NovelToon NovelToon

Different For a Reason

Penghalang Pulau Yang Dihancurkan: Chapter 1

Di sebuah pulau tersembunyi yang tidak terlihat di peta, hidup seorang manusia sederhana berambut buzz cut. Tidak ingin dikenal, tidak ingin dilihat, dan membunuh monster dengan cepat adalah sifatnya.

Bertekad melindungi masyarakat sipil dari ancaman monster ganas pemangsa manusia, laki-laki berambut semi botak ini tidak ingin apa yang menimpa ayah ibunya, terulang lagi di keluarga lain.

Klang!

Klang!

Trang!

Blade antara murid dan guru itu beradu. Sangat cepat sampai-sampai mata manusia biasa (para Frail) tidak bisa mengikutinya.

Walaupun terlihat sengit, mereka berdua saling tersenyum saat mengayunkan blade hitam yang berada di tangan masing-masing.

Pada gerakan terakhir, si murid melesat ke atas lalu melancarkan serangan menukik tajam mengarah ke gurunya.

Namun si guru berhasil menghindar dengan mudah. Tebasan energi hitam blade itu, menghantam tanah dan menghancurkannya. BLEDARRR!

Dia yang melihat itu, cukup senang dengan perkembangan muridnya. Senyum lebar dengan gigi meringis terukir di wajahnya.

“Wah … teknik berpedang-mu sudah meningkat Slamet. Selamat ya.”

“Makasih Kak Grav,” sahut Slamet Riyadi dengan senyum gembira kelelahan.

Perasaan bangga meliputinya, sesudah menerima pujian dari Gravito Noir.

Guru yang sangat disayangi Slamet yang selalu membimbingnya untuk menjadi Unique yang hebat, agar bisa membunuh para monster kuat yang sering memangsa manusia.

“Ayo kita istirahat dulu, nanti kita lanjut lagi,” ucap Gravito Noir.

Peluh keringat cukup banyak keluar. Rasa lelah setelah berlatih berjam-jam menghinggapi tubuh mereka.

“Kak, kita mau makan apa nanti? Tuna bakar apa kepiting rebus?”

Mendengar pertanyaan muridnya, tangan sang mentor meraih dagu. Dia melihat ke langit lalu mengernyitkan kening, sembari mulutnya agak manyun.

“Kayaknya kepiting rebus aja, kemarin kan udah tuna.”

Langit tampak cerah dengan awannya yang putih. Puluhan pelikan, bertaburan menghiasi bentangan biru.

Sebagian pelikan terbang menurun tajam memasuki laut untuk berburu santapan. Benar-benar cuaca dan suasana yang pas untuk berlatih.

Detik ini, mereka berdua sedang berjalan ingin turun dari bukit bertebing batu. Jalan untuk turun dari bukit, hanya ada satu, yaitu lewat jalan yang ada di belakang.

Setelah berhasil menuruni bukit, Gravito dan Slamet juga harus melewati hutan kecil untuk sampai ke rumah, tempat dimana persediaan makanan disimpan.

Namun saat ingin beranjak istirahat dari latihan, tiba-tiba terdengar suara ledakan dari arah pantai.

BLEDAM!

Dari kejauhan burung-burung tampak berterbangan tunggang langgang. Saat mata melirik ke kanan dan ke kiri, dedaunan pohon melambai-lambai terpukul angin.

Gravito menoleh pelan ke arah suara ledakan. “Suara apa itu?”

Pengawalnya yang berasal dari bangsa Raigya, muncul seketika tak jauh dari tempatnya berdiri.

“Hei Grav, sepertinya ada orang yang menghancurkan penghalang yang kita pasang. Perlukah aku cek?” timpal Blaze.

Gravito menatap lurus ke arah pantai sambil keningnya mengernyit.

“Tidak, tidak perlu Blaze. Dia … sudah disini,” balas Gravito dengan wajah serius.

Siapa orang ini? Apakah monster? Tidak. Ini bukan hawa kehadiran monster. Apakah seorang Unique? Bagaimana mereka tahu aku tinggal di pulau ini? Satu-satunya yang tahu titik koordinat pulau ini hanyalah-

Pats! Tap!

