Mr & Mrs Stubborn
SMA Yosan vs SMA Gaero
Joseph
Karena kita tau kau menguasai ilmu bela diri.
Jean
Yang benar saja! Alasan seperti itu sama sekali tidak masuk akal!
Jean
Aku mempelajarinya bukan untuk tawuran.
Jean
Hanya aku gunakan untuk membela pihak yang lemah.
Joseph
Tolonglah, Jean.. Aku mohon!
Joseph
Kehadiranmu akan sangat berguna bagi nama baik sekolah. Yang kami butuhkan saat ini adalah seorang pemimpin dari SMA Geora.
Joseph
Kami kekurangan orang!
Jean
Demi kebaikan sekolah, kepalamu!
Jean
Sejak awal sekolah sudah menentang hal ini karena tawuran antar pelajar dari SMA Yosan dan SMA Geora sudah berlangsung sejak lama dan diturunkan hingga beberapa generasi.
Jean
Aku tidak mau ikut! Lagipula kita sudah kelas tiga. Akan kacau akibatnya jika sampai aku membuat masalah.
Jean
Kau tau sendiri, aku bisa belajar di sekolah ini karena mendapatkan beasiswa.
Jean
Aku tidak mau membuat kekacauan!
Joseph
Hanya kali ini saja!
Joseph
Aku bisa menjamin itu tidak akan ketahuan.
Joseph
Aku tidak bisa datang karena harus merayakan ulang tahun Tiffany.
Joseph
Sementara anak sekolah sebelah sudah bersikap sangat brutal dengan hampir menyerang Tiffany minggu lalu saat dia pulang dari tempat les tambahan.
Jean
Kalau tidak salah musuh bebuyutanmu itu bernama Aden 'kan?
Jean tampak menunjukkan raut tak suka.
Joseph
Tiffany, kekasihku..
Joseph
Juga sahabat masa kecilmu.
Joseph
Dia sudah diserang oleh Aden dan teman-temannya.
Joseph
Aden terobsesi menjadikan Tiffany sebagai kekasihnya tapi dia menolak dengan tegas karena sudah memiliki aku.
Joseph
Bukankah jika seperti itu Tiffany juga termasuk dalam katagori pihak yang lemah?
Joseph
Aku tidak bisa membalas karena Tiffany melarangnya.
Joseph
Tapi aku tidak bisa berdiam diri begitu saja! Aku sangat marah namun tidak bisa melampiaskannya.
Joseph
Hanya kau, Jean.. Harapan kami satu-satunya.
Jika saja itu menyangkut tentang Joseph, maka Jean tidak akan repot-repot untuk ikut campur.
Namun jika sudah menyangkut soal Tiffany, tentu saja Jean tidak akan bisa tinggal diam begitu saja.
Tiffany ada teman masa kecilnya, mereka menghabiskan waktu bersama-sama dilingkungan yang sama hampir sepuluh tahun lamanya.
Sebelum akhirnya Tiffany pindah ke kota dan Jean menyusulnya tiga tahun yang lalu.
Jean tidak menyangka dia bisa bertemu lagi dengan Tiffany disini.
Kendati usia mereka yang sebaya, Jean tetap saja menganggap Tiffany sebagai seorang adik yang berharga.
Jean
Kapan kalian akan pergi?
Jean
*bertanya dengan nada serius*
Joseph
Nanti siang. Sepulang dari sekolah, kami sudah menentukan lokasi yang pas yaitu di kaki bukit SMA Yosan.
Jean
Mereka memilih tempat yang bagus rupanya.
Jean
Jika aku sampai mati disini ada kemungkinan mayatku tidak akan cepat ditemukan karena lokasinya yang sepi.
Jean
Tapi mengapa aku harus mati?
Jean
Justru mereka! Bedebah dari SMA Yosan yang harus mati!
Jean
Mati saja jika hidup hanya untuk mengganggu orang yang lemah!
Ucapan Jean segera disetujui oleh teman-temannya yang lain. Lebih tepatnya teman-teman Joseph.
Tak lama kemudian beberapa sepeda motor datang dengan suara knalpot yang berisik.
Itu adalah anak-anak dari SMA Yosan.
Jean
Mengapa ada seorang gadis disini?
Teman-teman Joseph mengatakan jika gadis itu adalah pacar dari Aden, ketua gang SMA Yosan.
Joannaㅡnama gadis itu memang selalu menemani Aden kemanapun dan dimanapun.
Joanna
Dimana bedebah Joseph?
