NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Hot Bodyguard

Bab 1 | Awal kisah

Di sebuah kamar kost, pria bernama Eric, yang telah rapih dengan seragam office boy tempat kerjanya, berdiri tegap di depan cermin besar, ia memperhatikan tubuhnya dari atas kepala hingga kaki, tangannya bergerak merapihkan rambut dengan sisir di genggamannya, tak lupa dengan kaca mata yang bertengger nyaman di hidungnya, semakin membuat kesan pria maskulin makin menguar dari tubuhnya.

"Semoga hari ini adalah hari baik untuk ku"

Eric yang merasa penampilannya sudah rapih, ia mengalungkan tas ransel nya ke punggung, kakinya terayun keluar kamar kost dan berjalan mendekati motor jadul kesayangannya, lalu melajukan motornya ke tempat kerjanya.

Eric berlari tergesa tergesa masuk ke dalam gedung menjulang tinggi yang akan menjadi tempatnya mengais rezeki, matanya memicing melihat arloji yang melingkar di tangannya.

"Jam ku mati"

Helaan nafas keluar dari bibirnya, kaki jenjangnya melangkah cepat menuju ruangan office boy, namun karna tak berhati hati, tanpa sengaja ia menabrak tubuh seorang perempuan yang tengah menundukkan setengah tubuhnya, karena tabrakan nya lumayan keras, hampir saja tubuh perempuan tersebut jatuh ke lantai, dengan reflek cepat Eric menangkap tubuh perempuan tersebut agar tak terjatuh.

"Maafkan saya Nona! "

Eric membantu perempuan tersebut untuk berdiri dengan tegap, Eric membungkukkan tubuhnya berulang kali untuk meminta maaf, menunjukan bahwa dirinya merasa begitu menyesal.

"Nona baik baik saja? "

Eric memutari tubuh perempuan tersebut guna memastikan apa ada luka pada tubuh perempuan tersebut, sementara perempuan tersebut hanya diam saja, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir tipisnya.

"Maaf Nona apa Nona baik baik saja? "

Meski ia tak melihat ada luka pada tubuh perempuan yang ia tabrak, ia kembali menanyakan keadaan perempuan yang sedari tadi diam, ia mengibas ngibaskan tangan kehadapan perempuan tersebut, hingga perempuan tersebut tersadar dari lamunannya.

"Ahh, iya aku baik baik saja"

"Sekali lagi maafkan saya Nona🙏"

Eric kembali membungkukkan tubuhnya, kemudian kembali mengayunkan kaki menuju ruang khusus office boy dan office girl untuk absen sebelum memulai bekerja.

"Pagi Ric, kamu baru datang? "

Siska atasan Eric, menatap Eric yang baru datang dengan senyum ramah di wajahnya, buku absensi dan sebuah bolpoin ada di tangannya.

"Pagi Mbak, iya, maaf aku terlambat Mbak"

Eric menundukkan kepalanya di hadapan Siska, paham betul dengan kesalahannya.

Siska tersenyum dengan kejujuran Eric, lalu berkata, "Tidak, hanya 5 menit" Siska menggelengkan kepalanya dan tak memudarkan senyum ramahnya.

"Isi absen, dan mulailah bekerja! "

Meski senyum ramah terukir jelas di bibirnya, namun ia tetap berucap tegas.

Eric segera mengisi absennya, lalu bersiap untuk bekerja.

"Terimakasih Ric, Kamu tugas di lantai 10 ya! "

Eric mengangguk mengerti, setelahnya mengambil alat tempurnya, kakinya melangkah keluar dari ruangan tersebut, lalu masuk kedalam lift menuju lantai 10,dan segera mengerjakan kewajibannya.

Ting!

Lift terbuka, kakinya melangkah keluar dan berjalan tenang di sepanjang koridor yang cukup sepi, mata mengedar, melihat situasi koridor yang begitu sepi, matanya melihat tulisan yang terdapat di setiap pintu yang di lewati.

