Martin baru saja selesai Meeting di sebuah Bar ternama di kota itu, pria berusia matang itu melangkah kaki cepat-cepat menuju ke tempat dimana ia memarkirkan mobilnya.
"Ulah anak remaja ada-ada saja" gumamnya duduk di balik kemudi mobil, hendak menyalahkan mesin mobil itu.
Brakkkkkkkkkk
Tiba-tiba seorang gadis membuka pintu mobilnya dan masuk begitu saja lalu menutup pintu mobil itu dengan keras.
"Apa-apaan ini" serunya. "Kau siapa beraninya masuk dalam mobilku?" ucapnya.
"Om, tolong numpang sebentar, sebentarrr saja" gadis itu memelas padanya.
"Tidak mau, keluar dari dalam mobil ku" ketus Martin.
"Ya ampun Om, galak banget sih, sebentar saja" ucap gadis itu matanya melihat kesana kemari.
"Om, ayo jalan Om" ucap gadis itu membungkuk kan badannya. Karena beberapa orang bertubuh besar berlarian mencari sesuatu.
"Apakah kau ini pencuri?" Martin menatap sinis gadis itu.
"Bukan"
"Kau penipu?"
"Bukan" gadis itu masih membungkukkan badannya.
"Ayo jalan Om, punggung ku sudah mulai pegal" keluhnya memelas pada Martin.
"Ck" decak Martin tak tega, akhir ia mengemudikan mobilnya meninggalkan area Bar itu.
"Huhhhh akhirnya" ucap gadis itu bisa bernafas lega. "Terima kasih ya Om" ucapnya tulus.
"Jika kau bukan pencuri atau penipu, apakah kau ini wanita malam?" tanya Martin realistis, karena kebanyakan wanita seperti itulah yang ia temui di Bar.
"Om ini sembarangan, saya ini masih perawan tingting asal Om tahu" ucap gadis itu.
"Bagaimana saya tahu jika saya tidak mencobanya" sahut Martin.
"Mencobanya?" beo gadis itu. "Oh ya ampun ternyata dimana-mana banyak Om Om berotak mesum" pekik gadis itu menyilangkan tangannya di dada.
"Karena untuk mengetahui kau perawan atau tidak kan memang harus mencoba nya dulu. Sebab sekarang banyak gadis rasa janda" terang Martin.
"Astaga Om, Om ini termasuk pelecahan secara verbal, saya bisa menuntut Om loh" kesal gadis itu.
"Tuntut saja, maka saya akan dengan senang hati menceritakan kronologi percakapan ini terjadi pada penyidik" sahut Martin santai, mengarahkan mobilnya ke sebuah rumah sakit.
"Ish.... menyebalkan, kenapa hari ini gue sial banget sih" gerutu gadis itu
"Turunlah, saya sudah sampai" ucap Martin mematikan mesin mobilnya.
"Loh, kok ke rumah sakit sih Om?" bingung gadis itu.
"Urusan saya memang ke rumah sakit, kau pergilah" usir Martin meninggalkan gadis tidak jelas itu.
🌼🌼🌼
Eleanor Belvina gadis berusia 22 tahun itu bekerja sebagai wanita bayaran, bukan wanita malam. Kadang dia di sewa untuk di jadikan sebagai pacar, kekasih, tunangan, atau istri dari pria-pria yang tidak memiliki pasangan alias jomblo. Bonus nya bisa pegangan tangan saja, jika perlu adegan seperti peluk atau cium akan di kenakan tarif tambahan, jika klien nya melanggar maka akan di kenakan denda. Jangan salah, ada surat perjanjian hitam di atas putih sebelum pekerjaan di mulai.
"Sial banget gue hari ini" umpat Elea berjalan menyusuri trotoar di gelapnya malam.
"Fara cari klien nya kurang jeli ini" kesalnya pada sahabatnya yang menangani jasa 'Elna management'
Elea menyetop taksi karena sudah terlalu lelah untuk berjalan, ia sudah menyusun kata-kata mutiara untuk menceramahi sahabatnya itu.
