Brian anak ke dua dari pasangan Daddy Alvaro dengan Mommy Felicia. Di usia yang ke dua puluh delapan tahun Brian belum juga menikah.
Bukan tanpa alasan dirinya belum menemukan seorang gadis yang cocok dan membuat jantungnya selalu berdetak kencang jika dekat dengan seorang gadis.
"Brian usiamu sudah menginjak ke dua puluh delapan tahun tapi sampai sekarang kamu belum juga menikah. Kamu kapan menikah dan memperkenalkan kami calon istrimu?" tanya Mommy Felicia dengan wajah frustasi.
"Mommy, Brian belum ada yang cocok nanti kalau sudah bertemu barulah Brian akan memperkenalkan Mommy dan Daddy." Jawab Brian yang memang belum menemukan gadis impiannya.
"Apalagi kan masih ada ke tiga adikku yang belum menikah Benediktus, Brigitha dan Briana." Sambung Brian.
"Benekditus sudah mempunyai kekasih dan akan menikah jika seandainya Kamu sudah menikah sedangkan Brigitha sebentar lagi akan menikah begitu pula dengan Briana." ucap Mommy Felicia menjelaskan.
"Bagaimana kalau Daddy perkenalkan dengan anak sahabat Daddy?" tanya Daddy Alvaro.
"Maaf Dad, Brian tidak mau karena Brian ingin cari sendiri." jawab Brian menolak permintaan Daddy Alvaro.
Bukan tanpa alasan karena sudah berapa kali Mommy Felicia memperkenalkan anak sahabatnya bahkan anak sahabat Daddy Alvaro tapi tidak ada yang cocok membuat Brian enggan diperkenalkan dengan gadis pilihan ke dua orang tuanya.
Selain itu Brian yang tidak tertarik dengan mereka, Brian sangat kesal ketika para gadis tersebut tidak pernah menyerah untuk mengejar dirinya dengan cara datang ke kantor bahkan datang ke mansion milik orang tuanya membuat Brian akhirnya jarang menginap di mansion.
Brian yang memiliki apartemen terpaksa menginap di apartemen sampai mereka tidak datang ke mansion milik orang tuanya hingga akhirnya Mommy Felicia terpaksa mengatakan ke mereka untuk tidak datang lagi agar putranya bisa menginap kembali di mansion nya.
"Mommy dan Daddy, Brian akan mencari cinta sejati dengan cara menyamar menjadi pria miskin." Ucap Brian tiba-tiba.
"Apa?" tanya Daddy Alvaro dan Mommy Felicia bersamaan dengan wajah terkejut.
"Brian tahu mereka menyukai Brian karena Brian pria kaya karena itu Brian akan menyamar menjadi pria miskin untuk menutupi identitas Brian." Ucap Brian menjelaskan.
"Lalu kamu tinggal dimana? Tidak mungkin kamu tinggal di apartemen mewah. Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu?" Tanya Mommy Felicia penasaran begitu pula dengan Daddy Alvaro.
"Brian akan tinggal di apartemen yang sempit dan berkerja sebagai pegawai remdahan." Jawab Brian menjelaskan secara detail.
"Apa? Mommy tidak setuju." Ucap Mommy Felicia dengan nada tegas.
Bruk
"Mommy dan Daddy, Brian mohon tolong hormati keputusan Brian untuk mencari gadis yang benar-benar tulus mencintai Brian. Brian tidak mau menikah dengan orang yang hanya memandang status Brian sebagai pria kaya." Mohon Brian sambil berlutut untuk pertama kalinya.
Mommy Felicia dan Daddy Alvaro menghembuskan nafasnya dengan perlahan hingga beberapa saat kemudian, Mommy Felicia dan Daddy Alvaro menganggukkan kepalanya tanda setuju sambil mengangkat tubuh Brian agar tidak berlutut.