"Sepertinya di sini ruangan para petinggi perusahaan ini"

Eric membatin, kakinya terus melangkah menuju ke sudut koridor, menuju 2 orang dengan profesi yang sama dengannya, dan berniat untuk membantu mereka.

"Ada yang bisa ku bantu? "

Eric tersenyum ramah pada 2 orang teman satu profesinya, ia menawarkan diri untuk membantu keduanya, "Tidak Bang, kami sudah usai membersihkan sepanjang koridor ini", salah seorang dari keduanya menjawab, " Mungkin kamu bisa memulai membersihkan ruangan ruangan yang ada di sini Bang" , salah seorang lagi menimpali, "Kami turun terlebih dahulu Bang, karena tugas kami di lantai ini sudah usai Bang", seorang lagi berucap, " Semangat Bang! " Kedua orang itu menepuk bahu Eric, dan bergegas pergi setelah mendapat anggukan kepala dari Eric.

"Apa aku harus membersihkan semua ruangan di lantai ini sendirian? tidak ada yang membantu ku? "

Helaan nafas keluar dari mulutnya, jika pun memang harus ia sendiri yang mengerjakan semuanya, tak apalah pikirnya, lagi pula ia bekerja kan di bayar, jadi ia akan mengerjakannya dengan penuh semangat, meski peluh akan memenuhi tubuhnya.

Eric melangkah mantap mendekati seorang perempuan yang duduk di meja kerjanya yang berada di depan sebuah pintu bertuliskan Ruang Direktur Keuangan.

"Ada yang bisa saya bantu Mas? "

Perempuan tersebut bangkit dari duduknya, bibirnya mengukir senyum ramah, matanya menatap lekat lelaki yang berdiri di hadapannya, dengan menggunakan seragam office boy.

"Nona mau minum? "

Eric hendak memulai bekerja, dengan mengawali untuk membuatkan minum untuk perempuan yang sudah pasti adalah seorang sekretaris dari seorang petinggi di perusahaan tempatnya bekerja.

Perempuan tersebut tersenyum lalu berkata, "Sesungguhnya aku belum memerlukan minum, jikalau aku ingin minum, aku dapat membuatnya sendiri", Perempuan tersebut menggantungkan ucapannya untuk tersenyum ramah pada lelaki yang berdiri di hadapannya, " namun karena ku tau itu tugasmu, baiklah tolong buatkan aku susu coklat hangat ya Mas"

"Baik Nona, saya akan segera bawakan untuk Anda"

Dengan semangat Eric naik turun pantry ke lantai 10 untuk membawakan pesanan orang pertamanya di hari ini.

"Silahkan di nikmati Nona"

Eric meletakan segelas susu coklat hangat pesanan Perempuan yang menjabat sebagai sekretaris Direktur Keuangan tersebut, tak lupa ia membungkukkan tubuhnya memberi hormat.

"Terimakasih Mas"

Senyum manis terukir nyata di bibir ranum Perempuan tersebut, dan kembali menyesap susu coklat hangat buatan Eric.

"Maaf Nona"

Eric menghentikan ucapannya, menunggu Perempuan tersebut hingga meletakan gelas tersebut ke atas meja kerjanya, dan memusatkan pandangan pada Eric.

"Apa ada tugas lagi untuk saya kerjakan Nona? "

Perempuan tersebut sejenak berpikir, lalu matanya berbinar, setelah mendapatkan jawaban untuk Eric, "Masuklah, mungkin di dalam ada yang perlu kamu kerjakan Mas" , Perempuan tersebut membukakan pintu ruangan atasannya, dan mempersilahkan Eric untuk masuk, setelahnya ia kembali ke meja kerjanya.

Eric mengedarkan pandangan, melihat ruangan yang begitu luas, bahkan berkali kali lipat lebih luas dari kamar kost miliknya, namun ruangan tersebut nampak sepi tak berpenghuni.

