NovelToon NovelToon

Classified

Awal

...***Mulai...

...Senin, 15 Mei 2023...

...Jam : 21.00***...

Dipagi hari yang cerah ini, ada seorang gadis yang masih bergelung dengan selimut kesayangannya dan hal itu membuat sang kakak merasa kesal dibuatnya, karena sejak tadi dirinya sudah berusaha untuk membangunkan adiknya itu, tapi lihat adiknya itu malah menarik selimutnya kembali sampai menutupi kepalanya.

" Yaak... Kiara bangun." teriaknya kesal, dengan menarik selimut yang menyelimuti tubuh adiknya itu.

" Lima menit lagi kak." balasnya setelah dia membuka matanya sedikit hanya untuk mendapati sang kakak yang sedang berusaha membangunkannya, kemudian matanya terpejam kembali, karena masih merasa mengantuk dan hal itu membuat sang kakak semakin kesal dibuatnya.

Dengan tanpa perasaan sang kakak langsung menggendongnya ala pengantin dan membawanya masuk kedalam kamar mandi, bahkan sang kakak tidak perlu tanggung-tanggung lagi, langsung menceburkan sang adik kedalam bathroom yang sudah terdapat air hangat disana, sepertinya sang ibu sudah mempersiapkan air itu untuk Kiara mandi, tapi lihat gadis itu sekarang baru dia ceburkan agar segera bangun dan mandi, karena perbuatannya itu membuat sang adik terbelalak terkejut, saat tubuhnya menyentuh air yang ada di dalam bathroom.

"Aaaa... Banjir." teriaknya heboh dan langsung berdiri didalam bathroom itu, sedangkan sang kakak yang sejak tadi masih berada disana hanya menatapnya dengan datar.

"Cepat mandi, aku tidak mau ya terlambat kesekolah, gara-gara kau yang belum mandi." ujar sang kakak dan sang adik langsung menatapnya dengan seungit.

"Yaudah berangkat sendiri juga bisakan." balasnya sewot.

" Dan berujung aku yang kena marah ibu, kau pikir aku mau kesekolah bersama denganmu, karena kemauanku sendiri." balasnya panjang lebar.

" Cepat sana mandi, kalau kau masih belum mandi juga, kupastikan, kau akan ku seret kesekolah dengan piyama tidurmu itu.'' Sambungnya sarkas dan membuat sang adik menganga tidak percaya dengan apa yang kakaknya katakan.

" Dasar kakak menyebalkan, kenapa dia selalu saja bersikap kasar padaku, ck benar-benar menyebalkan." gerutunya.

" Aku mendengarnya." saut sang kakak dari balik pintu kamar mandi sang adik atau lebih akrab dipanggil Kiara.

Sebelum kita melanjutkan cerita ini mari kita kenalan terlebih dahulu dengan para tokoh cerita kita yang satu ini, oke gadis tadi namanya Kiara Nugraha, dia merupakan anak kedua dari keluarga Nugraha, dia mempunyai kakak laki-laki tsundere yang menurutnya sangat menyebalkan sekali tingkahnya, contoh kecilnya tadi saat lelaki itu membangunkannya, dengan cara yang cukup ekstrim, nama kakaknya itu Rian Nugraha.

Walaupun tsundere Rian merupakan sosok kakak yang baik dimata Kiara, karena kakaknya itu selalu menunggunya untuk berangkat kesekolah bersama-sama, walaupun dia menunggunya dengan cara yang ogah-ogahan, maklumin saja yang namanya orang tsundere itu memang seperti itu kelakuannya.

Dan satu hal lagi Rian ini cukup terkenal disekolahan, dia juga di idolakan oleh banyak siswi di sekolah SMA Tarun Negeri 1 Moran, tapi ada satu hal yang tidak diketahui oleh

mereka tentang Rian, termasuk sang adik dan hal itu hanya Rian dan Tuhan yang tahu.

Kiara, gadis itu sudah selesai dengan acara mari membersihkan diri di dalam kamar mandi, bahkan gadis itu sudah memakai

seragam sekolahnya dengan rapih dan lengkap, karena tadi dia keluar lagi untuk mengambil baju seragamnya, walaupun badannya basah kuyup gara-gara diceburkan Rian ke bathroom.

