Ia tidak tahu apa apa, dan hanya bertindak berdasarkan insting liar nya. Ia harus terus belajar, supaya ia tidak menjadi sama seperti kaiju yang lainnya, yang telah dibutakan oleh kebencian mereka terhadap para manusia.
Alan menoleh ke belakang dan mendapati beberapa night walker telah mencapai ambang ambang pintu. Ia sudah bersiap untuk menghancurkan tubuh para night walker itu. Namun tanpa ia sadari, Elena telah mengambil gunblade nya dan mengayunkannya ke arah perut belakang Alan. Gunblade itu dengan cepat menembus perut bagian belakang Alan, kemudian membekukan seluruh sistem sarafnya.
“Aku tahu kamu akan menyerang mereka hanya dengan insting, bukan strategi, dan aku tidak bisa membiarkan itu terus berlanjut.”
Alan pun jatuh pingsan dan tubuhnya tidak beregenerasi kembali karena sarafnya yang telah beku. Elena dengan cepat langsung menyeret tubuh Alan dan memasukkannya ke dalam kapsul tersebut, kemudian mengaktifkannya. Kapsul tersebut seketika terbang ke tempat yang telah ditujukan oleh Elena, forestiso timur, bagian forestiso yang dekat dengan desa manusia.
Sementara itu, Arachne membuka matanya kembali setelah pingsan cukup lama. Luka lukanya telah mengering, namun tetap saja menimbulkan rasa sakit saat digerakkan. Matanya mendapati seorang wanita kaiju dengan seekor laba laba raksasa berada di belakangnya.
“Kamu terlihat begitu menyedihkan, Arachne.”
“Kenapa kau lama sekali datang, Jorogumo ?”
...****************...
Seorang gadis sedang berlari lari di hutan sambil membawa sebuah tongkat sihir di tangan kanannya. Ia adalah Elaina, seorang manusia dengan bakat sihir penyembuhan. Walaupun seorang defect dan dikucilkan oleh para warga desa, ia adalah seorang yang ceria dan juga baik hati, tidak peduli hinaan apa pun yang diucapkan oleh para warga desa.
Saat ini, Elaina sedang berlari menuju rumah kayu miliknya. Ia selama ini menjalani hidup yang damai, tidak ada gangguan sama sekali kecuali dari serangan hewan buas. Ia selalu menikmati suasana di hutan, namun tidak untuk hari ini. Ia dibuat heran oleh banyaknya bekas cakaran di berbagai batang pohon. Bangkai hewan pun bersebaran di mana mana, membuat hidungnya dipenuhi oleh bau amis darah. Pemandangan mengerikan seperti ini tidak pernah ia lihat sebelumnya. Bahkan warga desa yang membencinya pun tidak akan pernah melakukan hal segila ini.
“Pasti ini ulah kaiju !” gumamnya.
Elaina memutuskan untuk tidak kembali ke rumahnya, dan lebih memilih untuk mencari pelaku dari pembantaian hewan hewan liar ini. Ia menyusuri seluruh area hutan sambil berjaga jaga menggunakan tongkat sihirnya. Hutan sunyi, bahkan suara burung pun tidak terdengar. Berjam jam telah berlalu, dan ia sudah melewati terlalu banyak bangkai hewan dengan keadaan yang cukup mengenaskan. Baik mata yang dihancurkan, perut yang dirobek secara paksa, hingga mutilasi di berbagai bagian tubuh. Elaina berusaha untuk tidak muntah karena kekejian yang ia lihat dengan matanya sendiri. Ia terus berjalan melewati genangan darah yang ada di sekitarnya. Hingga akhirnya, ia mendapati sebuah kapsul yang telah menghancurkan tanah di sekitarnya. Kapsul itu telah terbuka, dan tidak ada siapa pun yang berada di dalamnya. Elaina berjalan mendekati kapsul yang berasap itu dengan penuh waspada. Sebuah tulisan kasar terukir di bagian kanan kapsul tersebut. Tulisan tersebut terlihat seperti di ukir dengan asal asalan, dan hurufnya tidak berbentuk sama sekali. Elaina harus menyipitkan matanya untuk dapat membaca tulisan tersebut.
“Apa apaan ini ? Alan ?”
Sebuah pergerakan cepat secara tiba tiba menggerakkan semak semak di belakang Elaina. Ia menoleh ke belakang, namun tidak ada apa apa.
“Siapa di sana !?”