"Baik, tapi jika dalam enam bulan kamu belum menemukan gadis yang kamu cintai maka kamu harus menerima perjodohan dengan anak teman Mommy." Ucap Mommy Felicia dengan nada tegas.
"Enam Bulan terlalu cepat Mom, bagaimana kalau satu tahun?" Tanya Brian dengan menampilkan puppy eyes yang menjadi andalannya.
"Baik satu tahun." Jawab Mommy Felicia pasrah yang tidak tega menolak permintaan Brian.
"Terima kasih Mom, Dad." Ucap Brian sambil tersenyum.
Ke dua orang tuanya hanya menganggukkan kepalanya kemudian Brian berdiri dan berjalan ke arah tangga menuju ke arah kamarnya.
xxxxxxxx
Di tempat yang berbeda seorang gadis cantik dan baik hati bernama Calista namun hidupnya sangat menderita sejak ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang sangat jahat di tambah dengan adik tirinya yang sifatnya sama seperti Ibu kandungnya.
Ketika Ibunya Calista masih hidup Ayah kandungnya berselingkuh dengan Sekretarisnya hingga suatu ketika suaminya datang sambil membawa sekretaris dan anak selingkuhannya yang saat itu berumur delapan tahun membuat Ibunya Calista yang saat itu sedang sakit parah akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Selang satu hari kematian Ibunya, Ayah kandungnya menikah dengan Sekretarisnya dan saat itu umur Calista baru sembilan tahun.
Ibu tirinya membuat hidup Calista sangat menderita karena diperlakukan seperti seorang pelayan. Tidur di kamar pelayan dan memakai seragam pelayan selain itu Ibu tirinya sengaja memberikan makanan sisa dan sering menghukumnya jika melakukan kesalahan namun Calista berusaha untuk tegar dan menerima perlakuan kejam keluarganya.
Hingga Calista berumur tiga belas tahun dan adik tirinya berumur dua belas tahun, kejadian yang tidak pernah mereka bayangkan seumur hidupnya. Ayahnya Calista mengalami bangkrut karena perusahaan yang dikelolanya di tipu oleh rekan bisnisnya.
Hingga akhirnya mereka tinggal di rumah sederhana, Ibu Tirinya dan adik tirinya menyuruh Calista untuk membersihkan seluruh rumah karena mereka tidak terbiasa membersihkan rumah.
Calista diperlakukan seperti seorang pelayan sedangkan Ayah kandungnya tidak memperdulikan akan penderitaan Calista.
Teriakan kesakitan dan air mata Calista tidak membuat Ayah kandungnya kasihan atau iba sedikitpun karena mata hatinya sudah tertutup dan dirinya lebih mencintai adik tirinya Calista sekaligus anak kandungnya.
Selesai membersihkan rumah, seperti biasa Calista dengan terburu - buru membersihkan tubuhnya yang lengket kemudian memakai pakaian bekas milik adiknya karena kebetulan umur mereka selisih satu tahun.
Selesai memakai pakaian dan membawa tas serta sepatu bekas milik adik tirinya Calista berangkat sekolah dengan berjalan kaki karena ke dua orang tuanya tidak pernah memberikan uang saku.
Berbeda dengan adik tirinya, selalu diberikan uang saku dan dibelikan motor dengan menjual perhiasan milik Ibunya Calista.
Calista tidak pernah merasa iri hati dengan perbedaan yang sangat mencolok. Kebetulan jarak rumah dengan sekolah tidak begitu jauh sehingga tidak masalah buat Calista jika berjalan kaki.
Lima Tahun Kemudian
Tidak terasa waktu berlalu dengan cepatnya dan kini usia Calista genap delapan belas tahun sedangkan adik tirinya berumur tujuh belas tahun.
Calista tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik menuruni kecantikan Ibunya sedangkan adik tirinya wajahnya biasa saja. Adiknya bisa cantik karena memakai make up sedangkan Calista kecantikannya alami.
