BAB 1🌹
" Clara! Clara!" Teriak pak Ferry dengan emosi yang meledak-ledak, pak Ferry yang melangkah menuju ke arah ruang tengah rumahnya itu, sang istri yang sedang duduk di tempat santai mendengar suara suaminya yang menggelegar itupun dia langsung keluar dan melangkah menuju ke arah sang suami. Dia kemudian meraih tangan suaminya dan mencium punggung tangan suaminya itu, dia lalu bertanya pada suaminya yang datang dengan kemarahannya.
" Sebenarnya ada apa ini Pah? Kenapa kamu marah-marah dengan Clara, apa yang diperbuat Clara padamu.?" Tanya Ibu Mega sang istri dengan penuh kelembutan.
" Panggilkan Clara sekarang! Aku ingin bicara dengannya!" Ucap pak Ferry sembari melonggarkan dasinya dan melepaskan jasnya dan melemparnya begitu saja keatas sofa, dia pun meletakkan tubuhnya di sofa ruang tengah rumahnya itu.
" Tenangkan dulu dirimu pah, ada apa sebenarnya? Apalagi yang dibuat Clara sehingga kamu marahnya sangat besar kayak gini."
" Gimana Aku tidak marah coba, dia tidak mengurus perusahaan yang aku berikan padanya, dia malah bersukaria berfoya-foya sehingga perusahaan itu bangkrut, mengalami kemerosotan yang sangat drastis, dia tidak pernah memperdulikan amanah dari kita. Ada apa sebenarnya dengan anak itu!" Ucap pak Ferry sembari memegang jidatnya dan mendengus dengan kesal. Bu Mega hanya bisa memberikan kesabaran pada suaminya itu, karena selama ini Clara selalu saja membuat ulah dan membuat suaminya itu marah.
" Sekarang aku ingin bicara dengannya, panggilkan cepat Clara!"
" Tapi sayangnya Clara tidak ada di rumah Pah."
" Kemana anak itu?!"
" Kitakan tahunya dia berangkat ke kantor, tapi sampai saat ini dia tidak kembali ke rumah, bahkan makan siang pun dia tidak kembali ke rumah, aku sudah menghubunginya tapi panggilanku tidak dijawabnya."
Sepasang suami istri itu hanya bisa menghela nafasnya dengan panjang, Pak feri menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.
" Clara memang benar-benar keterlaluan! anak itu sudah membuat kesabaran ku hilang!" Ucapnya.
Bu Mega hanya terdiam, dia tidak mampu lagi untuk melindungi anak gadisnya itu dari amukan amarah Suaminya.
***
Disebuah rumah mewah suara musik yang keras terdengar, di situlah Clara menghabiskan waktunya di tempat rumah mewah itu, Rumah itu milik Mila Aprilia yang dianggapnya adalah sahabat sejatinya, di mana dia saat senang Mila selalu ada, tapi Clara tidak menyadari kalau mereka hanya memanfaatkan dirinya saja.
Clara menghentakkan tubuhnya di sofa di ruangan itu, setelah dia menari-nari dengan sesuka hatinya.
" Aahh! Akhirnya aku merasa senang sekali, karena waktuku sudah ku habiskan bersama dengan kalian berdua, aku merasa senang kalau kalian berada di sampingku seperti ini." ucap Clara, kedua temannya itu pun tertawa senang, Mila dan Rere kemudian duduk di samping Clara.
" Oh ya Clara, ada yang ingin aku bicarakan denganmu."
" Soal apa?"
" Aku memerlukan bantuanmu."
" Bantuan apa? Aku akan membantumu, karena kalian sahabat ku "
" Pinjemin aku uang dong, ntar aku ganti nih, aku perlu banget."
" Uang?"
" Iya nih, bisakah kamu mentransfer ke rekeningku?"
" Oke! tenang aja, apa yang kamu perlukan akan aku kasihkan semuanya, kepada kalian karena kalian selalu ada untukku."
