“Mari kita bercerai.”
Jika ditanya di mana titik balik dari semua kejadian dimulai, maka semua itu kembalin pada saat ini.
Pernikahan antara Leana Wordlock dengan Marquis Forde Grandall yang berlangsung selama 3 tahun tersebut berakhir begitu saja tanpa adanya peringatan.
Hari itu kediaman Grandall sedang dilanda oleh hujan deras dan beberapa petir menyambar seperti badai namun keduanya hanya duduk berhadapan dalam diam.
Sementara Leana menunduk lesu, suaminya hanya memasang pandangan tenang dan dingin tanpa emosi.
Dalam keheningan mereka, suaminya menambahkan.
“Aku membutuhkan pasangan yang dapat membantuku mensejahterakan Grandall. Aku harap kamu tidak terlalu mengambilnya dalam hati, namun aku tidak punya pilihan lagi.”
Mengingat tugasnya sebagai Marchioness yang tidak terpenuhi, Leana yang biasanya hanya berdiam di kamar dan membaca buku tidak mampu berkata apapun. Leana hanya mampu menutup mata dan pasrah.
Marquis Forde menyerahkan surat perceraian yang kemudian mereka tanda tangani di tempat. Dengan perceraian mereka, Leana diberikan kompensasi dan kembali ke kediaman Count Wodlock. Meskipun kembali ke tempat asalnya, Leana tidaklah disambut ramah.
“Dasar tidak berguna! Beraninya mempermalukan keluarga Wordlock!”
Yang ia dapatkan pertama kali saat menginjakan kaki disana adalah tamparan panas dari ibu tirinya. Menerima ocehannya setelah terjatuh di lantai, ia melirik kebelakang ibu tirinya.
Disana ia melihat saudari tirinya hanya menatapnya dengan jijik dan ayahnya yang menatapnya dengan datar sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat tersebut.
Setelah kejadian kepulangannya, ia kembali mengurung diri di kamar dan dikucilkan di kediaman Wordlock. Leana hanya menerima nasibnya tanpa ada seorang pun yang melirik kearahnya.
***
Beberapa bulan kemudian Leana memberanikan diri untuk kembali mengikuti suatu acara pesta setelah sekian lama tidak menampakan diri di mata publik.
Seperti dugaannya, rumor mengenai perceraiannya dengan Marquis Grandall sempat menjadi topik perbincangan mereka saat sosoknya terlihat.
Meskipun Leana sudah mencoba untuk memojokan dirinya di pesta itu, ia tidak dapat sepenuhnya menghindari pandangan mereka yang mengenal dirinya.
Merasa tidak nyaman, Leana pun pergi ke teras. Ia menatap rembulan di hadapannya yang seakan mencoba untuk menemani kesendiriannya itu.
“Oh? Apa yang wanita cantik seperti anda lakukan sendirian di sini?”
Saat ia menoleh, seorang pria dengan rambut kekuningan sudah berdiri dibelakangnya.
Leana yang jarang berinteraksi dengan orang lain langsung panik namun pria dihadapannya tersebut segera menenangkannya.
“Ah, maaf jika keberadaan saya mengganggu nona. Saya kesini awalnya hanya untuk menghirup udara segar.”
Pria tersebut berjalan ke samping Leana dan meletakan gelas yang dibawanya di pagar teras.
Saat Leana mengamati pria disampingnya, Pria tersebut menatap rembulan yang menjadi pemandangan mereka sebelum akhirnya mata mereka saling bertemu.
“Jika anda berkenan maukah anda berbincang dengan saya?”
Di sana lah pertemuan pertama Leana dengan Duke Leon terjadi. Dari pertemuan tersebut keduanya semakin dekat dan untuk pertama kalinya, ia mendapat seseorang yang dapat berbincang seru dengannya.
Hal tersebut membuatnya tidak butuh waktu lama untuk jatuh hati dengan Duke Leon yang seakan membantunya untuk mencoba meninggalkan masa lalunya.
“Leana Wordlock. Pertemuan denganmu seakan takdir bagiku. Tiap pertemuan seakan membawa kita menjadi satu. Maukah kamu bersanding denganku?”
Dengan buket bunga di tangannya, Duke Leon melamarnya. Leana tertegun menerima lamaran yang romantis dari seseorang untuk pertama kalinya. Dengan rona merah di pipinya, Leana pun menerima lamaran tersebut.
Meskipun pandangan terhadap pernikahan keduanya tidak dapat diterima oleh beberapa bangsawan, Duke Leon selalu meyakinkan bahwa hubungan mereka akan baik-baik saja.
Setiap kata-kata suami barunya itu membuat rasa percaya diri Leana meningkat hingga ia mampu berdiri di depan tanpa memperdulikan pandangan orang lain kepadanya.
Ia juga memberanikan diri untuk ikut membantu suaminya itu dalam rencana besarnya dan Duke Leon pun juga mengasah kekuatan terpendam Leana sebagai strategis yang ia sendiri tidak ketahui.
Bagi Leana, pernikahnya dengan Duke Leon adalah sebuah kehidupan bahagia yang selama ini ia inginkan.
Leana merasa bahagia ketika Duke Leon bahagia sehingga seberapa berat dan kelam rencana suaminya itu, Leana akan membantunya dengan sepenuh hati. Ia rela untuk menutup mata terhadap rahasia apapun yang suaminya simpan.
