NovelToon NovelToon

Bella

Bab. 01

Suara petir dan air hujan mendominasi pendengaran semua orang malam itu. Aneh memang, karena nyatanya sejak dari sore, langit tampak terang. Akan tetapi itulah langit yang tak pernah bisa di duga apa maunya.Terkadang terang, terkadang gelap, terkadang panas bercahaya, namun juga terkadang mendung dan hujan.

Seperti hal nya hati. Walaupun beberapa detik sebelum nya masih terasa berbunga, akan tetapi siapa yang menyangka jika sesaat setelahnya semuanya berubah.

"Tidak apa-apa," Gumam seorang gadis.

Dia berdiri di tengah keramaian pengunjung yang sedang berbelanja di toko tempat dirinya bekerja saat ini. Sebuah toko baju yang berukurang tidak terlalu besar dan berada di tengah kota. Promo besar-besaran yang selalu diadakan toko tersebut. Membuat tempat itu selalu ramai pengunjung sampai malam, bahkan derasnya air hujan tidak menyurutkan semangat pembeli untuk pergi ke sana.

"Ini bukan apa-apa" Gumamnya lagi.

Gadis itu mencoba menahan air mata yang terus memaksa ingin keluar. Dadanya merasakan sesak yang luar biasa. Ingin rasanya dia tumpahkan seluruh rasa sakit yang dia rasakan.

Tapi pada siapa ?

Dia terus mencoba menguatkan hatinya di tengah ramainya pengunjung malam itu. Akan tetapi rasa sakit itu, rasa sesak itu, nyatanya terus menggerogoti seluruh kekuatan yang ada pada dirinya.

"Kenapa?"

Hanya pertanyaan itu yang terus berputar di kepala nya saat ini. Titik-titik air mulai turun dari sudut matanya dan dengan segera dia mengusapnya dengan kedua tangannya.

Dira yang tak sengaja melihat Bella menitihkan air matanya, berjalan ke tempat bella berdiri, saat itu toko sudah sepi pembeli jam pun sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Sudah waktunya toko tutup beroperasi.

" Kamu kenapa bella, ? "

Bella yang di tanya hanya membuang muka menahan bulir air mata yang sudah siap meluncur lagi. Dia hanya menggelengkan kepalanya, bibirnya terkunci rapat, tak kuasa bella menjawab sepatah katapun.

"Aku ke toilet dulu ya,"

Hanya kata itu yang mampu Bella ucapkan tak kuasa ia terus berdiri menahan sakit di dadanya. Belum sempat Dira menjawab, Bella berlalu pergi.

Gadis itu berjalan tanpa menghiraukan Dira yang terus memanggil namanya. Seolah dia menulikan pendengarannya. hati nya teramat sakit, dia sudah tak mampu menahan air matanya.

Dia masuk kedalam toilet, di kuncinya pintu itu dari dalam. Kembali dia mengeluarkan ponsel yang ada di dalam saku celananya, di genggam erat ponsel yang ada di tangannya. Dia mencoba membaca kembali pesan yang beberapa menit lalu ia terima, gadis itu masih berharap pesan yang ia baca itu salah. Tapi semua sama tulisan itu, kata-kata itu semua sama .

'Maaf aku gak bisa hubungan jarak jauh, ini terlalu sulit untukku. kita putus saja'

Dia tak kuasa lagi menahan kakinya, ia terduduk di lantai dinginnya kamar mandi. Tangannya memegang kedua lututnya sebagai tumpuan. Badannya menyandar pada dinding karena tak kuasa menahan tubuhnya yang sudah terasa berat.

"gak bisa hubungan jarak jauh katanya,"

Ucap gadis itu membaca pesan yang iya terima, di eja nya setiap kata. Gadis itu tertawa menertawakan kebodohannya atau menertawakan betapa dia terlalu naif.

Gadis itu tertawa, sedetik kemudian dia menangis mengingat semua kenangan indah yang sudah dia lewati bersama sang kekasih. Yang sekarang sudah berganti menjadi mantan kekasih nya itu, kenangan indah janji akan setia seolah berputar terus dalam ingatan Bella.