Joanna
Kalian sudah ganti ketua rupanya?
Joanna
Dari luarnya saja sudah kelihatan jika ketua baru kalian ini benar-benar orang yang payah.
Teman-teman Joseph secara serempak membalas perkataan Joanna, mengatakan pada mereka untuk langsung mulai saja bukan hanya sekedar adu mulut semata.
Meskipun kalah jumlah dengan pihak Aden yang kurang lebih terdiri dari lima belas orang sementara Jean hanya memiliki sepuluh anggota namun mereka tidak merasa pesimis sama sekali.
Karena teman-teman Joseph tau tentang keahlian Jean dalam bela diri dan sejak kedatangan Jean ke SMA Gaero dia sudah beberapa kali mendapatkan tawaran untuk menjadi anak buah Joseph namun Jean selalu menolak dengan alasan dia tidak ingin berulah.
Aden
Sayang, kau bisa pergi sekarang.
Aden
Aku akan segera menyusulmu setelah ini.
Aden
Jangan khawatirkan apapun.
Aden
Kau tau 'kan siapa yang akan menang kali ini?
Joanna
Aku akan pergi sekarang.
Joanna
Kau bisa menyelesaikan mereka dalam waktu kurang dari satu jam 'kan, sayang?
Joanna
Kalau begitu aku pergi dulu.
Jean bisa melihat Joanna yang meninggalkan lokasi dengan mengendarai motor milik Aden.
Tak lama kemudian, tawuran antara mereka pecah!
Joseph
Ini dia pahlawan kita. Jean..
Joseph
*memberikan tepuk tangan*
Baru datang sudah bicara seperti itu, tentu aja dua hari ini Joseph tidak kelihatan di area sekolah dengan alasan malas mengikuti pelajaran sekolah.
Jean jadi heran, mengapa gadis manis seperti Tiffany mau berpacaran dengan berandalan macam Joseph?
Seperti tidak ada orang lain saja!
Jean contohnya! Dia bahkan lebih bisa diandalkan dan jauh lebih pintar daripada Joseph.
Jean
Bisa tidak kau bersikap biasa saja seolah-olah tidak hal yang terjadi dan aku tidak pernah melakukan hal tersebut?
Jean
Aku menyesal sudah menuruti ucapanmu!
Jean
Kau berbohong saat mengatakan jika Aden tengah mengincar Tiffany.
Jean
Dia bahkan sudah memiliki pacar!
Joseph
Ah, Joanna ya yang kau maksud?
Joseph
Dia memang kekasih Aden.
Joseph
Dan Aden tidak pernah menyukai Tiffany atau bahkan mencoba untuk mencelakainya.
Joseph
Maafkan aku, Jean..
Joseph
Aku terpaksa berbohong agar kau bersedia untuk menggantikanku kala itu.
Joseph
Tapi ternyata kau mahir juga ya?
Joseph
Kau bahkan tidak mendapatkan luka terlalu banyak.
Jean benar-benar ingin marah.
Dia sudah dibohongi oleh Joseph dan dengan santainya pemuda itu bersikap seolah-olah ini hanya masalah sepele.
Padahal beberapa hari ini Jean sampai harus berbohong pada sang ibu perihal luka yang didapatkannya, Jean mengatakan dia tidak sengaja terjatuh di sekolah yang membuat ibunya khawatir bukan main.
Joseph
Setelah merasakan sensasi tawuran dengan SMA Yosan, apakah sekarang kau sudah bersedia untuk bergabung bersama kami?
Ternyata sejak awal Joseph memang sudah sengaja untuk menjebak Jean.
Jean saja yang terlalu polos percaya pada ucapan Joseph, mempercayainya begitu saja padahal seharusnya dia bisa bertanya kronologinya pada Tiffany terlebih dahulu.
Jean
Menurutmu saja bagaimana?
Jean
Apa kau pikir aku bersedia setelah mendapatkan pengkhianat semacam ini?
Jean
Kau benar-benar lelaki dengan mulut besar!
Jean
Mulai detik ini aku tidak akan percaya dengan segala ucapanmu!
Jean
Jangan sekali-kali kau menggunakan nama Tiffany lagi sebagai bahan untuk memancingku!
Jean
Karena aku tidak akan terpengaruh lagi!
Joseph
*terkejut dengan ucapan Jean*
Jean tidak peduli, dia tetap melangkahkan kakinya keluar dari ruang kelas untuk pergi meninggalkan Joseph disana.
