NovelToon NovelToon

Aku Bukan Pelakor

Mabuk

Prang!!!

Suara pecahan piring dan gelas didapur rumah kecil itu terdengar begitu nyaring. Ditambah dengan suara teriakan dan bentakan kedua orang tua nya. Membuat Aluna yang berada dikamar benar benar sudah jengah. Dia menutup kedua telinga nya dengan bantal, namun tetap saja, suara makian ibu nya masih jelas terdengar.

Aluna menggeram, dia langsung mencampakkan bantal yang dia pegang kebawah tempat tidur. Wajahnya kusut, lelah dan juga ingin marah.

Ini bukan yang pertama kali dia mendengar kedua orang tuanya bertengkar. Namun sudah hampir setiap hari. Ada saja yang mereka ributkan. Mulai dari masalah ekonomi, dan sekarang masalah ayahnya yang berselingkuh dengan janda satu komplek mereka.

Astaga....

Rasanya Luna benar benar muak hidup ditengah tengah keluarga ini. Usianya masih 20 tahun, tapi Luna sudah tidak lagi melanjutkan sekolah karena orang tuanya yang tidak mempunyai biaya. Ibunya hanya seorang penjual gorengan dipasar, sedangkan ayahnya hanya kerja serabutan dan terkadang menjadi calo disetiap stasiun kereta.

Luna sendiri, dia bekerja disebuah resto sebagai pelayan, dan itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

Malam ini Luna baru pulang bekerja, niat hati ingin beristirahat dan tidur dengan nyenyak, tapi malah disuguhkan dengan pemandangan memuakkan ini.

Entah dosa apa yang telah diperbuat Luna hingga dia terlahir dikeluarga seperti ini.

"Bisakah kalian diam? Setiap hari selalu aja ribut. Luna capek bu, pak" ucap Luna yang langsung menghentikan perdebatan kedua orang tua nya.

"Ibu juga capek Lun, lihat kelakuan bapak kamu ini. Udah tahu susah, malah sekarang nyari masalah sama janda bohay itu" sahut ibu. Nafasnya terlihat memburu memandang ayah Luna. Bahkan ditangan nya masih memegang sebuah sendok nasi. Mungkin tidak lama lagi barang barang dirumah ini akan habis jika setiap bertengkar selalu saja bermain dengan barang.

"Aku gak ngapa ngapain bu. Cuma ngobrol doang. Selalu aja nuduh suami yang enggak enggak. Gini nih yang buat aku gak betah dirumah" sahut ayah Luna

Luna semakin jengkel melihat mereka

"Kalian itu udah tua. Gak bisa apa damai sebentar aja. Malu bu, pak, didengar tetangga. Setiap hari ada aja yang diributin. Mana rumah udah kayak kapal pecah begini lagi" gerutu Luna

"Kamu diam aja. Kamu masih kecil mana tahu susahnya hidup berumah tangga. 21 tahun hidup, kayak gini aja. Susah terus, makan hati hidup sama bapak kamu ini" ucap ibu begitu kesal. Dan ayah Luna juga tidak kalah kesal mendengar itu.

"Kamu fikir kamu aja yang makan hati. Aku juga, punya istri kerjaan nya marah terus. Bukan nya dukung suami malah mikir negatif terus. Apa kamu fikir aku gak stress hidup sama kamu" sahut ayah Luna

"Aaaahhh kenapa sih gak ada yang mau ngalah. gak pernah mikirin perasaan Luna. Ribut terus, ribut terus. Muak Luna bu, pak" seru Luna dengan begitu kesal. Bahkan setelah mengatakan itu dia langsung melengos pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

"Mau kemana kamu Lun???" teriakan ibu Luna begitu menggema dirumah kecil mereka.

"Pergilah, pusing kepala Luna lihat kalian berantem terus" seru Luna dari dalam kamar.

Dia mengganti baju dengan cepat, memakai jaket dan juga helm serta membawa tas kecilnya dan pergi keluar rumah dengan tergesa.

Benar benar pusing melihat kelakuan kedua orang tuanya. Entah apa yang mereka ributkan, tapi sejak dulu memang seperti inilah kehidupan rumah tangga kedua orang tuanya yang tidak pernah akur dan harmonis. Terkadang Luna benar benar heran melihat mereka, kenapa mereka menikah jika hanya bertengkar seperti ini????

