NovelToon NovelToon

Hidup Kembali, Memulai Semuanya Dari Nol

Hidup Kembali Ke tahun 2010

*

*

Bandung, 2023

"Ah, kenapa hidupku semenyedihkan ini? anak-anakku, maafkan Ibu yang tidak becus menjaga kalian, sampai-sampai kalian harus ikut ibu mati kelaparan begini." Ucap Siska dengan air mata bercucuran.

Di sampingnya, ada kedua anaknya yang sudah terbujur kaku, sudah terlebih dahulu meninggalkan dirinya sendirian di dunia yang sepi ini.

Siska, hanya bisa menangis menyesal, meratapi nasib yang tidak berpihak padanya sampai akhir. Juga menyalahkan dirinya sendiri karena tidak pernah mendengarkan apa yang orang tua dan saudara-saudaranya bilang tentang suaminya.

Hingga sampai akhir, ia merasa sangat malu untuk sekedar pulang dan meminta sesuap nasi. Bodoh, Siska memang terlampau bodoh karena terbutakan oleh cinta yang bahkan hanya bisa membuat dirinya menderita sampai akhir.

Juga, karena sikap suaminya yang tinggi hati, setiap tetangga yang memang sama-sama miskin pun sangat membenci Siska sekeluarga. Sampai mengucilkannya, dan membuat Siska tidak berani lagi meminta bantuan pada tetangga-tetangganya di sekitar pembuangan sampah ini.

Ya, Siska hanya bisa tinggal disekitar pembuangan, mendirikan rumah beralaskan kerdus bekas.

Suaminya? Entah kemana perginya ia, setelah membuat para tetangga mengucilkannya, dan mengambil semua uang yang Siska hasilkan sendiri dari memulung, ia kabur meninggalkannya tanpa sepeser uang pun. Sampai akhir tidak peduli pada dirinya dan kedua anaknya.

Siska kembali menangis, kali ini dengan suara yang terintih, saking lemahnya, rintihannya bahkan sulit terdengar. "Ibu, kakak, adik, maafkan Siska yang keras kepala. Semoga kalian bisa memaafkan aku, ya." Lirihnya.

Kemudian, Siska kembali menoleh, menatap kedua anaknya dengan bibir yang sudah pucat pasi. Mengangkat tangan dan mengusap satu persatu anaknya dengan tangis dan tatapan bersalah.

"Aku menyesal, aku menyesal, jika saja aku bisa memulai semuanya dari awal..." bisik Siska yang kemudian terjatuh, dan meninggal di tempat.

Menyisakan keheningan di rumah kerdus itu.

*

*

Bandung, 2010

"Ibu, Ibu, Uqi lapar, Ibu bangun, ayo kita mencari makan." Ucap seorang bocah kecil berumur 6 tahun, mengguncang Siska, yang masih terlelap di atas kasur lipat yang sudah sangat tipis.

"Bu, Bu, Bu...." Uni, adik Uqi yang baru genap berusia 1 tahun, turut membangunkan Siska yang masih enggan bangun.

Siska, merasa terganggu, ia membuka kedua matanya perlahan dan menemukan kedua anaknya yang tersenyum mengguncang kedua lengan dirinya masing-masing.

Siska termangu.

Merasa bingung dengan keadaan yang ada di depannya saat ini.

'Bukankah aku sudah mati kelaparan bersama kedua anakku?' Tanya Siska dalam hatinya.

"Ibu?" "mbu?" Tanya Uqi, dan Uni bersamaan merasa aneh dengan sikap Ibunya yang malah mematung menatapi keduanya.

Siska mengangkat kedua tangannya, mengusapi kepala kedua anaknya dengan pelan, tanpa bersuara. Membuat kedua anaknya makin kebingungan, tetapi Uni yang masih belum paham apapun, tertawa kecil merasakannya. Berbeda dengan Uqi yang kebingungan sendiri.

Siska tiba-tiba menangis, membuat Uqi dan Uni menatap dirinya dengan panik. Keduanya tahu ibunya menangis.

"Ibu? Kamu kenapa? Kenapa menangis? Uqi dan Uni nakal, ya? Maaf ya, Ibu. Jangan menangis lagi..." Ucap Uqi sembari maju hendak memeluk Siska yang kini sudah mendudukkan dirinya.