Joseph
Aku memang menjebakmu untuk pergi menggantikanku! Tapi mengenai aku yang berhalangan hadir demi merayakan ulang tahun Tiffany adalah kenyataan.
Joseph
Kau bilang kalian sahabat dekat! Tapi kau bahkan tidak tau kapan Tiffany berulang tahun!
Joseph
Kau bahkan tidak mengucapkan selamat ulang tahun untuknya!
Joseph
Sahabat macam apa kau ini, Jean!
Joseph
*berteriak sekuat tenaga*
Jean tidak menghentikan langkahnya ataupun menoleh. Teriakan Joseph hanya Jean anggap sebagai angin lalu.
Penyerangan besar
Seminggu berlalu ketika SMA Gaero dilanda kehebohan tentang penyerang bengis besar-besaran yang dilakukan oleh pihak SMA Yosan hingga menelan dua orang korban.
Itu adalah bukti nyata dari ucapan adalah doa.
Penyerangan yang terjadi kemarin malam didekat tempat les adalah puncak dari buntut panjang konflik yang terjadi antara SMA Yosan dan SMA Geora.
Jika hanya tawuran semata mungkin Jean masih bisa menerima. Mendapatkan luka pun tidak masalah karena itu memang konsekuensinya.
Namun jika sudah melibatkan pihak perempuan yang jelas lemah hingga menyebabkan kejadian fatal, Jean tidak bisa menerima alasan apapun itu.
Sementara Joseph masih menjalani perawatan di rumah sakit dengan keadaan kritis, Jean berada disini, menemani Tiffany..
Pergi ke peristirahatan terakhirnya..
Bidadari cantik itu telah pergi meninggalkan dunia yang terlalu keras untuk ia tempati.
Melainkan di surga, tempat seorang bidadari seharusnya berada.
Jean bahkan belum sempat mengucapkan selamat ulang tahun bagi Tiffany juga memberikan sebuah kado berupa kotak musik dengan nyanyian klasik yang Tiffany sukai.
Jean masih ingat cita-cita gadis itu yang ingin menjadi seorang balerina.
Belum juga terwujud namun tampaknya Tuhan lebih sayang padanya.
Mediasi antara kedua pihak sekolah telah dilakukan dan nama-nama sang kriminal sudah dikantongi oleh pihak kepolisian.
Sang pelaku utama, Aden.. Besar memungkinkan akan mendapatkan hukuman penjara untuk beberapa tahun kedepan, namun itu belum cukup.
Tidak pernah terasa cukup bagi seseorang yang dengan tega telah menghilangkan nyawa seorang gadis yang tak berdaya.
Usut punya usut, dengar-dengar kejadian bermula saat Joseph melakukan catcalling pada pacar Aden yang berakhir dengan gadis itu yang mengadu.
Aden membuat perhitungan dengan mengancam akan melakukan perbuatan yang lebih daripada apa yang sudah Joseph lakukan pada sang pacar jika Joseph tidak segera bersujud dan meminta maaf.
Namun Joseph tak mengindahkan ancaman tersebut dan berakhir dengan penyerangan, pemerkosaan serta pembunuhan malam itu.
Jean
Bawa pacar Aden ke gudang belakang sekolah malam ini tepat pada pukul sebelas malam.
Jean
Aku sendiri yang akan membasmi gadis bajingan itu, akar utama dari masalah ini!
Teman-teman Joseph segera menjalankan perintah Jean. Karena bagaimanapun juga selama ini mereka tau jika Joseph sangat menginginkan Jean ikut bergabung dalam kelompok mereka.
Jean bisa melihat mobil teman-teman Joseph telah tiba di gudang belakang.
Mereka menyeret paksa seseorang yang sejak tadi telah Jean tunggu kedatangannya, siapa lagi kalau bukan Joanna, kekasih Aden.
Teman-teman Joseph langsung melemparkan tubuh kurus Joanna keatas permukaan kasar lantai gudang belakang.
Joanna
Apa yang kau inginkan?!
Joanna
Mengapa kau membawaku kemari?!
Jean menulikan pendengarannya, lebih fokus pada teman-teman Joseph yang saat ini tengah mengikat tangan Joanna dengan sebuah tali yang dihubungkan dengan tiang besi disana.
Joanna telah memberontak untuk waktu yang cukup lama sejak dia di culik tepat didepan club tempat Joanna melepaskan segala kegelisahan yang tengah dia rasakan.
Tubuh gadis itu basah kuyup dengan dandanan yang sudah luntur kemana-mana.