Apa pernikahan semenyeramkan itu???

Entah lah..

Luna melajukan motornya membelah jalanan malam yang masih saja ramai. Padahal hari sudah lewat jam sepuluh malam, tapi masih banyak orang yang berkeliaran dijalanan seperti ini. Apa mereka juga seperti Luna yang stress dengan keadaan??

Ah pemikiran bodoh. Mungkin didunia ini hanya dialah yang paling sial.

Luna melajukan motornya menuju kesebuah cafe, dimana disana tempat biasa teman teman nya berkumpul. Meski Luna orang biasa, namun pergaulan Luna cukup jauh. Bahkan bisa dibilang Luna sedikit nakal karena dia memang sering keluar masuk club malam hanya untuk sekedar menghabiskan waktu dan uang. Ya uang yang tidak seberapa. Bekerja satu bulan penuh, namun menghabiskan nya hanya sekedip mata.

Saat tiba dicafe, benar saja teman teman Luna ada disana, karena cafe ini memang milik orang tua teman nya.

"Lun... kemari lo. Tadi diajak katanya capek" ucap Gea

"Tahu nih, udah bagus tadi gak usah pulang dulu" sahut Yara pula

"Tadinya capek, pengen istirahat. Tapi gak jadi, pusing gue dirumah" jawab Luna

Teman teman nya langsung terbahak melihat Luna. Mereka cukup tahu seperti apa orang tua Luna jika sudah bertemu.

"Udahlah, kita pergi aja yuk. Malam ini Yara mau traktir, ngajak ke club punya kak Gery" ungkap Siska pula

"Punya kak Gery. Itukan club mahal, mana punya uang gue buat masuk. Belum gajian juga" ucap Luna

"Lah kan gue yang traktir gimana sih. Udah ah yuk, kita have fun disana. Motor lo tinggal aja disini" ujar Yara yang langsung menarik tangan Luna

Hingga akhirnya malam itu Luna pergi bersama teman teman nya kesebuah club malam yang memang cukup besar yang ada dikota itu. Luna benar benar melupakan kegundahan hatinya ketika berada disana. Apalagi dia bisa bersenang senang dan berekspresi bersama teman temannya.

Menghabiskan malam dengan berbagai hiburan. Meski hanya sekedar berjoged dan minum minum saja. Tidak pernah berlebihan, karena mereka juga masih ingat untuk menjaga diri mereka masing masing. Dan jika terkadang lupa, para bodyguard Yara yang membawa mereka pulang dan melindungi mereka dari lelaki hidung belang.

Berada disana merupakan surga dunia untuk Luna, setelah lelah hati dan batin akibat kerasnya kehidupan. Tapi ditempat ini dia bisa melupakan semuanya.

Suara hentakan musik yang kuat, hingar bingar orang orang yang ada disana benar benar membuat telinga nya tidak lagi mendengar ocehan ibu dan ayahnya. Kilauan lampu dan nikmatnya minuman alkohol juga bisa membuat Luna melupakan permasalahan hidupnya.

Ah.... ini benar benar nikmat, hingga tanpa sadar Luna sudah minum begitu banyak.

"Woiii... lu udah minum banyak banget. Entar mabok lu Lun" ujar Gea, wajah nya juga nampak memerah dan berkeringat karena dia yang memang sehabis berjoged dilantai dansa bersama Siska dan Yara.

"Dikit doang" gumam Luna, namun dia kembali meminum minuman itu hingga habis. Gea hanya menggeleng dan juga ikut minum. Mereka masih muda, namun pergaulan mereka benar benar liar.

Mereka bahkan menghabiskan waktu hingga hari hampir pagi. Bahkan para pengawal Yara sudah mulai berdatangan dan menarik mereka untuk pulang. Karena memang teman teman Luna sudah mabuk semua. Mereka tidak akan bisa pulang dengan keadaan seperti ini.

"Duluan aja pak, saya mau kekamar mandi dulu" ucap Luna seraya memegangi kepala nya yang sudah pusing.

