NovelToon NovelToon

Dinikahi Tuan Muda

Prolog

Malam semakin larut namun keadaan sebuah gedung berlantai dua dibilangan Jakarta Selatan justru penuh sesak oleh muda-mudi dari kalangan anak konglomerat.

Mereka datang ke Clup Skyhouse hanya untuk mencari sebuah kenikmatan, kepuasan dan kesenangan sesaat atau bahkan pelampiasan semata tanpa memedulikan akibatnya.

Dentum musik remix yang diputar hingga ke seluruh penjuru ruangan, membuat tubuh siapa saja yang mendengarnya akan langsung bergoyang liar bak cacing kepanasan, mengikuti irama yang dimainkan oleh DJ profesional, kecuali Fredo Aditama Pranaja.

Pemuda berusia 25 tahun itu hanya menjadi pengamat setia dari tempat duduknya sambil sesekali menyesap sekelas wine, ia tak berminat untuk bergabung dalam lautan manusia tersebut.

Sedangkan di sekelilingnya ada begitu banyak wanita sexy yang ingin menggoda dirinya, akan tetapi tak satu pun yang berani mendekat karena aura dingin dan sorot mata mengintimidasi sudah terpancar jelas dari raut wajah Fredo ditambah beberapa pengawal yang berjaga di sampingnya tak memberikan celah sedikit pun untuk sekedar menyapa.

“Aku tidak peduli jika dijadikan simpanannya saja.”

“Aku pun rela kalau harus menjadi simpanannya yang ke 100.”

“Bahkan aku juga siap walau hanya menjadi pemuas nafsunya seumur hidup atau one night stand tak masalah!”

“HAHAHA,”

Celotehan-celotehan itu tentu saja ditujukan kepada Fredo. Bagaimana tidak?

Dengan bentuk rahang yang kokoh, hidung mancung, alis lebat dan mata hitam pekat serta bibir tebal yang sangat menggoda, membuat hati perempuan mana pun akan meleleh dibuatnya. Apalagi Fredo adalah satu-satunya calon pewaris perusahaan paling bergengsi se-Asia. Tentu banyak yang menginginkannya bukan?

“Tuan muda, jam sudah menunjukkan pukul dua tepat saatnya pergi,” kata Rama—salah satu pengawal setia yang dimiliki Fredo.

Tanpa memberikan sepatah kata pun, Fredo beranjak dari sofa yang didudukinya. Sudah menjadi kewajibannya untuk kembali ke kediaman Pranaja sebelum jam empat subuh, entah apa alasannya. Dan… baru melangkahkan kaki beberapa jengkal tiba-tiba…

DUK…

PRANG...

Fredo sudah disuguhi segelas beer yang membasahi sebagian kemeja putihnya.

“Ya ampun. Sa.. saya minta maaf Tua—,”

“Beraninya kau!” sentak Ariska emosi seraya mendorong tubuh orang tersebut sampai ia jatuh terduduk.

“Ah.. sakit,” lirihnya.

Kemarahan Ariska bukan tanpa alasan, itu karena Tuan mudanya paling sentimentil terhadap barang yang dipakainya kotor walaupun hanya ada noda sekecil kotoran nyamuk ditambah orang tersebut telah lancang memegang bagian tubuh Fredo meskipun hanya telapak tangan yang bahkan tak sembarangan orang bisa menyentuhnya. Ariska adalah satu-satunya pengawal perempuan paling bengis yang menjadi kepercayaan Fredo setelah Rama, ia selalu sigap menjauhkan para wanita ganjen dan modus yang mengincar Fredo.

“Tak tahu diri,” maki Ariska lantang.

Seketika keheningan menyelimuti, semua mata tertuju pada seorang gadis berpakaian pelayan itu. Ada yang memandang iba sekaligus kasihan tetapi ada juga yang berwajah sinis seperti ingin menerkam karena sudah membuat pangeran berkuda putihnya mendapat kesialan.

Dengan kepala masih tertunduk kaku, gadis itu bersuara lagi. “Sa.. saya tidak sengaja Nona, sa.. saya minta maaf,”

“Kau bilang tidak sengaja? Kau punya mata buat apa, hah?! Buat melihat, bukan untuk pajangan saja!”

