NovelToon NovelToon

Tetangga Sebelah

Li Yona Natasya

Dering jam beker mengangetkan Yona yang masih tidur dengan nyenyak, saat membuka kedua matanya dan melihat jam ternyata sudah menunjukkan pukul setengah 7 pagi, Yona rasanya malas sekali dan ingin tetap di kasur.

Tapi sayangnya ini bukan waktunya untuk bersantai ataupun bermalas-malasan, ini adalah waktunya untuk Yona berangkat bekerja. Ya Yona bekerja di perusahaan milik temannya, di sebuah toko online besar padahal kedua orang tuanya kaya raya dan tentunya punya semuanya tapi Yona menolak untuk mengurus perusahaan Papanya dan memilih untuk bekerja di perusahaan temannya itu.

Tidak masalah baginya walaupun harus bekerja keras karena Yona tidak mau di anggap sebagai anak manja dan bisanya ngandelin harta orang tuanya saja, Yona bukan gadis yang seperti itu.

Yona bergegas turun dari tempat tidurnya yang empuk itu, lalu ia langsung menuju ke kamar mandi untuk segera mandi.

Di meja makan sudah Li Shimin dan Ambar, mereka adalah kedua orang tuanya Yona yang selalu memanjakan anaknya, hingga anaknya dari sejak sekolah TK selalu di katain Yona anak Mami.

"Mana itu Yona, Pi. Kok lama sekali," ujar Ambar pada sang suami.

"Baru bangun palingan Mi," sahut Shimin, kebiasaan putri semata wayangnya itu ya kadang susah kalau bangun pagi.

"Mami, Papi," sapa Yona sambil mencium pipi kedua orang tuanya secara bergantian.

Gadis bertubuh mungil yang selalu ceria ini, sungguh menggemaskan, rambutnya yang lurus, kulitnya yang putih dan wajahnya yang cantik membuat gadis yang berusia 22 tahun ini begitu imut, jika orang yang tidak tahu pasti akan mengira Yona itu masih umur belasan tahun dan perlu kalian tahu kecantikannya yang paripurna itu menurun dari Maminya. Di tambah Papinya itu orang Korea kulit putih bersihnya di turunkan oleh Papinya, mata sipitnya juga di turunkan dari sang Papi.

"Sarapan Nak!" kata sang Mami.

Yona sudah duduk dan siap menikmati sarapannya pagi ini, saat sarapan bersama itu menjadi hal yang selalu membuatnya bahagia karena saat makan malam kadang sendiri-sendiri.

Papinya pulang kantor pada jam 5 sore paling telat jam 7 pagi sedangkan Yona pulang bisa jam 9 atau 10 malam itu kalau lagi banyak pekerjaan, tapi tidak masalah bagi Yona yang penting bisa mandiri dan cari duit sendiri, ingat biar tidak selalu menjadi anak Mami seperti teman-temannya dulu katakan.

"Yon, kamu kerja di kantor Papi saja!" ujar Shimin pada anak kesayangannya itu.

"Kalau tidak kamu kuliah lagi saja Nak! Lagian kamu sudah punya semuanya, apa kamu mau buat usaha sendiri saja? Ya biar tidak usah bekerja di kantor temannya kamu," ujar sang Mami karena tidak tega melihat anaknya harus berangkat pagi dan pulangnya malam.

"Papi, Mami, Yona pingin mandiri, Yona tidak mau selamanya mendapatkan julukan anak Mami dari teman-temannya Yona," kata Yona sedih, tidak enak rasanya di ledekin di masa lalu.

"Sayang, itukan di masa lalu, sekarang kamu sudah besar, jadi itu tidak akan terjadi lagi," timpal Ambar dengan nada lembut dan penuh pengertian.

"Tetap saja Mami, Yona ingin menjadi anak yang mandiri!" kekeh Yona dengan tegas.

Sebagai kedua orang tua sebenarnya Shimin dan Ambar senang saat Yona berpikir seperti itu, tapi keduanya sama-sama tidak tega setiap kali Yona pulang kerja kelihatan sekali Yona begitu lelah dan sering kali Ambar memperhatikan mata Yona yang menjadi mata panda. Kasian putriku, padahal dia anak satu-satunya tapi ia malah memilih hidup menderita dengan kerjaan yang keras diluar sana.

"Mami, Papi, Yona berangkat dulu ya, nanti Yona terlambat," sebelum pergi Yona menyalami tangan kedua orang tuanya secara bergantian.