Hal itu membuat adik tirinya semakin membenci Kakak tirinya dan sering menindasnya. Bukan itu saja adik tirinya memberikan pakaian yang tidak layak pakai atau sangat lusuh. Pakaian yang sudah seharusnya di pakai untuk menlap barang-barang yang terkena debu atau untuk pel lantai atau istilah kasarnya seharusnya sudah di buang.
Selesai membersihkan rumah, seperti biasa Calista dengan terburu - buru membersihkan tubuhnya yang lengket kemudian memakai pakaian bekas milik adiknya yang masih layak untuk di pakai.
Selesai memakai pakaian dan membawa tas serta sepatu bekas milik adik tirinya, Calista berangkat sekolah dengan berjalan kaki karena ke dua orang tuanya sampai sekarang tidak pernah memberikan uang saku. Sehingga Calista selalu membawa bekal makanan untuk mengganjal perutnya.
Kebetulan jarak rumah dengan kampus tidak begitu jauh sehingga tidak masalah buat Calista jika berjalan kaki.
Bruk
Calista yang terburu-buru masuk ke dalam ruang kampus di mana dirinya bisa kuliah dengan jalur prestasi tidak sengaja menabrak seorang pria tampan.
"Maaf, aku tidak sengaja." Ucap Calista sambil menundukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa." Jawab pria tampan tersebut.
Calista tersenyum manis kemudian pergi meninggalkan pria tampan tersebut membuat pria tampan tersebut menatap kepergian Calista tanpa berkedip.
'Biasanya jika ada seorang gadis pura-pura menabrak ku langsung memelukku dan meminta maaf selanjutnya mengejar-ngejar diriku hingga akhirnya mau menyerahkan tubuhnya. Aku hanya melakukan sekali selanjutnya aku tidak mau lagi karena kebanyakan mereka sudah pernah melakukannya bersama pria lain.' Ucap pria tampan tersebut dalam hati.
'Hanya yang masih menjaga kehormatan aku masih bisa bertahan selama satu bulan kurang setelah itu aku merasa bosan karena kebanyakan mereka matre.' Sambung pria tampan tersebut dalam hati.
'Untung orang tuaku memintaku pindah ke kampus ini karena di sini banyak mahasiswi cantik jadi tidak sia-sia aku dipindahkan ke kampus ini.' Ucap pria tampan tersebut dalam hati.
"Menarik walau pakaiannya lusuh tapi sangat cantik dan tidak semua orang memperhatikan kecantikan gadis itu karena tertutup dengan pakaian usang." Sambung pria tampan tersebut kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut.
Pria tampan tersebut mencari informasi tentang Calista lewat teman baiknya hingga seminggu kemudian pria tampan tersebut memanggil nama Calista.
"Calista." Panggil Pria tampan tersebut ketika mereka tidak sengaja bertemu di depan pintu perpustakaan.
Calista yang merasa namanya di panggil membalikkan badannya dan melihat pria tampan sedang menatapnya sambil tersenyum membuat para mahasiswi iri dengan Calista.
"Kakak mengenalku?" Tanya Calista dengan wajah sangat terkejut karena selama ini tidak ada orang yang mau berteman dengan dirinya karena Calista sangat miskin.
"Tentu saja kenal, kita bicara di kantin yuk." Ajak pria tampan tersebut.
Calista hanya menganggukkan kepalanya kemudian mereka berdua berjalan ke arah kantin membuat para mahasiswi yang melihatnya iri hati sekaligus merendahkan Calista kalau Calista menjual tubuhnya dengan pria kaya.
Terlebih siapa yang tidak kenal dengan pria tampan tersebut, dia adalah mahasiswa pindahan dari luar negri dan dari keluarga kaya raya. Siapapun pasti menginginkan menjadi kekasihnya termasuk para mahasiswi.
Kini mereka berada di kantin kemudian pria tampan tersebut memanggil pelayan kantin untuk memesan makanan dan minuman.
"Kamu mau makan dan meminum apa?" Tanya pria tampan tersebut.
