NovelToon NovelToon

Cinta Yang Berbeda

1. Kekecewaan dan kesedihan Rada

Namaku Rada, Ayah, Bunda dan Adikku telah meninggal dunia, diakibatkan kecelakaan mobil 5 tahun yang lalu.

pada saat itu mobil yang mereka kendarai mengalami kerusakan rem. Sayang seribu sayang, nyawa orang-orang yang amat kucintai itu tak dapat diselamatkan.

Dulu, kami memiliki toko roti. tetapi toko roti itu sekarang telah bangkrut, diakibatkan rekan bisnis ayahku ternyata penipu. Sampai sekarang aku masih mencari siapa yang telah menipu Ayahku dan berniat untuk merampas toko roti itu kembali.

Bukan hanya itu saja, satpam yang bekerja di rumah kami, ternyata penghianat. Dia telah mencuri sertifikat rumah kami, lalu menggadaikannya untuk membayar hutang-hutangnya di bang. Akibat peristiwa itu, Sekarang aku tinggal di rumah bibi yang telah lama bekerja di rumah kami. Hanya dialah saat ini keluargaku. Sekarang pekerjaanku sebagai penjual roti keliling untuk bertahan hidup.

Sedih, kecewa, marah, dendam, kini bercampur menjadi satu. Aku akan mencari para manusia laknat itu sampai ke ujung bumi! Tidak akan kubiarkan mereka lepas begitu saja, karena sejak kecil ayah dan ibuku mengajarkan untuk menjadi wanita tangguh dan pemberani. Untuk itu, aku harus tetap semangat walau tanpa didampingi orang tua.

Ujar rada di dalam hati, dia selalu mengkobarkan semangat dalam dirinya agar tetap bangkit menghadapi seluk beluk dunia yang kejam.

Di suatu siang yang cukup terik, rada melangkahkan kakinya melewati jalanan yang ramai untuk menjual roti.

"Roti, Roti, Rotiiiiiii. Rotinya Pak, Bu. rotinya masih hangat dan semua rasa ada di siniiiiiii."

Teriak Rada berkeliling-keliling menjajakan dagangannya.

"Paaaak, Buuuuu, ada rasa stroberi, susu, coklat, semua rasa ada di siniiiiiiii".

Rada kembali meneriakkan jualannya penuh semangat sambil berdoa memohon kepada sang kuasa agar jerih payahnya hari ini mendapat hasil yang memuaskan untuk kebutuhannya sehari-hari..

"Roti, Roti, Rotiiiii."

Tiada kata lelah dan menyerah dalam kamusrada, dia yakin sepenuhnya pasti suatu saat nanti hidupnya akan berubah ke arah yang lebih baik.

"Rotinya satu bungkus harganya berapa ya?"

Salah satu pelanggannya Rada bertanya berapa harga perbungkus rotinya itu.

"Harga rotinya satu bungkus rp 5000, BU."

Rada memberitahukan harga roti miliknya seraya tersenyum ramah.

"Aku mau beli rotinya dong, Nak."

Wanita tersebut menyahut tak kalah ramah. Meski hanya pedagang kecil, dagangan rada sudah banyak dikenal dan diminati oleh banyak orang, apalagi dengan sikap rada yang baik hati dan mudah senyum, membuat para pelanggan begitu menyukainya.

"Mau berapa bungkus rotinya bu?"

Rada kembali bertanya kepada pelanggannya itu

"Aku mau rotinya 6 bungkus aja."

Pelanggannya itu kembali menjawab.

Rada kembali bertanya dengan suara lembut

"Ini rotinya Bu."

Rada memberikan rotinya itu setelah dia selesai membungkusnya.

Pelanggan itu menerima roti itu dan langsung membayarnya dengan uang pas-pasan.

" Terima kasih ya Bu. telah membeli rotiku. jangan lupa, besok-besok beli lagi rotinya ya bu!"

Ujar Rada.

Ketika Rada masih sedang menjual roti, tiba-tiba suara telpon Rada berbunyi.

"Kring-kring, kring-kring."

Telepon itu tersambung. lalu Rada melihat Ternyata Kekasihnya yang nelpon.

"Halo sayang, tumben nelpon ada apa gerangan nih?"

Tanya rada tersenyum sumringah.

"Ia. apakah kamu punya waktu untukku? aku mau bilang sesuatu yang sangat penting. Apakah kamu bisa?"