"Permisi"

Eric berkata, matanya berkeliling kemana mana, seraya berjalan mundur, meski begitu ia mencari sesuatu hal yang sekiranya dapat ia kerjakan, matanya seketika tertuju pada tumpukan kertas di atas meja yang berantakan, nalurinya bergerak untuk merapihkan kekacauan tersebut, setelahnya merapihkan sofa, dan menyapu lantai lalu mengepelnya, Eric kembali mengedarkan pandangan, melihat ruangan yang begitu rapih, sebelum ia membersihkan lantai ruangan tersebut, sesungguhnya ruangan tersebut sudah cukup bersih.

Eric melangkahkan kaki menuju jendela, tangannya menyingkap gorden, sehingga nampak lah pemandangan indah gedung gedung pencakar langit di kota Jakarta.

"Indahnya"

Ia menarik nafas lalu menghembuskannya dengan perlahan, menikmati pemandangan indah yang masuk kedalam netra penglihatannya, sampai akhirnya suara seseorang membuatnya terjingkat kaget.

"Kamu Siapa? "

...****************...

Nama : Eric Abram

Usia : 25 Tahun

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Catatan Penulis :

Untuk visual karakter novel ini, Penulis mencari visual yang menurut Penulis cukup sesuai dengan karakter novel ini, baik dari lock, dan kepribadian yang dianggap cocok.

...Bantu Like, komen, rating 5, vote, dan hadiahnya ya! Terimakasih....

Bab 2 | Kembali Menjadi Pengangguran

Poin Of View Eric Abram

"Kamu Siapa? "

Suara seseorang dari balik punggungku membuat ku yang sedang asik menikmati pemandangan indah gedung gedung pencakar langit di hadapan ku terkesiap.

Perlahan ku membalik tubuhku, kepala ku menunduk takut, ku remas tangan ku sebagai luapan ketakutan ku.

"Kamu Siapa? "

Orang itu kembali bersuara, ku dengar orang tersebut berbicara dengan nada dingin, jujur aku merasa menyesal sudah masuk ke ruangan ini.

"Angkat kepala Mu, tatap saya jika sedang bicara dengan saya! "

Perlahan ku naikan pandangan, terlihatlah sepasang kaki jenjang di hadapan ku, dengan sepatu high heels di telapak kakinya, sudah dapat ku pastikan orang di hadapan Ku pastilah seorang Perempuan, semakin ku naikan pandangan, dan terlihatlah wajah cantik dengan ekspresi dingin di hadapan ku, ku lihat matanya menatap menyelidik ke arah Ku.

"Sedang apa kamu disini? "

Perempuan tersebut bicara pada Ku dengan nada mengintimidasi dan menatapku penuh curiga.

Kulihat Perempuan tersebut seperti mencari sesuatu di meja kerjanya, dahi ku berkerut melihat meja yang sebelumnya sudah ku rapih kan dan bersihkan, kini sudah kembali berantakan.

"Kemana berkas penting itu? "

Nampaknya Perempuan itu tengah bergumam, namun masih dapat ku dengar dengan jelas, sebab posisi ku saat ini yang berdiri tak jauh dari posisi Perempuan itu berdiri.

"Kamu mencuri berkas penting Saya? "

Seketika mataku membulat mendengar ucapan asal Perempuan ini, yang asal menuduh ku jika aku mencuri berkas penting miliknya, berkas apa? bahkan aku tidak mengerti berkas apa yang Perempuan ini maksud, dan sekarang dengan mudahnya Perempuan ini menuduh ku, bagaimana bisa.