Saat Ariska kembali melayangkan tangan kirinya untuk memberikan sebuah pelajaran lagi pada gadis itu, tanpa disangka-sangka tangan Fredo berhasil mencekal pergelangan tangan pengawalnya tersebut lantas menariknya dengan kuat sampai Ariska mundur jauh ke belakang.

Fredo berjalan mendekati gadis itu dengan gaya super cool namun terlihat sangat angkuh dimata laki-laki lain yang iri akan dirinya bahkan atmosfer di sekitar mendadak sejuk oleh karisma yang terpancar dari wajahnya.

Dan... dalam hitungan detik ia sudah berjongkok tepat di hadapan gadis itu. Fredo mengangkat paksa dagu gadis tersebut hingga iris mata mereka bertemu dan saling mengunci selama beberapa detik. Dunia seakan milik berdua sebelum gadis itu kembali menundukkan kepala karena takut.

“KAU HARUS MEMBAYAR PERBUATANMU INI, NONA!” lirih Fredo. Setiap kata yang keluar dari bibirnya terdengar penuh penekanan.

“Sa.. saya minta ma-maaf Tuan,” ulang gadis itu dengan suara bergetar hebat.

“Maaf saja tidak akan cukup!” jawab Fredo tegas.

“Ka.. kalau begitu lepaskan baju Anda Tuan, sa.. saya akan mencucinya sampai bersih,” balasnya polos.

Cih!

Fredo berdecit setelah mendengar sebuah penawaran konyol yang diberikan gadis itu. Pupil matanya turun ke bawah dan menangkap sebuah nametag yang bertuliskan ALLEA, satu kata itu pun langsung tersimpan dalam memori otaknya, Fredo perlahan mendekat…

Semakin mendekat…

Semakin mendekat...

Hingga bibirnya sangat dekat dengan bibir Allea.

“Kau, sungguh memintaku melepaskan baju di sini?!” tanya Fredo tersenyum tipis. Entah isyarat apa yang terukir di bibirnya itu.

“I.. iya Tuan. Sa.. saya akan bertanggung jawab,” Allea kembali meyakinkan agar masalahnya cepat teratasi.

Tanpa diduga tangan kanan Fredo menyelipkan anak rambut Allea ke belakang dengan lembut lantas menempatkan bibirnya di sebelah kanan telinga gadis itu sampai-sampai kulit mereka tak sengaja bersentuhan hingga menciptakan sebuah sensasi yang sangat menggelitik bagi keduanya.

“Sialan,” batin Fredo frustrasi.

“Sa.. saya janji akan mencucinya sampai bersih, Tuan,”

Fredo menghela napas panjang, sebenarnya bukan itu yang ingin ia dengar tapi sudahlah. “Fine, aku akan menuruti kemauanmu tapi tidak sekarang Nona dan kau harus melepaskan bajuku yang kotor ini dengan tanganmu sendiri.” Senyum evil kembali tercetak jelas di bibir Fredo. “Pertanggung jawabanmu kunantikan suatu hari nanti dan jangan pernah menyesalinya.”

Setelah mengucapkan kalimat itu, Fredo kembali berdiri lantas pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban yang akan disuarakan Allea.

“Syukurlah, ia tidak memperpanjang masalah ini,” batin Allea lega, namun ia tidak menduga jika kejadian ini menjadi titik awal kisah hidupnya.

Terdesak

“Allea, kondisi kesehatan Ibumu kian hari kian memburuk, harus segera dilakukan operasi transplantasi jantung,” kata seorang Dokter yang hampir dua tahun ini merawat ibu gadis itu. “Kalau tidak...”

Allea menatap Dokter Sean dengan mata berkaca-kaca. “Ka.. kalau tidak kenapa, Dok?”

“Maaf aku harus mengatakan kenyataan pahit ini padamu tapi kau memang harus mengetahuinya.” ujar Dokter Sean sendu.

Allea tahu kemana arah pembicaraan ini, bulir-bulir air jatuh dari pelupuk matanya.