Flashback

Terminal Kediri.

"Jangan nangis dong sayang". Ucap cowok itu sambil tangan nya menghapus jejak air mata yang terus menetes di pipi gadis pujaannya itu.

"Kamu janji kan gak akan selingkuh di sana. Banyak yang gak sanggup hubungan jarak jauh mas Evan. Aku takut ada yang buat kamu nyaman di sana ."

Gadis itu menunduk lebih memilih melihat dua pasang sepatu warna putih yang ia kenakan. dari pada harus menatap kekasih nya yang hanya akan membuat nya berat melepas kepergian pacar nya itu.

"Hai lihat aku". Cowok itu mengangkat dagu sang gadis agar menatap nya.

"Aku janji sama kamu, aku gak akan selingkuh. Hanya jarak yang memisahkan kita tapi hati aku akan selalu di sini". Ucap nya sambil tersenyum memperlihatkan deretan gigi putih yang rapi.

Evan Gandara cowok putih dengan tinggi 178 cm mempunyai lesung pipi, mata cok dan hidung bagir khas cowok asia kebanyakan. Baik, lemah lembut di setiap tutur katanya. Pacar idaman.

Flashback off.

Janji hanyalah janji pada akhirnya yang pergi akan tetap pergi. Biarlah berlalu karena melepaskan lebih melegakan dari pada memaksa.

Berulang kali bella mencoba menghubungi Evan dan berulangkali juga panggilannya selalu di tolak. Pesan nya hanya di baca tak ada satu pun yang cowok itu balas. Padahal dia hanya ingin tau saja apa salahnya sampai tiba-tiba sang kekasih hatinya itu mengakhiri hubungan diantara mereka bahkan di hari anniversary mereka yang ke dua tahun. Tanpa alasan ataupun pertengkaran. Bahkan sampai kemarin hubungan diantara meraka masih baik-baik saja. Evan masih mengirimnya pesan masih telfon bahkan masih vidio call. Lalu apa alasan nya.

Bella kembali tertunduk dia menangis di antara kedua lutut nya, rasanya begitu sakit. Dunianya seakan hancur di bawah kakinya.

Tok ....tok...tok....

" bell... Bella kamu kenapa ? Keluar yuk cerita sama aku. "

Dira mencoba beberapa kali mengetuk pintu kamar mandi sudah 1 jam bella berada di sana dengan suara isak tangis yang terdengar hinga sampai kamar tidur karyawan lain.

Dira masih setia mencoba membujuk bella agar gadis itu mau keluar.

Dira adalah sahabat bella sejak bangku SMA bahkan sampai sekarang mereka bersahabat dan bekerja di tempat yang sama. orang yang supel berhijab lemah lembut usia nya hanya berbeda 1 tahun di atas bella. Tapi dira sangat dewasa gadis muslimah yang sangat taat beribadah.

Tok! tok! tok!

" Bell, ayo dong buka pintunya. Aku buatin kamu susu coklat panas deh, buka pintunya ya cerita sama aku. Kamu kenapa? "

Tak lama akhirnya bella membuka pintu toilet itu. Matanya sembab rambut nya berantakan sangat kacau.

" astagfirullah, kamu kenapa ?"

Dira kaget melihat bella yang sangat berantakan. Gadis yang biasanya terkenal periang ceria dan cerewet itu, dira bahkan gak pernah melihat bella menangis. Dan sekarang sahabatnya itu begitu berantakan.

Dira mengandeng tangan bella mengajaknya ke dapur yang ada di belakang toko. Mendudukkan gadis itu.

Dira berjalan mengambil gelas putih dan di letakkan nya di atas meja. dia mencari bubuk coklat dan gula di atas rak di sebelah susunan piring. Di ambil nya 2 sendok bubuk coklat dan 1 sendok gula di tuang dan di campurkan nya dengan air panas harum coklat begitu terasa, membuat siapapun yang mencium aromanya begitu tenang.