Siska dengan cepat memeluk kedua anaknya, menangis sesenggukan. Ia sadar, ia hidup kembali. Ketika mematung tadi, sebetulnya Siska menatap kalender yang terpasang di dinding rumah kecilnya, yang berada di belakang Uqi dan Uni. Kalender yang bergambarkan seorang pejabat dari salah satu partai berwarna kuning. Terpampang jelas di sana, ada kata 2010 di atasnya.

Ia kembali hidup ke tahun 2010. Itu artinya, ia hidup ke masa 13 tahun silam. Samar, Siska ingat jika saat ini adalah saat-saat ketika suaminya berbicara akan menyerahkan dirinya pada orang tuanya, memulangkan dirinya.

"Ibu? Kau baik-baik saja?" Tanya Uqi, kembali bertanya.

Siska akhirnya melepaskan pelukannya, kemudian menyeka air matanya. Ia tersenyum dengan hangat. "Tidak apa-apa, ayo bangun, Ibu akan memandikan kalian berdua, setelahnya kita makan, ya?" Ucap Siska membuat Uqi dan Uni mengangguk saja menurut dengan senang.

Uqi dan Uni kemudian pergi menuju kamar mandi terlebih dahulu. Meninggalkan Siska yang saat ini menghirup nafas dalam-dalam. "Terimakasih, Tuhan, atas kesempatan keduanya." Gumamnya pelan, merasa sangat bersyukur karena diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya.

"Ibu! Uqi dan Uni sudah membuka baju!" Teriak Uqi memanggil Siska, membuat Siska kembali sadar ke permukaan.

"Ya! Ibu datang!" Balas Siska seraya beranjak, menghampiri kedua anaknya yang sudah main air di kamar mandi.

-

Setelah selesai memberi makan kedua anaknya, Siska bergegas pergi dengan kedua anaknya, ke rumah Ibunya yang memang bersebelahan.

Rumah sederhana yang saat ini Siska tempati, merupakan rumah pemberian orang tuanya. Ibu Siska kasihan melihat anak tengahnya mengontrak di kampung halaman suaminya. Siska bahkan pernah berjalan jauh dari sana ketika sudah ada Uqi di sisinya. Ia pulang ke rumah ibunya untuk sekedar meminta garam.

Di kehidupan pertamanya, Siska yang sudah enak diberi rumah dan makan cukup, ketika suaminya kembali berbicara memulangkan Siska pada Ibunya untuk yang ketiga kalinya, ia disuruh ibunya untuk pisah saja, tapi Siska tetap tidak mau, hingga membuat ibunya marah. Sampai ibunya tetap mengalah pada Siska tetapi dengan syarat jangan tinggal di rumah sebelahnya lagi.

Ibu Siska bersikap begitu, karena ia tidak tega melihat anaknya diperlakukan semena mena. Suaminya bahkan tidak bekerja, uang sehari-hari pun Siska yang cari dengan berjualan gorengan. Terlebih, ketika dimarahi suaminya, Siska sampai dikatai ****** oleh suaminya tersebut.

Ibu mana yang tidak sakit hati mendengar itu terjadi pada anaknya? Tapi Siska mengecewakannya. Siska malah memilih pilihan kedua.

Siska menyetujui syarat tersebut dan ikut pindah dengan suami tidak bergunanya. Dengan berbekalkan uang 10 juta yang diberi oleh Ibunya. Sampai akhirnya, Suaminya malah memakai uang 10 juta tersebut untuk membeli motor, dan sisanya hanya cukup untuk menyewa kontrakan kecil yang bahkan lebih kecil dari rumah sederhana yang ibunya buatkan.

Dikehidupan pertama, sebodoh itu Siska menurut pada suaminya.

Tapi di kehidupan kedua ini, Siska menekankan niatnya, tidak akan pernah lagi dirinya melakukan hal bodoh di masa lampau untuk kelangsungan hidup dirinya dan kedua anaknya.

Siska sudah hidup kembali, dan ia akan memulai semuanya dari nol. Tanpa kehadiran lelaki bajingan yang tidak ada tanggung jawab macam m

suaminya di kehidupan pertamanya.

Dan yang pertama kali Siska akan lakukan saat ini adalah, mengunjungi Ibunya, untuk meminta bantuan dan membicarakan perihal perpisahannya dengan suaminya.

Tok! Tok!

"Ma! Ini Siska, Mama ada di rumah?" Tanya Siska, yang tidak langsung masuk ke dalam rumah.