Dokter Sean mengambil napas sejenak. “Kemungkinan terburuk, Ibumu tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi.”

Nyut….

Seperti ada benda tajam yang menusuk jantung Allea, tubuhnya bergetar hebat, ia tertunduk kaku menatap lututnya sendiri. Jari-jemarinya meremas sebagian rok panjang yang dipakainya saat ini, mata yang tadinya jernih berubah memerah dan dalam hitungan detik air bening terus mengalir membasahi pipinya.

Leher Allea seperti tercekik bahkan ia sulit sekali menghirup oksigen dengan bebas, Allea merasa dunianya akan hancur berkeping-keping.

“Tolong selamatkan Ibu saya, Dok.”

Dokter Sean menyodorkan sekotak tisu kepada Allea. “Maaf Lea, aku tidak bisa menjamin kehidupan ibumu tapi aku akan berusaha semampuku.”

Allea tidak bisa lagi berkata-kata, ia terlalu takut untuk membayangkan apa yang akan terjadi.

“Ja.. Jadi berapa total biaya yang harus saya kumpulkan untuk operasi Ibu saya, Dok?”

Dokter Sean menggeleng kecil. "Aku tidak tahu pasti, tapi aku pernah dengar perbincangan para perawat, sepertinya sekitar 19,96 miliar,” jawabnya ragu-ragu.

Tubuh Allea mendadak lemas, otot dan persendiannya seakan mati rasa. Harus dapat uang sebanyak itu dari mana? Ia tidak bisa berpikir logis, yang ada di otak Allea sekarang hanya mendapatkan uang sebanyak-banyaknya.

“Saya akan usahakan secepat mungkin mengumpulkan biayanya Dok, jadi..." Allea menarik napas panjang, mencoba menguatkan dirinya."Jadi tolong perhatikan ibu saya lebih ketat lagi, Dokter,” pintanya memohon.

“Baiklah Allea, pihak rumah sakit akan mencarikan pendonor terbaik untuk Ibu kamu.”

“Terima kasih, Dok. Terima kasih banyak atas kebaikan Dokter selama ini.”

Dokter Sean hanya mengangguk dengan senyum miris, sebenarnya ia sangat kasihan kepada Allea. Kebanyakan gadis seumurannya masih bersenang-senang dan bermain bersama teman-temannya tetapi gadis itu justru harus banting tulang demi kesembuhan sang Ibu.

“Kau harus kuat Lea,” ucap Dokter Sean menyemangati.

“Iya Dok, sekali lagi terima kasih,” balas Allea sambil berdiri dari tempat duduknya. “Kalau begitu saya permisi.”

Allea berjalan gontai melewati koridor rumah sakit, ia bahkan tak memedulikan orang-orang yang sedari tadi memperhatikan dirinya yang terlihat mengenaskan. Tatapan mata Allea kosong, dia berusaha menahan lelehan air matanya agar tidak keluar lagi.

“Jangan cuma nangis Alle, carilah cara untuk mendapatkan uang sebanyak itu. Menangis tidak akan menyelesaikan masalah!” batin Allea berkecamuk.

“Iya, aku tidak boleh menyerah, aku harus kuat demi Bunda.”

...*****...

Allea masih mematung di depan kaca, menatap pantulan dirinya yang sangat menjijikkan.

Apakah ia harus seperti ini, dengan pakaian mini berwarna merah darah yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, rambut bergelombang yang dibiarkan terurai, ditambah riasan wajah yang terkesan dewasa serta mempertontonkan bagian asetnya yang sangat menggoda.

Dapat dipastikan mata hidung belang manapun akan berfokus pada kecantikan dan kemolekan tubuh Allea.

“Bun, maafin Alle.” kata Allea lirih sambil membayangkan Ibunya yang sedang terbaring di rumah sakit. “Alle, tidak punya pilihan lain.”

Dengan berat hati Allea keluar dari kontrakan kecilnya, tak lupa mengenakan long Coat untuk menutupi seluruh tubuhnya yang serbuka sebelum sampai ke tempat tujuan.