Kekasinya Rada menyahut. Serta dia memberikan pertanyaan kepada Rada.

"Tentu saja dong sayang! Emangnya kamu mau bilang apa sih? Aku jadi penasaran deh."

"Kalau kamu penasaran, temui aku di cafe biasa nanti malam pukul 07.30."

Kekasihnya itu kembali menjawab sambil memberi tahu waktu dan alamat di mana mereka harus ketemu.

"Oke sayang. Udah dulu ya sayang, aku mau lanjut jualan dulu, dada hani."

Rada mengakhiri panggilan itu, lalu Setelah itu, dia melanjutkan untuk menjual rotinya kembali. Setelah jualan Rada laris semuanya, diapum langsung pulang ke rumah dan langsung siap-siap mau bertemu dengan kekasihnya.

"Aduh, tapi aku masih penasaran nih, apa yang mau disampaikan rian kepadaku? Apakah dia mau melamar aku?"

Rada berkata dalam hatinya sambil menebak-nebak

"Bibiii Bibii!"

Rada berteriak memanggil Bi Ratih.

"Ada apa non? apa yang bisa Bibi bantu?"

Pada saat Bibinya itu mendengar suara panggilan Rada, diapun langsung menghampiri dan bertanya, hal apa yang sedang rada butuhkan saat ini. Semenjak kepergian kedua orang tua rada kembali pada sang pencipta, bibi Ratih lah yang selalu menjaga dan menyayangi Radha.

"Tidak ada Bi. Oh ya Bi. Apakah aku sudah cantik?"

Ujar Rada.

"Non Rada sangatlah cantik seperti putri kerajaan."

Ratih mengusap sayang rambut panjangnya sambil tersenyum bagaikan seorang ibu memuji kecantikan Rada.

"Bibi bisa aja mujinya. Oh ya Bi. terima kasih ya, Bibi sudah mau menerima aku di rumah bibi."

Rada tersipu malu malu akibat pujian Ratih. Rada mengikis jarak di antara mereka, lalu memeluk bibir Ratih erat, dia juga telah menganggap mantan pembantunya itu sebagai orang tuanya. Diapun mengucapkan terima kasih banyak kepada Ratih karena sudah merawat dia semenjak dia kehilangan seluruh keluarga dan hartanya.

"Sama-sama non. Pokoknya, non rada harus tetap jadi gadis yang kuat. Oke?."

Ujar ratih.

"A siap bos."

Rada sangat bersyukur karena masih ada orang yang baik kepadanya.

Pada saat Rada asik bercerita-cerita kepada Bibinya itu, akhirnya taksi yang telah di pesannya telah tiba. Kemudian Radapun langsung berpamitan kepada Bibinya.

Sesampainya Rada di cafe tempat mereka ketemuan, dia tidak sengaja melihat rian sedang makan malam bersama sahabatnya sendiri. Setelah dia melihat kejadian itu, Radapun langsung menghampiri mereka berdua.

"Rian!. Vita!. ada apa ini semua? bukannya kamu mau bilang sesuatu kepadaku Ri? kenapa harus ada dia?"

Rada bertanya kepada kekasihnya itu.

"Karena aku ingin kita putus."

Rian jawab dengan singkat dan tidak merasa bersalah.

"Apaaa!!! Kamu bilang kita putus. kenapa? apa salahku?"

Rada syok mendengar perkataan kekasihnya itu dan dia benar-benar marah.

"Karna kamu itu seorang penjual roti keliling. Aku maluuuu!!! Aku malu punya pacar tukang jual roti keliling.

Rian menjawab dengan suara nada tinggi dan membentak Rada.

"Jadi, jadi ini yang mau kamu bilang padaku? Hiks, hiks, hiks.kamu tega Rian. Hiks, hiks, hiks. Terus, kenapa harus ada Vita disini?"

Rada bertanya sambil menangis tersedu-sedu.

"Karena kami berdua sekarang sudah resmi pacaran.

Rian menjawab dengan sinis dan dia pun merangkul Vita kekasihnya itu.

"Apaaaa! Vita adalah pacarmu? berarti selama ini, kelian berselingkuh dibelakangku? Ternyata sahabatku dan pacarku adalah penghianat. Aku benci kelian!!!"

Rada berteriak lalu dia pergi meninggalkan sepasang kekasih itu. Ketika diperjalanan mau pulang, hujan deraspun turun, kilatpun menyambar-nyambar, serta petir yang sangat kuat. Tampa Rada sadari, akhirnya dia telah berada sampai di sebuah jembatan.