Seseorang baru saja melompat dari bawah bukit, dan kini telah mendarat di ujung sana.

Kehadirannya, membuat ketiga orang itu agak terkejut.

Gravito fokus memandangi orang asing tersebut, lalu berganti melirik ke ujung tebing. Apakah dia menyusuri tebing batu curam itu untuk sampai kesini?

Langkah kakinya mulai mendekat. Ujug-ujug dia bertanya dengan suara lantang terkesan kasar.

“Hei brengsek! Aku tidak akan mengulangi kalimatku dua kali. Mana diantara kalian bertiga yang bernama Gravito Noir?”

Angin bertiup di situasi yang mengagetkan itu. Entah darimana, datang seorang pria berambut berantakan.

Gravito yang sedang berada di tempat latihan di atas bukit bertebing batu, kaget bukan main.

Entah kenapa aura yang dipancarkan orang itu terasa menusuk. Hembusan angin memusing di sekeliling tubuhnya.

Laki-laki misterius ini memiliki tinggi sekitar 182 cm, bertubuh ideal berotot layaknya seseorang yang sudah memiliki pengalaman bertarung yang sangat banyak.

Pria ini memiliki tatapan tajam dengan dahi berurat yang mengekspresikan amarah.

Datang dengan kemeja putih berkerah dan celana hitam. Kain bagian lengannya dilinting sampai ke atas siku.

Dari paras wajahnya, usia pria ini tidak jauh beda dengan Gravito. Dia seperti kisaran 25-27 tahun.

“Kau ini siapa? Aku tidak merasa punya masalah denganmu. Kenapa kau merusak pagar rumahnya orang?” tanya Gravito heran.

“Oh, jadi kau yang bernama Gravito Noir?”

“Ah … aku lupa. Dimana sopan santunku?”

“大吹だるまです (Obuki Daruma des),” ujarnya agak membungkuk. “Aku datang kesini, hanya untuk bertemu denganmu Gravito.”

Mata Gravito membesar saking terkejutnya.

Obuki Daruma? Kalau tidak salah, Obuki Daruma adalah Unique peringkat 15 dunia. Dan dia adalah Unique peringkat 1 di negaranya, Jepang. Orang-orang menjulukinya 三日月竜巻 (Mikadzuki Tatsumaki: Tornado Bulan Sabit).

Mau apa orang dengan level setinggi ini datang ke pulauku? Seingatku aku tidak pernah macam-macam di wilayahnya? Dan darimana dia tahu aku tinggal di pulau ini? Apakah James yang memberitahunya? Sialan kau James!

Saat mendengar namanya, Gravito memasang raut wajah kaget dan waspada. Satu dua peluh keringat, mengalir dari atas pelipis.

“Hei, Daruma. Aku tahu siapa kau. Kau adalah Unique peringkat 15 dunia serta yang terkuat di Jepang. Tetapi, beginikah caramu bertamu ke rumah orang?” tutur Gravito.

Mendengar itu, Slamet kaget tidak percaya.

Peringkat 15 dunia? Gila! Ada urusan apa Unique setinggi itu disini? Kak Grav bikin masalah kah? Tidak. Itu bukan sifatnya Kak Grav.

“Oh kau kenal aku? Haruskah aku bangga? hehe. Ngomong-ngomong soal cara bertamu. Maksudmu penghalang lemah tadi?”

Obuki Daruma menunjuk ke belakang dengan ibu jarinya sambil melempar ekspresi meremehkan tersenyum kecil.

“Kalau begitu, maafkan aku. Aku kesini hanya penasaran dengan orang yang bernama Gravito Noir.”

“Kau tahu, aku selalu bertanya-tanya. Siapa orang brengsek yang tidak pernah didengar nama dan kiprahnya, tiba-tiba bisa naik ke peringkat 20 dunia. Kau pikir itu logis brengsek?!” bentak Daruma.

Amarah yang terlontar darinya, tidak direspon berlebihan. Gravito masih diam menatap serius.