Kiara bergegas keluar dari kamarnya, bagaimanapun juga dirinya tidak ingin datang terlambat kesekolah dan berakhir dengan dirinya yang akan kena hukuman.

Jadi tanpa ba-bi-bu lagi Kiara, langsung mengambil sehelai roti yang ada di atas meja makan dan menggigitnya dengan gigi kelinci nya dan beruntungnya sang ibu sudah berangkat bekerja, kalau tidak dia pasti akan kena omelan ibunya, karena ibunya itu orangnya cukup disiplin dan selalu mengajari anaknya sopan santun, kalau tidak mereka pasti akan kena hukuman dan berakhir dengan uang jajan mereka yang dipotong.

Kiara bergegas berlari menuju keluar rumah, dengan mulut yang masih penuh roti, kemudian kedua tangannya sibuk memasukkan satu persatu sepatu ke kakinya, tidak lupa dia juga mengunci pintu rumah, sedangkan sang kakak didepan sana sudah menunggunya dengan tatapan super tajamnya yang membuatnya menjadi sedikit takut.

" Buruan." teriak Rian tidak sabaran melihat adiknya sedikit melamun dan melihat kearahnya.

"Iya-iya, sabar kenapa sih." balas Kiara.

Rian lagi-lagi hanya bisa menghela nafas kesal melihat kelakuan adiknya itu dan dengan sabarnya dia menunggu sang adik yang berjalan sedikit lambat menuju kearahnya.

Setelah Kiara sampai di hadapan Rian, dirinya langsung disodori helm oleh Rian, bahkan tanpa basa-basi lagi langsung membantu memakaikannya dengan kasar, karena Kiara yang kesusahan memasang kaitan helmnya dan tindakannya itu membuat Kiara mendengus kesal dan memandang kakaknya dengan julidnya.

30 menit kemudian kini keduanya sudah sampai disekolah dan beruntungnya bel sekolah berbunyi 5 menit lagi, tapi

keduanya masih belum bisa bernafas dengan lega, karena harus berlari menuju kelas mereka masing-masing, sebelum guru killer disekolah mereka datang ke kelas mereka.

Kiara baru juga menginjakan kakinya di kelasnya, malah dikejutkan dengan jeritan seorang siswi dari arah yang tak jauh dari kelasnya, bukan hanya Kiara saja yang terkejut, tapi semua orang juga terkejut mendengar jeritan itu dan membuat mereka berbondong-bondong pergi ke asal jeritan itu.

Kiara yang memang penasaran juga, kenapa ada orang yang menjerit histeris seperti itu, memutuskan untuk ikut berlari kearah asal suara itu berada.

Sesampainya dia disana, Kiara melihat orang yang berkerumun didekat pintu kamar mandi perempuan dan dirinya mengernyitkan alisnya bingung, kenapa mereka berkerumun dan ada disana.

Kiara pun secara perlahan melangkahkan kakinya disana dan betapa terkejutnya dia, saat mendapati se ogok tubuh manusia yang sudah tidak bernyawa.

Kiara mengernyitkan alisnya bingung dan mulai bertanya-tanya siapa gadis itu, kenapa dirinya mati seperti itu, apakah gadis itu melakukan bunuh diri, karena Kiara melihat pergelangan tangan gadis itu yang sudah tersayat.

" dia bunuh diri ya." batinnya, tapi lagi-lagi alisnya mengernyit heran saat tanpa sengaja netranya melihat sesuatu yang mencurigakan.

" apa mereka semua memperhatikannya, tapi kurasa tidak, karena mereka malah sibuk bergosip." sambungnya.

Tidak lama kemudian beberapa polisi datang dan mulai memeriksa keada disana, sedangkan para murid langsung diamankan agar mereka semua tidak membuat keributan dan mengakibatkan terhambatnya para polisi dalam penyelidikannya.

" lama sekali." batin Kiara dengan matanya yang tertuju kearah para polisi itu.

" apa mereka tidak bisa memeriksa dengan cepat." sambungnya, tunggu dulu kenapa dirinya geregetan begini.

ya mau bagaimana lagi, Kiara itu orangnya memang suka geregetan dan maunya langsung to the point, tapi yang jadi masalahnya dirinya tidak mungkin mengatakan apa yang dirinya lihat kan, yang ada dia yang akan dituduh menjadi tersangka dan itu cukup merepotkan untuknya.