Allea memberhentikan taksi, tak butuh waktu lama dia sampai di tempat kerjanya karena jalan memang terbilang cukup sepi. Jelas saja, untuk orang normal pukul 23:00 adalah waktu yang tepat untuk menjelajah alam mimpi tetapi tidak untuk dirinya. Allea justru akan mulai bekerja.

"Terimakasih pak."

Allea turun dari taksi, heels dengan ketinggian 5 cm membuatnya terlihat sangat anggun namun karena dia tidak terbiasa memakainya, kaki Allea terasa sakit.

Allea menarik nafas panjang lalu membuangnya kasar, ia kembali memantapkan dirinya sebelum melangkahkan kaki masuk ke sebuah clup malam.

Skyhouse

Gedung yang dari luar kelihatan biasa saja tetapi jika sudah masuk ke dalam, mata siapa saja akan langsung terpukau dan termanjakan oleh interior yang sangat mewah serta para penghuni di dalamnya yang tak main-main.

Sebenarnya Allea sudah terbiasa dengan tempat seperti ini karena dirinya memang sudah bekerja hampir satu tahun sebagai pelayan akan tetapi kali ini berbeda, Allea akan menemani para bos-bos kaya yang sedang berpesta.

“Lea,” panggil Claudia sambil menghampiri Allea. Perempuan itu mengamati Allea dari ujung kaki sampai ujung kepala lalu tersenyum tipis. “Aku tidak menyangka kau punya tubuh seindah ini, Allea." celetuknya.

“Mi, jangan panggil nama asliku.”

*“Sorry, *Isabel,” ucap Claudia. “Kenapa tidak dari dulu saja kau menekuni pekerjaan ini, kau tidak akan kesusahan dan kelelahan dengan hanya menjadi pengantar minuman.”

Allea hanya tersenyum paksa mendengar pernyataan Claudia, pemilik tempat ini.

“Kita ke lantai dua saja, aku akan memperkenalkan mu pada kalangan atas,” ajak Claudia.

Allea masih enggan tetapi Claudia berhasil menyeretnya ke sebuah ruangan yang dia tahu adalah ruangan paling istimewa di Skyhouse, karena tak semua orang bisa memasukinya.

Ruangan itu dikhususkan untuk para pemuda kaya raya yang mempunyai black card yang artinya khusus tamu VVIP dan hanya pelayan-pelayan terpilihlah yang dapat bekerja di tempat itu serta ada banyak perempuan penggoda yang siap menemani Tuannya.

“Permisi Tuan-Tuan, aku membawa teman baru,” ujar Claudia sambil mendorong tubuh Allea.

Semua mata tertuju pada gadis itu.

“Ternyata kau cukup berbakat untuk menyenangkan kami Clau,” kata seorang pemuda yang sedang duduk ditemani perempuan berpakaian tak kalah seksi dari Allea. “Siapa namanya?”

Claudia menyenggol lengan Allea untuk memberikan isyarat agar dirinya memperkenalkan diri.

“Na.. Nama saya Is… Isabel, Tuan?” Allea harus menggunakan nama samaran, ia tidak ingin nama baik yang diberikan Ayahnya harus ternodai.

“Kau gagu?” timpal pemuda lain.

“Hahahahha...”

Gelak tawa pun terdengar bersahut-sahutan. Semua yang berada di ruangan itu terbahak-bahak untuk mengejek Allea. Rasanya ia ingin menangis dan kabur dari ruangan ini tetapi jika mengingat biaya rumah sakit ibunya, Allea harus mengurungkan niatnya.

Ini adalah jalan satu-satunya untuk mendapatkan uang dengan nominal besar dan lebih cepat. Kata Claudia, Allea hanya akan duduk di samping pemuda kaya untuk menemaninya minum saja.

“Apa mungkin ini pertama kalinya untukmu?”

Allea masih menutup mulutnya rapat-rapat, hingga Claudia lah yang mengambil inisiatif untuk menjawab pertanyaan itu. “Benar Tuan, ini pertama kalinya untuk Isabel.”