"Kamu di antar supir ya Nak!" titah Ambar, tapi Yona menggelengkan kepalanya.

"Mami Yona itu bekerja di perusahaan temannya Yona, tidak enak jika Yona di antar pakai mobil, Yona naik ojek saja seperti biasanya," tolak Yona membuat Ambar sangat sedih.

Yona berlalu keluar dari rumahnya karena tukang ojek sudah menunggu di luar sana.

"Papi, lihat Yona! Apa kamu tidak bisa membuat dia jangan sampai kesusahan?" Ambar tampak marah pada suaminya.

Ketika anak gadis kesayangan harus bekerja keras di saat sudah punya semuanya, rasanya tidak rela dan ingin Yona tetap menjadi anak Mami seperti saat masih kecil dulu.

"Mami, Papi tidak bisa mengatakan apa-apa lagi pada Yona. Dia selalu kekeh dengan kemauannya sendiri, biarkan sajalah Mi!" ujar Shimin, ia beranjak dari tempat duduknya dan berpamitan kepada Ambar untuk berangkat ke kantor.

Kini tinggal Ambar sendiri di meja makan, ia masih terus kepikiran dengan putri kesayanganya itu.

Yona, memang selalu aku manja dari kecil, dia sedikitpun tak pernah merasakan kesusahan sama sekali. Semua yang dia inginkan bisa ia dapatkan dengan mudah, uang jajannya juga tidak pernah kekurangan. Aku mengira dulu kalau aku yang selalu memanjakan anak itu benar, tapi nyatanya salah karena Yona selalu di katain oleh teman-teman sekolahnya dengan sebutan anak Mami.

***

Di kantor kecil milik temannya Yona bekerja sebagai tukang paking barang, padahal ia bisa memilih menjadi apa saja tapi ia tidak mau dan memilih menjadi pekerja biasa saja. Baginya mulai dari nol lebih baik, agar terlepas dari sebutan anak Mami.

Rekan kerjanya juga tidak ada yang tahu kalau Yona itu anak orang kaya, disini Yona tidak pernah menunjukkan jati dirinya yang asli.

"Yona, kamu sudah sarapan?" tanya Restu padanya, Restu adalah rekan kerjanya yang selalu baik dan perhatian, sudah gitu dia sangat tampan dan hatinya sangat lembut.

"Aku lupa tadi aku sarapan atau tidak? Aku terlalu buru-buru karena biasanya bangunnya aku selalu saja kesiangan," jawab Yona yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.

"Kalau bukan lupa bukan Yona namanya," sambung Elis yang tidak lain sahabatnya sekaligus Bos di tempat kerjanya.

Elis menaruh makanan yang sudah ia beli di atas meja, ya itu semua Elis beli untuk para pekerjanya agar tidak ada yang telat makan.

"Ayo semuanya makan dulu! Baru lanjut kerja lagi," titah Elis yang memang selalu perhatian dengan para karyawannya.

Semuanya menghentikan pekerjaan Masing-masing, lalu mereka mengambil makanan dan makan bersama-sama.

"Elis, kamu tidak makan?" tanya Yona, melihat Elis hanya diam sambil memandangi semua karyawan yang sedang makan.

Elis adalah teman baiknya Yona, ya mereka adalah sahabat dan di kantor Elis tidak ada yang tahu kalau Yona adalah anak orang kaya karena Yona melarang dirinya untuk memberitahu kepada siapapun, ya pastinya karena tidak mau di anggap anak Mami lagi para rekan kerjanya.

"Aku sudah makan Yon," sahut Elis yang saat ini sedang sibuk dengan laptopnya. Biasa ngurusin resi pesanan, membantu para anak buahnya.

Semuanya makan dengan lahap, setelah selesai makan semuanya kembali melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.

Bersambung

Terimakasih para pembaca setia

Membeli Rumah Baru

Jam menunjukkan pukul 4 sore saat pulang kerja, saat pulang kerja Yona tidak langsung pulang tapi dia ikut dengan Elis yaitu ke rumahnya Elis yang baru.

Rumahnya Elis letaknya di perumahan kecil, ia sengaja membeli di perumahan kecil selain sesuai dengan keuangannya, alasan lainnya adalah tetangganya tampan-tampan, ya kebanyakan tetangganya laki-laki tampan makanya Elis betah tinggal di perumahan kecil ini.