Jean
Sejak dulu aku selalu melindungi wanita karena menganggap mereka cukup lemah.
Jean
Namun baru kali ini aku menemukan seorang wanita layaknya jelmaan iblis yang kejam.
Joanna
Berhentilah bicara omong kosong dan segera biarkan aku pergi dari sini sebelum kau menyesal.
Jean sudah tertawa keras disana.
Bagi Jean mata dibalas dengan mata, gigi dibalas dengan gigi baru bisa dikatakan adil.
Saat ini Jean memang belum bisa melampiaskan dendamnya pada Aden karena pemuda itu masih dalam pemeriksaan pihak kepolisian, namun Joanna? Bagaimana bisa gadis ini lolos begitu saja.
Bahkan karena perbuatannya yang mengadu pada Aden, Tiffany sampai harus kehilangan keperawanannya sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Jean
Kalian semua keluarlah!
Jean
*memerintah teman-teman Joseph*
Jean
Aku akan menyelesaikan hal ini dengan cepat!
Teman-teman Joseph mengangguk setuju dan menyerahkan segalanya pada Jean. Mereka akan menunggu di luar untuk memastikan keadaan tetap aman.
Joanna
Apa yang kau lakukan!!
Joanna berteriak panik melihat apa yang tengah dilakukan Jean saat ini.
Joanna
Kau tidak bisa melakukan ini!
Jean
*bertanya dengan jarak yang sangat dekat*
Jean
Itu urusan belakangan!
Jean
Aku jauh lebih menyesal jika membiarkan Tiffany pergi tanpa keadilan.
Jean
Pihak berwajib tidak akan pernah memuaskan rasa sakit hatiku atas kepergian Tiffany, itu sebabnya aku pergi sendiri untuk menuntaskannya.
Dan pergumulan itu terjadi dengan alot akibat ulah dari Joanna yang berusaha memberontak saat Jean berusaha mempersatukan tubuh mereka.
Memberikan pelajaran bagaimana rasanya jika kehormatan seorang wanita di renggut secara paksa kemudian dibunuh dengan sia-sia?
Bagaimana bisa Aden melakukan hal hina semacam ini pada Tiffany yang selama ini selalu menjaga kehormatannya sekuat tenaga sekalipun dia memiliki pacar gila seperti Joseph.
Mungkin Aden menyamakan Tiffany dengan Joanna yang tentu saja kenyataan jauh berbeda!
Membayangkan hal buruk yang sudah terjadi pada Tiffany, Jean mendadak menjadi lemah dan mengeluarkan air matanya.
Tiffany masih begitu suci, namun Joanna? Jean tidak yakin gadis ini masihㅡperawan!
Jean bergerak lagi dan mengalami kesulitan untuk masuk lebih dalam sementara Joanna sudah hampir kehilangan kesadarannya dibawah kungkungan kasar Jean.
Detik itu juga Jean baru menyadari jika Joanna masih belum pernah tersentuh dan Jean adalah tersangka utama yang baru saja melakukannya.
Jujur saja Jean menikmati rintihan dan jeritan yang keluar dari bibir Joanna akibat siksaan yang Jean lakukan!
Gadis ini harus menerima akibat dari perbuatannya.
Bagaimana bisa Aden mendapatkan hukuman dan menjalani beberapa sidang yang rumit sementara Joanna tetap hidup dengan tenang di luar sana.
Tentu saja jawabannya adalah karena uang.
Gadis itu memiliki segalanya jadi tidak heran jika Joanna bisa lolos dari kasus ini.
Joanna
K-kau pasti akan menyesal!
Joanna
Setelah ini aku akan membuatmu membusuk di penjara.
Jean menatap Joanna dengan intens, melihat kedua mata gadis itu secara perlahan mulai tertutup dan pada akhirnya secara penuh telah kehilangan kesadarannya.
Jean
Aku bahkan belum memberikan dia banyak pelajaran namun dia sudah pingsan duluan.
Jean memungut pakaiannya sendiri dan segera mengenakannya.
Hari yang telah larut disertai dengan hujan yang begitu deras membuat suasana gudang menjadi begitu dingin.
Tanpa perlu repot-repot menutupi tubuh polos Joanna, Jean segera cabut dari gudang.
Dengan sengaja membiarkan Joanna nantinya akan ditemukan dengan keadaan seperti itu untuk membuat gadis itu merasa malu dan tak lagi memiliki harga diri lagi.