"Ada, ada, ada di rumah. Siska? Kemari, masuk. Ada apa pagi-pagi begini kemari?" Tanya Ibunya bingung, tapi tersirat sedikit kekhawatiran juga di matanya, takut-takut jika suaminya kembali menindas anaknya.

"Ma, Siska mau berpisah dengan suami Siska." Ucap Siska Mantap.

*

*

Ide Menghasilkan Uang dari kehidupan lalu

*

*

Setelah mengobrol selama sejam dengan sang ibu, Siska kembali ke rumah dengan menitipkan kedua anaknya bermain di rumah sang nenek.

Siska membereskan semua perabotan yang berserakan dan mencuci semuanya. Menyapu dan mengepel sampai semua ruangan terlihat bersih.

Setelah selesai, ia kemudian masuk ke kamar, mengambil tas besar di atas lemari, dan membuka lemari bajunya. Memberesi baju-baju milik suaminya ke dalam tas tersebut.

Siska berencana mengantarkan baju tersebut pada suaminya yang saat ini pasti sedang berada di rumah orang tuanya di daerah bekas stasiun yang tidak terpakai. Di sana didirikan rumah rumah oleh warga. Dan disanalah tempat tinggal suami dan orang tuanya tersebut.

Mengingat hal tersebut, Siska tertawa miris. Menertawai dirinya sendiri yang sangat bodoh di kehidupan lalu. Suaminya ini, dulu hanya seorang pengamen jalanan. Keduanya juga bertemu di angkot sewaktu Siska berangkat kerja. Dari sana, keduanya mulai berhubungan dekat dan akhirnya saling jatuh cinta.

Dia memang benar-benar bodoh dan naif sekali, berharap suaminya tersebut akan berubah jika sudah menikah. Yang pada akhirnya, hanya harapan kosong saja yang tidak pernah terwujud, dan malah makin parah.

Harusnya, dirinya sadar sejak awal. Dia adalah pengamen, suka ikut tawuran, dan pernah masuk penjara. Dulu sekali bahkan kakak pertamanya sudah memperingati dirinya, orang tuanya pun tidak setuju. Tapi Siska si keras kepala, dengan keras menentang restu tersebut. Sampai akhirnya, semuanya mengalah, membiarkan Siska menikah dengannya.

Padahal dulu, Siska hidup enak. Punya pekerjaan tetap, keluarga, teman dan lingkungan kerja juga sangat nyaman. Tapi, malah memilih masuk neraka bersama si bajingan yang tidak tahu apa itu tanggung jawab. Benar-benar sial. Otak Siska waktu itu, seperti dicuci, tapi ia sadar betul, terbutakan oleh cinta saja.

Setelah beres memasukkan semua baju dan peralatan sehari-hari milik suaminya, Siska beralih ke dapur.

Ia sudah memikirkannya, ia akan mencari uang dengan berjualan.

Melihat bahan apa saja yang ada di dapur, Siska tersenyum kecil. Ada tepung tapioka, terigu, telur, cabai, bawang putih, sisa Ayam mentah dua, garam, mucin pun juga ada.

Melihat bahan tersebut, ia tiba-tiba memikirkan akan membuat Cireng isi Ayam yang dikehidupan sebelumnya pernah ia jual. Itu cukup laku ketika dia menjualnya di tahun 2022.

Tapi, karena suaminya tidak berotak, modal dan gerobak jualan miliknya diambil dan dijual, untuk memenuhi ambisinya yang ingin membeli motor. Membuat dirinya benar-benar tidak bisa menafkahi kedua anaknya lagi.

Siska mulai memanaskan air di dua kompor. Satu air untuk adonan, dan satu lagi dimasukkan Ayam. Kemudian ia beralih pada tepung. Ia menuangkan tapioka ke dalam wadah yang cukup besar, kemudian menambahkan sedikit terigu, dan menambahkan bawang putih yang sudah dihaluskan, garam, serta micin.

Setelah menambahkan bahan utama, Siska beralih kembali pada air yang sudah panas. Dan menuangkan air panas tersebut ke dalam wadah yang sudah diisi bahan-bahan utama.

Dengan menggunakan sendok nasi yang agak besar, ia mulai menguleninya hingga menjadi adonan sampai Kalis.

Setelah Kalis, seraya menunggu adonan dingin, ia beralih pada ayam yang sudah direbus sampai matang. Mengangkat dan membuang airnya. Kemudian menyuirnya dengan garpu, agar panas dari Ayam tidak mengenai tangannya.