Di sodorkannya 2 gelas coklat panas itu di depan sahabatnya yang masih meneteskan air mata. Dira hanya tersenyum lembut dia tau, yang bella butuhkan saat ini adalah tenang dan bukan memaksanya utuk bercerita. Dira mengusap punggung bella dan memberinya kekuatan agar gadis itu tenang.

Bab.02

Berharap jika rasa sakit itu hanyalah sebuah mimpi, tapi rasa sakit itu terasa nyata sangat nyata. Mata sembab dan wajah kacau di pantulan cermin itu mampu menyadarkan gadis yang baru putus cinta itu, jika sakit yang dia rasakan itu nyata dan bukan hanya mimpi. Berulang kali gadis itu membuang nafas kasar, dia menatap pantulan cermin di hadapan nya dan berusaha untuk tersenyum.

"Aku akan baik baik saja".Gumam gadis itu menyakinkan diri nya sendiri, jika dia akan baik-baik saja.

Gadis itu mulai membasuh wajahnya, berharap dinginnya air pagi itu mampu membuat nya tersadar dari rasa sakit yang ia rasakan. Tapi nyatanya rasa sakit itulah yang mampu membuat nya lupa degan rasa dingin pagi itu. Siapa yang tau, jika indahnya kata cinta juga mampu membuat kita merasakan sakit yang teramat saat patah hati.

Sudah hampir satu jam lamanya, gadis yang baru putus cinta itu mengunci diri nya di dalam kamar mandi. Dingin air dan dinding kamar mandi hanya menjadi teman nya melewati pagi yang pahit itu.

"Bell, kamu di dalam?" Teriak salah satu temannya yang juga bekerja bersamanya.

"Iya bentar Ris,". Suara Iris terdengar memanggilnya.

Gadis itu keluar dengan mengunakan kimono selutut dengan warna ungu kesukaan nya. Kulit nya semua memutih pucat karena terlalu lama gadis itu mengunci dirinya di dalam kamar mandi.

Bella memaksakan wajahnya tersenyum, merasa tidak enak melihat temannya sudah mengantri di depan kamar mandi. Dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, gadis itu merasa tidak enak sudah terlalu lama di dalam kamar mandi. Di liriknya jam dinding di atas TV sudah menunjukan pukul enam pagi itu, sedangkan toko akan buka setengah jam lagi.

Sambil tersenyum dia berjalan masuk kedalam kamar, menganti pakaian nya dengan seragam toko.

"Bell masak yuk, hari ini jadwal kita masak "

Ajak Dira,

Gadis berhijab biru tosca itu menenteng dua buah kresek ukuran sedang, sepertinya gadis itu baru berbelanja di warung sayur yang ada di sebelah toko.

Bella hanya mengangguk mengiyakan ajakan Dira. Gadis itu mengekor di belakang Dira, membantu menyiapkan beberapa bahan untuk mereka masak.

Ada wortel, buncis, tomat, tahu dan beberapa lain nya. Bella mulai mencuci sayurannya, sedangkan Dira memasak nasi.

"Masak sayur sop ya Dir?". Tanya Bella, melihat sayur yang sedang Dira potong dan mulai memasukkan nya kedalam panci yang berukuran sedang itu.

"Iya Bell kamu buat sambalnya ya".

Bella mengacungkan jempol nya, dia mulai mengambil tomat, cabai, untuk membuat sambal. Gadis itu terlihat melamun tanpa sadar dia memasukkan tiga sendok teh garam kedalam sambal buatannya, Dira hanya menggelengkan kepala melihat sahabatnya itu. Nyatanya patah hati bisa membuat orang melakukan hal gila. Bagaimana tidak, sambal dengan tiga sendok teh bisa membuat siapapun yang memakan nya darah tinggi.

"Bell, patah hati sih patah hati, tapi jangan buat kita semua darah tinggi juga "

Dira menghampiri Bella, sedangkan Bella tidak mengerti apa yang sahabatnya itu maksud. Dira menyendok sedikit sambal dan meminta Bella berasa kan sambal buatan nya. Wajah gadis itu seketika masam, merasakan sambal buatan nya begitu asin.

"Gimana...? Enak?". Tanya Dira sambil tersenyum geli melihat teman nya itu berlari menggambil botol air minum didalam kulkas di sudut kiri sebelah dispenser.