Gadis kecil bernama Helena
Jean keluar dari gudang dan pergi bersama dengan teman-teman Joseph meninggalkan area sekolah.
Secara perlahan kedua mata Joanna mulai kembali terbuka.
Gadis itu tidak pingsan. Hanya berpura-pura untuk membuat Jean segera pergi dari sana.
Joanna menggerakkan tubuhnya dengan paksa, merasakan segalanya terasa sakit tanpa terkecuali, termasuk perasaannya.
Joanna mengenakan pakaiannya kembali, merasakan hawa gudang ini terlalu dingin untuk bisa tubuh kurusnya tanggung.
Air mata Joanna tumpah. Gadis itu menangis dan menjerit untuk mengeluarkan segala emosinya.
Joanna
Lelaki brengsek itu! Aku bersumpah akan membunuhmu!
Cukup lama bagi Joanna untuk bisa membuat dirinya kembali tenang.
Hampir dua jam lamanya sebelum akhirnya Joanna tak tahan hanya berdiam diri disana saja, apalagi menunggu pagi tiba, itu lebih tidak mungkin lagi!
Gadis itu meraih ponselnya, mencoba menghubungi seseorang disana.
Vian
📞 : Ada apa kau menghubungiku malam-malam begini?
Vian
📞 : Apa kau lapar dan ingin makan sesuatu di luar?
Tadinya Joanna pikir air matanya telah mengering. Namun ternyata dia salah, hanya dengan mendengar suara lembut Vian yang penuh dengan perhatian membuat tangis Joanna kembali pecah.
Vian
📞 : Anna, kau masih disana 'kan?
Vian di sebrang sana terkejut bukan main mendengar tangisan Joanna.
Vian
📞 : Mengapa kau menangis?
Vian
📞 : Siapa yang sudah menyakitimu?
Joanna
📞 : Tolong jemput aku..
Joanna
📞 : Aku ingin pulang.
Vian
📞 : Aku akan berangkat sekarang!
Vian
📞 : Tetap berada disana dan jangan matikan teleponnya.
Vian
📞 : Mari saling mengobrol sampai aku tiba disana.
Vian
Bersihkan dirimu terlebih dahulu.
Vian
Sementara aku akan mencari pakaian ganti untukmu.
Vian memperhatikan Joanna yang masuk ke dalam kamar mandi.
Sejak dalam perjalanan tadi Joanna tidak mau buka mulut perihal kejadian apa yang sudah menimpah dirinya.
Vian tau dia tidak bisa memaksa gadis itu karena hal tersebut akan membuat Joanna semakin menghindar.
Langkah Vian terhenti saat dia mendengar suara tangis pilu Joanna didalam kamar mandi.
Entah hal buruk apa yang sudah menimpah gadis itu. Satu hal yang pasti Vian tidak akan melepaskan begitu saja pelaku yang sudah membuat perasaan Joanna terluka.
Sepuluh menit kemudian Joanna telah keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan bathrobe.
Vian
Aku sudah menyiapkan setelan pakaian untukmu. Untuk sementara pakai bajuku dulu saja karena aku tidak memiliki setelan pakaian wanita disini.
Joanna
*mengangguk singkat*
Vian
Kau ingin makan sesuatu?
Jujur saja Vian terus bicara karena merasa Joanna tidak bersikap seperti biasanya.
Apalagi saat melihat kedua mata gadis itu yang tampak sembab.
Joanna
Tunggulah sebentar..
Joanna
Setelah ini mari pergi keluar.
Joanna
Didalam sini terasa sesak, aku kesulitan bernafas.
Joanna
Aku ingin menghirup udara segar di luar.
Vian
Kalau begitu aku tunggu dibawah. Segeralah keluar untuk menyusul.
Vian
Kau tau 'kan jika aku bukan orang lain melainkan sahabatmu sendiri.
Vian
Ceritakan semuanya padaku. Selama ini aku selalu menjadi pendengar yang baik bagimu jadi jangan pernah meragukanku.
Joanna tampaknya masih belum ingin menanggapi ucapan Vian.
Gadis itu meraih sekotak rokok yang baru dia beli dari minimarket, kemudian menyalakan satu batang untuk dia hisap.
Vian
Tempo hari kau 'kan sudah janji padaku untuk tidak menyentuh barang ini lagi.
Yang Vian maksud adalah rokok yang tengah Joanna hisap dengan tenang.
Jika sudah seperti ini bisa ketahuan jika masalah yang Joanna hadapi bukanlah masalah sepele.