Namun pada pernikahannya yang menginjak 7 tahun, saat Duke Leon akhirnya mendapatkan keinginannya sebagai orang terpercaya kaisar Solfilyan, ia membuang Leana tanpa berpikir dua kali.
Setelah ditarik keluar secara paksa oleh kesatria, sosok Leana yang tersungkur di depan pintu mansion tengah basah oleh rintikan air hujan yang semakin lama semakin deras.
Matanya masih menatap kebawah di mana kedua tangannya menyentuh lantai batu yang dingin.
Saat ia mengangkat tangannya untuk melihat luka lecet di telapak tangannya, ia perlahan menatap Duke Leon yang berdiri diam di depan pintu beserta bawahannya yang dengan kasar melempar barang-barang miliknya kehadapannya.
Dengan mata merendahkan, Duke Leon menatapnya dingin tanpa adanya kehangatan yang biasa dilihatnya di hari-hari sebelumnya. Leana tidak dapat mempercayai kenyataan dihadapannya.
“Karena kontribusimu selama ini, aku tidak akan membunuhmu. Terima kasih banyak, Leana.”
Dengan berakhirnya kata-kata terakhir itu, Duke Leon melempar segulung kertas yang terbuka saat menyentuh tanah.
Wajah Leana makin memucat saat mengetahui bahwa kertas tersebut merupakan dokumen resmi perceraian mereka.
Tanpa menunggu reaksi Leana, Duke Leon berbalik meninggalkannya dan menghilang dibalik pintu besar yang menutup dengan keras.
Meskipun sebagian kecil dirinya tahu bahwa Duke Leon memanfaatkan kekuatannya untuk meraih tujuannya, ia tidak pernah menyangka akan dibuang begitu saja saat tujuan tersebut telah tercapai.
Tidak membiarkan Leana yang dalam keadaan syok tinggal lebih lama lagi, Leana segera diseret oleh orang suruhan Duke Leon dan dibawa pergi jauh ke tempat yang bahkan tidak ia ketahui.
Di tengah derasnya hujan, mereka menurunkan paksa Leana di sebuah tempat terpencil dan meninggalkannya begitu saja.
Terdiam dalam posisinya, Leana hanya menunduk menatap tanah dan mengingat bahwa pada hari perceraiannya dengan Marquis Grandall pun, hujanlah yang menemaninya.
***
Tidak lama setelah ditelantarkan, Leana kini hidup sederhana sebagai rakyat jelata.
Berkat bantuan penduduk tempat tersebut yang menerima Leana dengan kehangatan, kini Leana dapat kembali berdiri dan hidup dengan nyaman.
Ia menjalin hidup dengan membantu dokter di tempat tersebut dalam mengumpulkan tanaman obat dan membantu meraciknya.
Setelah melewati masa sulit, Leana tidak dapat mengharapkan yang lebih baik
dari kehidupannya yang damai pada saat itu.
Namun takdir seakan berkata lain. Pada suatu hari ketika salah satu penduduk terkena rancun berbahaya, mereka kekurangan bahan untuk membuat obat penawar dan Leana terpaksa mencarinya ke hutan terdekat meskipun dalam gelapnya malam hari.
Dengan mengandalkan cahaya rembulan, Leana mencari bahan yang dibutuhkan dengan segera dan pada saat itulah ia menemukan suatu keanehan.
Pada kumpulan tanaman obat yang tengah diambilnya, terdapat cairan merah misterius yang bertebaran di area di sekitarnya. Saat mendengar sesuatu dibalik pohon, Leana dengan pelan mengangkat kepalanya dan ia melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat.
Dihadapannya terdapat sebuah area terbuka dan disana terdapat beberapa orang dengan pakaian hitam tertutup tengah mengelilingi seorang pria yang terluka parah.
“Ke…napa…”
Leana mendengar ringisan suara dari pria tersebut.
Namun sebelum pria tersebut dapat berkata lebih lanjut, kepala pria tersebut telah berpisah dari badannya.
Pemandangan tersebut membuat Leana dilanda rasa takut dan kakinya yang mendadak lemas membuatnya tersungkur kebelakang.
Suara yang ia hasilkan akibat terjatuh menarik perhatian kumpulan orang berpakaian hitam tersebut kearahnya. Mata mereka yang menyala kini tertuju kearahnya. Perlahan salah satu dari mereka datang kearah Leana.
Takut dengan bayangan bahwa ia akan menghadapi nasib yang sama seperti pria yang kehilangan kepalanya, dengan kekuatan terakhinya Leana pun berseru kepada mereka.
“Jika-! Jika kalian membiarkan saya hidup, saya mungkin dapat membantu kalian!”
Yang datang setelah kata-kata Leana hanyalah keheningan namun tatapan menusuk dari mereka tetaplah tidak terhenti. Ia dapat mendengar beberap dari mereka tertawa pelan.
“Membantu? Memangnya kau bisa membantu apa?”
Masih dengan aura dingin yang sedikit demi sedikit merayap ke tubuh Leana, ia pun
memberanikan diri untuk menjawab.
“Aku… aku dulu adalah bangsawan…”
Mereka menunggu kata-kata Leana yang bergemetar. Saat salah satu dari mereka mengangkat sebuah belati, Leana menelan ludah.
“Dahulu… aku bekerja untuk Duke Leon...”