"Beneran kuat?" tanya pria itu

"Iya lah, masih sadar kok" jawab Luna yang langsung berjalan mencari kamar mandi. Sedangkan teman temannya sudah masuk kedalam mobil semua.

...

Sementara didalam sebuah mobil, seorang pria tampan juga baru saja masuk kedalam mobilnya. Wajahnya memerah. Bau alkohol benar benar menyengat dari mulutnya. Sepertinya dia juga mabuk saat ini, hingga kini dia menyandarkan kepalanya disetir kemudi.

Fikiran yang kalut, dan juga emosi yang terpendam membuatnya menghabiskan waktu disebuah club malam dari pada dirumah. Rasanya sangat malas untuk pulang kerumah.

Pria itu bersendawa seraya dia yang membuka sedikit kancing kemejanya karena benar benar gerah. Rasanya butuh pelampiasan jika sudah seperti ini. Tapi dimana? Dia tidak mungkin jajan diluar. Tapi untuk pulang, rasanya juga percuma.

Matanya terpejam dengan kepala yang tersandar disandaran mobil, hingga tiba tiba dia terkejut saat melihat seseorang membuka pintu mobilnya dan duduk dengan seenak nya dikursi belakang.

Seorang gadis muda.

"Siapa kau?" tanya pria itu

"Uuhh panas sekali. Jalan pak, kita pulang ketempat biasa ya" gumam nya dengan mata yang terpejam seraya membuka jaket yang dia kenakan, hingga kini hanya tinggal menyisakan tangtop nya saja.

Pria tampan ini mengernyit, memandang lekuk tubuh gadis itu yang tentu saja membuat hasrat lelaki nya semakin membara.

"Keluar dari mobil ku" usir pria itu. Namun gadis itu, yang tidak lain adalah Luna membuka mata dan langsung tersenyum memandang pria tampan ini.

"Wah tampan sekali" gumam nya. Wajahnya memerah, bahkan dia sudah nampak terhuyung dan oleng. Luna sudah mabuk parah, hingga dia tidak sadar jika dia salah masuk mobil sekarang.

Pria itu menggelengkan kepalanya yang terasa berat. Apalagi ketika melihat Luna yang sudah terbaring dikursi belakang, lekuk tubuhnya sungguh mmebuat pria tampan ini tidak bisa menahan nya lagi. Hingga dia langsung berpindah kebelakang dan mengungkung tubuh Luna.

Mata Luna terbuka, membuat mereka saling pandang dengan lekat.

"Tampan nya" gumam Luna seraya meraba wajah pria itu. Hingga membuat pria itu semakin bergairah. Dan tanpa menunggu apapun lagi, pria itu langsung mencium bibir Luna. Mungkin karena mabuk, Luna juga membalasnya.

Dan malam itu, mereka benar benar menghabiskan malam hingga pagi menjelang.

Bagaimana jika mereka sadar nanti??????

Bimbang

"Aaarrrrggghhhhh!!!!!"

Suara teriakan Luna menggema begitu kuat didalam mobil itu. Membuat pria tampan yang tertidur disebelahnya langsung terbangun dan begitu terkejut memandang Luna yang meringkuk dan menutupi tubuhnya dengan sebuah jaket.

Dia juga memandang kearahnya, hanya mengenakan celana. Kemejanya? Sudah tersangkut dikursi depan.

Luna menangis ketakutan melihat tubuhnya yang sudah polos tanpa sehelai benang pun. Semua pakaian nya berserakan disekitar tempat duduk mereka. Membuat laki laki itu mengusap wajahnya dengan kasar dan langsung memalingkan wajahnya dari Luna. Dia langsung berpindah ke kursi depan. Wajahnya benar benar frustasi. Apa yang sudah dia lakukan semalam??? Ya tuhan... kenapa bisa begini.

"Kenapa saya disini. Tuan siapa?" tanya Luna dengan isak tangis yang tertahan

"Pakai pakaian mu" ujar pria tampan itu.

"Kenapa tuan tega ngelakuin ini???" gumam Luna seraya kembali mengenakan pakaian nya. Rasanya benar benar lengket dan perih dibagian inti tubuhnya. Sakit dan terasa terluka. Sudah jelas, jika mereka memang melakukan itu semalam.