"El, perasaan dari tadi banyak laki-laki pada nongkrong," kata Yona pada Elis.

"Iya itu yang membuat pemandangan disini menjadi indah, bayangkan saja rata-rata tetangga aku tampan-tampan," ujar Elis dengan senyuman kecil yang sangat manis, iya ada laki-laki yang tersenyum padanya dan Elis membalas senyum laki-laki itu.

Yona menghentikan langkah kakinya saat melihat laki-laki tampan yang sedang menjemur pakaian di depan rumahnya.

"Sungguh roti sobek di siang hari begitu menggoda," ujar Yona dan membuat Elis bingung.

"Mana ada roti sobek disini?" tanya Elis pada Yona.

"Itu laki-laki yang sedang menjemur, lihat dadanya bag roti sobek," jawab Yona tanpa berkedip.

Sebelum terjadi aneh-aneh, buru-buru Elis menarik tangan Yona untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Jaga matamu!" kata Elis pada Yona.

Kini kedua gadis cantik sudah ada di dalam rumahnya Elis, Yona agak manyun orang lagi asik lihat yang enak di lihat malah diajak masuk paksa ke dalam rumah sahabatnya itu.

"Sepertinya aku harus pindah ke sini," kata Yona dengan kedua mata yang berbinar bahagia.

"Yon sadarlah!" pinta Elis, menggelidik jijik melihat ekspresi sahabatnya itu.

Sungguh Yona itu, pasti jiwa jomblonya itu meronta-ronta makanya mendadak ingin pindah, aduh Yona ini sungguh terlalu.

"El, aku sangat sadar. Oh iya El apa perumahan ini ada yang kosong?" tanya Yona penuh semangat.

"Sebelah aku kosong," sahut El cuek sambil menikmati cemilan yang ada di toples.

Binaran kedua mata Yona semakin bahagia, energinya mendadak menjadi semangat dan otaknya sudah penuh dengan hal-hal indah yang membuatnya travelling jauh.

Dada yang bag roti sobek, para laki-laki yang sangat tampan sungguh setiap harinya akan mendapatkan pemandangan yang sangat indah dan ahh sungguh aku harus pindah pokoknya!

Yona memang sangat periang, ia juga ada Genit-genitnya sedikit tapi tidak nakal ya, ya selalu menjaga kehormatannya sebagai seorang gadis yang masih lanjang, gadis cantik ini hanya genit saat melihat para laki-laki tampan tatapannya bisa tidak lepas.

"Antarkan aku ke yang punya!" kata Yona dengan semangat.

Tanpa menunggu lama akhirnya Yona dan Elis pergi ke rumah orang yang punya rumah tepat di samping rumahnya Elis.

Sesampainya di rumah itu Elis dan Yona bertemu dengan wanita yang usianya kira-kira 50 tahunan.

"Permisi Bu," sapa Elis dengan sopan.

"Eh Nak Elis, ada apa?" tanya Ibu Neti yang tidak lain adalah pemilik rumah yang di samping rumah Elis itu.

"Bu, ini teman saya mau ngontrak rumah yang di samping rumah saya," ujar Elis pada Bu Neti.

"Maaf Bu, saya mau membeli rumah itu, tidak mengontrak," dengan sopan Yona membenarkan maksudnya pada Bu Neti.

Bu Neti tersenyum senang, membuat Yona juga ikut tersenyum senang.

"Baiklah anak cantik," jawab Bu Neti dengan senang hati.

Yona pun langsung mengurus pembayaran dan lain-lainnya, agar bisa segera menempati rumah di samping Elis itu.

Setelah selesai semuanya, Yona dan Elis langsung berpamitan pulang. Mereka berdua kembali ke rumahnya Elis, raut wajah Yona sangat bahagia. Tapi Elis malah diam saja, ia heran dengan sahabatnya ini anak orang kaya raya tapi malah pingin pindah ke lingkungan biasa seperti ini. Yona, kamu itu memang sangat aneh tapi kalau tidak aneh bukan Yona namanya.

"Yona, apa Mami dan Papimu tidak akan marah jika tahu hal ini?" tanya Elis kawatir, Maminya kan selalu memanjakan Yona.

"Tidak El, itu urusanku nanti," sahut Yona dengan yakin. Ya biarpun aku tahu pasti kedua orang tuaku akan marah, tapi apa salahnya belajar hidup mandiri agar tidak selalu di anggap anak Mami.