"Kamu jahat Ri!!! Kamu tegaaaaa!!! Kamu selingkuh dengan sahabatku sendiri. Aku benci kalian!!!"

Rada berteriak keras untuk melepaskan amarahnya.

Ketika Rada masih berada di jembatan itu, dia dihampiri dua pria. Yang satu berkacamata hitam, yang satu lagi pria tampan. Ketika mereka sedang mengemudi, mereka melihat Rada yang sedang berdiri di atas jembatan seakan-akan mau bunuh diri.

"Bang!, itu ada wanita yang mau bunuh diri."

Rayan memberitahukan kepada abangnya itu. Sebab abangnya yang berkacamata hitam itu adalah seorang tunanetra yang sama sekali tidak bisa melihat cahaya.

"Jadi, kalau ada wanita yang mau bunuh diri, emangnya kenapa?"

Dani bertanya kepada adiknya itu dengan sinis dan cuek.

"Ya kita harus menolongnya, kasihan dia."

Rayan berkata kepada Abangnya itu

"Untuk apa kita kasihan kepadanya? Kita kan belum mengenal dia itu siapa"?

Ujar Dani dengan acuh.

Rayan berkata sambil menceritakan tentang kecantikan gadis yang barusan dilihatnya.

"Yasudah, ayo kita hampiri dia!.

Sahut Dani luluh kepada adiknya itu.

"Heiiiiii!!! Jangannnn lakukannnn"

Dani dan Rayan berteriak kepada Rada.

"Kamu cantik-canti, jangan mau bunuh diri, kamu masih muda, masa depanmu masih panjang, jangan gegabah mengambil keputusan, ingatlah saudara-saudara dan kedua orang tuamu!.

Ucap Dani sambil menasehati Rada.

"Idiiiih!!! Siapa sih kamu sok-sok menasehati aku? Siapa bilang aku mau bunuh diri. Jadi orang jangan ikut campur masalah kepribadianku."

"Lagi pula, aku sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Seluruh keluargaku telah pergi meninggalkan aku seorang diri. Dengan berkata demikian, kamu telah membuat aku semakin sedih saja. Pergiii!!"

Bentak rada kencang meluapkan amarahnya, namun sesungguhnya dia sadar kalau tak seharusnya ia meluapkan emosinya kepada orang lain seperti sekarang ini. Tapi dia mengabaikannya, yang penting rasa kesal dalam dirinya dapat terlampiaskan.

"Oh, jadi seperti itu. Maafkan aku sudah berburuk sangka, ya! Aku hanya tidak ingin kamu mengakhiri hidupmu. Sekali lagi, aku minta maaf."

Kata dani begitu tulus.

"Diam!! Tak perlu sok baik di hadapanku, aku tidak butuh permintaan maafmu! Pergi saja sanaaaa!!"

Marah rada lagi, tanpa peduli dengan siapa dia bicara.

"huhhh. Ni orang benar-benar tak tahu sopan santun! Wajah doang yang cantik, galaknya melebihi nenek Lampir yang kehilangan dompet. Ih serem! Dikasih tahu malahan marah nggak jelas, semoga aku tidak bertemu kamu lagi."

Jawab Dani kesel bukan main.

"Apaa!? Coba katakan sekali lagi!"

Rada amat geram dan tak terima dikatai sebagai nenek lampir.

Namun Dani mengacuhkan rada lalu memegang lengan sang adik, mengajaknya segera meninggalkan tempat itu.

Rayan hanya diam saja, dia melangkahkan kakinya menjauh dari sana dan menuruti Abang yang sangat dia sayangi itu.

Bagaimanakah kisah selanjutnya? Apakah Rada kuat untuk menerima kenyataan yang telah dialaminya saat ini?

Pasti teman-teman penasarankan?

Jikalau teman-teman sudah membaca cerita saya ini, jangan lupa untuk meninggalkan jejaknya.

Saya minta maaf kalau tulisan saya kurang rapi dan masih banyak kekurangannya.

Selamat membaca!

2. bercerita

Ketika abang beradik itu di dalam perjalanan mau pulang, mereka sempat berdebat.

"Bang. Aku merasa abang itu tidak sopan sama perempuan yang tadi."

Rayan protes kelakuan abangnya.