Kenapa Luna tidak sadar? Dan kenapa dia bisa ada disini. Padahal semalam sepertinya Luna sudah masuk kedalam mobil pengawal Yara seperti biasa. Tapi kenapa sekarang malah berada didalam mobil orang yang tidak dia kenal???

Pria itu juga memakai kemeja nya kembali. Wajahnya benar benar frustasi dan sangat kusut. Dia benar benar menyesal karena tidak bisa menahan hasrat nya malam tadi. Hingga dia bisa melakukan hal itu pada gadis ini. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Apa yang harus dia lakukan setelah ini? Apalagi dia juga ingat, jika ternyata gadis ini masih perawan.

Luna tersandar lemas disandaran kursi. Air matanya masih terus mengalir meski dia sudah menahan nya. Luna memandang pria didepan nya dengan wajah sedih.

"Maaf, saya benar benar tidak bisa menahan hasrat saya. Kamu tiba tiba masuk kedalam mobil saya seenak nya, saya dalam keadaan mabuk malam tadi, dan kamu pun begitu" ucap pria itu.

Luna langsung tertunduk dan kembali menangis. Ya, Luna memang mabuk parah hingga dia tidak lagi menyadari apa yang terjadi.

Tapi kenapa bisa seperti ini? Karena kesalahan nya dia malah kehilangan masa depan nya sekarang.

"Saya sudah kehilangan masa depan saya tuan" lirih Luna

Pria itu memandang Luna dengan perasaan bersalah. Dia juga bingung harus apa sekarang. Bertanggung jawab dan menikahinya? Tidak mungkin kan. Dia sudah memiliki seorang istri! Dan bagaimana jika istrinya tahu kalau dia sudah melakukan ini dengan wanita lain.

Astaga...

Pria itu langsung tertunduk dan memijat pelipisnya yang benar benar terasa begitu berat. Masalah nya dirumah sudah cukup rumit, dan ditambah masalah baru seperti ini. Benar benar menambah beban hidupnya saja. Dia sangat mencintai istrinya, dan apa yang harus dia lakukan sekarang.

"Kenapa bisa terjadi. Saya harus apa sekarang?" gumam Luna yang masih saja menangis. Ingin menyalahkan, tapi dia tahu jika dia yang salah. Dia terlalu mabuk, dan bahkan samar samar dia mulai mengingat jika dia pun menikmati sentuhan lelaki ini malam tadi.

"Kamu mau apa dari saya?" tanya pria itu akhirnya. Dia menoleh kebelakang dan memandang Luna yang nampak begitu bersedih.

Luna menggeleng pelan.

"Mau apa? Satu gunung uang yang tuan tawarkan pun tidak akan bisa mengembalikan keperawanan saya. Dan lagi, saya bukan wanita panggilan yang dibayar tuan" ungkap Luna

Pria itu menghela nafas dan kembali tersandar. Dia benar benar bingung.

"Lalu kenapa kamu bisa ada disini dan mabuk parah seperti itu?" tanya pria itu.

"Saya salah, saya hanya main disini. Tapi tidak tahu kenapa saya malah tidak bisa menahan diri untuk minum. Saya kira saya sudah masuk ke mobil teman saya, ternyata malah masuk kedalam mobil tuan" jawab Luna, seraya dia yang mengusap wajahnya dengan kasar.

"Lalu saya harus bagaimana?" tanya pria itu. Dia benar benar bingung, dan begitu juga dengan Luna

"Saya belum siap menikah tuan, tapi saya juga bingung bagaimana dengan masa depan saya." jawab Luna pula.

Pria itu kembali menoleh pada Luna.

"Siapa nama kamu?" tanya pria itu.

"Aluna" jawab Luna

Pria itu mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya. Dan menyodorkan nya pada Luna.

"Ini kartu nama saya. Saya bukan seorang pria brengsek yang akan lari dari tanggung jawab. Tapi tolong beri waktu untuk saya berfikir apa yang harus saya lakukan kedepan nya" ujar pria itu.

Luna mengusap kembali wajahnya dan meraih kartu nama itu. Kartu nama yang bertuliskan nama Adrian Abiseka.