"Aku belum lapar dan juga haus." Jawab Calista.
'Aku tidak mungkin makan dan minum karena aku harus irit.' Sambung Calista dalam hati.
Tanpa sepengetahuan keluarganya kalau Calista yang mempunyai hobby membuat kerajinan tangan menjual hasil kerajinan tangannya lewat online dan ternyata laris manis selain itu Calista diam-diam membuat novel di aplikasi Noveltoon dan Mangatoon.
Calista menyimpan uang hasil penjualan kerajinan tangannya serta uang dari novel secara diam-diam karena dirinya ada niat jika tabungan sudah cukup dirinya akan pergi dari rumah yang tidak pernah membuat dirinya nyaman.
Bagi Calista tinggal di rumah itu seperti neraka karena perlakuan Ibu tiri dan adik tirinya sangat kejam. Terlebih kehadirannya tidak di pandang sebelah mata oleh Ayah kandungnya membuat Calista ingin pergi sejauh mungkin.
"Tapi aku ingin makan dan minum, temani aku ya." pinta pria tampan tersebut.
"Ok." Jawab Calista yang tidak tega menolaknya.
"Mau pesan makanan apa?" Tanya pria tampan tersebut.
"Aku minum saja." Jawab Calista.
"Samain sama pesanan ku ya." pinta pria tampan tersebut.
"Ok." Jawab Calista singkat tanpa curiga sedikitpun.
Pria tampan tersebut tersenyum kemudian mulai memesan makanan dan minuman masing-masing dua porsi. Pelayan tersebut mencatat pesanan pria tampan tersebut kemudian pergi meninggalkan mereka.
"Kan aku pesan minuman, kenapa makanan di pesan juga?" Tanya Calista setelah makanan sudah datang.
'Aduh mau irit jadi tekor deh.' Sambung Calista dalam hati.
"Aku malas makan jika tidak di temani." Jawab pria tampan tersebut dengan wajah pura-pura sedih.
"Maaf, aku tidak tahu." Jawab Calista merasa tidak enak hati.
"Tidak apa-apa, oh ya kita belum kenalan namaku Vincent. Panggil saja Vincent dan mengenai kenapa aku tahu nama mu karena aku bertanya sama temanku yang sudah lama kuliah di sini." Ucap Vincent panjang lebar.
"Bagaimana kalau Kak Vincent? Tidak sopan kalau panggil nama saja." Ucap Calista.
"Bagus juga, kakak suka." Ucap Vincent.
Calista hanya tersenyum dan mereka melanjutkan mengobrol bersama, terkadang tertawa dan terkadang serius tanpa memperdulikan mahasiswi yang memandang Calista dengan sinis
xxxxxxxx
Seminggu pria tersebut mendekati Calista dan akhirnya Vincent memberanikan diri untuk menyatakan cinta ke Calista.
Calista yang merasa nyaman menerima cinta Vincent dan mereka pun resmi menjadi pasangan kekasih. Mereka hanya berpegangan tangan dan Vincent hanya diijinkan hanya mencium kening Calista selain dari itu Calista melarangnya.
Hingga akhirnya mereka berniat untuk menikah namun rencana tinggal rencana. Vincent yang dikiranya bisa membawa dirinya keluar dari neraka namun ternyata perkiraannya salah. Vincent selingkuh dengan adik tirinya di saat tinggal satu hari lagi mereka menikah.
"Aku mengira Kak Vincent pria baik tapi perkiraan ku ternyata salah, kamu sama brengs*knya seperti pria lainnya." Ucap Calista dengan perasaan hancur.
Hati wanita mana yang tidak hancur hanya tinggal satu hari lagi akan menikah calon suaminya selingkuh. Lebih hancur lagi ketika mengetahui kalau adik tirinya sengaja merebut calon suaminya dan di dukung oleh orang tuanya.
Lebih parahnya lagi ketika melihat ranjang pengantin yang akan mereka gunakan besok malam setelah mereka resmi menikah malah digunakan oleh Vincent bersama adik tirinya dengan melakukan hubungan suami istri.