“Hei Gravito, jangan salah paham. Aku tau latar belakang kau bisa tiba-tiba naik menjadi Unique peringkat 20 dunia.”

“Kau mendapat rekomendasi dari James kan? Tapi aku tidak bisa menerima ini, sebelum memastikannya secara langsung.”

“Sebelum ini, aku juga merekomendasikan seseorang yang kukenal untuk masuk ke peringkat 100 besar.”

“Tapi pihak asosiasi menolak, karena para Unique peringkat 20 besar tidak menyetujui rekomendasiku.”

“Lalu kau … yang bukan siapa-siapa. Bisa langsung naik ke peringkat 20 hanya karena rekomendasi James. Kau pikir aku bisa menerimanya bajingan?!” tutur Daruma yang bertambah marah.

“Sudahlah Gravito. Kau sudah tahu kan apa maksudku? Dimana kita bisa bertarung?”

“Dan tenang saja, ini bukan duel maut. Ini hanya pertandingan persahabatan. Kalau kau sudah tidak kuat, kau bisa angkat tanganmu dan katakan menyerah.”

“Lalu katakan kepada dunia, kalau kau kalah dari Daruma,” ucap Daruma dengan wajah datar tidak bersemangat.”

“Grav, haruskah aku bunuh orang ini?” tanya Blaze melalui pesan pikiran.

“Jangan Blaze. Seperti yang kau dengar, ini bukan duel maut. Ini hanya pertandingan persahabatan. Dan pasti ada alasan kenapa James memberitahu alamatku kepadanya.”

“Mungkin ini momen yang bagus untuk mengenal Unique yang lain,” balas Gravito melalui mind message.

“Baiklah, aku terima tantanganmu. Ikut aku, di sekitar sini ada area yang bagus untuk kita bertarung,” ucap Gravito.

“Tapi Kak Grav-”

“Blaze ajak Slamet ikut. Dan tolong lindungi dia sebentar. Aku harus memperlihatkan sopan santun kepada tamuku. Dan kau Slamet, lihat baik-baik dan pelajari.”

Tidak jauh dari pulau kediaman Gravito, terdapat sebuah pulau kecil yang berjarak beberapa kilometer.

Pats! Tanpa basa-basi, mereka segera melesat dengan cepatnya.

Di perjalanan menuju tempat yang dimaksud, sedari tadi Daruma hanya menatap pergerakan Gravito.

Dia sepertinya bisa merasakan bahwa orang ini lumayan kuat. Orang dengan level rendah tidak mungkin bisa bergerak secepat ini.

Sesampainya di pulau arena pertarungan …

tengok kanan, tengok kiri, mata Daruma menengok sekeliling area pertarungan.

“Area yang bagus Gravito. Aku cukup suka tempat ini. Cocok untuk jadi arena pertarungan kita.”

Gravito dan Daruma memasuki arena pertarungan. Mereka berdua berjalan ke sudut masing-masing dengan jarak cukup jauh.

“Daruma, silahkan mulai dulu."

“....”

Mata Daruma menatap sinis ke Gravito dari kejauhan. Apa maksud dari kalimatnya itu?

“Baiklah Gravito, aku akan serius dari awal."

“Silahkan. Aku tidak ada masalah dengan itu," balas Gravito.

“....”

Tidak ada masalah dengan itu? Punya nyali juga si botak ini.

“Kak Grav! Hati-hati!” teriak Slamet dari jarak yang cukup jauh.

Daruma menoleh ke sumber suara. Ternyata itu teriakan bocah yang entah siapa namanya.

“Hei brengsek! Kau tidak sedang bercanda kan? Kau mau orang yang berteriak itu mati hah? Kau pikir aku ini siapa?”

Daruma marah karena merasa diremehkan Gravito. Seharusnya bocah itu tidak diajak ke arena pertarungan.

Walaupun dia berada cukup jauh, tapi Daruma sadar bahwa bocah ini bisa terluka karena serangannya.

Saat Daruma berteriak marah, Gravito hanya menoleh ke Blaze dan percaya kepadanya.