"Maaf Nona, saya tidak melakukan apa yang anda tuduhkan pada saya! "

"Saya tidak menuduh Mu! tetapi jika bukan kamu lalu siapa? saya?, tadi sebelum ada kamu berkas itu ada di atas meja Saya, begitu kamu datang berkas itu hilang"

"Tetapi Nona, bukan saya yang mencuri, atau menyembunyikannya"

"Lalu maksud kamu, hantu yang mencurinya, lagipula untuk apa hantu mencuri berkas itu? "

Perempuan ini benar benar membuat kesabaran ku menipis, terlebih dengan nada suara perempuan tersebut yang nampak menyudutkan ku.

"Tetapi memang saya tidak melakukan hal itu Nona"

"Baiklah, lalu kamu kenapa berada di ruangan saya? siapa yang memberikan mu izin masuk keruangan saya tanpa seizin saya? "

dapat ku dengar perempuan itu menghembuskan nafasnya, namun ia kembali membuka suaranya dengan nada menyelidik nya.

"Sekretaris anda yang mengizinkan saya masuk Nona"

masih ku coba untuk memberikan senyuman ramah, meski dibalas dengan pelototan matanya, dengan ekspresi wajah mengintimidasinya.

"Omong kosong! "

Tiba tiba Perempuan itu menarik tanganku dengan kasar, aku dapat merasakan kekuatan yang besar digunakan Perempuan tersebut, sesungguhnya aku bisa saja melepaskan diri dari Perempuan ini, namun aku masih menghargainya sebagai seorang Perempuan, yang seharusnya di lindungi kaum laki laki, bukan justru di lukai kaum lelaki.

"Nona ada apa dengan Mas ini? "

Perempuan yang sebelumnya ku bantu buatkan susu hangat, menghentikan langkah kami, perempuan yang kini tengah menarik tangan ku memandang tajam pada perempuan yang sudah ku pastikan dia adalah sekretarisnya.

"Apa kamu yang mengizinkan pencuri ini masuk keruangan Saya! "

Suara perempuan ini sangat keras membuat telinga siapapun yang mendengarnya berdengung.

"Iya Nona, tapi maaf apa maksud Nona Mas ini pencuri? "

"Bukan urusanMu! "

Tanganku kembali ditarik oleh perempuan ini, membawaku ke sebuah ruangan, yang entah ruangan apa ini.

"Tunggu disini, jangan kemana mana! "

Perempuan ini melepaskan tanganku, setelahnya perempuan itu masuk kedalam ruangan yang kini berada di hadapanku, perempuan itu memintaku untuk menunggunya di luar ruangan ini, kulihat perempuan itu berdebat dengan seseorang di dalam sana, ku lihat juga perempuan itu menyerahkan sesuatu pada seseorang di dalam sana, seseorang di sana memberikan sebuah amplop pada perempuan tersebut, kulihat mereka kembali berbicara, sampai akhirnya perempuan tersebut keluar dari dalam ruangan yang ternyata adalah ruangan HRD.

"UntukMu! "

DahiKu berkerut melihat amplop yang sama seperti yang diserahkan orang di dalam ruangan HRD ke Perempuan tersebut, kini justru diserahkan padaKu, firasatKu sudah tak enak, tanpa di minta perempuan itu, aku langsung membuka amplop tersebut, dan terlihatlah apa yang tertulis di dalam kertas yang ada di dalam amplop, seketika mataKu membulat, pasalnya isi di dalam amplop tersebut adalah, surat pemecatan sepihak untukKu.

"Saya di pecat sepihak? "

"Ya! tunggu apa lagi? Pergilah dari Perusahaan ini, dan jangan pernah kembali! "

Sebab Ku tak ingin berdebat dengan kaum perempuan, yang notabenenya kaum tak pernah salah, aku menerima amplop beserta isinya, lagipula meskipun dipecat sepihak, aku masih mendapatkan setengah gajiku, aku turun ke lantai utama, dan masuk kedalam ruangan khusus office boy, untuk mengambil semua barang barang ku dan segera meninggalkan perusahaan, yang selama tiga bulan terakhir ini menjadi tempat ku mengais rezeki.