" Begitu dong, namanya juga sahabat baik." Ucap Rere salah satu dari sahabatnya itu.
Clara kemudian mengambil ponselnya dan dia terkejut karena dia tidak bisa menghunakan uangnya.
" Kenapa aku tidak bisa menggunakan uangku? ada apa ini?"
" Kenapa Clara?"
" Aku tidak bisa menggunakan uang ku yang ada di Atm ku, tapi tenang, aku ada uang cash." Kemudia Clara mengeluarkan sejumlah uang pada Rere, Mila dan Rere pun saling bertatapan, Kemudian mereka pun tersenyum bahagia.
" Terima kasih ya karena kamu memang sahabat sejatiku." ucapan Rere memeluk Clara.
Clara baru menyadari kalau ponselnya ada beberapa panggilan tak terjawab dari mamanya tersebut, dia pun langsung berdiri Rere dan Mila pun menatap ke arah Clara.
" Ada apa Clara?"
" Gawat Mama menghubungiku, tapi aku tidak jawabnya." ucapnya sembari menghubungi ulang Mamanya tersebut.
Ponsel Bu Mega pun berdering, dia langsung berdiri dari duduknya dan mengambil ponselnya yang berada di atas meja di ruang santai, Dia kemudian menatap layar ponselnya.
" Clara!" Ucapnya, dia langsung menjawab panggilan dari Clara.
" Halo Mah..."
" Clara! Kamu di mana sekarang?"
" Clara lagi kerja Mah."
" Sekarang kamu pulang.."
" Tapi Mah, aku masih melakukan pekerjaan dan pekerjaanku sangat menumpuk.."
" Sudah tinggalkan aja pekerjaan kamu, sekarang kamu pulang ke rumah, kami menunggu ada yang ingin kami bicarakan denganmu!"
" Baiklah Mah." Ucapnya kemudian sambungan bicara itu pun terputus, Clara kembali duduk di sofa di samping kedua sahabatnya tersebut.
" Ada apa Clara, kenapa mukamu bete sekali sih."
" Aku harus pulang karena kedua orang tuaku sudah menunggu, entah ada apa yang ingin dibicarakan oleh mereka."
" Ya udah sekarang kamu pulang aja, siapa tahu ada hal penting dan siapa tahu juga satu perusahaan lagi akan diberikan kepada kamu."
" Yah! semoga saja." Ucap Clara sembari tertawa mengundang kedua sahabatnya itu pun ikut tertawa, Clara pun kemudian berpamitan dengan Mila dan Rere, Dia keluar dari rumah Mila dan memasuki mobil pribadinya kemudian dia pun melajukan mobil pribadinya itu menuju ke arah rumahnya tersebut.
" Ada apa yang ingin dibicarakan Mama, kenapa perasaanku sepertinya tidak menentu seperti ini. Apakah ada sesuatu yang akan terjadi padaku? Ah! sudahlah yang penting aku harus sampai di rumah dengan cepat." Ucapnya beberapa saat kemudian mobil tersebut pun berhenti di depan sebuah rumah besar dan mewah dia pun memarkirkan mobilnya dan turun dari mobilnya tersebut menuju ke arah pintu utama.
" Mamah!" Panggilnya.
Bu Mega mendengar suara anaknya itu pun langsung menoleh ke arah pintu tersebut, terlihat langkah menuju ke arah mereka, di mana kedua kakaknya pun berada di ruangan itu, dia langsung menghentakkan tubuhnya di sofa dia merasa heran karena kedua kakaknya itu hanya terdiam dan dia menatap ke arah sang Papa yang terlihat menampakkan wajah marahnya tersebut.
" Kenapa kalian diam dan kenapa Papa terlihat sangat marah?Papa marah sama siapa?" Tanya Clara dia tidak mengetahui kalau Papanya Itu sangat marah padanya.