🌼🌼🌼
Di rumah sakit, Martin berada di salah satu ruang perawatan VVIP, di sana putrinya tengah di rawat karena mogok makan, entah apa lagi ini masalahnya.
"Risha, makanlah dulu, jangan seperti anak kecil" ucap Martin pada putrinya.
"Risha gak nafsu makan Papi, Risha lagi patah hati hiks...hiks...." ucap putrinya.
"Patah hati kenapa sih?" tanya Martin.
"Irfan selingkuh Pi, padahal kita pacaran udah dua tahun lebih, tapi dia malah selingkuh sama Agnes huhu....huhu....huhu...." curhat gadis remaja berusia 20 tahun itu.
"Jika kamu tahu dia saling itu malah bagus, artinya dia bukan pria yang baik untuk kamu, lupakan saja si Irfan itu, masih banyak pria yang lebih baik dari pada si Irfan" ucap Martin.
"Gak semudah itu dong Pi, Irfan kan pacar pertama Risha, dan Risha sayang banget sama dia hiks....hiks...."
"Jadi kamu gak sayang sama Papi? gak sayang sama nenek dan kakek yang khawatir dengan kondisi kamu?" ucap Martin. "Lihat orang-orang tua itu masih di rumah sakit karena menunggu mu, memastikan kondisi mu baik-baik saja" Martin menunjuk kearah kedua orang tuanya.
"Orang tua ini adalah ayah dan ibumu Martin" sahut kakek Adnan.
"Anak ini semakin kurang ajar" gerutu nenek Asri. Mendekati bed perawatan cucunya.
"Makanlah sayang, pria seperti Irfan itu tidak pantas kamu tangisi, semakin kamu tangisi dan semakin kamu perpuruk, maka dia akan semakin bahagia, apalagi wanita selingkuhan nya. Kamu harus bangkit dan tunjukkan pada Irfan itu jika kamu baik-buruk saja tanpa dirinya, kamu juga harus tunjukkan padanya jika kamu bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari pada si Irfan itu" ucap sang nenek memotivasi cucunya.
"Apa yang di katakan nenek mu itu sangat benar Risha, apakah kamu rela harga dirimu di injak-injak oleh wanita selingkuhannya Irfan itu?" sang kakek mengompori cucunya.
"Kamu masih muda, kamu cantik, menarik, pintar, dan juga kaya, ingatlah ada nama Hariz di belakang namamu" ucap sang kakek menyulut api semangat pada cucunya.
"Kakek benar, aku adalah Arisha Hariz. Tidak ada orang yang boleh meremehkan ku, apa lagi menginjak-injak harga diriku" ucap Risha semangat. Lalu ia mulai memakan makanan yang di belikan oleh asisten ayahnya.
🌼🌼🌼
Di sebuah rumah kontrakan, Elea sedang marah-marah pada Fara sahabatnya yang bertugas mencari klien juga mengatur jadwal kerja Elea.
"Lo gimana sih Far? masa iya cari klien yang bentukannya kayak gitu? udah tua, botak, perut buncit, genit lagi" protes Elea.
"Ya maaf, kan yang datang kesini bodyguard nya, dan Lo tahu sendiri bentukan bodyguard nya kayak gimana" ucap Fara membela diri.
"Besok-besok Lo harus pastikan lagi kalau klien kita bukan kayak yang tadi, sertakan foto copy KTP mulai sekarang, jika klien nya di ganti maka kita bisa tuntut mereka" kesal Elea.
"Ehem.... ngomong-ngomong kita ajukan tuntutan atas dasar apa?"
"Ya penipuan lah, pake tanya lagi"
"Bukankan pekerjaan kita ini juga penipuan?" ucap Fara mengingatkan Elea.
"Ehhh benar juga, bisa gawat dong kalau begitu" sahut Elea.
"Oh ya ampun, susah banget sih cari uang. Andai uang bisa turun dari langit" keluh Elea.