"Ini salahmu sudah lama aku ingin merasakan hubungan suami istri tapi kamu selalu menolaknya dan adik tiri mu bersedia memenuhi apa yang aku inginkan." Jawab Vincent tanpa punya rasa bersalah sedikitpun.
Calista menatap Vincent dengan penuh kebencian apalagi melihat adik tirinya yang tersenyum dengan penuh kemenangan karena berhasil merebut calon suaminya sambil menyelimuti tubuhnya yang polos.
Selama ini Adik tirinya sudah merebut kamarnya yang luas dan juga merebut barang yang dimilikinya padahal barang itu peninggalan Ibunya. Kini Adik tirinya kembali merebut dan yang direbutnya adalah calon suaminya membuat Calista merasa muak dengan adik tirinya dan juga ke dua orang tuanya.
"Aku bersyukur kita tidak jadi menikah dan ini aku kembalikan cincin pertunangan kita." Ucap Calista sambil melepaskan cincinnya dan di lempar ke arah wajah Vincent.
Vincent menangkap cincin yang di lempar oleh Calista sedangkan Calista membalikkan badannya dan pergi meninggalkan hotel tempat mereka akan mengadakan pesta pernikahan karena Vincent dari keluarga kaya.
Calista pulang ke rumah kemudian memasukkan semua pakaiannya ke dalam tas lusuh dengan membawa tabungan dan perhiasan milik Ibu kandungnya yang sudah meninggal.
'Untung waktu itu Ibuku meminta diriku untuk menyembunyikan perhiasan nya di gudang rahasia untuk berjaga-jaga kalau Ibu tiriku mencuri perhiasan milik Ibuku.' Ucap Calista dalam hati.
'Setelah Aku dipindahkan di kamar sempit ini, Aku diam-diam mengambil perhiasan milik Ibuku yang Aku sembunyikan di gudang dan Aku pindahkan di kolong tempat tidurku.' Sambung Calista dalam hati.
Calista keluar dari kamarnya dan berjalan meninggalkan kamar yang sempit tersebut hingga dirinya melihat Ayah kandungnya dan ibu tirinya sedang menonton televisi.
"Mau kemana?" Tanya Ibu tirinya yang melihat Calista menenteng tas lusuhnya.
"Mau pergi dari rumah ini." Jawab Calista sambil menghentikan langkahnya tanpa membalikkan badannya.
"Pergilah dan jangan pernah kembali lagi!'' Usir Ibu tirinya sambil tersenyum bahagia karena akhirnya anak tirinya pergi dari rumah.
Dirinya sangat bersyukur putrinya bisa merebut calon suami Calista yang kaya seperti dirinya yang berhasil merebut suaminya dari Ibunya Calista.
"Aku tidak mungkin kembali ke sini sampai kapanpun." Jawab Calista sambil melangkahkan kakinya kembali menuju ke arah pintu utama.
"Syukurlah." Jawab Ibu tirinya dengan nada cuek.
Calista yang sangat kecewa memilih hidup terpisah karena ayah kandungnya hanya diam ketika istrinya mengusir dirinya.
'Aku sangat membencimu Ayah karena gara-gara ulah Ayah membuatku kehilangan Ibu kandungku dan Ayah tidak pernah memperdulikan Aku padahal Aku ini adalah putri kandungmu.' Ucap Calista dengan perasaan kecewa yang teramat sangat.
"Suatu saat nanti, kalian akan merasakan apa yang aku rasakan." gumam Calista nyaris tidak terdengar sambil membuka pintu utama.
"Apa maksudmu?" Tanya Ibu tirinya dengan nada kesal.
"Tidak ada." Jawab Calista berbohong.
Calista keluar dari rumah tersebut sambil menunggu ojek online yang baru saja dipesannya. Tidak berapa lama tukang ojek online datang kemudian Calista naik ojek tersebut menuju ke arah perkampungan karena teman kuliahnya juga tinggal di sana yang sama-sama mendapatkan beasiswa.