" Kamu mau tahu papa marah sama siapa hah?! Papa marah sama kamu! Kamu sudah keterlaluan sama papa!"
" Sama aku? Memang apa yang dilakukan aku sehingga Papa marah sama aku.??"
" Kamu memang keterlaluan! Kamu tidak bisa menghargai jerih payah kedua orang tua kamu, bagaimana Papa memperjuangkan perusahaan yang sedang kamu kelola itu, kenapa sampai sekarang kamu tidak menyadari kesalahan kamu itu, seharusnya kamu menjalankan perusahaan itu dengan sebaik mungkin, bukan untuk berfoya-foya dan menghabiskan uang perusahaan! Kamu tahu perusahaan yang kamu pegang itu sudah mengalami kemerosotan dan kebangkrutan!!"
Clara terkejut dengan ucapan Papahnya itu.
" Kenapa kamu tidak pernah berubah semenjak kamu lulus kuliah Clara, Kamu tidak menjadi anak yang baik! Malah semakin parah! Kamu selalu hura-hura saja bersama dengan kedua temanmu itu! Kakak sudah bilang pada mu, kedua temanmu itu tidak baik untuk kamu! Seharusnya kamu sadar! Kamu itu dimanfaatkan oleh kedua temanmu saja! Tapi kamu ini tidak mendengar apa kata Kakak." Ucap Syarif kakak pertama Clara.
" Papah kecewa sama kamu Clara.!!"
" Bangkrut? ??" Ucap Clara.
" Iya!! Baru sadar kamu?!! Ucap Pak Ferry.
" Kenapa uang perusahaan untuk bersenang-senang dengan teman-teman kamu! Kamu tidak bisa bohong di sini! Karena Papah baru saja dari perusahaan kamu dan melihat semua apa yang telah kamu lakukan pada keuangan di perusahaan."
Clara terdiam, dia tidak mampu bersuara.
BAB 2 🌹
" Papah akan mengambil keputusan untukmu!"
Mendengar ucapan dari Papanya Itu Clara pun terkejut dia menatap ke arah sang papa.
" Perusahaan yang kamu tangani itu akan Papah ambil alih kembali dan kamu tidak boleh lagi menjalankan perusahaan tersebut, mulai sekarang kamu harus meninggalkan rumah ini, Papa tidak mau tahu lagi dengan kamu! Karena kamu sudah keterlaluan dan membuat Papa Kecewa!"
Lagi lagi Clara terkejut, begitu juga dengan kedua kakaknya serta Ibu Mega sang Mamah.
" Apa yang Papa katakan itu, kenapa Papa mengusir Clara dari rumah.?" Tanya Bu Mega.
" Iya Pah, tolong dipikirkan lagi, kalau Clara berada di luar dia hidup dengan siapa? Dia perempuan Pah." ucap Syarif sang kakak.
" Apa yang dikatakan Papah itu sudah benar! Aku juga setuju kalau Clara meninggalkan rumah, agar dia mengetahui bagaimana hidup di luar sana, kehidupannya selalu saja menyusahkan orang tua. Begitu juga dengan kepercayaan sudah diberikan Papah kepadanya, dia melalaikannya begitu saja." Ucap Dino Kakak kedua dari Clara.
Clara langsung bersimpuh di kaki Papanya dan memegang erat kaki tersebut.
" Maafkan Aku Pah, Aku salah! Aku akan memperbaiki semuanya, tolong jangan usir Aku dari rumah Pah."
Namun ucapan anaknya itu tidak gubrisnya, pak Ferry langsung berdiri dan menepiskan tangan Clara, dia langsung melangkah menuju ke arah kamarnya yang berada di lantai atas.
" Papah! Papah! Dengarkan Aku dulu Pah! Maafkan Aku Pah." Ucapnya sembari menatap kepergian sang Papah dari hadapannya itu.