Elaina berteriak sambil mengawasi area sekitar dengan panik. Melihat bagaimana para hewan hewan tersebut mati, ia sudah tahu bahwa sang pembunuh juga akan memperlakukannya dengan sama. Raungan mulai terdengar dari kejauhan, membuatnya semakin waspada dan menggenggam tongkat sihirnya dengan lebih erat lagi. Beberapa saat kemudian, Alan melompat ke arah Elaina dan bersiap untuk menyerangnya dengan kedua tangan yang sudah terangkat ke atas. Elaina dengan cepat berlari untuk menghindari serangan Alan. Kakinya kemudian tersandung dan membuatnya terjatuh ke tanah, membuat Alan sempat untuk berjalan mendekatinya. Elaina yang hanya seorang gadis berumur 15 tahun tentu saja ketakutan saat melihat tampang Alan yang menurutnya sangat mengerikan, terutama di bagian mulutnya yang telah sobek dan meneteskan darah secara terus menerus. Elaina berusaha untuk menjauhi Alan. Namun, saat ia melihat Alan yang justru duduk berlutut di hadapannya sambil menatapnya dengan kebingungan, ia tahu bahwa Alan terlihat seperti mendapati wajah yang familiar di mata merahnya.
“Apa kau mengenalku ?”
Alan kemudian mendekatkan wajahnya kepada Elaina, membuatnya menjadi lebih ketakutan. Alan meraung kecil, sementara tangan kirinya menulis sesuatu di tanah. Elaina menyadari hal itu dan perlahan memperhatikan Alan yang menuliskan sesuatu di tanah.
“Alan ? Itu kah nama mu ?”
Alan mengangguk sebagai jawabannya. Ia kemudian berdiri dan berjalan beberapa langkah ke belakang untuk memberitahu Elaina bahwa ia tidak ingin menyakitinya. Elaina menghela nafasnya lega saat mengetahui bahwa Alan, makhluk yang ada di depannya itu tidak berbahaya.
“Apa yang kamu inginkan ?”
Alan menunjuk Elaina dengan jari telunjuknya, membuatnya sedikit kebingungan.
“Huh ? Apa ? Kamu mau jadi teman ku ?”
Alan mengangguk, membuat Elaina sedikit terkejut saat itu.
“Ba - baiklah.” jawab Elaina dengan ragu.
Beberapa hari kemudian, Alan telah menghabiskan waktunya bersama dengan Elaina tinggal di dalam rumah kayu kecil milik Elaina. Elaina mengajari Alan beberapa hal, seperti makan layaknya manusia, berbicara bahasa isyarat, hingga sihir penyembuhan yang sangat ia kuasai. Selama hari hari itu, Alan terlihat menjadi lebih jinak dan mulai lebih menggunakan akalnya saat bertarung melawan hewan buas, serta tidak membunuh mereka dengan cara yang keji. Semuanya berjalan dengan sangat lancar, Elaina mendapatkan satu teman di rumah kecilnya, sedangkan Alan mulai menjadi lebih manusia daripada saat ia baru dibangkitkan oleh para dhampir. Mereka saling membantu satu sama lain. Alan akan memburu hewan liar, dan Elaina akan membuat makanan dari hewan tersebut. Kendati demikian, tidak ada kebahagiaan yang berlangsung untuk selama nya di dunia yang kacau ini. Suatu hari, beberapa warga desa mulai mendatangi rumahnya dan meminta Elaina untuk menyembuhkan warga lainnya yang terkena penyakit misterius. Mereka mengatakan bahwa seorang kaiju bernama Nezhit lah yang membawa wabah penyakit tersebut. Tentu saja Elaina menolak, karena ia takut kalau keberadaan Alan akan diketahui oleh warga desa dan membuatnya menjadi binatang buas kembali. Namun semakin lama, semakin banyak warga desa yang memohon kepadanya untuk menghentikan wabah penyakit yang dibawa oleh Nezhit tersebut. Elaina pun mulai tersentuh hatinya saat sang kepala desa kini datang dengan sendirinya dan mengatakan bahwa istrinya yang sedang hamil juga sedang terkena oleh wabah tersebut. Bukan hanya itu saja, kini Nezhit juga membawa kaiju yang lainnya, yaitu Aerico dan Poludnitsa.
“Baiklah, tapi aku harus mempersiapkan semuanya terlebih dahulu.” ucap Elaina terhadap sang kepala desa. Kepala desa tersebut terlihat sangat senang, sampai sampai ia akan berjanji menerima Elaina sebagai warga desa nya kembali dengan tangan terbuka, dan ia akan melindungi nya dari segala hinaan yang dilontarkan oleh warga desa yang lainnya. Walau terdengar seperti sebuah tipuan dan omong kosong belaka, Elaina tetap memutuskan untuk membantu desa tersebut dari teror tiga kaiju yang mengacau di sana.
Sore harinya, Alan terbangun dari tempat tidurnya dan mendapati Elaina yang sudah tidak ada di rumahnya. Ia mencari Elaina dengan panik ke sekeliling rumah, hingga akhirnya ia menemukan sebuah surat yang bertuliskan ‘Dari Elaina’.