"Baiklah, aku tidak mau ikut campur jika berurusan dengan kedua orang tuamu," kata Elis karena tidak mau ribet dan repot karena kerempongan Maminya Yona yang begitu memanjakan Yona.

Yona mengangguk, lalu ia berpamitan pulang pada Elis karena ingin segera pindah dari rumah dan banyak yang harus di urus terutama kedua orang tuanya.

Aku tahu akan sulit mendapatkan izin dari Mami dan Papi, tapi yang lebih sulit lagi mendapatkan izin dari Mami sih, kalau Mami masih bisa aku atasi dan aku yakin Papi akan mudah setuju akan keputusan yang sudah aku ambil.

Yona pulang naik ojek online ya seperti biasanya ia lebih suka naik ojek online, bus, padahal kedua orang tuanya menyiapkan banyak mobil khusus untuk Yona pergi kemana-mana tapi Yona jarang sekali mengunakan mobil yang di siapkan oleh kedua orang tuanya itu, ya dengan alasan tidak mau di sebut sebagai anak Mami lagi. Jika di masa kecil dulu ia menggunakan semuanya tapi di saat ia sudah dewasa, pikiran Yona semakin bagus dan ingin selalu hidup mandiri. Ya biarpun kalau masalah uang jajan masih tetap dapat jatah bulanan yang gede dan akhirnya uang jajan yang di kumpulkan itu bisa buat membeli rumah.

***

Yona sudah sampai di rumah dan di ruang tengah sudah ada Mami dan Papinya yang sedang sibuk menonton film drama kesukaan mereka.

"Kenapa sih Pi? Laki-laki itu sukanya selingkuh, apa Papi juga seperti itu di luar sana?" tanyanya Ambar karena sangking gregetan dengan adegan perselingkuhan yang ada di film yang sedang ia tonton.

"Apa sih Mi? Memangnya Papi pernah macam-macam selama ini?" sahut Shimin kesal pada sang istri.

"Ya mana Mami tahu Pi, di rumah tidak macam-macam, mungkin diluar sana Papi macam-macam," kata Ambar menuduh.

Memang ya para wanita itu kalau nonton film drama ya begitu, nanti ujung-ujungnya menjadi perdebatan panjang antara suami dan istri. Padahal itu hanya sebuah film drama, tapi ya bisa menjadi bumerang yang hebat dalam rumah tangga.

"Mami, Papi, aku pulang," dengan raut wajah yang sangat bahagia Yona menyapa kedua orang tua tersayangnya.

Shimin dan Ambar sama-sama tersenyum pada Yona, mereka senang karena sang putri pulang lebih awal dan tidak semalam biasanya.

Kini Yona langsung duduk di tengah-tengah kedua orang tuanya, membuat Ambar dan Shimin agak sedikit harus bergeser.

Ambar tahu sekali pasti kali ini suasana hati putri kesayangan sedang bahagia terlihat jelas dari binaran kedua matanya.

"Mami, Papi, Yona punya kabar baik," kata Yona pada kedua orang tuanya.

"Kabar apa Nak? Apa kamu sudah punya calon suami? Kenalkan pada kami Nak!" Ambar langsung antusias, tidak sabar mendengar kabar baik dari Yona.

Yona malah tersenyum ya antara takut dan deg-deggan, ia memikirkan apa yang akan terjadi saat kedua orang tuanya mendengar kabar baik yang di bawah olehnya.

"Mami, Papi, aku membeli rumah baru dan aku berniat pindah dari rumah ini," kata Yona dengan begitu hati-hati.

"Apaa....!!"

Ambar langsung bersuara tinggi dengan tatapan mata yang cukup tajam.

"Yona, kamu jangan bercanda!" pinta sang Papi yang jauh lebih tenang dari istrinya.

"Papi aku serius, aku mau pindah agar aku bisa hidup mandiri," ujar Yona pada sang Papi.

"Tidak...kamu tidak boleh pindah!" seru Ambar dengan tegas.

"Aku tetap mau pindah Mi," kata Yona mantap.

"Yona, kamu itu untuk apa pindah? Apa rumah sebesar dan semewah ini tidak nyaman bagimu, apa Mami harus membeli rumah baru?" Ambar masih tidak setuju dengan keputusan Yona.

Shimin terdiam, ia orang yang tenang dan tidak seheboh istrinya.