Senyum evil pun bermunculan, dapat ditebak apa yang sedang dipikirkan para pemuda itu. Pasti mereka menginginkan Allea untuk menemaninya, tetapi mereka tidak akan berani mengambil langkah awal sebelum Galang, calon pewaris perusahaan Draga tidak menginginkan gadis itu.

"Ke sini."

Sayang seribu sayang, harapan para pemuda lain pun luntur karena Galang mengulurkan tangannya sebagai tanda agar Allea datang mendekat.

“Kau jangan sampai mempermalukan ku, aku sudah berbaik hati menaikkan gajimu tiga kali lipat dari sebelumnya,” bisik Claudia memperingati.

“Aku hanya menemaninya duduk saja kan, Mi?” tanya Allea takut.

Claudia tersenyum kecut. “Mungkin. Kau bahkan sudah berhasil menangkap mangsa besar Isabel, jangan lepas begitu saja. Biaya rumah sakit Ibumu atau apa saja yang kau inginkan bisa kau dapatkan dengan mudah kalau kau membuat Tuan muda Galang puas akan pelayanan mu."

"Tapi, Mi..."

"Cepat ke sana, jangan membuatnya menunggumu terlalu lama.” dorong Claudia.

Allea berjalan mendekat, melewati barisan orang-orang yang terus memperhatikannya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Allea menerima uluran tangan Galang lantas duduk di samping pemuda itu dengan sangat menempel.

“Tuangkan lah minuman untukku, sayang,” pinta Galang pada Allea.

“Baik Tuan,” jawab Allea lantas mengambil sebotol wine yang bertuliskan chateau lafite kemudian dituangkan dengan sangat anggun pada gelas khusus.

Allea menyerahkan minuman itu pada Galang dan sebaliknya Galang juga menyerahkan segelas vodka pada Allea.

“Mari semua bersulam untuk menyambut bergabungnya Isabel,” ujar Galang sambil mengangkat gelasnya tinggi-tinggi.

“Chers,” jawab mereka serempak.

Allea masih memperhatikan gelasnya, selama ini meskipun ia bekerja di clup malam tetapi dirinya belum pernah mencicipi alkohol meskipun hanya setetes.

Mata Allea melirik semua orang yang sedang memperhatikan dirinya termasuk Galang, sorot mata itu seolah menunjukkan kalau Allea harus segera meminumnya.

“Untuk biaya pengobatan Ibu, apapun akan kulakukan!”

Glek...

Minuman itu berhasil masuk melewati tenggorokan Allea sekali teguk, rasanya pahit. Allea ingin muntah.

“Bagaimana rasanya?” tanya Galang sambil memeluk pinggang ramping milik Allea.

“Alkoholnya terlalu kuat, kepalaku mulai pusing.”

“Sabar sayang, sebentar lagi kau akan menikmati permainannya.”

Berkali-kali Galang membuat Allea minum hingga gadis itu hampir kehilangan kesadarannya. Mendadak ditengah permainan perut Allea seperti diaduk-aduk, kepalanya semakin berputar-putar seperti habis naik roller coester. Allea benar-benar tidak bisa menahannya lagi, ia ingin mengeluarkan isi perutnya.

Huekkkk.....

Semua isi perut Allea keluar, menumpahi paha Galang. Baunya tidak sedap dan sangat menjijikan.

"B*NGSAT!" seru Galang.

"Maaf kan saya Tu.. tuan, huekk..." Allea lantas berdiri kemudian berlari dengan tubuh sempoyongan menuju pintu keluar tanpa Galang sempat mencegahnya.

“Cepat kejar, jangan biarkan dia lolos!” perintah Galang emosi.

Allea masih bisa berlari walaupun kepalanya terasa sangat berat.

Tolong selamatkan aku....

Dua meter di depan Allea terlihat sebuah pintu besar, ia harus lari dengan cepat dan bersembunyi di ruangan itu. Allea tidak boleh tertangkap orang-orang itu, bisa celaka untuknya.

Aku pasti bisa

Brak...

Allea berhasil menerobos masuk dan mengunci pintu itu, sedangkan pengawal di luar ruangan tengah kalang kabut.

“Brengs*k, kita bisa babak belur sama Tuan Galang!”