Vian
Apa kau mendapatkan perilaku pembulian dari anak-anak SMA Gaero?
Vian
Karena tadi aku menjemputmu di gudang sekolah SMA Gaero.
Vian
Siapa yang berani melakukan hal ini padamu?
Joanna
*menghela nafas panjang*
Joanna
Satu hal yang pasti, aku ingin mati saja!
Vian
Apa yang kau bicarakan?!
Vian sudah mengguncang keras bahu gadis itu, memintanya untuk sadar dan tak lagi bicara sembarangan.
Vian
Jangan bicara seperti itu karena aku tidak menyukainya!
Vian menarik batang rokok yang terselip diantara bibir Joanna sebelum akhirnya menginjak rokok itu hingga apinya mati dan membuat sisanya dikotak sampah.
Vian
Mari kita pulang dan bicara baik-baik dengan kepala dingin.
Joanna
*tersenyum singkat*
Joanna
Mengapa kau sangat khawatir padaku, Vian?
Vian
Tentu saja karena aku ini adalah sahabatmu, aku juga sangat peduli padamu.
Vian
Meskipun tanpa aku jawab kau sendiri juga pasti sudah tau jawabannya.
Joanna
Apa kau takut aku akan benar-benar mati malam ini?
Joanna
*menatap Vian dengan intens*
Vian
Bisa-bisanya kau pakai tanya segala!
Joanna
Kau tenang saja, Vian!
Joanna
Aku tidak mungkin bisa mati segampang dan secepat ini.
Joanna
Kau sendiri juga pasti sudah tau alasannya.
Tentu saja karena Helena..
Adik bungsu Joanna yang baru berusia tiga tahun.
Gadis kecil yang menyandang status sebagai seorang piatu begitu dia terlahir di dunia.
Seolah nyawa sang ibu di tukar begitu saja demi kehadiran Helena yang membuat ayah mereka membenci Helena.
Gadis bernasib malang itu bukan hanya kehilangan sang ibu melainkan juga sosok hangat ayahnya.
Itu sebabnya Joanna telah berjanji tepat dihadapan makam sang ibu untuk selalu menjaga Helena sepenuh hati.
Joanna
Tolong antarkan aku pulang ke rumah.
Vian
Kau serius ingin pulang dalam keadaan seperti ini?
Vian
Kau terlihat kacau, Anna.
Vian
Ada baiknya kau menenangkan diri terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah.
Joanna
Aku sudah berjanji pada Helena.
Joanna
Apapun yang terjadi, kapanpun itu, seberapa jauh aku pergi aku akan selalu ingat jalan pulang dan pergi menghampiri Helena.
Joanna
Gadis kecil itu pasti sudah menunggu kedatanganku semalaman hingga merasa lelah kemudian jatuh tertidur tanpa sadar.
Vian
Baiklah, mari kita pulang kerumah.
Begitu sampai rumah Joanna langsung menuju lantai dua dimana kamar Helena berada.
Dia membuka pintu kamarnya dengan perlahan dan hati-hati karena tau dengan benar jika Helena sangat sensitif terhadap suara.
Joanna
*keluar dari kamar Helena dengan perlahan*
Vian
Kau tidak masuk kedalam?
Joanna
Helena sudah tertidur dengan lelap. Aku tidak mau membuat dia merasa terganggu dan terbangun.
Joanna
Apa kau ingin minum kopi bersama terlebih dahulu sebelum kau pulang ke rumah?
Joanna
Akan aku buatkan secangkir kopi yang enak sebagai ucapan terima kasih atas perhatianmu hari ini.
Joanna
Hanya kau yang bisa aku andalkan.
Joanna
Aku tidak tau bagaimana hidupku jika tidak ada kau disana.
Vian
Jangan bicara seperti itu.
Vian
Memangnya kau pikir sudah berapa lama kita saling mengenal? Itu sudah dari jaman kita masih sama-sama mengenakan popok. Jadi jangan pernah meragukan hubungan persahabatan kita ini.
Mina
Ah, ada kalian rupanya..
Mina
Ini bahkan sudah hampir pagi.
Mina
Sifat liarmu itu benar-benar tidak berubah ya?
Joanna
Diam saja! Kau bahkan tidak tau apa-apa.
Mina
Ah ya, aku lupa jika kau bahkan tak pernah mau mendengarkan ucapanku.
Mina
Jika seperti itu bukankah disini peran Vian yang seharusnya lebih mendominasi?
Vian
*tidak mengerti ucapan Mina*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!