"Sabar, ngomong-ngomong gimana Lo bisa lolos dari si aki-aki tua bangka itu?" tanya Fara penasaran.
"Oh iya, gue baru inget. gue masuk gitu aja ke dalam mobil Om-Om" tutur Elea.
"Untung Lo gak di perkosa sama tuh Om-Om, main masuk-masuk aja Lo"
"Mulut Lo jahat banget ya, gue kan bingung harus lari kemana. Tapi si Om nya baik sih, mau nolongin gue, dan dia juga tampan, gagah uhhhhh" Elea membayangkan tubuh Martin.
"Mulai deh otak mesum nya, mulai, mulai" cibir Fara.
Elea dan Fara adalah anak yang besar di panti asuhan, sejak usia mereka 17 tahun, kedua sahabat itu tidak lagi tinggal di panti asuhan. Mereka berdua hidup mandiri mengontrak dan bekerja apa saja untuk menyambung hidup mereka. Bahkan keduanya pernah menjadi pencopet, namun itu tidak berlangsung lama, karena terlalu beresiko dan berbahasa bagi mereka. Berkat wajah cantik yang di miliki oleh Elea, keduanya memulai usaha penipuan yang profesional dan transparan seperti sekarang ini.
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
TBC 🌺
Di sebuah perkantoran, para karyawan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ini adalah PT. Hariz Karya Abadi, sebuah perusahan yang bergerak di bidang konstruksi terbesar di negara ini. Bahkan proyek yang mereka tangani sudah sampai luar negeri, dengan hasil yang selalu membuat klien puas, maka perusahaan yang di pimpin oleh Martin Hariz ini semakin di kenal oleh dunia internasional.
Martin Hariz adalah seorang duda satu anak yang sudah berusia 41 tahun, dulu ia menikah muda saat usianya baru menginjak 21 tahun. Married by accident adalah buah dari kenalan nya saat itu, jika di tanya apakah Martin saat itu mencintai istrinya? maka jawabannya adalah tidak, bahkan dulu Martin dan Astrid mendiang istrinya tidak pernah pacaran. Mereka hanya teman sepermainan dan Martin juga bukan pria pertama bagi Astrid, itu sebabnya Martin bercinta dengan Astrid karena ia pikir Astrid tidak akan menuntut pertanggung jawaban, tapi malah keisengan nya membuahkan hasil, yaitu Arisha Hariz yang sekarang berusia 20 tahun.
Martin sudah menduda selama 15 tahun, Astrid meninggal karena kecelakaan saat itu. Jika kembali di tanya apakah Martin mencintai istrinya? jawabannya tetap sama, yaitu tidak, tapi Martin mulai menyayangi istrinya yang telah melahirkan seorang putri manis dan cantik untuk Martin.
Tok...tok...tok...
"Masuk" seru Martin saat seseorang mengetuk pintu ruangannya.
"Maaf Pak, di luar ada pak David dan pak Erik ingin bertemu Bapak" lapor Susi, sekretaris nya.
"Biarkan mereka masuk" perintahnya.
"Baik, permisi Pak" pamit Susi hanya di jawab anggukan oleh Martin. Tak lama kemudian pintu ruangannya kembali terbuka dan dua sahabatnya itu datang berkunjung.
"Hallo brother, makin sibuk aja ini" sapa David, melihat Martin fokus menatap layar laptopnya.
"Maklum saja Vid, di rumah tidak ada yang bisa Martin pandang, jadi dia hanya memandang laptop saja" suara tawa keduanya memenangkan ruangan yang tadinya sepi dan sunyi.
"Apa yang membawa kalian datang kemari?" tanya Martin to the poin.
"Wuihhh santai man, buru-buru amat" sahut David duduk di sofa bersama Erik.
"Gue sibuk"
"Lo udah kaya Bro, ngapain kerja terlalu keras? kecuali di rumah ada bini yang harus Lo umpanin hahahaa" seloroh Erik.
"Biar gue makin kaya" sahut Martin asal.