Namun kemudian Pak Ferry pun menghentikan langkahnya, setelah dia berada di tengah-tengah tangga yang menghubungkan lantai atas dan lantai bawah rumahnya itu, dia langsung bersuara sedikit keras pada keluarganya yang ada di ruang tengah tersebut.
" Kalian jangan sekali-kali kalian memberikan kemewahan ataupun memberikan uang pada Clara, biarkan dia pergi tanpa membawa sepeser uang pun, semua fasilitas yang dia gunakan tidak boleh diberikan padanya, semua uang tabungannya sudah aku bekukan, karena aku tidak ingin dia membawa apapun dari rumah ini, kalau seandainya kalian melanggar perintahku, kalian semua akan merasakan akibatnya!" Ucapnya.
Kemudian dia pun melanjutkan langkahnya menuju ke arah kamarnya.
" Baiklah Mah, Dino akan pergi sekarang, Dino akan melanjutkan pekerjaan Dino." Ucapnya tanpa sekalipun dia menoleh pada sang adik, Dia kemudian melangkah meninggalkan Kakak dan Mamanya yang masih duduk di ruang tengah itu, Dia kemudian masuk ke dalam mobilnya dan dia menghela nafasnya dengan panjang, tidak terasa air matanya pun menetes di kedua bola matanya, sebenarnya Dino sangat sayang dengan Clara, namun dia harus berusaha tidak membantu dan membela Clara di hadapan Clara itu, dia tidak ingin Clara tidak menghargai semua yang telah diberikan oleh keluarganya padanya, terutama kepercayaan yang diberikan padanya tentang mengembangkan perusahaan yang memang hak dirinya itu.
" Maafkan kakak Clara, maksud kakak tidak ingin kamu menjadi seorang wanita yang tidak memiliki prinsip sama sekali, kakak bersikap seperti itu agar kamu bisa menyadari kesalahan kamu selama ini." Ucapnya, kemudian dia pun menghapus air matanya tersebut biar bagaimanapun dia adalah saudara kandung Clara yang selalu sayang dengannya.
" Kakak tidak akan membiarkan kamu sendirian di jalanan, Kakak akan selalu mengawasi kamu Dek." ucapnya kemudian mobil pun melaju meninggalkan rumah kediaman kedua orang tuanya tersebut.
" Mama! Tolong Mah, bicara pada Papah, kalau Aku ingin berubah, Aku ingin tetap menjadi anak kalian berdua dan Aku ingin tetap tinggal di rumah ini, Aku janji akan mengubah semua sikapku Mah."
Namun sayangnya ucapan Clara pun tidak mendapatkan persetujuan dari sang Mama, Bu Mega menggelengkan kepalanya karena dia tidak bisa berbuat banyak untuk anaknya itu, memang selama ini Clara selalu membuat Pak Ferry marah.
Clara pun kemudian mendekati Syarif dia menggenggam tangan kakaknya itu.
" Kakak bolehkah Aku tinggal di tempat kakak, kalau Aku pergi dari rumah ini Aku tidak tahu tempat di mana Aku akan tinggal."
" Maafkan Kakak Dek, Kakak tidak bisa memberikan fasilitas yang kamu inginkan, kamu juga tidak bisa tinggal di tempat kakak, kamu tahu kan kalau Papah marah bagaimana, Baiklah Mah, Syarif pergi dulu." Ucapnya kemudian meraih tangan Mamanya dan mencium punggung tangan Mamanya itu, kemudian dia pun meninggalkan Clara dan Mamahnya tersebut, tidak jauh berbeda dengan Dino sang adik Syarif pun menelungkupkan kepalanya sembari memegang setir mobilnya tersebut, dia bergumam di dalam hatinya.
" Maafkan Kakak Dek, Kakak tidak bisa berbuat apa-apa karena kemarahan Papah yang tidak bisa untuk diredakan, semoga kamu bisa menjalani hidup kamu di luar, sudah sekian kalinya kamu membuat Papah marah." Ucapnya.