Seketika mereka tersentak mendengar kata-kata Leana. Sosok pria dihadapannya menoleh kearah rekannya sejenak sebelum kembali menatapnya lagi dengan penuh tekanan. Seakan memintam penjelasan lebih lanjut.
“Apakah kata-katamu itu benar?” Leana kembali menelan ludah namun ia pun mengangguk dan menjawab.
“Itu benar… Aku berani bersumpah…”
Mereka menatap Leana seakan mengamatinya dan Leana yang sedari awal tidak berhenti bergemetar karena ketakutan hanya dapat berdoa untuk keselamatannya sendiri.
“Baiklah. Kami akan membawamu dan membuktikan kebenaran kata-katamu itu.”
Pria tersebut menarik tangan Leana hingga ia berdiri dan secara bersamaan, kumpulan tanaman obat yang berada di pangkuannya berjatuhan. Melihat hal tersebut Leana segera menghentikan mereka.
“T-Tunggu dulu! Aku harus kembali ke desa untuk terakhir kali saja!”
“Hah? Apakah kau itu sadar dengan kondisimu sekarang ini?”
“S-Saya mohon! Seseorang sedang keracunan dan saya sedang mengumpulkan tanaman obat untuk membuat penawar!”
Leana menjelaskan dengan nada putus asa tetapi mereka hanya diam. Leana pun menambahkan.
“Saat saya ditelantarkan oleh Duke Leon, para penduduk di tempat ini dengan baik hati menerima saya! Setidaknya untuk yang terakhir kali ini saja saya ingin membalas mereka!”
Pria yang memegangi tangannya kembali menatap rekannya yang seakan menghadapi sesuatu yang merepotkan. Namun pria itu hanya menghela napas pasrah.
“Baiklah untuk kali ini saja. Jangan berpikir untuk kabur.”
“T-Terima kasih banyak!”
Ia melepaskan genggamannya dan Leana segera mengumpulkan tanaman yang berhamburan di tanah. Pria tersebut segera berteriak kepada rekannya yang lain.
“Dean!”
“Tch, merepotkan.”
Dengan diiringi oleh salah satu dari mereka yang bernama Dean, Leana kembali ke rumah pasien yang keracunan dan memberikan bahan penawar racun tersebut.
Tanpa sepengetahuan penduduk tempat tersebut, Leana menghilang bersama dengan pria berbaju hitam.
***
Kelompok yang membawanya pergi tersebut ternyata merupakan organisasi bayangan rahasia yang
berada dibawah perintah langsung Grand Duke Volfelance.
Leana yang membagi pengetahuan dan menunjukan kemampuannya akhirnya di rekrut menjadi bagian dari anggota bayangan.
Ia diberi latihan intens seperti anggota bayangan pada umumnya dan sebagai pengakuannya sebagai bagian dari anggota mereka, Leana diberikan identitas baru.
Kini anggota bayangan seperti keluarga baru baginya. Meskipun tidak sepenuhnya hidup dengan aman, namun ia kini mampu bertahan hidup dengan kekuatannya sendiri.
Kehidupannya sebagai bayangan berlanjut hingga akhir hayatnya dimana ia gugur karena perang dunia dengan banyak iblis dan monster yang muncul secara tiba-tiba.
Leana yang terbaring lemas di hamparan tanah hitam bersama dengan rekannya yang gugur. Tidak satupun yang bergerak maupun bersuara.
Dengan mata yang makin terkantuk, ia menatap langit yang terus menggelap semenjak terbukanya portal di dunia mereka.
Untuk kesekian kalinya, langit yang seakan menangis itu menemani akhir perjalanannya.
***
Saat membuka matanya, ia mendapati dirinya terlahir sebagai Riana di dunia ‘modern’. Karena ia membawa ingatan dari dunia pertamanya, ia cukup susah untuk beradaptasi di masa kecilnya karena emosi dan mentalnya yang tidak stabil.
Namun seiring berjalannya waktu, ia mencoba untuk melupakan kehidupan pertamanya dan menjalani kehidupan yang normal di dunia baru.
Ia berhasil hidup sebagai masyarakat biasa yang menjalani kesehariannya dengan tentram.
Seperti keinginannya, ia menjalani kehidupannya selama 25 tahun dengan tenang dan bebas di dunia yang damai.
Tetapi suatu hari, entah bagaimana, ia menemukan sebuah buku novel dengan cerita yang meliputi kehidupan pertamanya.
Buku tersebut seakan mencoba untuk memberitahunya mengenai hal yang ingin ia ketahui dan hal yang ingin ia lupakan. Hal yang telah ia kubur kini kembali kepermukaan.
“Kenapa… kenapa setelah selama ini…”
Dengan perasaan syok setelah membaca buku tersebut, Riana berjalan tanpa arah di tengah derasnya hujan.
Ia membiarkan dirinya basah kuyup seakan mencoba untuk kabur dari sesuatu. Sesuatu seperti kenyataan yang tidak dapat ia hilangkan seperti sebuah luka yang membekas.
Ia merasakan kembali perasaan campur aduk yang sama seperti saat pertama kali ia dilahirkan di kehidupan keduanya itu.
Ia bertanya-tanya mengapa masa lalunya kini mulai menghantuinya lagi. Apa yang salah dengan ingin hidup tentram tanpa adanya gangguan. Ia tidak habis pikir mengapa dunia seakan sedang mempermainkannya.