"Kamu bisa memanggil saya Adrian. Sekarang saya antar kamu pulang kerumah mu" ucap Adrian

Luna hanya bisa mengangguk pasrah. Dia benar benar tidak tahu harus apa untuk sekarang. Meminta pria ini bertanggung jawab dan menikahinya???

Tidak..

Luna benar benar tidak sanggup. Apalagi melihat pernikahan kedua orang tuanya yang benar benar tidak ada harmonisnya sedikit pun, membuat Luna benar benar takut.

Mungkin benar yang dikatakan oleh Adrian. Mereka memang perlu waktu untuk berfikir. Dan Aluna rasa jika Adrian juga bukanlah pria brengsek. Kartu nama ini sudah membuktikan jika dia pasti akan bertanggung jawab.

Dan akhirnya, pagi itu Adrian mengantar Luna pulang kerumah nya. Tidak ada apapun yang mereka bicarakan selama di perjalanan. Fikiran mereka masih sama sama kalut dengan apa yang telah terjadi diantara mereka. Luna hanya membuka suara saat dia memberi tahu dimana alamat rumah nya.

Hingga satu jam kemudian, mobil yang dikendarai oleh Adrian sudah tiba didepan sebuah rumah kecil dan begitu sederhana.

"Terimakasih tuan" ucap Luna

"Jangan panggil saya tuan, kamu bisa memanggil nama saya saja" ujar Adrian.

"Iya baiklah mas Adrian" jawab Luna

Adrian mengangguk dan memandang wajah Luna yang kusut dan sedikit pucat. Bahkan dilehernya masih ada tanda bekas percintaan mereka semalam. Astaga... Adrian benar benar semakin merasa bersalah melihat ini.

"Segera hubungi saya jika kamu sudah menginginkan sesuatu" ujar Adrian.

Luna hanya mengangguk lemah dan langsung keluar dari dalam mobil. Berjalan masuk kedalam rumah meninggalkan Adrian yang memandang nanar gadis itu. Gadis asing yang sama sekali tidak dia kenali dan kini malah berhasil menambah beban hidupnya.

Adrian Abiseka..

Pria berusia 30 tahun yang bekerja sebagai pemilik showroom mobil dan juga beberapa bengkel yang ada dikota itu. Pria dewasa yang sudah memiliki seorang istri yang sangat dia cintai. Mereka menikah sudah tiga tahun ini, namun sama sekali belum memiliki anak.

Dan karena hal itulah yang menjadi pemicu masalah dalam rumah tangga nya. Bukan karena sulit mendapatkan keturunan atau salah satu dari mereka yang mandul, melainkan istrinya yang tidak ingin memiliki anak dan masih ingin terus meniti karir nya sebagai seorang model.

Bahkan sekarang rumah tangga mereka memang sedang dalam masalah. Bukan hanya karena masalah anak saja, melainkan masalah lain. Dan sekarang, ditambah dengan kejadian seperti ini. Membuat Adrian semakin bertambah pusing. Dia bukan tipe pria brengsek yang suka menduakan wanita. Adrian tidak seperti itu. Tapi jika sudah begini, dia harus apa?

Mengabaikan gadis itu?

Bukankah sama saja dia seperti seorang bajingan. Apalagi gadis itu yang masih suci.

Aaarhh sial sekali!

Kekesalan Adrian

Adrian turun dari mobil dengan wajahnya yang kusut. Berjalam masuk kedalam rumah dengan langkah lunglai. Rasanya tubuh Adrian benar benar lelah dan terasa sakit semua. Mabuk mabukkan, fikiran yang stress, bermasalah dengan seorang gadis, dan tidak ada tidur dengan benar sejak semalam membuat Adrian benar benar ingin mandi dan beristirahat.

Namun keinginan kecilnya itu sepertinya tidak akan tercapai. Karena saat dia membuka pintu, Vania, istri cantik Adrian berdiri dengan wajah marahnya yang begitu nyalang.

"Dari mana saja kamu?" tanya Vania

Adrian memandang Vania dengan pandangan datar. Dia benar benar tidak ingin bertengkar saat ini. Tapi setiap dia pulang kerumah, kenapa selalu wajah tidak enak ini yang dia lihat?