"Lagian gue heran sama Lo Bro" ucap David menggantung kalimatnya.
"Heran kenapa?" Martin ikut duduk di sofa bersama teman-temannya.
"Lo betah amat solo karir, selama 15 tahun. Lo gak bosan duet sama sabun?" tanya David.
"Hahaaa, Martin pasti terlalu mendalami peran" sela Erik.
"Sialan Lo berdua" kesal Martin.
"Realistis aja Man, kita sebagai pria mana bisa tahan lama-lama gak main? apa lagi udah pernah ngalamin nikmat nya bercinta, iya kan Rik?" tutur David.
"Yoi, gue sama Rina paling lama dua hari sekali main" jawab Erik.
"Itu bukan lama, tapi Lo nya yang nafsu an" sahut David menggelengkan kepalanya. Paling lama dua hari sekali? paling lama itu satu bulan dua kali.
"Jadi kedatangan kalian kesini hanya untuk membahas masalah ranjang?" Martin menatap malas kedua sahabatnya.
"Tentu saja tidak, membahas ranjang tadi kan hanya wujud keprihatinan kita sama Lo, yang solo karir tanpa ada lawan main" ucap Davin terkekeh geli.
"Atau jangan-jangan Lo ke enakan ganti-ganti wanita malam setiap harinya?" tuduh Erik.
"Gue gak main sama yang bekas banyak orang" sahut Martin. "Lagian gue juga ke ingat Risha kalau mau nyewa mereka" sambungnya.
"Ya, Lo punya anak gadis jadi mesti hati-hati. Tapi kita pria dewasa dan normal, dan pasti masih membutuhkan pelepasan Bro. kalau nggak kita juga yang repot" ucap Erik.
"Ya, gimana lagi? jalan satu-satunya memang solo karir" ucap Martin dengan wajah kesal, karena kembali di tertawakan oleh kedua sahabatnya.
"Sorry" ucap David mendapatkan tatapan tajam dari Martin. "Lagian kenapa gak married lagi aja sih Man?" tanya David.
"Gue belum nemu yang pas"
"Lo kebanyakan milih sih, gue comblangin sama Tari, Lo gak mau" sahut Erik.
"Dia bukan type gue"
"Gimana kalau Siska?"
"No"
"Anita?"
"Fail"
"Putri?"
"Not better"
"Claudia?"
"Big no"
"Terus Lo maunya cewek yang seperti apa?" tanya David geram, dan Martin hanya mengangkat kedua bahunya.
"Jangan bilang Lo mau cari cewe yang masih muda, gadis, kayak sugar baby gitu?" tebak Erik.
"Jika ada why not?" sahut Martin.
"Kalau gitu Lo harus deketin teman-temannya Risha" ucap David. "Ada-ada aja Lo man, gak sadar diri kalau udah lanjut usia" cibir David.
"Gue pria dewasa dan matang, bukan lanjut usia. Lo pikir gue ini kakek Adnan?"
"Anjim, itu bokap Lo" sahut Erik.
"Udah deh, kita kemari karena mau nganterin undangan buat Lo" ucap David mengeluarkan kartu undangan.
"Undangan apa? dari siapa?"
"Undangan pernikahan nya si Irwan" sahut Erik.
"Irwan? mau kawin dia?"
"Nikah woi nikahhhhh" ralat Erik.
"Iya, itu maksudnya, perasaan si Irwan beru cerai sama bininya" gumam Martin.
"Dia cerai dua tahun lalu man, it's a normal jika sekarang dia cari teman main, Irwan bukan pecinta solo karir kayak Lo" ungkit David.
"Sialan Lo" umpat Martin. tapi mereka bertiga tertawa bersama, entah dimana letak lucunya.
"Eh, di undangan tertulis jika kita harus bawa pasangan. itu udah fix gak bisa di nego, dan jangan bilang Lo ajak Risha" ucap Erik.