Ia tidak tahu harus menyalahkan siapa. Dirinya atau dunia. Ia sudah tidak tahu menahu lagi.
Saat ia menatap langit abu dengan perasaan hampa, tiba-tiba saja sebuah kilatan cahaya besar datang kearahnya dan seketika semua menjadi gelap.
Hal terakhir yang diingatnya adalah perasaan terbakar yang seakan melahap seluruh tubuhnya.
…
Leana kembali membuka matanya.
***
Dengan perasaan berat di kepalanya, ia membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah sebuah langit-langit berwarna pastel dengan motif unik yang membuatnya bernostalgia.
Dari samping kanannya sebuah cahaya datang dari jendela dengan bingkai putih yang terlihat familiar. Melihat hal tersebut membuat matanya terasa panas seakan ingin menangis.
Ia mengangkat tangannya kearah cahaya bersama dengan beberapa helai rambut coklat keemasannya, seakan mencoba meraih cahaya dari balik jendela itu.
Saat ia terdiam dan mencoba untuk memfokuskan pandangannya terhadap apa yang ada di depannya, rambutnya menarik perhatiannya.
Sebentar, rambut coklat keemasan…?
Menyadari suatu kejanggalan, ia segera bangun dari tidurnya dan dengan terburu-buru mendekati cermin besar di dekatnya. Dengan gemetar, tangan kanannya memegang kaca dan satu lagi menyentuh wajahnya.
‘Tidak mungkin…’
Dalam pantulan tersebut terdapat seorang gadis dengan rambut coklat keemasan dan mata ungunya yang tengah melebar seakan tidak percaya dengan apa yang ia lihat dihadapannya.
Hanya satu orang yang ia tahu memiliki penampilan tersebut. Ia tidak lain dan tidak bukan adalah Leana Wordlock, dirinya di kehidupan pertama.
‘Kenapa? Bagaimana? Aku kembali menjadi Leana?!’
Ia menatap kembali sosok yang terpantul di cermin dengan ekspresi terkejut.
Leana berkedip beberapa kali dan memutar tubuhnya. Semua sangatlah tidak nyata.
Selain perasaan bingung, Leana tidak tahu apakah ia harus merasa sedih, senang, atau marah.
Leana terus berdiri di depan cermin untuk beberapa menit kedepan sebelum akhirnya kembali ke kasurnya dan terduduk lemas.
‘Tidak, tidak. Sebenarnya jika dipikirkan ini tidaklah aneh…? Kan ya?’
Leana mereka ulang pengalaman kehidupannya terhadap fenomena yang sedang dialaminya sekarang.
Mengingat bagaimana ia bereinkarnasi dari Leana menjadi Riana dan berpindah ke dua dunia yang berbeda, keadaannya saat ini seharusnya tidaklah aneh.
Ia pernah membaca banyak buku dengan konsep yang sama, di mana seseorang dari dunia modern pergi ke dunia lain seperti di dalam game, novel, maupun film.
Tapi bagaimana dengan kondisinya sekarang. Transmigrasi? Reinkarnasi? Regresi? Mau dinamakan apa kondisinya saat ini?
Dahulu karena penasaran ia sempat membaca beberapa cerita hingga cukup untuk memahami jenis-jenis bentuk yang ada dalam konsep cerita tersebut.
Sejujurnya ia tidaklah menyukai konsep tersebut karena selalu mengingatkannya pada dirinya sebagai Leana. Dirinya yang ia tekadkan untuk tidak perdulikan lagi saat ia memasuki usia 7 tahun agar mampu menjalani kehidupan sebagai orang yang normal di dunia modern.
Namun kini kenyataan kembali mengkhianatinya. Untuk kesekian kalinya.
Terlepas dari apakah ia bereinkarnasi atau tidak, apa-apaan buku novel yang ditemukannya di dunia modern itu?!
Buku misterius yang ia pilih secara acak itu menceritakan apa yang terjadi pada dunia di kehidupan pertamanya sebagai Leana.
Meskipun isinya terasa familiar namun terdapat beberapa hal yang juga asing baginya.
Hal tersebut karena cerita di dalamnya tidak hanya melingkupi kejadian yang pernah ia alami tetapi juga memiliki detail lain yang tidak mungkin ia ketahui sebagai Leana.
Seakan semua kejadian tersebut dilihat berdasarkan pengetahuan dari ‘Sang Pencipta’ sebagai orang ketiga yang mahatahu. Tidak. Ia berpikir terlalu jauh ‘kan ya?
Sebentar, mari kita tinjau lagi mengenai dunia Leana saat ini.
Berbeda dari kehidupan keduanya sebagai Riana yang memiliki waktu di abad ke-21 yang dikenal sebagai dunia ‘modern’, dunia yang ditinggali Leana memiliki nuansa di abad pertengahan.
Terlebih dunia Riana dan Leana memiliki satu hal penting yang berbeda yaitu bahwa dunia Leana memiliki kekuatan sihir, sesuatu yang tidak ada di dunia Riana. Itu artinya Keduanya adalah dunia yang berbeda atau dikenal sebagai dunia alternatif.
‘A-aku tidak percaya ilmu yang dipelajari temanku saat aku menjadi Riana sangat membantu disaat begini…’ Leana mengerutkan dahinya.