"Tidak sopan bagaimana aku sama dia? Dia aja Perempuan judes yang baru aku kenal. Kenapa aku harus sopan kepadanya? Dia saja nyolot dan nyebeliiiin."

Dani menjawab adiknya itu dengan sinis dan muka dingin.

" Sebenarnya bang, kita yang salah."

Rayan mengatakan itu, karna dia merasa bersalah.

"Tidak. Kamu tuh yang salah. Kamu itu sok tahu."

Dani mengatakan dengan juteknya, bahwa dia tidak ingin disalahkan.

"Ya sudahlah, ngapain mikirin perempuan yang baru dikenal. Belum tentu dia itu perempuan yang baik-baikkan?

Dani mengakhiri perdebatannya itu kepada adiknya, dan dia sambil menduga duga tentang gadis yang baru mereka temui. Namun Rayan tidak mau protes lagi. sebab kalau dipikir-pikir memang dialah yang salah.

Ya sudahlah, ayo kita pulang! Nanti Mama khawatir lagi, apalagi kita ini basah kuyuk, dan kita harus menyediakan jawaban-jawaban yang akan dipertanyakan kepada kita. hahaha."

Ujar Dani sambil mengajak adiknya pulang. Serta Merekapun tertawa Lalu pulang. Tidak lama kemudian, akhirnya Rayan Dan Dani sampai kerumah. Sesampainya mereka di sana, rayanpun langsung memencet bel berulang kali sehingga membuat kebisingan di dalam rumah itu.

"Aduh, bising sekali suara belnya. Pasti anak-anak sudah pada pulang."

Ujar Mama mereka yang sedang kebisingan akibat suara bel itu. Sekarang diapun segera membuka pintu dan terkejut.

"Kelian dari mana saja? Kenapa bisa basah kuyuk seperti ini? Apa yang telah terjadi kepada kalian berdua?"

Mama dianpun mulai bertanya panjang kali lebar dengan penuh kecemasan.

"Ma, bagaimana caranya kami mau menjawab pertanyaan Mama? Sedangkan Mama tiada henti nya untuk bertanya."

Dani berkata dengan suara lembutnya kepada Mamanya.

"Maaf ya nak, Mama hanya khawatir saja, sekarang, kalian mandilah! Jangan lupa turun ke bawah ya! Supaya kita makan bareng bersama".

Dian kembali berkata kepada anak-anaknya sambil menyuruh mereka berdua.

"Ia Ma."

Kedua anak itu menjawab dengan singkatnya. Setelah mereka selesai mandi, merekapun turun kebawah untuk makan malam, sambil menceritakan apa yang mereka alami.

Di tempat lain, akhirnya Radapun telah sampai ke rumahnya.

"Tok, tok, tok. Biiiiiiii!"

"Tok, tok, tok. Bibiiiiiiii!"

Rada berulang kali mengetuk pintu sambil berteriak memanggil Bibinya

"Ia Nooooon! tunggu dulu sebentaaaaar!!"

Ratih berteriak untuk menjawab Rada yang berada di luar rumah.

"Ceklek."

Tidak lama kemudian, Bibi Radapun membukakan pintu rumah, dia terkejut melihat keadaan Rada yang basah kuyuk.

"Non Rada. Non Rada kenapa basah kuyuk seperti ini?"

Ratih bertanya dengan penuh kekuatiran.

"Ia Bi. Nanti aku akan meceritakan apa yang telah terjadi. Sekarang, aku harus bersih-bersih dulu. Oh ya Bi. Aku mau minta tolong, buatkan teh hangat untukku dan antarkan ke kamarku ya Bi! Di sana aku akan menceritakan tentang apa yang telah terjadi kepadaku."

Rada menjawab panjang kali lebar kepada Bibinya itu.

"Baik Non.

Dengan singkat Ratih menjawab. Setelah itu, Radapun pergi ke kamarnya untuk bersih-bersih. Tidak lama kemudian, Bibi Radapun datang ke kamar Rada dan mengetuk pintu.

"Tok, tok, tok. Nooon, apakah Bibi bisa masuk?"

Ratih bertanya kepada Rada sambil mengetuk pintu untuk memastikan.

"Ia Bi, masuk saja! Pintunya tidak dikunci kok."

Rada menjawab sambil mempersilahkan Ratih untuk masuk kedalam kamarnya. Kemudian Ratihpun membuka pintu.

"Ceklek."

Suara pintu kamar Rada dibuka.