"Asin".Jawab gadis itu sembari terus meminum air dari dalam botol sedang yang ia pegang. Rasa asin masih terasa walaupun ia sudah meminum hampir setengah botol.

"Makanya jangan ngelamun mulu. Udah deh aku yang buat sambalnya kamu duduk manis aja abis itu kita makan ya "

Bella cengengesan memperlihatkan deretan gigi rapi nya. Gadis itu mengambil duduk di sudut dapur. Bella mengeluarkan HP dari saku celananya di buka beberapa aplikasi, dia tertarik untuk membuka instagram dan mulai men_scroll beberapa artikel sampai dia melihat artikel quotes yang begitu bagus.

'Kamu adalah memori yang ku simpan lantas hilang terbawa waktu. Maka yang aku lakukan adalah melepaskan dan merelakan karena kamu pun bahkan sama sekali tak perduli meski memori itu hancur dari ingatanku. '

"Mungkin aku harus mulai terbiasa tanpa mu".

Gumam Bella sambil terus men_scroll Instagramnya. Terbiasa tanpa orang yang selalu menghiasi hari kita memang sulit tapi memaksa orang yang sudah tak ingin bersama kita itu jauh lebih menyakitkan.

Pada akhirnya yang pergi akan tetap pergi biarlah berlalu karena melepas jauh melegakan dari pada memaksa.

"Tepat hari ini, aku berhenti mengagumi mu dan terimakasih karena notifikasi mu pernah menjadi suatu hal yang selalu aku tunggu. Selamat tinggal Evan, maaf jika aku pernah memaksamu menetap di hati ku". Gumam Bella, saat tanpa sadar menatap foto mereka saat masih bersama dulu yang sekarang hanya tinggal kenangan yang harus ia lupakan.

"Makan dulu, biar kuat galau lagi". Dira menaruh semangkuk sup yang masih panas dan piring isi nasi,tahu dan sambal atas meja makan.

Bella tersenyum senang karena walaupun galau, cacing diperutnya akan tetap berdemo minta di isi, di tambah lagi makanan di depannya begitu mengiurkan. Aroma masakan yang tercium, sudah sangat membuat perutnya berbunyi.

"Makasih, kamu emang sahabat ter the beast" .

Ucap Bella sambil mulai memasukan makanan kedalam mulut nya rasa hangat di campur dengan pedasnya sambal sangat pas. Dira memang paling jago masak sederhana tapi rasanya luar biasa.

"Iya sama-sama, udah makan yang banyak. Mau kopi apa teh Bell?".Tanya Dira.

"Teh tawar aja Dira".

Dira mengangguk dia kembali berjalan mengambil teh dan air panas di rak sebelah dispenser. Bella yang melihat itu hanya tersenyum, di saat hatinya terluka dan butuh sandaran sahabatnya itu merangkulnya, menenangkannya dan memberikan semangat untuknya.

Dira kembali membawakan satu gelas teh tawar panas. Dia mengambil duduk di depan Bella.

"Gimana udah tenang".Tanya Dira setelah gadis itu duduk di depan bella. Bella yang ditanya hanya tersenyum.

"Udah lebih baik, makasih ya udah ada di saat aku merasa terpuruk "

Dira mengangguk dia tersenyum tulus.

" Ayo cepat dir, yang lain pasti udah nungguin"

Dira mengangguk sambil melahap makanannya. Di lirik nya jam yang melingkar di tangan kirinya sudah menunjukkan pukul tujuh lebih. Karyawan yang lain pasti sudah menunggu giliran mereka sarapan.

"Dira, udah belum cacing perut ku sudah berdemo ini".Teriak Methi gadis cantik dengan perawakan sedikit gemuk pipi cubi dan cantik itu. Dia berjalan mendekat ke arah kami sambil memegang perut nya.

"Sudah, kamu makan gih maaf ya lama" Ucap Dira sambil merapikan piring bekasnya makan dan mencucinya.

Bella berlalu pergi, berjalan ke dalam toko. hari ini tugasnya di gudang tapi karena yang lain belum sarapan Bella berganti berjaga di depan.