“Kau tenang saja Daruma. Sahabatku Blaze bisa membuat penghalang yang lebih kuat, dari penghalang tepi pantai yang sudah kau hancurkan. Jadi muridku Slamet, tidak akan terkena seranganmu,” ucap Gravito tenang.

Dia menepuk jidat, lalu berkata, “Hadeh … pokoknya aku tidak bertanggung jawab ya kalau ada yang mati."

Daruma menggosok-gosok rambut belakang. Matanya terpejam menunduk sambil menghela nafas.

Sebenarnya si botak ini sadar nggak sih sedang berhadapan dengan siapa?

“Silahkan mulai saja Daruma. Kita tidak punya banyak waktu."

Daruma melirik tajam.

“Gravito … aku peringatkan kau sekali lagi. Jangan remehkan aku. Aku ini peringkat 15 dunia, kau tahu kan apa maksudnya itu?”

Daruma memperingatkan lawannya dengan wajah serius. Matanya tajam tegas memberitahu Gravito. Beberapa urat otot terlihat di dahi Daruma.

“Hah … baiklah. Sudah cukup basa-basinya. Kalau memang itu maumu, terserah.”

Kelopak matanya terpejam sambil mengepalkan kedua telapak tangan. Sshhh!

Aura elemen angin keluar dari tubuh Daruma.

Dari detik ke detik, angin itu semakin cepat dan kian membesar. Rambut yang berantakan itu, terangkat semua ke atas tertiup energi angin miliknya.

Perlahan, matanya mulai terbuka. “Oi Gravito … tangkis ini kalau kau bisa.”

“赤い三日月:自然災害 Akai Mikadzuki: Shizen Saigai (Bulan Sabit Merah: Bencana Alam)”

*ilustrasi kasar Obuki Daruma

Seketika dari kejauhan, 10 tornado besar dengan sabit berwana merah menyambar-nyambar muncul dari segala penjuru arah mata angin mengepung pulau arena pertarungan.

Tebasan sabit merah itu berbentuk bulan sabit, lalu terlempar menebas membabi buta secara acak tidak kenal arah.

Langit menjadi gelap akibat awan badai yang berkumpul. Lautan di sekitar pulau menjadi berombak-ombak tidak tenang akibat tornado dan sambaran sabit merah.

Gravito menoleh kesana kemari membaca situasi.

Jadi ini kekuatan seorang Unique peringkat 15 dunia? Kekuatan ini mampu meluluh-lantakkan satu kota besar di sebuah negara. Apakah aku bisa menang? Tenang Gravito, kau pasti bisa. Cukup lakukan saja apa yang diajarkan oleh Paman Aslan.

“AKU DATANG BRENGSEK!” teriak Daruma.

10 tornado besar tadi, mendadak bergerak dengan cepat ke arah Gravito. Nampaknya Daruma ingin menyerang Gravito habis-habisan dengan 10 tornado itu.

Normalnya, tubuh manusia akan tercabik-cabik oleh pusaran tornado. Apalagi tornado milik Daruma mengeluarkan sabit merah yang menyambar-nyambar ke segala arah membabi buta. Namun …

“Zirah … keluar. Selimuti aku.”

Penghalang Pulau Yang Dihancurkan: Chapter 2

Aura hitam pekat berbentuk tidak beraturan tiba-tiba keluar dari tubuh Gravito. Benda itu menyelimuti dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sangat tebal lagi kelam menutupi semua tubuhnya.

Melihat skill tersebut diaktifkan, membuat mata Slamet melebar.

I-itu kan … Zirah! Kak Grav hanya akan menggunakan Zirah kalau dia bertemu musuh kuat.

Terakhir kali aku melihat Kak Grav menggunakan Zirah, adalah sekitar satu tahun yang lalu, tatkala berhadapan dengan tiga petinggi monster bangsa troll beserta pasukannya di daerah Jawa Tengah pada malam purnama.

Waktu itu setelah mendengar kabar mendadak troll memangsa warga desa, aku bergegas kesana untuk melakukan sebisaku sebagai Unique pemula.