Kemudian dia pun melajukan mobilnya meninggalkan rumah kedua orang tuanya menuju ke arah rumah kediaman pribadinya sendiri, karena Syarif memang sudah berkeluarga dan memiliki satu orang anak.
Ibu Mega menghela nafasnya dengan panjang, dia pun kemudian meninggalkan Clara yang duduk seorang diri di ruangan tengah tersebut, Bu Mega melangkah menuju ke arah kamar pribadinya menemui sang suami, sedangkan Clara hanya menghela nafasnya dengan berat dia pun menangis tanpa bersuara sembari bergumam di dalam hatinya.
" Aku memang salah, kenapa selama ini aku diberi kepercayaan oleh Papah, tapi tidak menyadari kalau semua yang aku lakukan itu telah menyakiti hati Papah, aku tidak benar-benar menjalankan amanah darinya." Ucapnya kemudian dia berdiri dari duduknya, dan menuju ke arah kamar pribadinya, dia mengambil koper dan mengisi beberapa pakaian di dalamnya, kemudian dia pun keluar dari rumahnya tersebut dia meletakkan kunci mobilnya di atas nakas yang tidak jauh dari tempat tidurnya Itu, dia kemudian meletakkan kartu-kartu ATM yang ada di dalam dompet pribadinya itu, dia hanya membawa ponsel pribadinya dan sejumlah uang cash yang ada di dalam dompetnya tersebut, dia kemudian melangkah meninggalkan kamarnya dan menuruni anak tangga satu persatu ruangan rumahnya, dia melangkah menuju ke arah luar tanpa dia sadari kedua orang tuanya menatap kepergian dirinya itu, Pak Ferry pun menekan kedua matanya menahan air matanya, dia sebenarnya tidak ingin anaknya itu meninggalkan rumahnya. Walaupun dia marah besar padanya, namun dia harus bersikap tega pada anaknya tersebut, karena sudah sering kali membuat dia marah.
Pak Ferry hanya bisa bergumam di dalam hatinya.
" Maafkan Papah, Papah akan selalu mengawasi kamu saat berada di luar, Papah tidak ingin kamu menjadi seorang anak yang manja, kamu harus menjadi pribadi yang mandiri dan kamu bisa memahami arti semua amanah yang sudah diberikan kepada kamu dan kamu juga harus menjadi seorang wanita yang kuat." ucapnya sampai Clara hilang dari pandangannya, Clara melangkah menuju ke arah gerbang rumahnya tersebut dengan menggunakan jalan kaki dan menggeret koper pribadinya itu.
BAB 3 🌹
Clara terus melangkah di trotoar samping jalan tersebut kemudian dia pun menghubungi kedua sahabatnya itu.
Namun kedua sahabatnya itupun tidak mau menerima dia tinggal dirumahnya untuk sementara waktu, karena mereka sudah tahu kalau Clara diusir dari rumah, Otomatis Clara tidak memiliki apapun lagi dari fasilitas yang diberikan kedua orang tuanya tersebut, Berbagai alasan diberikan kedua sahabatnya tersebut untuk menolak Clara yang membutuhkan pertolongan itu, Clara terdiam dan menghela nafasnya dengan panjang, dia mulai memahami Arti persahabatan sesungguhnya.
" Mereka berdua memang keterlaluan! Mereka berdua bukan dikatakan sahabat sejati. Kenapa di saat aku mengalami kesusahan, mereka tidak datang padaku, malah mereka meninggalkanku begitu saja. Apa benar apa yang dikatakan Kak Syarif, kalau mereka hanya memanfaatkan aku! Sungguh! keterlaluan kalian berdua!" Ucapnya dengan kesal.
Clara kemudian melangkah meninggalkan halte yang tidak jauh dari rumahnya menuju ke arah yang tidak tahu dia harus menuju ke arah mana.