"Ini Non teh hangatnya. Oh iya non, aku masih penasaran nih, kenapa bisa Non Rada seperti ini? Tolong, ceritakan dong sama Bibi apa sih yang telah terjadi!"

Ratih bertanya dengan penuh penasaran. Lalu Radapun menceritakan semuanya kepada Bibinya apa yang telah terjadi kepadanya.

"Non harus kuat untuk menghadapi semua ini! Non banyak-banyak berdoa!"

Setelah Ratih mendengarkan cerita Rada, dia hanya bisa menguatkan perasaan Rada.

"Ia Bi, terima kasih banyak ya."

Ujar Rada singkat.

"Sama-sama Non. Sekarang Non Rada istirahat ya! Besok kan mau jualan lagi."

Ratihpun menyuruh Rada untuk beristirahat.

"Ia Bi, malam baik Bi."

Setelah Ratih keluar dari kamar Rada, diapun langsung beristirahat.

Keesokan harinya, Radapun bersiap-siap mau pergi untuk jualan. Ketika Rada mencari ikat rambut di dalam laci mejanya, ternyata dia masih menyimpan fotonya bersama dengan rian.

"Loh, kenapa sih foto ini muncul lagi?"

Ujar Rada dalam hatinya.

"Biiii! Bibiiiii!"

Rada berteriak untuk memanggil Ratih.

"Ada apa Noooon? Apa yang bisa Bibi bantu?"

Ujar Ratih kepada Rada.

"Bi, aku mau minta tolong. tolong buang foto ini jauh-jauh!"

Rada menyuruh Ratih untuk membuang foto-fotonya bersama mantannya yang sudah menghianati cinta mereka berdua.

"Baik Non."

Ujar Ratih dengan singkat.

"Terima kasih ya Bi."

Rada mengucapkan.

"Ia Non. Non, ayo sarapan!"

Ratih mengajak dia untuk sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat kerja.

"Ia Bi. Oh ya, Roti-rotinya sudah bereskan?"

Rada kembali bertanya untuk memastikan apakah dagangannya sudah siap atau belum.

"Sudah Non."

Ujar Ratih. Setelah itu Radapun sarapan pagi bersama Bibinya. Seusai selesai sarapan, Rada langsung berpamitan kepada Bibinya.

"Bi, aku berangkat jualan dulu ya Bi, jangan lupa untuk membuang foto-fotoku bersama Rian ya Bi!"

Rada berkata sambil menyalam tangannya Ratih.

"Ia Non. Hati-hati di jalan ya!"

Ujar Ratih.

"Kasihan sekali non Rada, sudah harta warisannya tidak ada lagi, sekarang dia anak yatim piatu, serta Rian menghianati cinta tulusnya Non Rada. Aku berharap, suatu hari nanti Non Rada akan menemukan kebahagiaan nya kembali."

Ratih berkata dalam hatinya sambil melihat Rada yang pergi untuk berjualan.

Pada waktu Rada sedang berjualan roti keliling, kedua sahabatnya tidak sengaja melihat Rada.

"Pus, Bukankah itu Rada?"

Anggini bertanya untuk memastikan.

"Aku juga ragu, bagaimana kalau kita menemui dia?"

Ujar Puspa.

"Rada."

Puspa memanggil sahabatnya itu.

"Anggini, Puspa. Kenapa kalian ada di sini? Apakah kalian mau membeli rotiku?"

Rada bertanya kepada kedua sahabatnya itu.

"Ia Rad, kami berdua borong semuanya."

Anggini menjawab.

"Yakin mau borong semuanya?"

Rada kembali bertanya untuk memastikan.

"Yakinlah. Tapi ada syaratnya."

Puspa berucap sambil memberikan syarat.

"Apaantuh syaratnya?"

Rada kembali bertanya kepada kedua sahabatnya itu.

"Hari ini, aku mau kita bertiga bercerita-cerita di cafe sambil makan siang bersama. Masalah biaya aku yang tanggung deh."

Puspa mengajak kedua sahabatnya untuk makan siang bareng di cafe. Pada saat Anggini dan Rada mendengar perkataan sahabatnya itu, mereka pun langsung setuju lalu Rada menitipkan gerobaknya dan berangkat bersama-sama menuju cafe. Sesampainya mereka di sana, mereka pun langsung memesan makanan dan minuman. Pada saat mereka menunggu pesanannya, mereka bertiga bercerita cerita.