"Calista, kamu yakin mau tinggal di perumahan yang sempit dan banyak penduduk?" Tanya temannya.
"Yakin, katanya ada kontrakan yang kosong?" Tanya Calista.
"Memang ada, ayo aku tunjukkan." ucap temannya.
Calista hanya menganggukkan kepalanya kemudian mereka pergi menuju ke tempat kontrakan kosong. Harganya sangat murah karena kontrakan tersebut terkenal dengan rumah angker hanya saja temannya dengan teganya tidak memberitahukan hal tersebut.
'Rasakan Kamu Calista, jangan harap bisa tidur dengan nyenyak.' Ucap temannya dalam hati.
"Sangat murah walau kontrakan nya agak kotor." ucap Calista.
"Namanya kontrakan murah ya seperti ini." Jawab temannya sambil tersenyum menyeringai tanpa sepengetahuan Calista.
Calista hanya menganggukkan kepalanya kemudian meletakkan tasnya lalu mulai membereskan kamarnya sedangkan temannya langsung berpamitan dengan alasan dirinya juga ingin beres-beres kamarnya.
"Aku pergi ya, kamar ku juga berantakan." Pamit temannya.
"Ok." jawab Calista singkat.
"Terima kasih sudah membantuku mencarikan kamar kosong." Ucap Calista.
"Sama-sama." Jawab teman nya sambil berjalan meninggalkan Calista sendirian karena tidak ada penghuni kos lainnya.
'Bersiaplah nanti malam menjerit ketakutan karena hantunya sering menampakkan diri.' Sambung temannya dalam hati sambil tersenyum menyeringai.
"Kontrakan ini sangat murah tapi kenapa tidak ada yang mengontrak ya?" tanya Calista sambil memasukkan pakaiannya ke dalam lemari yang tersedia.
Calista melihat bayangan hitam yang melintas dan kini Calista tahu kenapa kontrakan tersebut tidak ada yang berani mengontraknya.
"Dasar teman jahil, untung aku tidak takut." ucap Calista sambil tersenyum.
"Kalian terserah melakukan apapun tapi jangan ganggu aku karena aku terpaksa tinggal di sini dan kalian pasti tahu kenapa aku tinggal di sini." Ucap Calista pada penghuni lain yang tidak kasat mata oleh orang lain.
Kecuali dirinya dan beberapa orang yang mempunyai kemampuan melihat makhluk astral atau di kenal dengan sebutan indigo.
"Sepertinya untuk sementara aku tidak kuliah dulu karena biaya kuliah mahal. Walau aku mendapatkan beasiswa tapi tidak semua di tanggung jadi lebih baik libur kuliah dulu." Ucap Calista.
"Lebih baik aku melamar kerja, tapi kerja sebagai apa ya?" tanya Calista sambil berpikir.
"Oh iya, akukan bisa memasak jadi lebih baik aku melamar kerja di restoran." Ucap Calista.
Selesai mengatakan hal itu Calista berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket hingga lima belas menit kemudian Calista sudah selesai mandi dan memakai pakaian santai.
Tubuhnya yang lelah membuat Calista berbaring di ranjang yang merupakan fasilitas dari kontrakan. Tidak membutuhkan waktu lama Calista tidur dengan pulas tanpa memperdulikan gangguan makhluk tak kasat mata.
Calista kini tinggal di rumah kontrakkan kecil untuk melupakan apa yang telah terjadi dan memulai hidup baru.
xxxxxxxx
Siang menjelang sore Calista perlahan membuka matanya karena dirinya sangat lapar. Sejak kemarin malam hingga hari ini dirinya belum makan membuat Calista berjalan ke arah warung makan sederhana.