Akan tetapi, baik aku dan Kak Grav, sepertinya sama-sama terlambat.

Sesampainya di tkp, yang tersisa hanyalah genangan darah manusia, tulang-belulang, dan potongan tubuh troll.

Tidak jauh dari tempatku berdiri, terdengar suara pertarungan. Aku berlari ke sumber suara dan tidak sengaja melihat Kak Grav dan Tuan Blaze sedang bertarung melawan tiga petinggi troll.

Mereka berdua berhasil membantai ratusan troll dan dua petinggi pasukan itu. Setelah melihat cara bertarung Kak Grav, aku pun menghampirinya dan memohon untuk menjadikanku sebagai murid.

Tapi di insiden itu, sayangnya ada satu petinggi yang berhasil kabur.

BLEDAAARRRRR!!!

10 tornado saling bertabrakan di posisi Gravito berdiri. Tornado milik Daruma ibarat baling-baling mesin pemotong rumput yang membabat habis rumput di atas daratan.

Tidak. Lebih kuat dari itu.

Karena tornado milik Daruma tidak hanya merusak benda di atas daratan. Tapi daratan itu sendiri ikut rusak karenanya.

Tabrakan 10 tornado tersebut, membuat ledakan elemen angin yang sangat besar.

Pohon-pohon terpotong lalu terlempar ke atas, daratan pulau terbongkah bak paku raksasa yang ditancap kemudian ditarik paksa ke segala arah, bahkan sang ombak tak pernah menggerutu sekeras ini.

Tetapi …

“Brengsek kau Gravito. Bisa-bisanya kau masih berdiri disana. Ternyata ini yang membuat James terkesan. Cih!”

Gelombang angin sudah mereda. Pohon-pohon yang tadi ikut terseret ke udara, kini saling berjatuhan.

Daruma menatap kobaran itu dengan serius.

“Hei Gravito! Aku sudah menyelesaikan giliranku. Sekarang giliranmu! Seranglah aku! Aku akan coba menangkisnya,” tutur Obuki Daruma lantang dengan penuh harga diri dan sifat jantan.

“Kalau begitu, aku mulai. Bersiaplah Daruma,” ucap Gravito Noir.

Masih di selimuti Zirah, ia bersiap-siap melancarkan serangan.

“One Million,” kata Gravito lirih.

Jrag!

Lutut Daruma jatuh ke tanah.

Slamet melihatnya dengan tatapan yang biasa saja. Inilah kekuatan gravitasi Kak Grav.

Kenapa ini? Kenapa tubuhku berat sekali?

Brak!

Semua tubuh Daruma jatuh ke tanah posisi tiarap/tengkurap.

Gravitasi dalam radius yang cukup luas di area Daruma berdiri, menjadi sangat berat. Alhasil daratan tersebut terhunjam ambles ke dalam.

Tubuhnya seakan-akan didorong ke bawah secara paksa.

Bajingan kau Gravito! Kau pikir kau bisa mengalahkanku dengan ini? Kau terlalu meremehkanku …

“WORYAAA!”

Melihat lawannya berteriak keras hendak berdiri, membuat bola mata Gravito agak membesar dari balik Zirah.

Obuki Daruma … sesuai reputasinya dia sangat kuat. Bahkan setelah aku gunakan gravitasi level 1 juta milikku, dia masih sanggup berdiri. Kalau begitu …

“Two Million.”

Drrrrrr!!!!

Area pertarungan semakin terporosok ambles ke dalam serta tubuh Daruma terjatuh lagi dan lebih berat 2 kali lipat.

“Brengsek kau Gravito!” teriak Daruma seraya menahan berat yang amat menghimpit tubuhnya.

Aku, Obuki Daruma, Unique peringkat 15 dunia. Kalah dari orang yang tak dikenal seperti ini? Ini mustahil.

Aku masih bisa mengeluarkan puluhan tornado lagi, tapi … aku rasa itu tidak akan berguna. Aura hitam pekat yang menyelimuti Gravito, aku tidak tahu apa itu. Tapi itu melindunginya.