"Rad, bagaimana hubunganmu dengan Rian?"

Puspa bertanya.

"Aku dan Rian sekarang sudah putus. Dia penghianat. Dia selingkuh dengan sahabatku sendiri yaitu Vita."

Rada mengatakan itu dengan suara lemas, dia tidak sadar bahwa dia sudah mulai meneteskan air mata.

"Rad, kamu yang kuat ya! Aku dan Puspa selalu ada untuk kamu."

Anggini berkata sambil mengusap pusat bahu Rada.

"Rad, aku akan membantumu untuk keluar dari masalah ini, aku akan mencari pekerjaan yang layak untukmu. Aku yakin, pasti Rian akan menyesal."

Ujar Puspa dalam hatinya. Tidak lama kemudian, akhirnya pesanan mereka pun telah tiba. Lalu Mereka bertiga langsung menikmati makanan dan minuman yang telah mereka pesan. Setelah mereka selesai menikmati makanan dan minuman, mereka bertiga pun berpisah dan meninggalkan cafe itu.

Bagaimana kisah selanjutnya, apakah Puspa berhasil untuk membantu Rada?

Pasti teman-teman penasaran kan?

Jikalau teman-teman sudah membaca cerita ini, jangan lupa untuk meninggalkan jejaknya!

Maaf kalau misalnya tulisan saya kurang rapi dan masih banyak kekurangannya.

Selamat membaca!.

3 romantis

Keesokan harinya, rada pun kembali untuk berjualan.

"Bi, aku mau jualan roti dulu ya."

Rada berpamitan kepada Ratih.

"Ia non, hati-hati ya!"

Ujar Ratih.

"Roti, Roti, Roti, Rotiiiiii. Rotinya bu! Rotinya pak!"

Rada meneriakkan jualannya sambil berkeliling keliling.

"Seandainya aku mendapatkan bukti siapa yang telah menipu keluargaku serta menemukan siapa orang yang telah menghianati kepercayaan Ayah dan Bunda, aku pasti menuntut balas dan akan menuntut keadilan.

Rada berucap dalam hati karena dia tidak terima dengan hidupnya yang sekarang. Pada saat Rada kembali meneriakkan jualannya, dia ditabrak mobil. Pada saat itu, anggini sedang jalan-jalan. Dia menyaksikan kejadian itu.

"Rada, Rada bangun Rada!"

Ujar Anggini dengan khawatir.

"Toloooooong!!! Tolooooooong!!!! Toloooooooong!"

Anggini berteriak minta tolong. Namun semuanya sia-sia saja tempat itu lumayan sepi. Sehingga Angginipun menggendong Rada dan berlari membawa ke rumah sakit terdekat sambil menangis.

"Rada kamu harus kuat ya! Sebentar lagi kita mau sampai ke rumah sakit.'

Anggini berucap sambil menangis.

"Susteeeeer!!! Susteeeeer!!!"

Anggini berteriak memanggil.

Setelah itu. Ketika para suster itu mendengar suara Anggini, para suster itu langsung menemui Anggini dan Rada. Merekapun langsung membawa Rada masuk kedalam ruangan IGD. Saat ini Anggini benar-benar ketakutan. Bajunyapun berlumuran darah Rada yang segar. Ketika Anggini bolak-balik di depan pintu ruangan, Tiba-tiba Puspa muncul dan terkejut.

"Anggini siapa yang celaka?"

Puspa bertanya sebab sebelum dia menemui Anggini, dia tidak sengaja mendengar gosip para suster yang ada di sana.

"Rada."

Ujar Anggini. Setelah Puspa mendengar hal itu, diapun panik langsung buru-buru masuk ke dalam ruangan itu untuk memeriksa keadaan Rada. Setelah Puspa memperiksa keadaan Rada, dia sangat panik. Dia menyuruh suster yang ada disitu untuk memindahkan Rada di ruangan lain.

Ketika Rada dibawa keluar, Angginipun sangat panik. Pada waktu Rada dibawa keluar, puspapun ikut keluar, menyusul para suster itu.

"Pus, bagaimana keadaan Rada,?"

Anggini bertanya untuk memastikan keadaan sahabatnya itu.

"Keadaan Rada sangatlah kritis. Dia sangat membutuhkan 3 kantong darah. Yang aku bingung sekarang, kita harus mencari pendonor darah, soalnya stop darah ab tidak ada. Oh ya kamu udah kabarin belum sama Bibinya?"