Dari kejauhan seseorang mengawasinya, tidak lain adalah suruhan Papahnya tersebut untuk mengawasi dia selalu, biar bagaimanapun Pak Ferry tidak ingin anaknya di luar mendapatkan celaka, tanpa sepengetahuan dari Clara pak Ferry mengutus seseorang untuk selalu menjaga Clara di saat jauh dari luar pengawasannya itu.
Clara meninggalkan rumah pribadi orang tuanya itu sudah sangat jauh sekali dengan berjalan kaki, Dia kemudian duduk di sebuah taman seorang diri yang masih terlihat dari arah jalanan hilir mudik orang-orang yang berlalu lalang.
" Bukankah itu Clara ? Kenapa dia membawa koper dan duduk seorang diri di situ?" Ucap seorang wanita yang kebetulan lewat taman tersebut dia pun kemudian memarkirkan mobilnya dan dia turun dari mobilnya melangkah mendekati Clara yang sedang duduk menundukkan kepalanya itu.
Clara terkejut karena pundaknya disentuh oleh seseorang, dia pun kemudian mengangkat wajahnya dan menatap orang tersebut.
" Aira..."
Aira tersenyum...
" Kenapa kamu di sini Clara? Kenapa kamu membawa koper segala? Apa yang terjadi dengan kamu ?" Tanya Aira.
Aira adalah salah satu dari sahabat Clara, namun karena Aira tidak seperti orang kaya kebanyakan, Aira dijauhi oleh Mila dan Rere, Clara pun terasut untuk menjauhi Aira, kehidupan Aira sangatlah sederhana, itulah yang membuat mereka tidak ingin terlalu dekat dengan Aira.
" Pergilah dariku Aira, Aku tidak ingin dapat pertolongan dari Kamu."
" Memangnya kenapa Clara? Aku ini adalah sahabat kamu."
" Apa pantas aku disebut dengan sahabat karena aku sudah menjauhi kamu di kala itu."
" Sudahlah Clara aku tetap menganggap kamu sebagai sahabatku cerita padaku apa yang terjadi ?"
" Aku diusir dari rumah karena kesalahanku sendiri."
" Astaga, kenapa kamu tidak menghubungi aku,, Ke mana Mila dan Rere?"
" Mereka meninggalkanku setelah tahu kalau aku diusir dari rumah, semua fasilitas yang aku gunakan pun sudah diambil oleh Papah."
Aira manghela nafasnya dengan panjang, kemudian dia tersenyum pada Clara.
" Kamu nggak usah khawatir, masih ada aku, kamu tinggal aja bersama denganku."
" Tapi....Aku."
" Nggak usah kamu menolaknya, Ayo sini aku bawakan kopernya, kamu tinggallah bersama denganku aja."
Tak ada pilihan lain lagi bagi Clara, rasa malu, rasa bersalah, dirasakan oleh Clara, karena selama ini dia tidak memperdulikan Aira.
" Ternyata aku salah di saat orang yang telah aku hindari itu datang menolongku,di saat aku kesusahan, dan orang yang selalu aku banggakan dan aku tolong meninggalkan aku begitu saja, disaat aku mengalami kesusahan seperti ini." Ucapnya di dalam hatinya sembari melangkah menuju ke arah mobil Aira, Clara pun kemudian masuk ke dalam mobil tersebut, beberapa saat kemudian mobil Aira pun meninggalkan Taman tersebut menuju ke arah rumah kediaman Aira.
Beberapa saat kemudian mobil Aira memasuki sebuah halaman rumah yang sangat sederhana sekali, mereka kemudian turun dari mobil.
" Kamu tinggal di sini ?" Tanya Clara Aira menganggukkan kepalanya, Clara tersenyum kemudian mengikuti langkah Aira menuju ke arah pintu utama rumah pribadi Aira.
" Kamu tinggal sendirian Ra?"