Jika temannya tersebut mengetahui kondisi Leana sekarang, ia pasti kegirangan tiada henti.
Di dunia ini terdapat kasta dan Leana adalah seorang bangsawan. Ia adalah anak perempuan dari Count Wordlock yang menikah dengan Marquis Grandall. Kini ia adalah seorang Marchioness, istri dari Forde Grandall.
Lalu Leana Grandall hidup disebuah kekaisaran bernama Solfilyan—
Tok tok
“Nyonya, apakah anda sudah bangun?”
Mendengar suara seseorang dibalik pintu kamarnya, Leana berbalik sigap menghadap pintu bersamaan dengan masuknya seorang perempuan dengan baju pelayan.
Seorang gadis cantik dengan paras wajah yang lebut dan memiliki rambut biru itu bernama Vivy. Ia adalah pelayan pribadi Leana sampai pada akhir pernikahannya di kediaman Grandall.
Ia juga merupakan satu-satunya pelayan di rumah tersebut yang sangat memperdulikan kondisi Leana yang selalu mengurung diri.
“Nyonya, apakah anda mau makan di kamar seperti biasa?”
Vivy bertanya lagi dengan tatapan bingung dan Leana segera menjawabnya setenang mungkin.
“I-Iya, bawakan ke kamar seperti biasa.”
“Baik.” Vivy mengangguk kemudian pergi. Leana kembali tenggelam dalam pikirannya.
Selain mencoba untuk memahami kondisi yang dialaminya sekarang, ia juga mengetahui bahwa kejadian yang tidak menyenangkan akan terjadi di masa depan.
Tidak, ia tidak mengetahui apakah dunia saat ini benar-benar dunia yang sama seperti kehidupan pertamanya atau bukan.
‘Apa artinya ini adalah kehidupanku yang ketiga?’
Mengingat kembali, kilatan cahaya yang datang kepada Riana di dunia modern itu sebenarnya apa? Rasa panas seakan membakar tubuh dalam sekejap mata.
Pada saat itu ia berjalan ditengah hujan deras, apa jangan-jangan itu…
‘Petir? Aku disambar petir?’
‘Apakah itu artinya aku mati?’ Leana menjadi pucat membayangkan kemungkinan tersebut.
Berdasarkan banyak cerita yang pernah dibacanya, jika tubuh di dunia modern telah hilang maka tidak memungkinkan untuknya kembali ke sana. Leana tidak bisa kembali ke dunia modern.
‘Ini… sungguh gila… setelah aku berusaha sekuat tenaga untuk melupakan kehidupan pertamaku…’ Leana bergemetar.
Apakah pada akhirnya perjuangannya untuk menjalani kehidupan yang lebih baik hanyalah sia-sia? Apakah menjalani kehidupan normal saja adalah hal yang tidak dapat ia capai?
Salah satu yang ia sadari mengenai kehidupan pertamanya adalah bagaimana ia selalu berakhir dengan akhir yang tidak ia inginkan.
Bagaimanapun dan dalam bentuk apapun ia berjalan, semuanya seakan berakhir dengan tragedi yang tidak dapat ia hindari.
Satu, dua, tiga… hingga pada titik empat sebagai Riana.
Diantara Leana atau Riana, kehidupan Leana lah yang paling memiliki banyak kesalahan.
Lalu apa artinya dengan dirinya yang kembali sebagai Leana? Apa tujuannya kembali lagi ke kediaman Grandall.
Tempat dimana Leana dilumuri dengan pandangan kekecewaan dari segala arah. Ia ingin tahu dan tidak mau tahu secara bersamaan.
Pintu kamarnya kembali terbuka dan Vivy muncul membawa trey makanan kepadanya.
“Nona, saya membawakan sarapan anda.”
“Ah, iya.”
“Terima kasih.” Leana menambahkan dan melahap makanannya. Dengan ragu Leana membuka mulut dan bertanya.
“Vivy, tanggal berapa hari ini?”
“Tanggal? Kalau tidak salah hari ini tanggal 2 April tahun Imperial 23XX.”
Hari ini adalah dua bulan sebelum suaminya, Marquis Forde Grandall, kembali dari misinya dalam menaklukan labirin.
Di dunia ini terdapat fenomena ajaib yaitu kemunculan sebuah labirin sihir yang tidak diketahui asal muasalnya.
Hampir mirip seperti dungeon, namun perbedaannya adalah penaklukannya diperlukan orang yang cukup pintar untuk memecahkan teka-teki sihir dalam labirin.
Teka-teki sihir ini mampu memberikan banyak pengaruh buruk baik bagi umat manusia maupun dunia.
Dahulu saat semua orang belum mengetahui dampak dari kemunculan labirin, banyak kerajaan yang mengirim orang untuk mengecek labirin dan tanpa diketahui telah membuka sebuah portal yang mengeluarkan iblis dan monster.
Semenjak saat itu, setiap kerajaan berpartisipasi dalam penaklukan labirin yang muncul setiap tahunnya di beberapa tempat di masing-masing kerajaan.
Masih belum diketahui kenapa labirin bisa bermunculan di dunia ini, tetapi kemunculannya seakan menjadi pertanda sesuatu yang jauh lebih besar akan terjadi.
kekaisaran Solfilyan juga merupakan salah satu kerajaan besar di dunia yang berpartisipasi dalam pertahanan dunia mengantisipasi labirin.