...***Selesai...

...Senin, 15 Mei 2023...

...Jam : 21.36...

...Dipublikasikan : Senin, 15 Mei 2023...

...Jam : 21.38***...

Asal Jeritan

Pada Senin, 15 Mei 2023, pukul 22.22,

Pagi ini tampak cerah dan para murid mulai berdatangan ke sekolah. Beberapa dari mereka langsung pergi menuju kantin sekolah untuk sarapan pagi, karena tidak sempat makan di rumah. Sementara sebagian yang lain langsung menuju ke kelas mereka, dan sebagian lagi pergi menuju kamar mandi untuk menuntaskan panggilan alamnya yang sudah tidak bisa ditahan lagi.

"Lira," panggil seorang gadis kepada temannya yang berada di hadapannya. Keduanya baru saja menginjakkan kaki di sekolah dan Ziona, gadis yang memanggil temannya yang bernama Lira, itu langsung menghentikan langkah kakinya dan membuat sang teman mengernyit bingung.

"Kenapa?" tanyanya.

"Aku pengen pipis, antar aku ke kamar mandi yuk," ajaknya, yang membuat Lira menghela napas sedikit kasar. Masalahnya, sebentar lagi bel sekolah akan berbunyi, dan temannya malah ingin buang air kecil.

"Kau yang benar saja. Kenapa harus sekarang sih?" gerutunya.

"Ya maaf, please antar aku ya. Aku sudah tidak kuat menahannya," bujuknya.

"Kau ini. Sebentar lagi bel masuk dan kau malah ingin ke kamar mandi. Merepotkan sekali. Ya udah ayo," ajaknya, padahal sejak tadi dirinya menggerutu dan merutuki kelakuan temannya itu.

Pada akhirnya, Lira menemani Ziona menuju ke kamar mandi. Keduanya berjalan dengan tenang, namun entah kenapa mereka berdua merasakan hawa yang cukup dingin selama berjalan menuju ke arah kamar mandi. Sungguh, ini cukup membuat merinding bagi mereka.

Taps

Mereka berdua sudah berada di depan kamar mandi dan Ziona yang membuka pintu kamar mandi secara perlahan. Setelah pintu terbuka dengan lebarnya, keduanya melotot kaget saat mendapati seseorang yang sudah berlumuran darah, bahkan darah itu terlihat sudah mengering. Sontak, hal itu membuat keduanya reflek menjerit.

"Aaaaa!" jerit Lira dan Ziona secara bersamaan, yang membuat semua orang terkejut mendengarnya dan mengundang perhatian semua siswa-siswi SMA Tarun Negeri 1 Moran, termasuk para guru.

"Ada apa ini?" tanya Pak Dirman, selaku guru fisika yang kebetulan datang lebih dulu daripada guru lainnya.

"Pak," ujar Lira dengan wajahnya yang sudah pucat pasi, bahkan dia tidak meneruskan perkataannya.

"Iya ada apa?" tanya Pak Dirman bingung, karena tidak mendapatkan jawaban dari kedua murid yang ada di hadapannya.

"I..ii..itu pak, ada mayat," saut Ziona gagap, karena dirinya masih syok dengan apa yang dia dan temannya lihat.

"Kamu jangan ngada-ngada, Ziona," bentak Pak Dirman tak percaya.

"Bapak lihat saja di dalam, kalau bapak tidak percaya dengan kami," balas Lira. Pak Dirman yang penasaran, memutuskan untuk melihat ke dalam kamar mandi perempuan, dan dia juga terkejut saat mendapati seorang mayat di sana. Dengan cepat, dirinya kembali keluar dari kamar mandi dan melihat banyak sekali siswa-siswi yang sudah datang kesana dan berkumpul di depan pintu kamar mandi, bahkan para guru pun tidak terlewatkan sama sekali dari penglihatannya.

"Ada apa?" tanya salah satu guru penasaran.

"Ada mayat di dalam, Bu," balas Pak Dirman, dan membuat semua orang yang ada di sana terkejut bukan main.

"Bapak, jangan bercanda ah," saut guru lainnya yang hanya dibalas gelengan kepala Pak Dirman, tanda bahwa dirinya tidak berbohong.