Puspa memberitahukan kepada Anggini tentang keadaan Rada. Dia juga tidak lupa menanyakan apakah Bibinya Rada sudah tahu atau belum.

"Belum.

Ujar Anggini.

"Ini ponsel Rada, hubungilah Bibinya!."

Puspa menyerahkan ponsel Rada serta dia menyuruh Anggini langsung menelpon Bibinya Rada.

"Ok Pus."

Ujar Anggini.

Setelah itu, Angginipun langsung menelpon Bibinya Rada.

"Kring-kring, kring-kring."

Via telfon tersambung.

"Halo."

Ratihpun langsung mengangkat telepon itu.

"Halo Bi, ini aku temennya Rada, Rada saat ini di rumah sakit."

Anggini menjelaskan keadaan Rada kepada Ratih.

"Rada kenapa di rumah sakit?"

Ratih bertanya dengan penuh kecemasan.

"Dia kecelakaan Bi, Bibi cepat-cepat kesini ya! Nanti aku kirim alamat rumah sakitnya.

Ujar Anggini sambil memberi alamat rumah sakit itu kepada Ratih.

"Ok aku cepat-cepat ke sana."

Ujar Ratih. Seusai mendengar berita itu, Merekapun langsung mengakhiri teleponnya lalu Ratihpun siap-siap mau berangkat ke rumah sakit Pradikta tempat Rada dirawat. Sesampainya dia di rumah sakit, angginipun langsung menghampiri Ratih.

"Ini Bibinya Radakan?"

Anggini bertanya untuk memastikan. Sebab mereka belum pernah ketemu.

"Betul. Bagaimana keadaannya Rada sekarang?"

Ratih langsung menanyakan keadaan Rada. Dia benar-benar khawatir.

"Rada kehilangan 3 kantung darah. Pada hal, stok darah di rumah sakit ini sudah tidak ada lagi golongan darah AB. Sekarang, kita harus mencari pendonor darah golongan Ab."

Anggini menjawab sambil menjelaskan keadaan Rada. Mendengar hal itu, Bibinyapun terkejut dan semakin khawatir. Pada saat mereka bercerita-cerita, Ratih dan Anggini tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di depan pintu ruangan tempat Rada di rawat.

"Bibi, Bibi jangan khawatir. Aku akan berusaha untuk mencari golongan darah ab."

Anggini berusaha untuk menenangkan bibinya Rada.

"Bibi berharap, semoga cepat cepat ketemu."

Ratih menjawab dengan suara yang begitu lemas.

"Amin Bi."

Ujar Anggini kembali.

Sesudah Anggini mengatakan hal itu, diapun langsung mencari golongan darah ab di sosial media. Dia mencari itu ada di facebook, bertanya sama teman-teman di whatsapp, dan di sosial media lainnya. Demikian dengan Puspa. Diapun melakukan hal yang sama seperti Anggini. Ketika Vita sedang beduaan bersama Rian, dia membuka ponselnya itu, serta menemukan pesan bahwa ada seseorang yang butuh darah golongan AB. Rianpun juga membuka ponselnya sama seperti Vita. Dia terkejut dan panik. Tetapi, beda dengan Vita. Dia sangat senang di atas penderitaan Rada.

"Sayang, bagaimana kalau kita menjenguk Rada?"

Rian bertanya sambil mengajak Vita.

"Aku tidak setuju. Kamu masih cintakan sama dia?"

Vita berkata dan mencurigai Rian.

"Tidak, itu tidak benar, kamu hanya salah faham saja, sayang, jangan marah dong! Please, aku mohon, aku hanya cinta sama kamu saja."

Rian meyakinkan perasaannya kepada Vita, namun itu semuanya sia-sia.

"Aku tidak percaya, kamu itu pasti bohong. Buktinya saja kamu ingin bertemu dia lagi."

Vita mengatakan itu karena dia takut kalau Rian kembali mencintai Rada.

"Kamu lucu, aku hanya ingin menjenguk dia saja. Kenapa kamu harus cemburu sih? Bukannya dia itu sahabatmu? Masa sih tidak ada inisiatifmu untuk menjenguk dia?"

Rian kembali membujuk Vita. Setelah mendengar perkataan Rian, Vitapun sangat-sangat marah dan geram.

"Aku sudah tidak menganggap dia itu sahabatku, setelah dia mengatakan aku benci kalian. Dari situ akupun benar-benar membencinya juga."