Dalam bentuk antisipasinya, kekaisaran Solfilyan membentuk lima pilar besar yang menjadi simbol perlindungan dan pertahanan dalam berbagai bidang yang diwakili dalam lima warna berbeda yaitu putih, hitam, merah, kuning, dan ungu.
Lima pilar tersebut meliputi sayap putih Count Vilvadi, jubah hitam Grand Duke Volfelance, tombak merah Margrave Santica, perisai kuning Baron Zenesia, dan rantai ungu Marquis Grandall.
Karena Marquis Grandall merupakan salah satu pilar pertahanan, keberadaannya sudah dipastikan untuk berpartisipasi dalam misi penaklukan labirin.
Leana menutup mata dan mengingat kembali kejadian yang akan terjadi 20 tahun kedepan.
Beberapa labirin besar yang tidak pernah ditemui sebelumnya akan muncul secara bersamaan.
Tidak lama setelah kemunculannya, labirin tersebut membuka sebuah portal yang sangat besar dan memulai perang dunia antara manusia dengan monster dan iblis.
Sebagaimana dirinya merupakan korban dalam perang itu, ketika membayangkan kejadian tersebut akan terjadi lagi membuatnya merinding.
Jika kondisinya sekarang memang benar kesempatan keduanya untuk menghindari perang tersebut, ia sangat ingin melakukannya.
Tapi apa yang bisa Leana lakukan untuk menghindari perang itu, ia tidak tahu.
‘Apa yang sebenarnya nyonya pikirkan?’
Vivy yang berdiri tidak jauh dari Leana menatap majikannya yang tengah berpikir keras. Karena sikap pendiam majikannya adalah hal biasa, ia tidak merasakan ada hal yang aneh. Tetapi hari ini majikannya terlihat berbeda dari hari sebelumnya.
Saat Leana menyelesaikan makanannya, Vivy segera membereskan peralatan makannya.
“Nyonya, apakah ada lagi yang anda inginkan?”
Leana menatap Vivy yang bersiap keluar.
“Vivy, apakah kamu tahu Albert ada dimana?”
Albert adalah butler yang dikenal sebagai tangan kanan Forde yang terpercaya. Selama kepergian majikannya dalam sebuah misi yang mampu memakan waktu minggu hingga bulanan, Albert diberi kekuasaan kedua untuk mengurus laporan wilayah kekuasaan Grandall.
Seharusnya tugas tersebut adalah salah satu tugas untuk Marchioness, namun sayangnya Leana yang tidak percaya diri dengan kemampuannya hanya dapat mengurung diri dengan buku di kamarnya.
Tapi kali ini, ia tidak ingin diam saja. Kali ini ia juga akan membantu Marquis Grandall dalam mengurusi pekerjaannya yang tertinggal selama kepergiannya.
Ia juga berencana untuk membantu Grandall dari belakang. Ini adalah salah satu langkah untuk menghindari perceraian mereka.
Vivy sedikit terkejut dengan pernyataan majikannya, tetapi ia tetap menjawab.
“Tuan Albert sedang berada di ruang kerja Marquis seperti biasa. Apakah mau saya panggilkan?”
Leana menggelengkan kepalanya.
“Tidak perlu. Aku yang akan pergi kesana, jadi tolong bantu aku bersiap segera setelah kamu kembali.”
“Baik nyonya.”
Vivy pun meninggalkan ruangan.
Kali ini Leana bertekad untuk tetap tinggal sebagai Marchioness Grandall dan tidak hanya berdiam diri mengurung diri seperti di kehidupan pertamanya.
“Aku membutuhkan pasangan yang dapat membantuku mensejahterakan Grandall. Aku harap kamu tidak terlalu mengambilnya dalam hati, namun aku tidak punya pilihan lagi.”
Kata-kata itu seakan menjadi ketukan palu bagi hubungan Leana dengan Forde yang tidak dapat berlanjut lebih jauh lagi dari posisi mereka sekarang.
Leana sendiri mengetahui batasannya dan tanpa ingin mengetahui lebih dalam, semuanya berakhir begitu saja.
Leana hanya dapat menerima kenyataan dan takdir yang terbuka untuknya tanpa memperdulikan pendapatnya sendiri seakan tersapu oleh ombak. Kini ia tahu bahwa pilihannya itu adalah kesalahan yang harus ia perbaiki.
Ia tidak akan diam dan akan mulai berkontribusi seperti yang diinginkan oleh suaminya. Meski pun ini adalah salah satu langkah yang diperlukan dalam memperbaiki hubungan mereka, Leana tahu bahwa hal tersebut tidaklah cukup.
Ia tidak cukup hanya memperbaiki hubungan dengan suaminya. Ia juga harus memperbaiki hubungannya dengan penghuni kediaman Grandall dan Leana akan memulainya dari rana yang dapat ia jangkau.
Saat Leana memasuki ruang kerja, di sana terdapat Albert yang sedang duduk di sofa dan berfokus pada dokumen-dokumen yang berada di meja tamu.
Dengan rambut merah, pria dengan paras di pertengahan 30-an yang terlihat tenang seperti butler pada umumnya, diam-diam memiliki sikap yang ketat namun dapat dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Albert merupakan butler yang telah melakukan pekerjaannya semenjak keluarga Grandall terbentuk.