Alan, maafkan aku karena tidak sempat mengucapkan kalimat perpisahan, namun jika kamu tidak dapat menemukan ku di sekitar rumah, itu artinya aku telah berada di desa sekarang. Desa ini sedang penuh dengan kekacauan, dan para kaiju yang melakukannya. Aku tidak tahu kenapa, yang pasti, kaiju adalah hal terburuk yang dimiliki oleh dunia ini, bahkan melebihi defect sepertiku. Aku sudah tahu kalau kamu juga seorang kaiju, namun aku tidak membencimu, tidak pernah sama sekali. Semenjak kehadiran mu bersama ku, aku akhirnya dapat merasakan apa artinya menjadi manusia dan hidup sebagai manusia. Berkat mu, aku bukan lagi seorang defect, melainkan seorang gadis biasa berumur 15 tahunan dengan kekuatan penyembuhan yang luar biasa ! Semenjak aku bertemu denganmu, aku sudah tahu kalau kamu dikirim oleh seseorang untuk menjadi pahlawan bagi dunia ini, dan itu juga yang sedang kulakukan saat ini. Aku ingin agar dunia ini jadi lebih baik, aku ingin mengubahnya ! Dan apa kamu tahu apa kabar baiknya ? Tentu saja, kita bisa melakukan itu bersama sama ! Kita akan membuat seluruh kaiju yang mengerikan itu berhenti menyakiti manusia, dan itu harus di mulai oleh ku dengan menyelamatkan desa ini terlebih dahulu. Ini adalah langkah pertama ku, dan kamu, untuk menjadi pahlawan bagi dunia ini. Jadi, tunggulah dengan tenang di sana, dan aku akan kembali lagi setelah beberapa hari, atau mungkin 1 minggu, 1 bulan, atau lebih ? Aku tidak tahu. Yang pasti, tunggulah dengan tenang di sana, dan aku akan kembali kepadamu. Dari Elaina, dan untuk dunia yang baru.
Alan menaruh kembali surat itu ke atas meja kemudian duduk merenung di atas lantai kayu yang sudah lapuk di rumah Elaina itu. Ia tidak sedang bersedih, ia hanya sedang menunggu, menunggu perjalanan yang dijanjikan oleh gadis manusia itu. Elaina, ia telah mengajarkan banyak hal kepada Alan apa artinya menjadi seorang manusia dan juga seorang pahlawan. Ia juga mengajarinya cara membaca dan menulis. Walaupun Alan bisu, setidaknya ia masih bisa berkomunikasi lewat tulisan dan juga bahasa isyarat. Apapun yang Elaina pernah katakan tentang manusia adalah hal baik yang dimiliki oleh mereka saja, sementara para kaiju adalah makhluk paling iblis di antara iblis yang lainnya. Walaupun pada kenyataannya, segala hal buruk yang dialami oleh gadis itu bukanlah berasal dari para kaiju, melainkan dari manusia. Namun, ia masih saja berharap pada manusia, seakan seluruh dunia ini hanyalah desa kecil dan rumahnya yang berada dalam forestiso yang penuh dengan teror mematikan, baik dari serangan hewan liar maupun para kaiju. Memang sebuah pemikiran yang sempit, namun apa yang bisa diharapkan oleh seorang defect berumur 15 tahun ? Ia tidak pernah bisa bepergian ke dunia luar karena kondisi tubuhnya yang tidak memungkinkan itu, dan ia harus bertahan hidup di lingkungan yang selalu sama sepanjang umurnya.
Berhari hari, hingga berbulan bulan telah berlalu, namun Elaina tak kunjung kembali ke rumahnya pula. Alan setiap harinya hanya menunggu, menunggu dan terus menunggu kedatangan kembali Elaina. Ia selalu bersiap siap untuk menyambut kedatangan kembali teman manusia nya itu dengan makanan hangat yang telah diajarkan oleh Elaina sebelum kepergiannya. Awalnya sangatlah buruk, namun kian hari kian membaik. Hingga kini, Alan sudah tidak bisa dibedakan lagi dengan chef profesional yang lainnya. Bagi seorang kaiju sepertinya, makanan bukanlah hal yang penting sama sekali, ia bahkan tidak menjadi lebih lemah setelah tidak makan lebih dari 3 bulan secara berturut turut. Seluruh hewan yang diburunya hanyalah untuk menyambut Elaina, hingga itu bertumpuk menjadi tumpukan makanan busuk di rumah sederhana Elaina saat ini. Apakah Elaina telah meninggalkannya saat ini ? Itulah yang dirasakan oleh Alan. Atau mungkin Elaina sudah menjadi orang yang terhormat ? Membasmi para kaiju dengan tongkat sihirnya ? Itulah yang diharapkan olehnya saat ini. Namun ia tidak bisa hanya terus menunggu dalam diam, ia harus bergerak untuk melakukan sesuatu juga. Keinginannya untuk mencari sang teman manusia satu satunya kini telah berada di puncak, hingga akhirnya Alan memutuskan untuk keluar dari rumah Elaina dan mencari temannya itu dengan kedua kakinya sendiri.
Alan kini telah berada di luar tembok desa, hanya untuk menemukan, sebuah desa yang telah berubah menjadi reruntuhan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!