Setelah selesai, Siska memanaskan wajan yang sudah diberi minyak. Kemudian memasukkan cabai yang sudah dihaluskan, serta bahan penyedap lainnya seperti bawang putih, garam, micin, dan daun jeruk yang diiris kecil, serta tidak lupa memasukkan setengah dari ayam yang telah disuir tadi. Lalu mengosengnya sampai bahannya menyerap sempurna.

Begitupun di tungku kompor yang satunya, ia melakukan hal yang sama mengoseng suiran Ayam yang sisa setengah lagi. Yang membedakan, yang satu ini tidak pakai cabai. Ia berniat membuat isian cireng dua macam, yaitu pedas dan original.

Setelah selesai, Siska memiriskan kedua masakannya ke dalam dua mangkuk yang berbeda. Dan membawanya ke bawah, untuk mencetak cireng.

Siska mengambil satu bulatan adonan, kemudian mencetaknya menjadi bentuk gunung yang biasa anak-anak gambar, tanpa ada ujung runcing.

Tidak ada cetakan di rumahnya, jadi dia mencetaknya dengan manual, setelah bulatan, membentuknya menjadi piringan, memasukkan oseng suir ayam tadi, dan membentuknya seperti gunung tanpa ujung runcing, memvariasikan ujungnya dengan garpu, agar ada garis-garis di ujungnya.

Untuk membedakan yang pedas dan tidak pedas, Siska sengaja menambahkan garis-garis dengan garpu sebagai penanda yang pedas, dan tidak ada garis sebagai penanda yang tidak pedas.

Begitu seterusnya, sampai tiga jam kemudian, ia selesai membuat semuanya. Masing-masing berjumlah 50 buah cireng, jadi semuanya ada 100 buah cireng.

"Ah, ini sangat melelahkan tanpa cetakannya." Ucap Siska yang kini sedang beristirahat sebentar setelah mencetak semuanya.

Mata Siska kemudian tak sengaja menatap sebuah kompan berisikan minyak. Matanya berbinar penuh semangat. Ia jadi punya ide untuk sekalian menggorengnya saja. Padahal awalnya ia berencana akan menjualnya mentah-mentah.

Setelah melihat minyak tersebut, setelah minum air, Siska kemudian memanaskan wajan yang lumayan besar dengan minyak setengah penuh.

Setelah dirasa panas, kemudian ia memasukkan ke-50 buah cireng pedas ke dalam wajan satu persatu. Menggorengnya hingga matang dengan api kecil. Jangan sampai kecoklatan, cireng isi terlihat jelek jika warnanya begitu. Dan itu akan membuatnya keras.

Satu jam kemudian, Siska selesai menggoreng semuanya. Ia mengambil box bekas makanan ringan, melapisinya dengan koran, dan memasukkan cireng ke dalamnya menjadi dua tempat dengan sekat tipis.

"Ah, siap dijual! Aku hanya tinggal membeli plastik dan kresek saja nanti." Ucap Siska seraya tersenyum.

Setelah menata semuanya kembali, Siska kemudian mengambil box tersebut, tak lupa juga membawa tas besar berisikan baju-baju milik calon mantan suaminya.

"Ma, Siska akan pergi ke pasar sebentar, Titip lagi Uqi dan Uni, apa tidak apa-apa Ma? Siska sekalian mengantarkan baju miliknya." Ucap Siska setelah berada didepan sang Ibu.

"Ya, ya, sangat boleh, Uqi dan Uni baru saja tertidur di ruang tengah. Kau cepatlah pergi, hati-hati dijalan. Jika ada masalah, kabari Mama. Jika bajingan itu menindasmu, teriak saja. Mengerti?!" Nasihat Ibunya tegas.

Siska tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. "Mengerti, Ma. Aku janji, kali ini dia tidak akan bisa menindasku lagi. Aku akan pulang dengan selamat." Ucap Siska meyakinkan Ibunya.

"Baiklah, pakailah sepeda punya adikmu, agar tidak terlalu berat membawanya. Dan ingat, hati-hati." Ucap Ibunya lagi.

"Siska pergi, Ma." Ucap Siska yang kemudian menyimpan tas besar di jok pemboncengan belakang sepeda tersebut. Sedangkan box makanan ia simpan di depan. Dengan sama-sama dipakaikan tali agar keduanya tidak jatuh dan berserakan.