Mendapatkan kepercayaannya adalah langkah awal yang bagus untuk rencana Leana.
Sebagai butler maupun tangan kanan marquis, ia bisa dibilang sebagai seorang genius yang hampir sempurna dalam pekerjaannya.
Albert sendiri merupakan orang yang percaya dengan bukti nyata dibandingkan dengan janji dan itulah yang akan Leana lakukan sekarang.
Saat Leana ingin membuka mulut, Albert yang baru menyadari kehadirannya terkejut dan segera berdiri.
“N-nyonya Leana! Ada keperluan apa anda kesini? Apa ada yang perlu saya bantu?”
Albert mulai terbata-bata melihat Leana yang saat ini mereka kenal tidak biasanya keluar dari ruang kamar. Tangannya yang memegang dokumen terlihat sedikit bergemetar.
Leana tidak bisa menyalahkan reaksinya tersebut.
‘Rasanya aneh dipanggil nyonya…’
Leana adalah Marchioness Grandall, istri dari seorang Marques. Artinya ia adalah nyonya dari rumah Grandall meskipun umurnya masih muda.
’Aku tahu ini hanya formalitas, tapi mendengarnya saja membuatku merasa jadi lebih tua.’
Leana tersenyum lembut kepada Albert yang masih panik dan mencoba untuk menenangkannya.
“Tenanglah Albert. Aku kesini untuk membantumu.”
“Oh membantu saya, iya…”
Keheningan kemudian menyambut mereka. Albert memproses kata-kata Leana sebelum akhirnya sedikit berteriak.
“HAH?! APA, maaf, membantu saya?!”
“Albert tolong tenang.”
Leana sedikit terkejut dengan respon dari Albert. Ia tidak menyangka bahwa reaksi yang di dapatnya akan seperti itu.
“Iya saya tenang—tidak saya tidak tenang! Kenapa tiba-tiba anda ingin membantu saya?”
Albert kelabakan dengan pernyataan Leana yang tiba-tiba. Ia sangat kelabakan. Leana menghela napas. Apa yang kini harus ia lakukan untuk menenangkan Albert.
“Albert, dengarkan aku. Aku benar-benar serius untuk membantu mengurus rumah ini mulai sekarang.”
“Nyonya…!”
“Tapi aku masih tidak tahu banyak mengenai manajemen Grandall. Oleh karena itulah aku perlu bimbinganmu. Tolong percayalah padaku.”
“Tidak, saya senang nyonya ingin membantu, tapi…” ucap Albert dengan ragu.
Albert terdiam dan berpikir dengan keras. Tanpa menunggu lebih lama lagi ia langsung berjalan menuju meja kerja yang dipenuhi dengan tumpukan kertas dokumen di belakang Albert. Albert kembali panik.
“Ah, Nyonya…!”
“Sekali lagi, tenanglah Albert. Aku serius ingin membantu tugas rumah dan terlebih aku diam di kamar bukan hanya untuk membuang-buang waktu. Aku juga mencoba belajar banyak hal. Jadi yang aku perlukan sekarang adalah bimbingan darimu, Albert.”
“…!”
Albert tertegun namun segera kembali terdiam ragu. Setelah beberapa saat ia akhirnya mengepalkan tangannya seakan membulatkan tekadnya.
Albert segera membereskan dokumen-dokumen yang ada di meja tamu dan mengambil beberapa dokumen tersebut sebelum akhirnya berjalan ke samping Leana untuk memberikannya arahan.
“Baiklah, saya akan mencoba untuk membantu anda.”
“Terima kasih Albert.”
Keduanya pun mulai mengurus tumpukan dokumen yang seharusnya di cek oleh Marquis Grandall sepulang dari misinya.
Di saat yang sama, Leana menggunakan sedikit pengetahuannya dari dunia modern dalam mengerjakan dokumen tersebut.
***
“Ti, tidak mungkin… ini…!”
Tangan Albert bergemetar memegangi dokumen yang dikerjakan Leana sementara Leana sendiri hanya tersenyum sumringah melihat reaksi Albert.
Albert segera menatap Leana dengan berbinar-binar.
“Nyonya! Apakah anda seorang jenius?! Bagaimana bisa dokumen ini terlihat sangat indah dan mudah dimengerti di mata saya?!”
Albert terus memuji hasil kerja Leana sambil mengecek kembali dokumen yang telah di selesaikan. Leana dapat melihat air mata keluar dari sisi matanya.
“Untuk bisa menyelesaikan semua dokumen ini dalam sehari… ugh… ini adalah mimpi yang terkabulkan…”
“fufu, bagaimana Albert? Apakah kau sudah percaya dengan kemampuanku?”
Untuk pertama kalinya ia melihat Albert begitu senang dalam hidupnya. Sepertinya kemampuan Leana sangat memenuhi kualifikasi yang diberikan oleh Albert.
“Iya! Saya sangat percaya! Jika anda tidak keberatan tolong bantu saya mulai sekarang!”
“Tenang saja, aku memang berencana untuk membantu mulai dari sekarang.” Leana mengangguk setuju.
“Terima kasih banyak Nyonya!”
“Kalau begitu saya akan membawakan camilan dan teh!” dan Albert pun pergi sembari menangis haru.