Bahkan tubuh Gravito tidak tergores sedikitpun akibat serangan tornadoku tadi. Brengsek kau Gravito! Siapa kau sebenarnya?

“Hei Daruma! Aku akan menghitung mundur dari 10. Kalau sampai hitungan ke-0 kau tidak sanggup berdiri, aku akan anggap kau pihak yang kalah,” tegas Gravito.

“Si brengsek itu ….”

“10! … 9! … ” Gravito mulai menghitung mundur.

Arghhghhghh … beban ini berat sekali. Aku tidak bisa bergerak. Sial! SIAL!!!

“3! … 2! … 1! … “

“Hei Daruma, aku akan melepas gravitasiku. Jadi akuilah kekalahanmu!” ujarnya lantang.

“BAIKLAH! AKU MENGAKU KALAH! Cepat lepaskan brengsek! Ini berat sekali!”

Dwhh! Whushh …

tekanan gravitasi mulai normal.

“Hah … hah … hah ….” Serpihan tanah di depan mulutnya terpukul berat oleh hembusan nafas. Berangsur-angsur bangkit dibantu kedua tangannya.

Berdiri agak membungkuk masih menahan rasa sakit sembari tangan kanan memegang pundak kiri, dan tangan kiri menggelantung lemas ke bawah.

“Hei Gravito. Siapa kau sebenarnya?” tanya Obuki Daruma penasaran sambil terengah-engah.

“Aku? Aku sama sepertimu. Seorang Unique,” jawab Gravito.

Dia pasti sedang bercanda. Baru pertama kali aku melihat tekanan gravitasi seperti ini. Seingatku, Unique yang sering memakai kekuatan gravitasi adalah Unique dari Korea.

Bagaimana bisa di Indonesia ada pengguna gravitasi juga? Apakah Gravito belajar dari Unique Korea?

Ah … tidak. Itu mustahil. Mengingat level gravitasi Gravito lebih tinggi dari para Unique Korea. Sialan! Teka-teki macam apa ini.

“Hei Daruma, ayo ikut aku. Aku akan membuatkan teh dan makanan untukmu,” ucap Gravito sopan kepada tamu.

Daruma tertegun sambil matanya terbeliak sejenak.

“Um … o-oke. Sepertinya minum teh sebelum pulang bagus juga,” balas Daruma sedikit canggung karena sudah terlalu percaya diri dari awal.

Penghalang Pulau Yang Dihancurkan: Chapter 3

Semenjak Adam dan Lucifer jatuh dari surga, Dia Yang Berada Di Atas Seluruh Makhluk menciptakan simbol kebaikan dan kejahatan.

Dipilihlah dari keturunan Adam para Unique sebagai simbol kebaikan. Lalu diciptakan lah bangsa-bangsa monster sebagai simbol kejahatan.

Kendati demikian, Dia Yang Maha Benar memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk memilih role kehidupan. Saat para Unique terpilih mendapatkan kekuatan, Dia membebaskan mereka untuk melakukan kejahatan atau kebaikan.

Begitu juga bangsa-bangsa monster. Saat mereka terlahir sebagai monster lalu tumbuh dewasa, mereka diberitahu bahwa mereka punya kebebasan memilih.

Bumi adalah satu hal. Dan fakta bahwa Dia menciptakan makhluk lain di luar Bumi adalah hal lain.

Unique adalah sebutan untuk keturunan Adam yang diberikan kekuatan besar untuk melindungi Bumi. Namun diluar sana ... bisa saja ada makhluk lain yang lebih kuat dari mereka.

“Silahkan diminum Daruma. Makanannya biar kuambil dulu.” Gravito melenggang pergi.

Di tanah lapang berumput tipis yang terletak di atas bukit bertebing batu, dua kursi dengan satu meja berbahan kayu, telah disiapkan olehnya untuk menyambut tamu.

Daruma sedang duduk menikmati pemandangan bernilai jutaan dolar yang membentang di depan matanya.

Apakah dari awal Gravito tinggal di pulau seperti ini? Celingak-celinguk.