“Kita bahkan bakal mati kalau sampai berani masuk ke ruangan ini demi menangkap gadis si*lan itu!”

"Sudahlah, kita terima nasib saja. Ayo pergi, sebelum pemilik kamar datang."

"Apakah aku sudah aman," batin Allea masih merasa takut.

Ruangan yang menjadi tempat persembunyiannya begitu gelap, tidak ada penerangan sama sekali bahkan Allea berjalan sambil meraba-raba. Tangannya tanpa sengaja memegang sesuatu yang sangat lembut dan empuk. Ranjang, pikirnya.

“Aku akan beristirahat di sini sebentar,”

Tak butuh waktu lama Allea sudah terbang ke alam mimpi.

Sedangkan setelah beberapa menit di luar ruangan, seorang pemuda telah berjalan menuju kamar yang memang dikhususkan untuk dirinya karena malam ini ia tidak berkeinginan untuk pulang ke rumah.

“Tuan, kamarnya sudah berhasil kami buka. Jika Anda membutuhkan sesuatu, bunyikan saja bel seperti bisa, kami akan segera melayani Anda."

Tanpa menjawab, pemuda itu melangkahkan kaki panjangnya masuk ke ruangan tersebut.

“Selamat beristirahat, Tuan muda Fredo.”

Iblis dan Peri

Fredo Aditama Pranaja, siapa yang tidak mengenal akan sosoknya. Calon penerus perusahaan paling berkembang di Indonesia.

Memiliki wajah yang sangat tampan hingga hampir semua wanita mendambakan dirinya, kaya raya dan punya segalanya bahkan di dunia ini rasanya tidak ada yang tidak mungkin ia miliki, namun orang-orang seperti Fredo pasti tidak akan jauh-jauh dari yang namanya gosip.

Ada begitu banyak rumor yang beredar mengenai Fredo, salah satunya adalah kalau ia penyuka sesama jenis alias Gay karena memang Fredo jarang sekali terlihat dekat dengan perempuan mana pun walaupun hanya sekedar foto tetapi banyak juga scandal yang menyelimuti asmaranya dengan perempuan-perempuan papan atas.

Publik mau membicarakan apa tentang dirinya, Fredo tidak akan ambil pusing, toh ia tidak melakukan tindak kejahatan.

“Tuan, saya sudah memastikan semuanya aman,” ujar Ariska tersenyum tipis. “Dia sudah menunggu Anda di dalam.”

Fredo mengangguk kecil. “Kau boleh pergi.”

“Baik, Tuan muda. Semoga kali ini Anda menyukainya.”

“....”

Lagi-lagi Fredo hanya diam, memang ia terkenal pemuda sadis—tak banyak bicara—mulutnya seperti ada lem perekat. Jika jawabannya sudah pasti, ia tidak akan membuka mulutnya barang secelah pun.

Fredo juga dicap pemuda berdarah dingin, ia tidak akan berbelas kasih kepada orang yang berani mengkhianatinya, bahkan Fredo bisa langsung menghancurkan orang tersebut dalam genggaman tangannya. Maka dari itu, banyak orang yang segan dan menghormati Fredo walaupun umurnya masih sangat muda untuk para kalangan Investor.

Mereka pun tidak berani menyulut kobaran api, karena akibatnya sudah dapat dipastikan. Mungkin perusahaan yang dikelolah mereka bisa saja bangkrut dalam sekejap mata tanpa tahu apa penyebabnya. Dan pasti dalang dibalik itu semua adalah kaki tangan Fredo yang sangat handal dalam menyelesaikan pekerjaan.

Sudah banyak perusahaan yang kelimpungan karena berani menusuk Fredo, pada akhirnya mereka semua tidak dapat bertahan lama dalam persaingan bisnis.

Krekk....

Pintu perlahan terbuka kemudian tertutup dengan sendirinya. Fredo berjalan santai bak pangeran yang menuju ke singgasana.

“Tuan, kenapa Ariska baru menghubungiku? Apakah Anda tidak tertarik padaku?” kata Jessica sambil memeluk tubuh Fredo sangat erat.