Ditinggal sendirian dengan keheningan, Leana menatap jemarinya dan melirik kearah kertas kosong serta pena yang tersimpan rapi disampingnya.
Jika bukan karena pekerjaannya yang ketat di dunia modern, mungkin kata ‘jenius’ tidak akan pernah dipersembahkan untuk dirinya.
Meskipun ia tidak menemukan apa yang orang-orang sebut ‘kebahagian untuk diri sendiri’ namun kehidupannya sebagai Riana adalah kehidupan yang biasa tanpa kekurangan.
Walau banyak rintangan, semua itu seakan ada agar Riana dapat melupakan sosok Leana.
Tiap detiknya, jika bukan karena tantangan hidup di dunia modern, sosok Leana pasti akan terbesit dipikirannya setiap waktu.
Mencoba terbiasa dalam meluangkan waktu untuk diri sendiri saja sudah menjadi tantangan tersendiri.
Kecepatannya dalam bekerja di dorong oleh kemauan untuk melupakan Leana. Lalu apa yang kini mendorong dirinya sekarang ia adalah Leana?
Ia meraih pena dan kertas kemudian mulai menuliskan rencananya kedepan. Apa yang harus ia lakukan sekarang.
Apa yang ia perlukan kedepannya. Pertanyaan tersebut terus berputar tiada henti seakan mengingatkannya.
Ada tiga poin utama dalam kehidupan Leana sebelumnya yaitu perceraiannya dengan Marquis Forde Grandall, rencana besar Duke Leon, dan juga pasukan bayangan Grand Duke Volfelance.
Leana kembali mengingat latar belakang suaminya, Marquis Forde Grandall.
Berdasarkan informasi tambahan yang ia dapat dari buku novel yang dibacanya, Forde awalnya berasal dari keluarga Baron Dianas yang merupakan pemegang awal Pilar Rantai Ungu.
Namun setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan, pamannya yaitu Terron Dianas mengambil alih kekuasaan atas keluarga Dianas dan tidak lama kemudian Forde dikabarkan menghilang.
Forde ditemukan oleh prajurit bayaran kaisar pada saat ia berusia 10 tahun dan dirawat sebagai salah satu prajurit mereka hingga umur 15 tahun pada saat kemampuannya terungkap ke publik.
Forde diberi gelar Marquis dan dengan permintaannya ia mendirikan marga Grandall.
Sebagai bangsawan baru, banyak bangsawan lain yang mencoba untuk memanfaatkannya namun Forde selalu teguh dan tidak terhasut, kecuali pada satu topik yaitu Baron Dianas.
Beberapa faksi menawarkan bantuan kepada Forde untuk membalas Baron Terron, pamannya.
Forde menyetujui hal tersebut dan dalam dua tahun, ia berhasil membalaskan dendam kepada pamannya namun bukan dengan menjatuhkan keluarga Dianas melainkan dengan mengambil kepemilikan gelar Rantai Ungu.
Pengalihan kepemilikan tersebut berhasil dengan memanfaatkan fakta bahwa Forde adalah pewaris langsung dari mendiang Baron Dianas yakni ayahnya, Rettour Dianas.
Tetapi masalah tidak berhenti sampai disana. Beberapa faksi kembali mencoba untuk mengendalikan Grandall dengan memanfaatkan riwayat hubungan mereka.
Salah satu usaha mereka adalah pernikahan antara Leana Wordlock dengan Forde Grandall.
Setelah tiga tahun pernikahan mereka, Forde akan menceraikan Leana.
Dari sisi Leana, alasan perceraiannya adalah karena Leana Wordlock tidaklah cocok sebagai pendamping Marquis yang dapat membantunya menjaga kediaman Grandall saat kepergiannya dalam misinya.
Namun Forde memiliki alasan tersembunyi dalam menceraikan Leana. Salah satu alasannya adalah karena tekanan dari beberapa faksi yang memojokan baik Forde maupun Leana. Fakta ini diketahui oleh Riana saat membaca novel misterius tersebut.
Leana menghentikan pena yang sedari tadi bergerak kemudian menatap kata dan coretan yang ada pada kertas di hadapannya. Leana menghela napas.
“Nyonya, sudah saatnya untuk makan malam. Apakah mau saya bawakan?”
Pandangannya teralihkan kepada Albert yang sedang berdiri di depan pintu ruang kerja. Ia kemudian menoleh kearah jendela dan menyadari bahwa langit telah berubah menjadi gelap.
“Ah, apakah sudah selarut ini? Haha…”
‘Padahal aku berencana untuk makan di ruang makan…’ Leana memijit area diantara alisnya. ‘Tapi kalau pun aku makan disana, aku hanya akan sendirian.’
Leana kembali menghela napas dan Albert yang kebingungan pun kembali bertanya. “Nyonya?”
“Untuk hari ini, tolong bawakan makan malam ke kamarku. Tapi kecuali ada hal yang tidak bisa dihindari, mulai besok aku akan makan di ruang makan.” Ucap Leana.
“Dimengerti.”
“Dan, Albert.”
“Iya, nyonya?”
“Maaf telah membuatmu bekerja sendirian selama ini…”
Albert tertegun namun segera menjawab dengan senyuman.
“Tidak perlu dipikirkan, nyonya. Ini sudah tugas saya sebagai kepala pelayan dan tangan kanan tuan Forde.”
Albert pun meninggalkan ruangan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!