Bagus juga. Tenang dan asri. Tapi, bagaimana Gravito bisa bertemu James? Aku cukup penasaran dengan itu.

Platak! Gravito meletakkan piring makanan ke meja.

“Silahkan Daruma. Maaf kalau makanannya sederhana,” tutur Gravito.

“Santai saja … aku bukan orang pemilih."

Cuaca kembali cerah setelah pertarungan Gravito dan Daruma selesai. Angin mulai berhembus sepoi-sepoi seperti biasa menerpa bukit.

“Halo Daruma San, a-aku Slamet. Boleh minta foto?” pungkasnya dengan ekspresi yang masih kaget melihat Unique peringkat 100 besar dunia.

Daruma menatap bocah yang minta foto itu sejenak, lalu membolehkannya. Dengan lugu, Slamet meminta Gravito untuk memotret mereka berdua.

Dia tidak ada masalah dengan sikap muridnya tersebut. Mungkin karena mereka berdua sudah seperti saudara.

“Hei Gravito, siapa bocah ini? Kau tadi bilang dia muridmu ya? Bagaimana kau bisa bertemu dengannya? Kau kan tidak terkenal?” tanya Daruma yang masih bingung dengan teka-teki Gravito.

“Dia namanya Slamet Riyadi. Dia juga seorang Unique seperti kita. Sekitar 1 tahun yang lalu aku sedang memburu monster yang memangsa para warga desa terpencil, lalu Slamet tidak sengaja melihatku membunuh para monster.”

“Tiba-tiba, dia memohon kepadaku untuk menerimanya sebagai murid,” jawab Gravito sambil minum teh santai.

“Hei Slamet, coba perlihatkan kekuatanmu kepada Daruma,” perintah Gravito.

“Oke, Kak Grav.”

Wuiiing!

Mendadak di hadapan Daruma muncul bola cahaya kuning yang cukup besar dan sangat silau sekali. Saking silaunya, Daruma sampai harus menutupi matanya dengan tangannya.

“Hei Gravito, suruh bocah itu berhenti!”

“Cukup Slamet!”

“Dasar! Ngomong terlebih dahulu kek, kalau kekuatannya bikin mata sakit. Oi Gravito, ngomong-ngomong kenapa kau -” ucap Daruma yang tiba-tiba berhenti sambil menoleh ke arah Gravito.

Pantas saja Gravito tidak kesakitan melihat cahaya tadi. Ternyata dia sudah pakai kacamata hitam. Si brengsek ini!

Detik ini, tiba-tiba saja mata Daruma membelalak. “Uh, barusan-” Dia merasakan sesuatu di belakangnya. Alisnya menajam sembari pupilnya menyudut ke samping seakan melihat ke belakang.

“Oh … sekarang aku paham. Jadi cahaya kuning tadi hanya untuk mengalihkan musuh ya. Mengingat kau sudah berada di belakangku?” ujar Daruma yang sedikit kaget dengan hawa keberadaan Slamet yang sudah di belakangnya.

“Benar Daruma San. Itu hanya cahaya silau untuk membutakan lawan, lalu biasanya aku menyelinap ke belakang dan membunuhnya. Itu yang diajarkan oleh Kak Grav.”

Obuki Daruma menoleh ke belakang.

“Terus, gimana caramu agar ….” Tiba-tiba Daruma diam.

Gravito bajingan! Seandainya aku yang bertemu bocah ini, aku pun akan menjadikannya murid. Jadi mata itu yang menjelaskan kenapa dia bisa melihat dalam cahaya silau?

Aku tidak menyangka akan bertemu pengguna mata khusus di Indonesia. Aku sudah bertemu beberapa. Tapi faktanya, Unique pengguna mata khusus di dunia sangatlah sedikit.

Gravito menyadari kalimat Daruma yang terputus.

“Daruma, apa kau kaget melihat mata Slamet? Aku juga begitu diawal. Sangat keren bukan?”

Diam senyap tak bergeming, sembari memandangi mata bocah di hadapannya.