"Tolong hubungi polisi," titahnya ke salah satu guru yang langsung dilaksanakan oleh guru tersebut.

Beberapa menit kemudian, polisi datang dan mulai memeriksa TKP serta membubarkan kerumunan untuk memudahkan mereka memasuki kamar mandi dan memeriksa keadaan mayat itu.

"Bagaimana, Pak? Apakah ada yang mencurigakan dari jasad itu?" tanya salah satu polisi yang bernama Pak Andi.

"Kurasa tidak ada yang mencurigakan. Dilihat dari lukanya, sepertinya dia bunuh diri," jelas Pak Yulis.

"Tolong kantongi jasadnya dan kita bawa ke rumah sakit untuk dilakukan otopsi," titahnya.

"Baik, Pak," ujar Andi dan mulai memerintahkan para anak buahnya untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh Pak Yulis.

Sementara itu, Kiara yang sejak tadi memperhatikan pergerakan para polisi hanya bisa menghela nafas. Apalagi saat dirinya mendengar kesimpulan para polisi yang mengatakan bahwa orang itu bunuh diri, padahal Kiara jelas-jelas tahu bahwa orang itu dibunuh, bukan bunuh diri. Namun, dia tidak bisa mengatakannya langsung kepada para polisi karena takut menjadi tersangka.

Kiara memutuskan untuk pergi meninggalkan lokasi dan tidak mendengarkan pembicaraan para polisi dengan Pak Dirman. Dia harus segera bertemu dengan orang yang tadi memperhatikannya dan membahas soal apa yang terjadi hari ini.

Dan di situlah Kiara berada, di taman belakang sekolah. Dia duduk di sebuah bangku tua sambil menunggu orang yang dia tunggu-tunggu sejak tadi. Tak lama kemudian, orang yang ditunggunya datang dan menghampirinya.

"Apakah kau memiliki pemikiran yang sama denganku?" tanya orang itu.

"Ya, sepertinya begitu," balas Kiara.

"Sudah kuduga. Apalagi saat melihatmu memperhatikan jasad tadi dengan sangat intens dan untungnya tidak ada yang memperhatikanmu," jelasnya.

"Kau benar. Kalau saja ada yang peka soal pandanganku terhadap mayat itu, aku yakin pasti akan ditanyai banyak hal dan itu cukup merepotkan," balas Kiara dengan anggukan mengerti dari sang lawan bicara.

"Luka di lehernya, bukankah itu bekas cekikan? Seharusnya para polisi bisa melihatnya kan?" ujarnya.

"Sepertinya begitu. Mungkin mereka terlalu fokus dengan luka sayatan yang ada di tangannya sehingga tidak menyadari bekas cekikannya," balas Kiara.

"Oh ya, menurutmu kenapa dia dibunuh dan siapa pelakunya? Bukankah selama ini dia tidak pernah mendapatkan masalah?" tanyanya.

"Aku tidak tahu apa penyebabnya dia dibunuh," jawab orang itu yang membuatnya mengernyit bingung dengan jawaban ambigu tersebut.

"Artinya kau tahu siapa pelakunya?" tanyanya lagi, penasaran.

Terdiam sebentar, sang lawan bicara tampak tegang, tapi hanya sesaat. Kemudian, dia menjawab, "Aku tidak pernah mengatakan kalau aku tahu siapa pelakunya."

"Tapi tadi kau berbicara seolah-olah kau sudah tahu siapa pelakunya," sahut Kiara.

"Ya, karena aku belum selesai berbicara, dan kau sudah mendahuluinya," elak sang lawan bicara dengan alasan.

"Ingin mencari tahu pelakunya bersama?" usulnya.

"Boleh, itu akan lebih baik daripada sendirian," jawab Kiara setelah menimbang sejenak. Namun, dia heran dengan jalan pikiran sang sahabat yang ingin terpisah dalam mencari pelakunya.

"Soal itu, bagaimana kalau kita mencari tahu sendiri-sendiri dulu biar lebih cepat? Tapi jika ada yang tidak kau pahami dan tidak mengerti, kita bertemu lagi di sini dan membahasnya. Bagaimana?" usul sang lawan bicara.

"Oke," balas Kiara setelah agak ragu dan yakin bahwa mereka pasti akan menemukan pelaku pembunuhan itu.