Seperti biasa, tak ada jawaban yang keluar dari pita suara milik Fredo meskipun hanya sehuruf pun.

“Kau tahu seberapa tersiksanya aku saat menginginkan belaian mu, Tuan?”

Fredo masih bergeming oleh tingkah Jessica yang sedang duduk di atas pangkuannya sambil bergelut manja dan meraba-raba bagian dadanya bahkan gadis itu tak segan-segan mengecup leher Fredo agar mendapat respons atau mungkin bisa sampai membalas perlakuannya dengan lebih agresif namun sayang seribu sayang, pemuda itu tak berminat membalas cumbuan itu.

“Sebentar lagi aku akan membuatmu senang, Tuan,” ujar Jessica seraya membuka satu persatu kancing kemeja milik Fredo.

“Sialan,” batin Fredo kesal.

“Jangan seperti ini Tuan, kenapa Anda hanya diam saja,” seru Jessica menatap manik mata Fredo yang memancarkan ketidaksukaan. “Kali ini Anda pasti puas dengan saya,” lanjutnya sambil mendekatkan bibirnya ke bibir Fredo. “Saya lebih jago dibandingkan yang lain.”

Bruk..

Belum sempat bibir mereka saling bersentuhan, Fredo sudah menurunkan tubuh Jessica dengan paksa, membuat gadis itu tersentak dan bingung.

Kenapa Fredo tidak beraksi oleh sentuhan lembut yang diberikan Jessica. Biasanya pemuda lain akan langsung menyerang dirinya jika hanya digoda sedikit.

“Sebenarnya ada apa Anda Tuan?”

Fredo kembali mengancingkan kemeja putihnya lantas menyahut jas berwarna navy yang sama dengan setelan celananya.

“Beristirahatlah dengan nyaman!”

Kedua alis Jessica menyatu. “Bagaimana Anda memintaku beristirahat dengan nyaman kalau tubuhku sudah beraksi seperti ini pada Anda.”

Smirk evil tercetak di bibir Fredo. “Mau bagaimana lagi, carilah laki-laki lain untuk memuaskan nafsumu.”

“Kenapa Anda berbicara seperti itu, Tuan. Selama ini saya hanya menginginkan Anda,” kata Jessica sendu. “Kenapa Anda jahat sekali pada saya.”

Fredo memakai kembali jasnya lalu menatap Jessica sekilas dan pergi tanpa berucap.

“Tuan Muda Fredo," teriak Jessica lantang. "Jangan tinggalin saya!”

Tangis Jesica pecah saat Fredo benar-benar keluar dari kamarnya. Ia akan berusaha untuk membuat pemuda itu tertarik kepadanya meski dengan cara apa pun. Jessica tidak peduli karena sekarang baginya Fredo adalah ladang kepuasan lahir batin dan sumber keuangannya.

“Aku harus mendapatkannya!”

Sedangkan dibalik pintu, Fredo masih mematung di tempat. Ia merasa sangat gelisah, kenapa tubuhnya tidak bereaksi pada perempuan mana pun.

“Sial, apa mungkin kejantananku tidak berfungsi”

...*****...

Pagi mulai menyapa, cahaya matahari masuk melalui celah-celah gorden hingga memenuhi sudut-sudut ruangan. Perlahan segala kebisingan dan hiruk pikuk yang terjadi di luar ruangan mulai terdengar.

Nampaknya bukan hanya cahaya matahari saja yang mengusik tidur nyenyak seorang gadis, tetapi ada dering ponsel yang entah datang dari mana, suara itu benar-benar sangat mengganggu. Dan anehnya, itu bukan suara ringtone handphone miliknya, pikir gadis itu.

“Hoamm...” Allea menguap sangat lebar. “Sekarang jam berapa?”

Gadis itu meraba-raba tempat tidurnya dengan kelopak mata masih tertutup rapat dan dalam hitungan detik ia berhasil menemukan sumber suara.

Allea menekan salah satu tombol hingga ponsel pun menyalah, menampakkan wallpaper pemandangan laut biru yang sangat menenangkan.