Bersambung....

Bab.03

Ternyata belum siap aku

Kehilangan dirimu

Belum sanggup untuk jauh darimu

Yang masih selalu ada dalam hati ku.....

Belum siap kehilangan___setevan pasaribu

Aku tak pernah tau mana yang lebih menyakitkan mengetahui kamu seorang pembohong atau mempercayai bualanmu.

'Terimakasih pernah hadir sebagai salah satu pelajaran berharga di hidup ku, selamat melanjutkan perjalanan mu, baik-baik di sana, semoga seseorang yang tepat untukmu mampu membuatmu selalu bahagia dan takkan pernah membuatmu kembali patah'

Tidak ada patah hati yang tidak menyakitkan, gadis itu mencoba tersenyum saat mendapatkan notifikasi WA dari nomer tidak dia kenal, satu pesan yang mampu menjawab mengapa begitu tiba-tiba dia di putuskan.

Dia menyandarkan tubuhnya di dinding, terdiam cukup lama dengan pandangan yang kosong. Hanya musik dari Stevan Pasaribu yang menemaninya. Dia terduduk di atas tumpukan celana levis yang tadinya mau dia susun di atas rak gudang toko baju itu.

"Ini bukan apa-apa". Gumam gadis itu, berulangkali dia meyakinkan dirinya sendiri. Tanpa sadar air mata nya tak mampu lagi ia tahan.

Gadis itu kembali lagi terisak, sakit rasanya mengetahui orang yang ia cinta menghianati nya, dua tahun menjalin hubungan tak mampu membuat setia.

Sekarang detik ini, Bella Aurelia tidak akan menoleh, memandang, berbicara atau bahkan mengingat cowok itu lagi. Itu ikhrarnya dalam hati. Sudah cukup dia menangisi cowok yang gak pantas sama sekali ia tangisi.

Tok! Tok! Tok!

"Assalamu'alaikum". Suara lembut itu mampu membuyarkan lamunan bella. Gadis itu menghapus sisa-sisa jejak air matanya, dia mencoba tersenyum lembut saat melihat siapa yang datang.

" Wa'alaikumsalam ibu bos " Bella memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

Dia berdiri menyambut bos nya itu, wanita yang cantik dengan kulit kuning langsat khas wanita Jawa kebanyakan. Siapa yang akan menyangka wanita di depan nya itu usianya hampir 50 tahun,

"Kamu bantu angkut barang ya Bell, "

"Siap, bu bos". Bella mengangkat tangan nya di kepala seperti memberi hormat. Dia berjalan ke sebelah toko membuka gerbang samping, menghampiri mobil berwarna hitam itu, dia mulai mengeluarkan beberapa barang mulai dari baju anak, kaos dewasa dan celana beberapa karyawan lain ikut membantunya.

Bella melihat daftar harga dan mulai membuat list untuk baju dan celana yang akan ia beri label harga itu. 20 menit lagi sebelum pukul dua belas waktu semua karyawan istirahat. Bella menyusun barang sesuai jenis agar ia dengan mudah memberi nya label harga.

"Bell udah belum". Tanya Dira, gadis itu muncul dari balik pintu depan toko. Wajah nya terlihat senang, di lirik nya jam sudah menunjukkan pukul dua belas. Waktunya istirahat, Bella tersenyum membalas senyum lembut sahabatnya itu.

" Sudah, kamu tunggu di depan aja dir nanti aku susul. "

Dira memberikan tanda oke dengan jarinya. Lalu dia melangkah pergi.

Selesai dengan tumpukan baju yang nanti bella akan beri label harga. Dia langsung menganti baju kerjanya dengan kaos putih yang di padukan dengan celana jeans dan cardigan navy itu.

Gadis itu menguncir rambut menjadi satu kebelakang. Siang itu matahari sangat gagah di antara awan putih di atas sana. Panas nya matahari tidak menyurutkan dua gadis yang sedang asyik memilih skincare dan kebutuhan bulanan mereka. Tanggal muda memang sangat pas untuk mereka berbelanja.