"Kamu mau kemana Ric? "

Suara seseorang membuatKu menghentikan langkah, rupanya suara Siska yang berjalan dari arah toilet.

"Pulang Mbak, saya di berhentikan sepihak!"

Aku menyunggingkan senyuman kecut Ku, aku teringat dengan semua kebaikan Mbak Siska padaKu.

"Bagaimana Bisa?, Apa kamu membuat kesalahan Ric? "

Raut khawatir dapat kulihat jelas dari wajah Mbak Siska, membuat hatiku tersentuh dengan kepedulian Mbak Siska, Aku berjanji untuk selalu menjaga dan membantu nya dalam kesulitan.

"Tidak Mbak"

"Lalu jika kamu tidak membuat kesalahan, mengapa kamu berhentikan sepihak? "

"Saya tidak tahu Mbak"

"Ayo ikut saya! "

Mbak Siska menarik tanganKu secara tiba tiba.

"Kemana Mbak? "

"Ruang HRD! "

"Untuk? "

"Untuk mendapatkan keadilan Mu Ric! "

Ku lepaskan tanganKu dari genggaman Mbak Siska.

"Tidak Mbak, Saya sudah menerimanya, mungkin saja Perusahaan ini bukan rezeki saya"

"Tapa Ric? "

"Sudah Mbak, Terimakasih banyak Mbak, selama ini sudah baik pada Saya, semoga Tuhan selalu melindungi dan menyertai Anda dan keluarga Mbak"

Poin Of View Penulis

"Baiklah Ric, jaga diriMu baik baik"

Siska menepuk bahu Eric seolah memberikan kekuatan, perempuan itu sudah menganggap Eric sebagai adiknya.

Eric kembali melangkahkan kaki meninggalkan Perempuan tersebut.

Eric mengendarai motornya dengan perasaan kacau, bukan kacau sebab percintaan, melainkan ia bingung, harus menyambung hidup dengan bagaimana, pasalnya ia hanya memiliki uang dari setengah gajinya di bulan ini, yang baru saja di dapat sebagai pesangon pemecatannya, hingga akhirnya Eric menghentikan motornya di sebuah toko jam tangan untuk mengganti baterai jam tangannya.

Eric kembali melajukan motornya membelah jalanan, membawa motornya menuju ke kost kostan nya, Eric merebahkan tubuhnya ke atas ranjang kamar kostnya, tangannya memijat kening yang berdenyut.

"Bagaimana ini, uangKu menipis, kost juga belum ku bayar, mie instan hanya tinggal beberapa bungkus saja, persediaan beras pun mungkin hanya untuk esok hari saja"

Eric bermonolog.

...****************...

Bab 3 | Bertemu Kembali

Rabu, 17 Mei 2023

Eric terbangun dari tidurnya, suara alarm berdering, memenuhi kamar kost tersebut.

Eric bangun dari posisi tidurnya lalu mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang, sejenak Eric memejamkan mata dan memanjatkan doa memuji sang Pencipta, kemudian beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Eric keluar dari dalam kamar mandi, setelah membersihkan tubuhnya, ia beranjak menuju dapur untuk memasak nasi, setelahnya, sembari menunggu nasi matang, ia beranjak ke sofa yang terdapat di kamar kostNya, lalu didudukinya sofa tersebut, ponselnya sudah nyaman berada di genggamannya, jari jarinya lincah bergerak naik turun di layar benda pipih tersebut, guna mencari pekerjaan di media sosial, barangkali ada yang cocok dengannya, namun setelah tiga puluh menit berselang, tak satupun di temukan lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan pengalamannya.

"Belum ku temukan pekerjaan yang sesuai untukku"

Eric menghela nafas, diletakkannya ponsel di sofa dengan sembarangan, kemudian beranjak menuju masakan nasinya di dapur, dilihatnya nasi tersebut sudah matang, lalu ia mengambil mie instan kemudian memasaknya dan memakannya.