05:09 AM

Sebagian orang jam segitu masih dibilang kepagian untuk beraktifitas akan tetapi untuk Allea sendiri sudah sangat terlambat baginya untuk bekerja, prinsipnya sekarang waktu adalah uang.

“Astaga, aku terlambat!”

Nyawa Allea mulai terkumpul semua, jidatnya mengernyit menyadari ponsel yang sedang ia pegang bukan miliknya.

“Ini handphone siapa?”

Allea mengalihkan pandangannya, menatap langit-langit ruangan, ada sebuah lampu kristal yang sangat indah tergantung di atas kepalannya, lemari besar yang terisi barang-barang antik di depannya. Jelas ini bukan tempat tinggal Allea, jadi bagaimana bisa ia ada ditempat semewah ini.

“Ah, kepalaku,” lirih Allea karena mendadak kepalanya berdenyut-denyut lagi.

Allea memegang kepalanya lantas menegakan tubuhnya. Selimut yang menutupi tubuhnya tadi pun jatuh di atas paha.

“Tunggu sebentar...” ucap Allea tercengang.

Kepalanya tertunduk ke bawah, iris matanya kembali melihat ulang apa yang sebenarnya tidak ingin ia lihat.

Jedar.....

Bagi tersambar petir di siang bolong. Bagian tubuh Allea terekspos semua, ia hanya mengenakan Bra berwarna hitam. Netranya terbelalak, hingga bola matanya serasa hampir lepas.

“Kenapa aku tidak berpakaian? Bajuku ke mana?”

Allea panik dan bertanya-tanya pada diri sendiri seperti orang bodoh. Ia mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi tadi malam.

"Semalam Mami Clau membawaku pada Tuan-tuan muda kemudian aku minum beberapa gelas alkohol, lalu..."

Allea berusaha merangkai setiap adegan yang terlintas di otaknya saat masih tersadar.

"Mampus, aku membuat kesalahan.” serunya sambil menutup mulut. “Aku mutah di tubuh salah satu Tuan lalu melarikan diri, habis itu…”

Flashback on

Setelah Allea berhasil lolos dan bersembunyi di sebuah ruangan yang sangat gelap, ia berjalan dengan tangan dijulurkan ke depan untuk meraba-raba agar dirinya tidak terantuk benda keras hingga akhirnya Allea merasakan sesuatu yang sangat lembut dan empuk.

Sepatu heels yang membuat kaki Allea bengkak dan terasa sakit langsung dilepas kemudian dilemparkan ke sembarang tempat. Allea pun merangkak ke atas ranjang, dan langsung merebahkan tubuhnya dengan nyaman.

"Aku akan beristirahat di sini sebentar,"

Baru menempelkan kepala, Allea sudah terlelap namun beberapa menit berlalu, ia terbangun karena merasakan hawa tubuhnya yang sangat panas.

“Kenapa panas banget. Apa pendingin kamarku rusak lagi?!" teriak Allea yang mulai terpengaruh obat perangsang yang dimasukan Galang tanpa sepengatahuannya.

Perlahan tapi pasti Allea menanggalkan pakaiannya satu persatu lalu membuangnya entah ke mana, ia benar-benar tidak sadar dengan apa yang sekarang dilakukannya. Memang benar alkohol dan obat terlarang dapat merusak segalanya, termasuk sistem kerja otak.

"Ranjang ku kenapa bisa seenak ini," gumam Allea kembali merebahkan tubuhnya. Ia pikir berada di kontrakannya.

Flashback off

“Aku benar-benar sudah gila!" ujar Allea menyadari sesuatu.

“Arghh," Terdengar lengkungan yang membuat Allea menoleh ke samping kanannya. Iris matanya menangkap sesosok pemuda yang sedang tengkurap dengan kepala menghadap dirinya.

Untuk beberapa detik Allea terpaku oleh karya Tuhan yang sangat indah. Wajah yang sedang ia tatap ini seperti sebuah porselin dengan harga bermiliaran dollar, terlihat sangat menawan tanpa ada cacat sedikitpun.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Di detik ke lima Allea berteriak keras.

"AAA...... DASAR CABULLL! APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADAKU!!!!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!