Selesai pada Kamis, 18 Mei 2023 jam 09.52 dan dipublikasikan pada Kamis, 18 Mei 2023 jam 09.54.

Praduga

...Jumat, 19 Mei 2023...

...Jam: 21.35...

Kiara masih berada di taman belakang sekolah bersama dengan seseorang. Keduanya kini sedang terdiam dengan pikirannya masing-masing.

"Aku pergi dulu," ujar orang itu setelah cukup lama terdiam sehingga membuat Kiara menatap ke arahnya.

"Baiklah, aku juga harus pergi. Kurasa polisi sudah membawa jasad gadis itu," balas Kiara.

Setelah mendengar jawaban Kiara, orang itu langsung beranjak dari duduknya dan berjalan menjauhi Kiara yang masih duduk di bangku taman sekolah.

"Maafkan aku, karena aku tidak bisa mengatakannya kepadamu, Ki," batin orang itu. Pada kenyataannya, dia tahu siapa pelakunya, hanya saja dia tidak ingin sahabatnya salah paham kepada dirinya karena dia tidak memiliki bukti sama sekali untuk mengatakan bahwa orang itu adalah pembunuhnya.

Kiara hanya bisa menghela napas setelah orang itu tidak lagi terlihat dalam pandangannya dan mulai bertanya-tanya dalam benaknya.

"Kira-kira siapa yang membunuh gadis itu dan kenapa dia membunuhnya," batinnya. "Dan dia, sepertinya dia tahu siapa pelakunya, hanya saja dia enggan untuk mengatakannya kepadaku. Kenapa?" sambungnya.

Kiara mulai pusing memikirkan apakah sahabatnya sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Dia memutuskan untuk pergi meninggalkan taman sekolah karena sudah tidak ada gunanya lagi berada di sana.

Kiara beranjak dari duduknya dan mulai berjalan menuju ke kelasnya. Dia yakin sekolah pasti akan diliburkan dan para murid langsung dipulangkan karena ini baru pertama kalinya di sekolah mereka ada kasus pembunuhan.

Tap!

Kiara sudah sampai di depan kelasnya dan mulai melangkahkan kakinya memasuki kelas. Ternyata, teman-temannya sudah ada di dalam kelas dengan tenang, sepertinya mereka sedang menunggu kedatangan wali kelas mereka.

"Darimana, Ra? Kenapa baru datang?" tanya Tasya, teman satu kelasnya.

"Abis dari UKS," dustanya.

"Kau sakit?" sahut Dean.

"Hanya merasa mual karena melihat darah," balasnya dan menduduki bangku miliknya setelah sampai di sana.

"Kau takut darah?" tanya Wiwi.

"Ya begitulah. Ngomong-ngomong, Lira dan Ziona, kemana mereka?" tanya Kiara agar teman-temannya berhenti bertanya kepadanya.

"Sepertinya mereka disuruh ke kantor polisi untuk ditanyai," balas Dean.

Kiara yang mendapatkan jawaban dari Dean hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Tidak lama kemudian, wali kelas mereka datang ke kelas mereka dan menghentikan pembicaraan mereka.

"Anak-anak, karena hari ini ada kejadian yang tidak terduga, kalian langsung dipulangkan," ujar Pak Budi.

"Benar, Pak?" tanya Suryo memastikan.

"Benar. Jadi, kalian bisa pulang sekarang. Ingat, pulang ke rumah kalian masing-masing dan jangan keluyuran," balas Pak Budi.

"Bapak pergi duluan karena masih ada urusan," sambungnya, yang membuat semua murid menganggukkan kepala mereka sebagai tanda bahwa mereka semua mengerti apa yang disampaikan olehnya.

Semua murid bergegas pergi menuju pintu keluar kelas dan mereka tidak perlu membereskan apa-apa karena tas mereka telah berada di tempatnya sejak tadi.

Kiara, gadis itu, juga memutuskan untuk pergi dan berniat mencari keberadaan kakaknya, Rian, agar mereka bisa pulang bersama.

Para polisi masih berada di dekat kamar mandi perempuan karena mereka sedang menunggu tim forensik untuk datang dan Pak Yulis sedang melakukan sesi tanya jawab bersama Pak Dirman.

"Kalau boleh tahu, siapa yang pertama kali menemukan jasad ini?" tanyanya kepada Pak Dirman.