Siska siap berjualan.

*

*

Menghasilkan Uang

*

*

Setelah membeli plastik dan kresek untuk mengantongi cireng para pembeli, Siska kini menggelar koran tepat di depan pasar. Ia duduk, membereskan barangnya, kemudian meneriakkan dagangannya tanpa malu-malu.

"Cireng isi ayam! Cireng isi ayam! ada dua rasa! Pedas dan Original! Ayo beli, Ayo beli! Rasanya gurih! Sangat enak! Cireng isi ayam! ayo dibeli!" Teriak Siska yang langsung menarik perhatian semua orang yang sedang berjalan di sekitarnya.

Karena mendengar kata cireng isi ayam, yang memang sebelumnya belum ada, semua orang berbalik dengan penasaran dan melihat ke arah Siska. Ada beberapa orang yang bahkan dengan penasaran langsung menghampiri Siska.

Siska dengan senang hati menunjukkan dagangannya, ia bahkan tidak segan menunjukkan cireng, langsung dibelah oleh tangannya agar semua orang dapat melihat isian di dalamnya.

"Beli 1 : 2000, beli 5 : 8000, beli 10 : 17000! Sangat murah, sangat murah!" Pekik seorang pelanggan dengan antusias.

Pekikan tersebut mengundang keramaian ke lapak Siska.

"Aku mau 10 buah! Yang pedas dan tidak pedas!"

"Aku juga mau 10, semuanya pedas!"

"Aku mau 20! Campur pedas dan original!"

"Aku juga beli 5!"

" Aku beli juga!"

"Aku mau!"

Siska dikerumuni, tapi Siska tidak gugup sama sekali. Ia melayani dengan senang hati. Sampai 10 menit kemudian, semua cirengnya habis terjual. Bahkan ada beberapa orang yang tidak kebagian, mengeluh kecewa.

"Besok aku datang lagi, jangan lupa datang kemari dan beli, ya!" Ucap Siska yang sudah menghabiskan dagangannya. Seraya memasukkan peralatan ke dalam box makanan.

Dapat untung lumayan! 10 menit saja langsung mendapat 184 ribu! Pembeli ada yang membeli satuan, jadi Siska untung lebih banyak dari yang dia perkirakan.

Setelah membereskan semuanya, Siska mengendarai sepedanya ke tempat tinggal suaminya dan orang tuanya berada.

Di rumahnya sangat sepi, tidak terlihat tanda-tanda kehidupan sama sekali. Jadi Siska memutuskan untuk meninggalkan tas besar itu di depan rumah tersebut. Dan meninggalkan sepucuk kertas yang sudah ditulisi kata-kata.

'Kau memulangkanku pada ibuku, jadi ayo kita berpisah saja. Surat cerai akan segera jadi. Kau tunggu saja.'

Setelah selesai, ia mengendarai sepedanya kembali ke arah pasar. Untuk berbelanja bahan-bahan untuk membuat cireng esok hari.

Membeli tapioka 5 kg seharga 20rb, bawang dan penyedap 10rb, Ayam 2kg 20rb, dan bahan lainnya, tak lupa membeli cetakan untuk membuat cireng. Siska menghabiskan 98rb untuk belanjaannya. Siska tidak membeli minyak karena masih tersisa banyak dirumahnya. Jadi menyisakan lebih banyak uang untuk membeli makanan untuk kedua anak-anaknya.

Siska beralih ke kios makanan, membeli makanan ringan dan permen untuk kedua anaknya menghabiskan 20rb rupiah. Sisanya ia belanjakan beras dan lauk pauk untuk makan sehari-harinya. Menyisakan 16 ribu rupiah di kantongnya, untuk jaga-jaga, jika kedua anaknya ingin jajan sesuatu yang lain.

Setelah selesai, Siska kembali mengendarai sepedanya yang penuh dengan belanjaan kembali ke rumah.

Ibunya, yang saat ini memang berada di luar, terlihat terkejut melihat Siska membawa banyak barang ketika pulang. Ia langsung menghampiri Siska.

"Kau belanja?" Tanya sang Ibu seraya membantu menurunkan barang- barang Siska.

"Ya, Ma, untuk di rumah, beras dan kebutuhan lainnya sudah habis semua" Ucap Siska, seraya tersenyum.

"Tapi, uang darimana?" Tanya Ibunya lagi, bingung dan khawatir secara bersamaan.