"Aku lelah, aku ingin beristirahat" ucap Adrian. Meski sebenarnya dia ingin menghindari Vania untuk sementara waktu. Rasa bersalah nya masih benar benar mengusik hati Adrian.

Adrian ingin berjalan masuk, namun Vania langsung menarik lengan nya.

"Adrian jawab aku!! Dari mana kamu semalaman ha??? Di showroom tidak ada, di bengkel juga tidak, dimana kamu tidur???" tanya Vania, nada suaranya bahkan terdengar begitu kuat.

"Vania aku lelah, aku bekerja di showroom Jaksel, ada masalah disana. Tidak bisakah kamu membiarkan aku istirahat" jawab Adrian

Vania tersenyum sinis dan menggeleng pelan. Dia menarik kemeja yang dikenakan Adrian dan mendekatkan wajahnya ketubuh Adrian.

"Kamu sudah mulai mau membohongiku hmm?" ucap Vania dengan pandangan mata yang begitu berani memandang tajam pada Adrian. Hal yang paling tidak disukai oleh Adrian selama ini. Namun dia masih selalu menahan.

Adrian terdiam, apa Vania mencurigai sesuatu??? Jika iya, mungkin setelah ini mereka pasti akan bertengkar hebat. Bahkan sangat hebat.

"Kamu mabuk mabukkan semalam kan" tuding Vania

"Kenapa memang nya?" tanya Adrian

Vania tersenyum sinis dan memukul dada Adrian dengan kuat.

"Usaha sudah mau bangkrut, cicilan rumah belum kamu bayar, kartu kredit ku juga sudah menunggak. Dan kamu malah mabuk mabukkan seperti ini. Dimana fikiran mu Adrian!!" teriak Vania begitu marah.

Adrian tersenyum sinis dan menggeleng. Selalu saja ini yang diungkit oleh istrinya.

"Sudah lah, aku sedang tidak ingin bertengkar dengan mu" ucap Adrian yang ingin kembali melangkah masuk kedalam kamar. Namun Vania segera menarik kembali lengan nya.

"Jangan selalu lari kamu. Tanggung jawab!!" bentak Vania

"Tidak bisakah kamu berbicara lembut sedikit pada suami mu ini Vania" sahut Adrian yang sudah kembali terpancing emosi.

"Heh... untuk apa aku berbicara lembut pada suami yang tidak berguna seperti mu. Kamu tidak pernah membuat ku senang Adrian, selalu saja menambah beban hidupku" seru Vania

"Kau" Adrian menggeram memandang Vania

"Apa?" tanya Vania dengan gestur tubuh yang benar benar menantang.

"Kamu mau marah ha??? Mau memukul ku?? Silahkan. Tapi memang begitu kenyataan nya kan. Kamu berjanji setelah kita  menikah kamu akan membahagiakan aku. Kamu akan selalu memenuhi segala kebutuhan ku. Tapi apa sekarang, lihat, rumah masih mencicil bahkan aku hanya ingin membeli tas saja kamu tidak mengizinkan nya" ungkap Vania panjang lebar.

Adrian mengusap wajahnya dengan kasar. Memandang Vania dengan helaan nafas yang begitu berat.

"Vania... tidak bisakah kamu mengerti sedikit dengan kondisi ku. Aku juga selalu berusaha untuk membahagiakan mu. Aku juga sudah berusaha untuk memenuhi segala keinginanmu itu. Tapi saat ini kondisi keuangan ku sedang menurun dan kita memang harus berhemat. Kamu tidak bisa selalu mengikuti gaya teman sosialita mu itu Vania"ujar Adrian

Namun Vania, wanita itu hanya menggeleng dan memandang kesal pada Adrian

"Kamu memang tidak niat untuk membahagiakan aku Adrian. Jika kamu mau kamu bisa meminta pada orang tua mu kan" sahut Vania.

Adrian menggeleng

"Aku tidak ingin selalu menyusahkan mereka. Lagipula keinginan mu juga bukan hal yang penting" jawab Adrian

Dan perkataan nya itu jelas membuat hati Vania semakin panas saja.