"Sialan nih Irwan, gue gak datang aja kalau begitu"
"Dan Lo akan menjadi bahan pembicaraan Irwan? Lo tahu sendiri Irwan mulutnya kayak betina beuhhhhhh" sahut Erik
"Gue bilang juga apa? udah saatnya Lo cari pendamping Man, emang Lo gak kangen punya guling hidup yang bisa bikin Lo melayang-layang?"
"Ck, itu lagi bahasan Lo" ucap Martin, namun tak dapat di lingkungan jika Martin memang merindukanmu kehangatan dan belaian manja dari seorang wanita, tapi masalahnya kan tidak semudah itu mencari istri, terlebih putri nya kini sudah dewasa.
🌼🌼🌼
Elea dan Fara kini tengah memilih baju yang akan di gunakan Elea untuk mendampingi klien nya ke sebuah pesta, namun kedua gadis itu belum menemukan gaun yang cocok.
"Ya ampun, baju gue kenapa gak ada yang layak buat di pakai ke pesta?" gumam Elea.
"Nanti kalau honor yang ini cair, mending buat beli baju-baju Lo dulu deh, soalnya semua dress ini udah sering Lo pakai" ucap Fara menatap deretan baju Elea yang ada di dalam lemari.
"Tapi bulan ini juga jatuh tempo bayar kontrakan" bingung Elea.
"Kita minta kelonggarannya waktu satu atau dua mingguan deh. Bu Romlah pasti gak keberatan, lagian kita selalu on time bayarnya kalau punya uang" saran Fara.
"Lo atur aja deh, pusing gue" ucap Elea menyerahkan segala urusannya pada Fara. Ya begitu kehilangan dua sahabat ini, Fara akan mengatur jadwal Elea, kapan harus kencan dengan klien yang mana dan kapan harus membeli baju baru sebagai penunjang penampilan nya saat bekerja. Jika klien nya hanya minta di temani kencan, maka Dress-dress sederhana Elea masih layak tampil, tapi jika sebuah acara pesta resmi seperti ini , tidak mungkin jika Elea hanya mengenakan Dress sederhana. Dan itu akan di anggap sangat tidak profesional.
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
TBC 🌺
Pukul 19.00 Elea sudah di jemput oleh klien nya untuk di bawa ke sebuah pesta. Klien Elea kali ini seorang pria berusia 30 tahun, Tommy namanya. Tommy terpaksa menyewa jasa Elea untuk menjadi pendamping nya ke sebuah pesta pernikahan rekan kerjanya karena sang kekasih hati tengah berada di negri sebrang. Ya begitulah pekerjaan Elea, selalu menjadi berkah untuknya di balik musibah yang menimpa seseorang.
"Apakah kau bisa di andalkan?" tanya Tommy pada Elea saat mengemudikan mobilnya.
"Anda bisa membuktikan nya sendiri Tuan" sahut Elea.
"Nanti jangan panggil aku Tuan"
"Lalu"
"Biasanya kamu panggilan pacar kamu gimana?"
"Saya tidak pernah punya pacar" jawab Elea. "Tapi pernah menjadi pacar bayaran beberapa pria, dan saya memanggil nya, sayang, honey, baby, dan masih banyak lagi. Anda mau di panggil seperti apa?"
"Kita lihat nanti saja" ucap Tommy mengarahkan mobilnya ke sebuah hotel berbintang.
"Ayo kita masuk" ajak Tommy. Namun saat hendak memasuki ballroom hotel, seorang wanita menghentikan mereka.
"Tommy" panggil wanita itu.
"Alana" gumam Tommy mengenal wanita itu. "Kau sudah pulang" senang Tommy menyambut kedatangan kekasih nya.
"Siapa wanita ini?" tanya Alana menatap sinis pada Elea.
"Dia...."
"Jadi dia selingkuhan mu? kau bermain api di belakang ku?" tuduh Alana.
"Bukan begitu sayang, dengar kan aku dulu" Tommy kelabakan atas tuduhan kekasihnya.
"Kamu jahat" seru Alana pada Tommy. "Dan kamu wanita murahan" Alana mendorongnya kasar bahu Elea hingga membentur dinding.