Setelah usai makan, ia membersihkan semua alat masak yang di pakai sebelumnya, lalu menuju kamar mandi untuk menggosok gigi.

****************

Kini Eric sudah rapih dengan kemeja panjang warna putih, dan celana panjang hitam, rencananya ia hendak mencari pekerjaan di perusahaan sekitar kost nya, setelah tadi ia cari di media sosial tak menemukan yang sesuai dengan dirinya, ia memutuskan untuk mencari pekerjaan langsung ke perusahaan dekat dari kost nya.

Eric melajukan motornya menuju fotocopy dan toko alat tulis, untuk mempersiapkan semua berkas yang diperlukannya untuk melamar pekerjaan.

Sesudah urusannya usai di tempat tersebut, Eric kembali melajukan motornya entah kemana.

Eric memperhatikan semua bangunan yang dilaluinya, barangkali terdapat lowongan pekerjaan untuknya, dan benar saja tak lama ia berkendara, ia melihat sebuah rumah makan yang tengah membuka lowongan pekerjaan, di belokannya lah motornya ke parkiran rumah makan tersebut, lalu memasuki tempat tersebut untuk melamar pekerjaan, namun harapannya pupus sudah, sebab posisi yang dicari sudah di tempati oleh orang yang lebih dulu datang ke tempat tersebut, kembalilah Eric melajukan motornya melintasi perusahaan tempat kerjanya tiga bulan lalu.

"Gabriel Group, besar nan megah"

Eric bermonolog sembari kepalanya mendongak melihat perusahaan menjulang tinggi di sebrang jalan yang saat ini ia lalui.

Eric terus melajukan motornya, sesekali menghentikan laju motornya di tempat yang membuka lowongan pekerjaan, namun tak kunjung mendapat pekerjaan, banyak sekali alasan mengapa ia tak di Terima di tempat tempat tersebut, mulai dari latar belakang pendidikan yang hanya lulusan SMA, dan juga kurangnya pengalaman bekerja, memang untuk postur tubuh Eric memenuhinya, namun entah apa pertimbangan tempat tempat yang di hampiri Eric tersebut tetap menolaknya.

Eric terus berkendara di jalan, sampai tanpa sadar jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang waktu jam makan siang, Eric memutuskan untuk menepikan motornya di sebuah warung padang, mulanya ia berpikir untuk kembali ke kostnya, namun ia urungkan niatnya melihat jarak dari tempatnya saat ini terlalu jauh jika untuk kembali ke kost hanya untuk makan siang, akhirnya ia makan di warung padang tersebut, sembari beristirahat sejenak, dan membaca beberapa lembar koran yang terdapat di atas meja tempatnya makan.

Ia membolak balikan koran tersebut, dibacanya dengan teliti huruf per hurufnya berharap semoga ada yang ia cari, namun tetap saja, tak ada satupun informasi lowongan pekerjaan di koran tersebut.

Setelah membayar makanannya, Eric kembali melajukan motornya, dan sama seperti tadi, Eric berhenti beberapa kali di tempat yang membuka lowongan pekerjaan, namun sama saja, belum di temukannya pekerjaan untuknya, Eric sudah mulai putus asa, akhirnya Ia kembali memutar arah laju motornya untuk kembali ke kostnya, sebab kini hari sudah mulai sore.

Perjalanan Eric terhambat sebab melihat sebuah mobil berhenti di depannya, sehingga menghalangi perjalanannya, karna posisi mobil tersebut, tepat di tengah jalan, dan juga posisi jalanan entah mengapa sangat sepi di daerah tersebut, meskipun ada yang melintas, mereka melintas saja tanpa menggubris keberadaan mobil di depan ku.

Eric menoleh kesana kemari, tak di temuinya orang yang hendak melintas di lingkungan tersebut, Eric hendak kembali melajukan motornya dan tak menghiraukan mobil yang berhenti di depannya, namun niatnya terkalahkan dengan rasa penasarannya.