Aira menganggukkan kepalanya.
" Semenjak kedua orang tuaku tiada, aku tinggal sendirian sekarang dan aku bekerja di perusahaan News Group.
" Silakan duduk, aku akan membuatkan kamu minum." Ucap Aira dianggukan oleh Clara, beberapa saat Aira pun datang membawa sebuah minuman dingin untuk Clara.
" Minumlah, biar kamu merasa lega." Dianggupkan kembali oleh Clara.
" Kamu bekerja di perusahaan News group? Apakah ada lowongan di sana?"
Aira pun menatap ke arah Clara.
" Kamu beneran ingin bekerja Clara?"
Clara menganggukkan kepalanya.
" Kebetulan di kantorku itu memerlukan sekretaris baru."
" Beneran ada lowongan di kantor kamu?"
Aira pun menganggukkan kepalanya, kemudian dia berdiri dan mengambil laptopnya, Dia kemudian mengirim secara online data dari Clara, karena Clara langsung memberikan data dirinya tersebut pada Aira.
Berhubung perusahaan Aira memang memerlukan dengan cepat seseorang sekretaris dan lamaran dari Clara pun diterima dengan balasan email pada Aira.
" Alhamdulillah, kamu diterima, besok kamu bisa langsung ke kantor."
" Benarkah?"
" Nih lihat saja..." Ucap Aira sembari memberikan laptopnya pada Clara.
" Aku tidak percaya secepat ini Aku diterima, tapi ngomong-ngomong kenapa kamu tidak kerja?"
" Aku cuti beberapa hari, besok aku sudah mulai bekerja, karena hari ini terakhir cutiku, besok kita akan sama-sama berangkat ke kantorku." ucapnya sembari tersenyum.
Clara menganggukkan kepalanya.
" Lebih baik sekarang kamu istirahat."
Aira pun kemudian mengajak Clara masuk ke dalam kamarnya yang sudah disediakan oleh Aira.
Clara pun merebahkan tubuhnya di kamar tersebut melepaskan kelelahannya seharian ini.
***
Keesokan paginya pun mereka berdua berangkat menuju ke arah kantor News Group setelah sarapan pagi.
Beberapa saat kemudian mobil Aira pun sampai di halaman kantor News group, dia memarkirkannya sesuai dengan aturannya, kemudian mereka berdua turun menuju ke arah lobi dan memasuki lift menuju ke lantai atas, Clara langsung diantar menuju ruangan bagian penerimaan karyawan baru, setelah tanya jawab dengan bagian tersebut Clara pun kemudian diantar menuju ke arah ruangan Bosnya dikantor itu.
Ibu Yuli pun mengetuk pintu ruangan Bosnya, terdengar suara dari dalam menyuruh masuk, Bu Yuli pun kemudian membuka pintu itu dan mereka berdua pun masuk ke dalam Bu Yuli menyerahkan berkas dari Clara.
Kenric Bastian Himawan, seorang lelaki yang tidak suka dengan orang yang selalu membuat kesalahan kecil maupun besar itu seorang lelaki tampan dengan perawakan tinggi dan memiliki dada bidang khas seorang pria yang sangat didambakan kaum hawa, dia adalah pemilik perusahaan News Group.
Kenric yang akrab dipanggil Ken itu langsung membuka berkas Clara dia membaca namanya namun dia tidak menatap ke arah Clara, karena dia belum menyadari kalau Clara ada bersama dengan Ibu Yuli itu
" Clara Meisya... " Kemudian dia pun menatap ke arah foto yang terlampir di berkas tersebut.
Deg! Jantung Kenric pun berdetak dengan keras, dia langsung mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Clara, dan mereka berdua saling bertatapan tanpa berkedip seolah-olah mereka berbicara melalui tatapan mata mereka, mereka berdua sama-sama tidak bisa berdamai dengan debaran jantung mereka itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!