"Tadi pagi aku membuat cireng isi ayam suwir, kebetulan ada bahan-bahannya di rumah Siska. Dan Siska menjual semuanya. Siska dapat 184ribu, Ma, hehe." Ucap Siska semangat.

"Banyak sekali?" Tanya Ibunya terkejut.

"Ya, cireng ayam suwir kebetulan belum ada yang menjualnya. Jadi semua orang penasaran, dan dagangan Siska pun laku keras. 10 menit saja habis!" Cerita Siska dengan semangat.

"Syukurlah, syukurlah, kau sudah bisa mencari uang sendiri lagi. Mama ikut senang, nak." Ucap sang ibu dengan haru.

Keadaan orang tuanya tidak sejaya dulu. Meski rumahnya cukup besar, tapi dikampung sini masih bisa disebut uang sederhana dengan 3 kamar, satu ruang tamu, satu ruang tengah dan satu dapur.

Tapi karena Bapak tidak sesehat dulu, pendapatan yang didapat kedua orang tuanya pun kini tidak seberapa, paling-paling hanya satu juta perbulan, itupun hasil dari kebun yang digarap kedua orang tuanya. Sisanya, bergantung pada kakak pertama dan keduanya.

Dulu Bapak Siska seorang supir truk, pendapatannya lumayan besar karena mengangkut barang borongan tidak ada habisnya. Banyak yang menarik dirinya sebagai supirnya, karena selain supirannya bagus, Bapak juga bisa beladiri dan kuat. Jadi ketika ada yang mencegat kerjaannya untuk mencuri, Bapak selalu menang, dan mengalahkan para penjahat tersebut.

Kini, mata dan kekuatannya juga sudah menurun, karena usia yang sudah senja. Dan kehidupan pun menjadi sangat sederhana adanya.

"Ya, Ma, oh ya ini Siska belikan beras 2 kg dan Ayam 1kg, juga ada kentang 1/4, untuk makan siang dan malam ini." Ucap Siska seraya mengambil tiga kresek berbeda untuk ibunya.

"Simpan saja, Mama masih ada beras dan kangkung untuk makan siang dan malam nanti. Simpan untuk dirimu sendiri." Ucap Ibunya seraya menggeleng, ia sudah sangat terharu anaknya akhirnya memilih jalan yang selama ini dirinya inginkan. Jadi tidak perlu lagi memberi dirinya apa-apa.

"Tidak, Ma, lihat ini. Siska juga beli untuk di rumah nanti. Jadi ada bagiannya. Simpanlah, Mama dan Bapak sudah lama bukan tidak makan Ayam? Ayo sekarang simpan ke dapur, nanti Siska bantu masak. Tidak ada penolakan lagi, Siska pulang dulu menyimpan bahan-bahan untuk membuat cireng besok." Ucap Siska dengan cepat, tanpa mendengarkan lagi penolakan dari ibunya, bergegas mengambil belanjaannya dan pergi ke sebelah, ke rumahnya sendiri.

Setelah selesai menata semuanya di rumahnya, Siska kemudian kembali ke rumah orang tuanya. Seraya membawa makanan ringan untuk kedua anaknya yang kebetulan masih tertidur lelap di atas kasur yang di gelar di lantai bersemen. Ya, bukan keramik, tapi lantai semen biasa. Meski begitu, Ibunya selalu menjaga kebersihan, jadi tidak terlihat kotor sama sekali.

"Ma?" Panggil Siska, langsung menuju dapur. Setelah melihat kedua anaknya yang tertidur dengan lelap.

"Kemarilah, Mama sudah memarinasi Ayamnya, kau dan Bapak kan paling suka ayam goreng bumbu kuning. Mama juga menyisihkan potongan kecil Ayamnya, untuk adik dan cucu Mama, mereka paling suka oseng Ayam kecap dadu." Ucap Ibunya seraya tersenyum lembut.

"Aiya, Ma, lalu untuk Mama apa?" Tanya Siska tak suka, karena kebiasaan Mamanya malah tidak memikirkan dirinya sendiri jika memasak.

"Nanti mama ikut memakan oseng Ayam dadu kecap saja, lihat sengaja Mama buat agak banyak." Ucap Ibunya menenangkan Siska.

Siska menghela nafas, kemudian hanya bisa mengangguk saja. "Baiklah, berasnya mana? Biar Siska saja yang memasak nasi." Ucap Siska kemudian.

*

*

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!