"Papi boleh ya aku pindah," pinta Yona pada sang Papi.

"Papi terserah kamu saja Nak," jawab Shimin membuat Yona bisa bernafas lega.

Ambar yang tidak setuju ia langsung beranjak dari tempat duduk dengan kasar, lalu langsung pergi masuk ke kamar.

Yona tahu pasti Maminya tidak akan mudah memberikan persetujuan begitu saja, ya Yona pun menyusul Maminya ke kamarnya. Entah apakah izin akan di dapatkan dari Maminya?

Bersambung

Terimakasih para pembaca setia

Meminta Izin Dari Mami

Sesampainya di kamar Maminya, Ambar tampak membuang muka dan sepertinya enggan bicara dengan putri kesayangannya itu. Ya Ambar marah mendengar Yona ingin pindah dari rumahnya, ya takut anaknya hidup diluar sendirian dan kalau terjadi apa-apa bagaimana?

Selama ini Ambar tidak pernah mau jauh dari Yona, ya kecuali sudah menikah kan sudah ada suami ya lain lagi ceritanya.

Tapi kalau ini Yona masih gadis, jika tinggal sendirian di luar sana bagaimana jika ada orang jahat? Aku takut, sungguh takut terjadi apa-apa pada anak semata wayangku.

Ingat sekali dulu perjuangan mendapatkan Yona tidaklah mudah, makanya aku sangat sayang padanya dan memanjakannya karena Yona adalah mutiara dalam hidupku, cahaya dalam hidupku.

"Mami..."

"Mami tidak mengizinkanmu untuk pidah dari rumah ini!" Ambar langsung memotong kata-kata Yona dengan sinis.

Bukan bermaksud galak tapi hanya ingin Yona tidak sampai pindah keluar, aku harus tegas pada Yona.

Yona duduk di belakang Maminya, ia mengusap punggung Maminya dengan lembut, lalu perlahan memeluk tubuh Maminya itu.

Dalam hati Yona, maafkan aku Mi bukannya aku bermaksud egois, tujuan aku pindah selain ingin mandiri aku juga ingin mendekati laki-laki yang tampan itu, iya dia adalah tetangga sebelah di rumah baruku nanti. Biar Mami cepat dapat calon mantu, kan katanya aku pingin cepat nikah.

"Mami, aku tahu Mami kawatir padaku. Tapi aku pindah tidak jauh dari sini, kapanpun Mami mau datang ya datang saja!" ujar Yona dengan nada lembut.

"Tapi Mami takut kamu kenapa-kenapa," kata Ambar dengan tatapan sendu.

"Mami, Yona akan baik-baik saja, Yona tidak sendirian, ada sahabat Yona juga disana, kami akan saling menjaga Mi," kata Yona berusaha memberikan pengertian pada Maminya.

Setelah setengah jam berlalu dan banyak yang mereka obrolkan, hingga akhirnya Ambar luluh juga akan bujukan putri semata wayangnya itu.

"Baiklah, Mami mengizinkan kamu pindah. Tapi ingat kamu harus menjaga dirimu dengan baik dan Mami akan sering-sering datang berkunjung," ujar Ambar biarpun tidak iklhas tapi kemauan anaknya jauh lebih penting.

Yona bersorak senang, lalu langsung memeluk Ambar dengan erat.

***

Sehari setelah mendapatkan izin dari kedua orang taunya Yona pun langsung pindah ke rumah baru miliknya, Ambar dan Shimin juga ikut mengantar ke rumah barunya.

Dan lagi-lagi Yona meminta kedua orang tuanya mengantarkannya dengan memakai taksi, awalnya Ambar tidak mau tapi karena bujukan dari sang suami ya lagi-lagi Ambar harus menuruti kemauan sang putrinya itu.

Bukan tanpa alasan Yona meminta kedua orang tuanya mengantarkan dirinya naik taksi dan juga harus memakai pakaian biasa, ya karena biar tidak ada yang tahu kalau dirinya ini anak orang kaya raya.

Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu lama, akhirnya sampailah di rumah barunya Yona.

Kini mereka sama-sama masuk ke dalam rumah baru itu, ya rumahnya sangat rapi dan bersih tapi tetap saja Ambar tidak tenang. Rumah sekecil ini, apakah akan nyaman untuk tinggal?