"Bell ini wangi gak?". Tanya Dira sambil menyodorkan parfum dengan wangi yang berbeda, di tangan kanannya dia memegang botol parfum pink dengan wangi lily blossom dan tangan kirinya memegang parfum dengan aroma peach.

"Hmm, yang lily blossom lebih cocok buat kamu deh wanginya kalem". Dira menggukkan kepalanya dia mengembalikan parfum wangi peach dan mengambil parfum dengan wangi lily blossom ke dalam keranjang kuning milik nya.

" lBell, kamu mau beli apa? keranjang kamu masih kosong? "

Bella mengangkat bahunya. Dia seperti bingung, biasanya dia hanya akan mengambil sabun dan beberapa kebutuhan lainnya.

"Hmm, aku mau beli skincare deh Dir. Menurut kamu apa aja? biar kulit aku gak kusam berjerawat dan biar aku lebih bersih".

Dira melihat Bella dengan pandangan aneh, pasalnya gadis yang biasanya cuek dengan penampilan sekarang menanyakan skincare padanya. Bella yang melihat tatapan aneh itu mencoba tersenyum kikuk. Dia seakan bisa membaca isi kepala sahabatnya itu.

" Aku mau berubah dir, ternyata evan punya cewek lain di sana. Dia cantik, putih, bersih dan__"

Belum sempat Bella melanjutkan ucapannya Dira sudah menyela ucapan nya.

"Berubah boleh tapi jangan pernah berubah biar dia kembali lagi sama kamu. Selingkuh itu penyakit yang bisa di sembuhin Bell, "

Bella menggangguk mengerti. Dia ingin berubah untuk dirinya sendiri bukan untuk cowok yang gak pantas ia tangisi dan ia perjuangkan itu.

Selesai berkutat dengan belanjaan mereka Bella menghidupkan mesin motornya. Lagi-lagi motor itu ngambek beberapa kali Bella stater motornya tapi motor itu tidak mau sama sekali menyala. hampir 20 menit akhirnya motor itu menyala. Panas siang itu sangat menyengat bahkan cardigannya tak mampu melindunginya dari panas siang itu.

"Bell mampir warung bu eni ya aku laper haus juga nih".

"Oke". Bella memutar motornya karena warung makan itu berlawanan arah dengan toko tempat nya bekerja. Warung makan mie bakso itu selalu ramai bahkan siang ini mereka hanya mendapatkan kursi di pojok kanan warung itu dekat dengan kipas angin dan TV LED berukuran 24 inc yang mengantung di dinding.

Menu warung makan itu beragam ada mie galau, seblak, bakso dan semua nya pedas, dari level putus cinta sampai pedasnya lidah mertua.

Yang paling di gemari dari warung makan itu adalah mie galau level lidah mertua pedas nya juara disini.

Bella dan Dira pasti akan memesan mie galau level lidah mertua dan jus jeruk. Mereka hampir setiap kesini akan memesan menu yang sama.

"Dira ini pedas banget, sepertinya bu eni memang juaranya buat makanan pedas " Ucap Bella bibirnya sudah sangat merah dan matanya berair sangking merasakan pedas di tenggorokan nya.

" Huuuuh.... Asli ini sangat pedas Bell, tapi memang juara rasanya sangat mantull abis "

Bella mengangguk, rasanya pedas membuatnya tak mampu menjawab, panasnya matahari ditambah pedas nya makanan yang mereka makan merupakan paduan yang sangat tepat.

Bella tekekeh kecil melihat sahabatnya itu menangis merasakan pedas yang teramat di lidah dan tenggorokan nya. Dira mengambil minum Bella karena minumanya sudah habis tapi sialnya minuman bella juga sudah habis.

"Astaga bell ini sangat pedas". Ucap nya berulang kali dengan air mata yang terus menetes menahan pedas yang membakar lidahnya.

Bella berjalan ke kasir, dia meminta air mineral untuk nya dan sahabatnya.

Tanpa menunggu lama Dira meneguk habis air mineral yang ada di tangan nya. Rasa pedas itu mulai mereda.

Bersambung.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!