"Ahkk" keluh Elea yang tiba-tiba saja di perlakuan seperti itu.
Alana pergi begitu saja meninggalkan Tommy, Dan Tommy tentu berusaha mengejar kekasihnya, namun tertahan oleh Elea.
"Lepaskan aku, aku mau membujuk kekasihku" ucap Tommy.
"Lalu bagaimana dengan saya? lebih tepatnya bagaimana bayaran saya?" tanya Elea yang tidak mau rugi, apa lagi sudah di tuduh sembarangan dan di perlukan kasar oleh kekasih kliennya itu.
"Aku akan mentransfer nya nanti" ucap Tommy berlari mengejar kekasihnya.
"Huhhh ada-ada saja halangan mencari uang" keluh Elea meninggalkan area ballroom.
🌼🌼🌼
Di sebuah parkiran, Martin masih terdiam di dalam mobilnya. Martin bingung harus datang ke pesta pernikahan Irwan atau tidak, jika pun datang Martin tidak punya pasangan, tapi jika tidak datang maka sudah pasti Martin akan menjadi bahan olok-olokan Irwan dan dua sahabatnya itu.
"Sial memang" umpat Martin keluar dari mobilnya, yang penting datang dan mengisi buku tamu pikir Martin.
Martin berjalan dengan membuka ponselnya, entah hal apa yang menarik dari ponsel itu hingga ia lebih tertarik memperhatikan ponsel nya dari pada jalannya.
Brukkkk
"Awhhhhh" keluh seseorang yang tidak sengaja di tabrak oleh Martin, ia jatuh terduduk di lantai.
"Ya ampun, kalau jalan pake mata dong" upaya ternyata seorang wanita.
"Maaf" ucap Martin mengulurkan tangannya berniat membantu korban nya.
"Om" ucap wanita itu yang adalah Elea. Ia masih sangat mengingat wajah Martin.
"Siapa?" Martin tidak begitu ingat.
"Saya yang numpang di mobil Om saat di parkiran Blue Bar" Elea meraih tangan Martin dan berdiri.
"Oh, itu kamu?" Martin menelisik penampilan Elea yang jauh berbeda saat pertama bertemu.
"Om ngapain di sini?"
"Saya mau ke pesta pernikahan teman"
"Pesta pernikahan? bukankah seharusnya Om membawa pasangan?" tanya Elea, yang tahu jika hanya ada satu pesta pernikahan di hotel ini.
"Bagaimana kamu bisa tahu?" heran Martin.
"Saya di sini karena menemani klien untuk menghadiri pesta itu, tapi kekasih klien saya datang. Jadi gak jadi deh" ucap Elea tersenyum garing.
"Kau bilang bukan wanita malam?"
"Ya memang bukan Om, tapi saya melayani jasa pria-pria yang butuh pasangan untuk pesta atau acara yang mengharuskan berpasangan, tidak lebih apa lagi sampai naik ke ranjang" jelas Elea.
"Baiklah, karena saya tidak punya pasangan. Saya akan menyewa jasa kamu malam ini" ucap Martin spontan.
"Wah..yang benar Om?" dan di angguki oleh Martin. "Tapi kita belum tentu kan harga" ucap Elea.
"Berapa saya harus membayar mu?"
"5 juta untuk pasangan, 1 juta jika pegangan tangan, 2 juta jika ada kontak fisik lainnya, dan 3 juta jika ada satu kali pelanggaran" asal Elea menyebutkan tarif yang harus di bayar oleh Martin.
"Saya bayar 10 juta untuk dua jam ke depan" ucap Martin.
"10 juta" beo Elea. "Yang benar Om? Om tidak dengan ngeprank kan?" Elea tidak percaya.
"Jika kau setuju"
"Tentu saja setuju" ucap Elea senang, kapan lagi dua jam dapat 10 juta?.
"Ayo" Martin menarik tangan Elea. "Siapa namamu?" tanya Martin, sangat tidak lucu bukan jika Martin tidak tahu nama pasangannya.