"Nak, kamu yakin akan tinggal di rumah sekecil ini? Ini pasti tidak akan nyaman buatmu," ujar Ambar kawatir. Melihat kondisi rumahnya yang sederhana, sungguh sangat jauh berbeda dari rumah mewahnya.

"Mami, Mami jangan kawatir ya, Yona kan harus hidup mandiri Mi," ujar Yona dengan nada lembut.

"Ambar percaya saja pada kita!" pinta sang suami karena tidak mau istrinya kawatir yang berlebihan.

Lagi-lagi Ambar hanya mengangguk, ia mulai sekarang aku harus percaya dengan anakku dan aku tidak boleh selalu memanjakannya lagi, Yona kamu harus tetap baik-baik saja!

"Mami...."

"Sayang, katakan pada anak kita! Ayo pulang!" rengek Ambar baru sebentar sadar, eh ini mulai lagi lebaynya.

"Yona, kamu jangan dengarkan Mamimu! Itu urusan Papi nanti," ujar Shimin pada putrinya.

Yona mengangguk, setelah satu jam di rumah baru Yona. Shimin berpamitan pulang, Ambar juga dengan berat hati akhirnya mengikuti langkah kaki suaminya keluar dari rumah baru anaknya itu.

***

Sesampainya di rumah, Ambar menjatuhkan tubuhnya di atas sofa dengan kasar. Sungguh tidak habis pikir sama Yona, di kasih tempat tinggal mewah yang begitu nyaman ini tapi dia malah pindah. Sungguh, kamu membuatku begitu pusing Nak.

"Papi....Yona makannya bagaimana? Apa aku harus mengirimkan dia makanan setiap hari, aku kawatir dia tidak makan," kata Ambar ya lagi-lagi mulai berlebihan.

Aduh bingung sama istriku ini, apa-apa dia selalu pusing padahal sekarang makanan bisa tinggal pesan dan datang sendiri ke rumah. Sungguh aku jauh lebih pusing mikirin istriku daripada putriku.

"Tidak usah Mi, Yona sudah besar dan bisa mengurus makannya sendiri!" kata Shinmin dengan santainya.

Aku yakin putriku bisa mandiri dan aku tidak perlu kawatir padanya.

Ambar malah diam, pikiran tetap saja tidak tenang ya wajar saja sih namanya seorang Ibu kawatir berlebihan itu hal yang patut terjadi dalam hatinya.

***

Tidak terasa sudah satu hari tinggal di rumah barunya ini, Yona juga hari ini izin tidak masuk kerja karena pindahan.

Elis juga dengan senang hati memberikan izin pada Yona, akhirnya punya tetangga baru.

"Hay, tetangga baru ya?" sapa laki-laki tampan yang tinggalkan tepat di sebelah rumahnya Elis. Laki-laki ini baru saja pulang dari Minimarket.

"Eh iya," sahut Yona dengan senyum kecil.

"Aku Win, namamu siapa?" dengan santainya Win memperkenalkan dirinya pada Yona.

"Win, aku Yona." Sahut Yona, membuat Win tersenyum pada Yona.

Aku rasa Win itu tetangga yang baik, senang rasanya punya tetangga baru baik, mudah-mudahan aku betah tinggal di sini.

"Oh iya, aku duluan ya Yon," pamitnya dan langsung berlalu pergi masuk ke rumahnya.

Yona melihat Win masuk ke dalam rumah yang letaknya tepat di sebelah Elis, aduh bisa cuci mata setiap hari kalau tetangganya tampan-tampan seperti Win semuanya.

Tetangga depan rumah melihat Yona, ia hanya tersenyum pada Yona dan Yona membalas senyuman tetangga baru itu, ya tetangga depan rumah juga tidak kalah tampan dari Win. Itu yang Dada bidangnya bag roti sobek, sungguh sangat menggoda.

Yona kembali masuk ke dalam rumahnya, karena ia merasa lapar akhirnya dia memesan makanan melalui aplikasi hijau, tak beberapa lama kemudian makanan yang ia pesan akhirnya datang juga.

Yona menerima makanan itu tidak lupa ia membayarnya dan memberikan tips padanya, setelah itu Yona langsung makan karena sudah sangat lapar.

Hidup sendiri ya harus mandiri, ini tidak seperti di rumah kedua orang tuanya yang apa-apa ada dan tinggal memanggil Art untuk membuatkan apa yang ingin di makannya.

Bersambung

Terimakasih para pembaca setia

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!