"Ini mobil kenapa ya? Hmm, apa ada pengemudinya? "

Rasa penasaran Eric membuat Eric melangkahkan kaki ke arah mobil tersebut, lalu menundukkan setengah tubuhnya melihat ke dalam mobil, namun kaca mobil tersebut cukup gelap, membuat Eric sedikit kesulitan melihat keadaan di dalam mobil tersebut, akhirnya ia mengetuk kaca mobil tersebut.

Tok tok tok..

"Ada orang? "

Eric terus mengetuk kaca mobil tersebut, sembari memanggil manggil pengemudi yang berada di dalam mobil,

"Ada orang? "

Eric yang tak kehabisan akal, ia pun berusaha membuka pintu mobil tersebut, namun usahanya sia sia, nampaknya mobil tersebut terkunci, Eric berpikir cepat, kemudian ia berlari ke pinta mobil sisi lain, dan mengambil batu berukuran lumayan besar, dan di gunakan untuk memecahkan kaca mobil tersebut, namun kaca tersebut cukup sekali di pecahkan oleh batu di genggaman Eric, meskipun kaca tersebut sudah retak dengan parah, namun belum berhasil membuat kaca tersebut pecah.

Meski kaca tersebut belum pecah, namun hal itu membuat Eric dapat melihat keadaan di dalam mobil, dan benar saja, ada seorang perempuan duduk di balik kemudi, dengan posisi kepala berada di setir kemudi, mungkin perempuan tersebut pingsan.

"Nona, Nona.. "

Eric semakin keras memukulkan batu ke kaca mobil tersebut agar segera pecah, dan dapat membuka pintu mobil secara paksa, sembari memanggil manggil perempuan yang berada di dalam.

Piyar....

Akhirnya kaca mobil tersebut pecah, Eric segera menyingkirkan serpihan kaca, agar tak menghambatnya saat menolong perempuan tersebut.

Eric perlahan membuka pintu tersebut dari lubang kaca yang berhasil ia pecahkan, dan berhasil, perlahan ia mendekati perempuan tersebut, jarinya bergerak untuk mengecek urat nadi perempuan tersebut, dan hasilnya Eric bernafas lega karena perempuan tersebut masih hidup, tangannya bergerak untuk mengangkat kepala perempuan tersebut, yang membuat matanya membulat dan mulutnya terbungkam karena terkejut.

"Nona ini"

Tanpa pikir panjang, Eric segera meraih tubuh perempuan tersebut, lalu di gendong di punggungnya, menuju motornya.

"Ayah"

Perempuan tersebut bersuara sangat lirih, namun masih dapat terdengar jelas oleh Eric.

"Iya, ini Ayah sayang"

Sahut Eric berbisik di depan telinga perempuan tersebut.

Eric mendudukkan perempuan tersebut di depannya, masih dengan posisi ia menggendongnya, namun saat ini perempuan tersebut berada di dada bidangnya, dengan posisi memeluk, praktis siapapun yang melihatnya akan mengira, bahwa mereka sepasang kekasih.

Perlahan Eric melajukan motornya menuju kostnya, dengan susah payah Eric mengemudikan motornya, sebab pandangannya terhalang dengan tubuh perempuan tersebut.

................

Eric memasuki kamar kostnya secara mengendap, Perempuan tersebut berada di gendongannya, meskipun suasana masih sore, namun entah mengapa, sore itu lingkungan kost menjadi sepi, seakan Tuhan membantu Eric untuk membawa perempuan tersebut ke kamar kostnya.

Eric merebahkan tubuh perempuan tersebut di kasurnya dengan sangat hati hati.

"Terimakasih"

Perempuan tersebut kembali bersuara, dengan sangat lirih, namun didengar oleh Eric yang memang posisinya belum beranjak sepenuhnya setelah merebahkan perempuan tersebut di tempat tidur.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!