"Tidak penting katamu!! Enak sekali kamu berbicara seperti itu. Itu sudah tugas mu menjadi seorang suami yang memenuhi setiap kebutuhan ku. Aku butuh sesuatu yang bagus untuk menunjang karir ku Adrian. Kamu jangan lupa, jika salah satu showroom mu itu memakai uang hasil kerja kerasku" sahut Vania

"Tidak bisakah kamu berhenti dengan ambisi gilamu itu. Cobalah dirumah dan duduk manis menunggu ku pulang. Menjadi sitri yang baik dan melahirkan anak untuk ku. Mungkin hidup kita akan bahagia Vania" ucap Adrian

Vania mencebikkan bibirnya.

"Kamu saja tidak bisa membahagiakan aku, bagaimana kamu bisa membahagiakan anakku nantinya" sahut Vania.

"Vania... kamu melupakan begitu saja apa yang sudah aku beri" ucap Adrian

"Memang begitu, apa yang sudah kamu beri memang nya. Semua yang kamu beri itu memang sudah tugasmu" jawab Vania

"Kamu ingin aku membuat mu bahagia dan selalu memenuhi setiap keinginanku. Tapi kamu sendiri tidak mau berbuat begitu padaku. Apa itu adil?" tanya Adrian

"Kamu sudah mulai mengungkit tentang ini Adrian?" tanya Vania

"Bukan mengungkit. Hanya saja aku juga ingin melihat perasaan mu padaku Van. Aku lelah jika harus berjuang sendiri" jawab Adrian

Vania tersenyum kesal dan menggeleng.

"Ini memang sudah tugasmu. Jika kamu memang tidak suka, silahkan kamu cari perempuan lain yang bisa menjadi babumu dan hanya dirumah melayani mu setiap hari. Aku bukan pembantu yang hanya bisa melahirkan anak dan melayani mu" sahut Vania. Bahkan setelah mengatakan itu dia langsung pergi meninggalkan Adrian dan masuk kedalam kamar.

Brakk

Suara pintu kamar yang dibanting benar benar menggema dirumah itu. Membuat Adrian langsung jatuh terduduk diatas sofa mereka.

Vania, istri yang dia nikahi tiga tahun lalu. Seperti itulah sikapnya pada Adrian. Selalu ingin menang sendiri dan meminta apapun yang selalu harus dituruti. Hasil showroom dan bengkel yang Adrian kelola selama ini semua habis untuk menunjang karir modeling nya. Dan sekarang, bisnis nya sedang menurun dan tentu omset yang dia dapat juga tidak lagi banyak. Dan itu yang menjadi bulan bulanan Vania.

Belum lagi dengan tuntutan orang tuanya yang menginginkan cucu, tuntutan orang tua Vania yang selalu meminta ini dan itu. Semua benar benar membuat kepala Adrian ingin pecah.

Dia hanya ingin hidup tenang. Memiliki istri yang diam dirumah. Bukan sebagai pembantu, melainkan sebagai istri yang selalu ada untuk nya. Tidak mengharapkan apapun, hanya mengharapkan senyum istri yang menyambutnya ketika dia pulang kerja.

Sedangkan Vania, sama sekali Adrian tidak pernah mendapatkan hal itu. Vania jarang dirumah. Jangan kan untuk segelas kopi, untuk sebuah senyuman manis saja sangat jarang Adrian dapatkan. Vania hanya akan tersenyum lembut ketika Adrian memberikan apa yang menjadi keinginan nya.

Vania hanya sibuk dengan karir nya, karir yang benar benar membuat Adrian tertekan.

Adrian menoleh kearah kamar, dimana Vania sudah keluar dari sana dan menyeret kopernya.

"Mau kemana kamu?" tanya Adrian

"Bekerja lah, cari uang sendiri" jawab Vania dengan ketus

"Berhenti Vania. Berhentilah pergi. Kamu sudah keluar kota seminggu yang lalu, dan sekarang kamu mau pergi lagi" ucap Adrian

Vania memandang Adrian dengan kesal.

"Jangan melarang ku, aku akan berhenti bekerja ketika kamu sudah bisa memberiku semua yang aku mau" jawab Vania yang kembali menarik kopernya keluar rumah. Meninggalkan Adrian yang hanya bisa menghela nafas kesal.

Kenapa mencintai Vania sesakit ini???

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!