"Elea, Eleanor Belvina itu nama saya, cantik seperti orang nya" ucap Elea percaya diri.
"PD sekali, nama saya Martin" lirih Martin, namun dalam hatinya mengakui jika Elea memang cantik.
"Saya memang cantik Om" ucap Elea. "Om tidak tertarik untuk menikahi saya?" konyol, pertanyaannya itu meluncur begitu saja dari mulut Elea.
"Apakah kamu sedang melamar saya?"
"Tidak, bagaimana mereka seorang Elea melamar pria?"
"Mainkan peran mu dengan sempurna, aku tidak ingin ada sebuah kesalahan" bisik Martin mengisi buku tamu.
"I'm ready to show" bisik Elea.
🌼🌼🌼
Martin mendatangi meja dimana teman-temannya sedang berkumpul di sana dengan pasangan masing-masing. Kedatangan Martin dan Elea tentu saja membuat teman-teman nya terkejut, terutama David dan Erik.
"Anak siapa yang kau bawa Martin?" tanya Erik.
"Jangan asal bicara, Elea kekasihku" ucap Martin merangkul pinggang ramping Elea.
"Hallo Om, saya Elea pacarnya Om Martin" Elea memperkenalkan diri.
"Kau serius pacaran dengan gadis ini?" tanya David.
"Kalian bisa melihatnya" ucap Martin mengecup puncak kepala Elea. Meskipun semua teman-teman Martin tidak percaya, tapi mereka tidak bisa bertanya-tanya lebih. Mungkin besok David dan Erik akan mendatangi kantor Martin dan bertanya sepuas hati. Kini mereka semua menikmati pesta pernikahan itu, dan Elea sangat bisa membawa diri, ia membaur begitu saja dengan teman-teman Martin juga para kaum istri, gadis itu selalu tahu tentang topik pembicaraan yang sedang mereka bicarakan.
🌼🌼🌼
"Kau gadis yang cerdas" ucap Martin dalam perjalanan pulang mengantar Elea.
"Ya, itu aku" sahut Elea.
"Kenapa tidak bekerja di kantoran saja?"
"Memangnya ada kantor yang menggaji karyawan nya 10 juta dalam dua jam?"
"Apakah kau selalu mendapatkan 10 juta setiap klien?"
"Ya tidak juga, tapi mencarinya pekerjaan di kantor juga tidak semudah itu" ucap Elea yang sudah bosan mengirim lamaran kerja namun tidak pernah di terima.
"Yang mana rumah mu?" tanya Martin sudah memasuki kompleks rumah sewa Elea.
"Itu yang cat nya biru" tunjuk Elea ke sebuah rumah kecil. "Terimakasih ya Om" ucap Elea membuka pintu mobil Martin.
"Ahhhgggg" Elea terjatuh karena tidak hati-hati, ia merasakan nyeri di pergelangan kakinya.
"Ada apa?" Martin keluar dari mobil, mendengar jeritan Elea.
"heels nya patah" ucap Elea. mengangkat sepatunya.
"Ini barang tiruan, makanya patah" ucap Martin membuang asal high heels satu-satunya milik Elea.
"Om, itu satu-satunya, heels pesta saya kenapa di buang?" protes Elea, mencoba bangkit mencari heels nya.
"Awhhhhh" keluh Elea pergelangan kakinya terasa semakin ngilu.
"Sepertinya kau keseleo" ucap Martin. "Ayo" Martin mencoba memapah Elea.
"Tapi heels saya" Elea masih belum rela kehilangan heels nya.
"Itu sudah tidak bisa di pakai, kau bisa membeli lagi nanti"
"Ck, itu mahal Om" ucap Elea namun tidak diperdulikan oleh Martin.
"Buka pintu nya" perintah Martin, lalu membawa Elea masuk ke dalam rumah itu. Tanpa keduanya sadari ada beberapa orang yang memperhatikan mereka dari kejauhan.
🌼
🌼
🌼
🌼
🌼
TBC 🌺
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!