"Mereka berdua Pak," ujar Pak Dirman sembari menunjuk ke arah Lira dan Ziona yang wajahnya tampak pucat pasi. Sepertinya kedua gadis itu masih dalam keadaan syok karena menemukan jasad temannya.

"Kalian ikutlah kami ke kantor polisi," ujar Pak Yulis yang membuat kedua gadis itu tersentak kaget.

"Tapi Pak, saya tidak mau di penjara," balas Lira dengan air mata yang menetes. Sepertinya gadis itu salah paham terhadap Pak Yulis.

"Saya tidak akan memenjarakan kamu. Saya hanya ingin menanyakan kesaksian kamu setelah menemukan jasad itu," jelasnya yang membuat Lira menghela napas lega. Sedangkan Ziona, gadis itu tampak menatap sinis Lira. Ya mau bagaimana lagi, Lira orangnya parnoan.

"Li, jangan malu-maluin napa," bisiknya.

"Yakan, aku gak tahu, Zi," balasnya dengan berbisik juga, sedangkan Pak Dirman hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Lira yang memang suka random.

"Permisi, Pak, saya dari pihak forensik," ujar seseorang, membuat perhatian semua orang teralihkan ke arahnya.

"Kalau begitu, silahkan masuk dan bawa jasadnya ke rumah sakit," balas Pak Yulis.

"Dan kalian berdua ikut bersama saya ke kantor polisi, bersama Pak Dirman juga," sambungnya.

"Baik, Pak," balas Lira dan Ziona secara bersamaan.

"Baik," balas Pak Dirman.

Setelahnya, mereka bertiga mengikuti langkah polisi yang ada di hadapan mereka, beserta para forensik yang membawa kantung jenazah.

Hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk mereka semua sampai di depan gerbang sekolah. Lira, Ziona, beserta Pak Dirman memasuki mobil polisi, sedangkan para forensik masuk ke dalam mobil ambulance untuk membawa jenazah itu.

Tanpa mereka semua ketahui, ada seseorang yang sedang memperhatikan sesuatu, atau lebih tepatnya memperhatikan kantung jenazah yang sedang dibawa oleh para forensik. Orang itu langsung menyeringai puas.

"Kau memang pantas untuk mendapatkan hal itu," batinnya.

Setelah puas memperhatikan kantung jenazah itu, dirinya memutuskan untuk pergi meninggalkan atap sekolah dan pergi menuju ke rumahnya. Tapi sepertinya, dirinya harus pergi ke suatu tempat.

Tap

Tap

Tap

Langkah kakinya menggemakan di lorong koridor sekolah yang kini tampak sepi karena semua penghuni sekolah sudah pergi meninggalkan sekolah. Dirinya berjalan menuju taman belakang sekolah, dan setelah sampai di sana, dirinya mulai mencari-cari sesuatu.

"Pakai ini saja," batinnya dan mengambil sebuah ranting yang cukup besar. Dirinya mulai menggali tanah di sana. Setelah merasa cukup dalam, dirinya mengeluarkan sebuah kantung plastik dan menguburkannya di sana.

Setelah memasukkan plastik itu, dia langsung menguburnya dan meratakan tanahnya kembali agar tidak ada orang yang tahu bahwa tanah itu habis digali olehnya.

"Sepertinya sudah cukup," gumamnya.

"Sebaiknya aku segera pergi dari sini," sambungnya, dan mulai beranjak pergi dari hadapan gundukan tanah itu.

Setelah kepergiannya, seseorang keluar dari persembunyiannya dan berjalan menuju ke arah gundukan tanah itu. Dia menatap gundukan tanah itu dengan intens.

"Apa yang dia lakukan di sini? Dan apa yang dia kubur?" batinnya penasaran, tapi dia tidak berani untuk menggali tanah itu. Karena dia yakin orang itu pasti akan datang untuk memastikan apakah barang yang dia kubur masih ada di sana atau tidak.

"Sebaiknya aku pergi saja daripada pusing mikirin apa yang dia kubur di sini," sambungnya, dan beranjak pergi meninggalkan taman belakang sekolah.

...Selesai...

...Senin, 22 Mei 2023...

...Jam: 11.22...

...Dipublikasikan...

...Senin, 22 Mei 2023...

...Jam: 11.23...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!