“Kau benar Gravito, aku cukup terkejut. Karena Unique pengguna mata khusus sangatlah sedikit di dunia ini. Bahkan kalau ada yang mengatakan bahwa pengguna mata khusus itu langka, aku rasa perkataan itu tidak berlebihan,” tutur Obuki Daruma.

“Hei Slamet, kapan kau mendapatkan anugerah kekuatan Unique?” tanya Daruma penasaran.

Slamet mengingat-ingat seraya jarinya menyentuh bibir. “Seingatku … saat aku masih 8 tahun Daruma San. Memangnya ada apa?”

Dengan tatapan santai, Daruma bertanya, “Apakah ada pesan suara setelah kau mendapatkan kekuatan Unique? Kalau ada, coba katakan isi pesannya!”

“Pesan suara? Oh … maksudnya yang itu. Kalau tidak salah pesan itu berkata seperti ini, ‘Kau terpilih menjadi Unique. Kekuatanmu berhubungan dengan cahaya. Kau juga diberi anugerah mata Jourius. Gunakanlah kekuatanmu sesukamu. Kebaikan atau kejahatan. Kau akan mendapat balasan setimpal pada hari penghakiman’,” ucap Slamet.

Daruma membalikkan badannya, dan kembali duduk dengan posisi santai menikmati suasana.

“Hampir semua Unique mendengar pesan itu saat mereka mendapatkan kekuatan. Jadi matamu itu bernama Jourius ya. Apakah ada kemampuan lain dari mata itu selain yang tadi?”

Benak Slamet melayang mengingat-ingat. “Aku tidak tahu Daruma San. Mungkin kalau aku berlatih lebih keras lagi, akan ada kemampuan baru dari mata ini. Tapi sejauh ini, mata ini hanya membantuku untuk melihat dalam cahaya yang sangat silau. Aku bisa melihat normal dengan mata ini, tanpa kesakitan sedikitpun.”

“Slamet, coba tunjukan itu juga kepada Daruma,” sahut Gravito sambil mengupas buah salak.

Slamet mendongak seraya memikirkan maksud perkataan gurunya. Tunjukan itu? Sebentar … oh yang itu! Ok-ok.

“Oh iya, aku lupa.” Dia berjalan cepat menuju depan Daruma.

“Daruma San, aku juga bisa mengkloning diriku seperti ini,”

Wung-wung-wung-wung-wung!

Dalam waktu cepat, tubuh Slamet Riyadi menjadi 6. 1 tubuh asli, dan sisanya tubuh kloningan. Obuki Daruma cukup terkesan dengan kemampuan Slamet.

“Hei Gravito, muridmu cukup keren juga ya."

Gravito menyeringai.

“Iya kan? Aku terima saja dia jadi muridku. Lumayan, bisa jadi lampu pas mancing tengah malam di laut.”

“Hei Slamet, coba tunjukan yang lebih keren,” perintah Gravito.

“Maksudmu yang itu Kak Grav?”

“Iya lah! Yang mana lagi?”

“Tapi Kak Grav, bukannya nanti Daruma San akan-”

“Udah, tunjukin aja! hehe” seru Gravito sambil tertawa lirih.

“Tunjukin apa?” ucap Daruma bingung.

WUIIING!

5 kloningan tadi, berubah jadi ledakan bola cahaya dengan ukuran cukup besar yang sangat silau.

Kelima ledakan cahaya itu sangat padat dan cukup besar, sampai-sampai membuat tubuh Gravito dan Daruma di posisi duduk mereka, tertutupi oleh cahaya.

“Bajingan! Sudah berhenti. Mataku sakit brengsek!” ucap Daruma kesal.

Syiung.

“Kau tidak apa-apa Daruma San?”

“Tentu saja aku tidak apa-apa. Kau pikir aku ini siapa?” ungkapnya kesal.

Sontak Daruma melengos ke kiri menatap Gravito, karena merasa ada yang tidak beres.

Benar, sesuai dugaanku. Lagi-lagi si bajingan ini sudah pakai kacamata hitam. Brengsek! Aku nggak dipinjami lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!