Ujar Vita dengan nada suara tinggi.

"Sebenarnya, kita loh yang salah di situ, kita sudah menghianati kepercayaan dia. Jika kamu tidak ingin menjenguknya, biarkan aku pergi untuk menjenguknya."

Rian tak kala sinis mengatakan hal itu kepada Vita.

"Kalau kamu berani menjenguknya, kita putus!!!."

Vita mengancam Rian.

"Ok, aku akan menjenguk dia, mulai hari ini, kita putus!!!" Rian mengatakan itu sangatlah marah, dan dia pun meninggalkan Vita sendirian.

Setelah mendengar perkataan Rian, Vitapun semakin marah. Diapun langsung pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Vita sangat marah dan tidak bisa mengendalikan emosinya.

"Bar bur bar."

Vitapun memecahkan barang-barangnya di rumahnya.

"Aku benciiiiiii!!! Aku benci kamu Rada. Kenapa kamu tidak mati saja menyusul ayah, bunda dan adikmu itu.

Vita mengatakan itu sambil berteriak. Setelah mengatakan itu, diapun langsung menelpon orang-orang suruhannya.

"Kring-kring, kring-kring."

Via telepon tersambung.

"Akhirnya si bos juga nelpon kita."

Salah satu suruhannya itu berkata.

"Angkat, angkat. Pasti kita dapat duit nih, karena wanita itu telah meninggal dunia."

Ujar salah satu suruhan Vita kembali.

"Halo bos, pasti bos senang dengan pekerjaan kami? Wanita itu sekarang pasti sudah meninggal dunia."

Salah satu suruhan Vita mengangkat telepon.

"Dasar bodoooh!!!! Wanita itu belum meninggal tahu."

Vita mengatakan itu dengan nada marah. Ketika orang-orang suruhanya itu mendengar, mereka sangat sangat terkejut.

"Kenapa wanita itu masih hidup? saat waktu aku menabraknya, lokasi itu sangat sepi, diapun terluka parah."

Salah satu suruhan Vita mengatakan sebab dia tidak percaya bahwa Rada masih selamat.

"Pokoknya aku potong gaji kalian setengah."

Ujar vita.

"Jangan bos!!! Kami akan memastikan di rumah sakit untuk membunuhnya."

Ujar para pesuru-pesurunya Vita.

"Tidak perlu. Nanti, setengah dari gaji kelian itu, aku tambahin deh, yang penting kalian tetap setia."

Ujar Vita.

"Ok bos."

Jawab parapesuruh-pesurunya itu. Sesudah itu mereka pun langsung mengakhiri teleponnya.

"Tumben bos kita baik."

Ujar salah satu Pesuruhnya Vita.

"Kalau aku tidak memikirkan itu, yang penting aku dapat uang.

Salah satu pesurunya Vita menjawab.

"Aku akan datang ke rumah sakit, tapi bukan untuk menjengukmu Rada, aku hanya memperbaiki hubunganku saja bersama Rian. Kau harus ingat Rada. Aku ke sana hanya menginginkan nyawamu."

Vita mengatakan itu sambil memandangi foto Rada yang ada di tangannya. Lalu tertawa jahat.

"Hahahaha. Aku tidak sabar lagi untuk membunuhmu.

Ujar Vita. Sedangkan di seberang sana, dian telah membuka pesan itu dan berinisiatif untuk menjenguk Rada.

"Dan, bukankah itu gadis yang telah menemanimu di taman?"

Diam bertanya untuk memastikan.

"Ia Ma. Kasihan sekali dia ya?"

Dani mengatakan ibu dengan penuh kecemasan.

"Abang benar. Bagaimana kalau kita menjenguk dia.

Rayan mengasih usul kepada abang dan Mamanya.

"Mama setuju. Kebetulan juga, Mama memiliki golongan yang sama dengan Rada. Jadi Mama bisa mendonorkan darah Mama untuk dia."

Ujar Dian dan menyetujui perkataan Rayan. Setelah mereka selesai bercerita-cerita, Dian, Dani, dan Rayan langsung berangkat ke rumah sakit.

Bagaimana kisah selanjutnya ya? Pasti temen-temen penasaran nih?

Jangan lupa untuk meninggalkan jejaknya setelah membaca cerita ini.

Maaf ya teman-teman kalau misalnya tulisan saya kurang rapi dan masih banyak kekurangannya.

Selamat membaca!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!