Selesai makan dan minum, Calista kembali pulang ke tempat kontrakan dan kembali istirahat karena dirinya bingung mau melakukan apa terlebih dirinya ingin memanjakan tubuhnya yang biasanya tidak pernah istirahat akibat ulah Ibu tirinya sering menyuruh dirinya bekerja dan bekerja.
Calista hanya dikasih istirahat dua belas menit kemudian bekerja lagi selama empat jam. Calista tanpa protes melakukan apapun permintaan Ibu tiri dan adik tirinya.
xxxxxxxx
Waktu berlalu dengan cepatnya dan kini hari berganti pagi, Calista keluar dari kontrakan untuk mencari pekerjaan. Calista yang belum mempunyai skill memasak mengalami kesulitan hingga di restoran yang ke dua belas barulah dirinya di terima berkerja bahkan tidak tanggung-tanggung dirinya langsung berkerja karena kebetulan kokinya mendadak keluar.
Calista mulai berkerja dengan percobaan tiga bulan dan mendapatkan gaji yang lumayan untuk bisa makan sehari - hari dan sisanya bisa di tabung.
Tiga Bulan Kemudian
Calista sudah bisa melupakan masa lalunya yang pahit dimana mantan calon suaminya selingkuh dengan adik tirinya. Hidupnya sangat damai karena tidak ada lagi teriakan dari Ibu tirinya dan adik tirinya.
Segala makian di tambah dirinya berteriak kesakitan ketika di hukum oleh Ibu tirinya dan juga adik tirinya ketika Calista belum menyelesaikan tugasnya karena saat itu kondisi Calista sedang lemah.
Calista hanya diberi obat dari warung dan tidak pernah di bawa ke dokter berbeda dengan adik tiri nya jika sakit ringan saja langsung di bawa ke rumah sakit apalagi sakit berat.
Sangat sedih? Tentu saja, betapa tidak ketika putri kandungnya sakit selama dua hari dan berbaring di ranjang Ayahnya sama sekali tidak perduli sedangkan jika adik tiri nya sakit maka Ayahnya langsung perduli.
Lama kelamaan Calista berusaha menerima itu semua dan Calista sangat yakin suatu saat nanti ada seorang pangeran berkuda yang menolong dirinya dan memberikan kebahagiaan.
Tidak terasa sudah dua bulan Calista merasakan nyaman tapi di bulan ke tiga menjelang akhir di mana hari ini merupakan hari terakhir masa percobaan karena besok dirinya akan menjadi koki tetap.
Tentunya gajinya akan bertambah dan mendapatkan fasilitas lainnya namun ternyata apa yang diharapkan oleh Calista tidak terjadi.
Hal itu dikarenakan di hari terakhir masa percobaan ke dua orang tuanya, adik tirinya bersama suaminya sekaligus mantan calon suaminya makan di restoran tempat dirinya tinggal.
"Pelayan!" Teriak adik tirinya Calista.
"Iya nona." Jawab pelayan restoran.
"Aku ingin pesan makanan cepat!" perintah adik tirinya Calista dengan nada sombong.
"Baik." Jawab pelayan restoran tersebut.
'Selama kami menikah, terlihat jelas perbedaan Calista dengan istriku. Seandainya saja aku bisa menahan ha x srat x ku maka bisa dipastikan aku tidak akan menikah dengan wanita ja**ng ini.' Ucap suaminya dalam hati.
'Si*l, aku di tipu ternyata Ibu mertuaku merebut Ibu kandungnya Calista dan sekarang istriku merebut Calista dariku. Seandainya aku tahu aku tidak akan tergoda dengan wanita mu x ra x han ini.' sambung suaminya dalam hati.
"Kamu kenapa bengong?" tanya istrinya dengan nada ketus.
"Tidak ada apa-apa." Jawab suaminya berbohong.
'Si*l, dulu aja bicara denganku manis banget tapi sekarang.' sambung suaminya dalam hati.
Istrinya tidak perduli dan tidak berapa lama pesanan mereka datang. Mereka langsung makan tanpa berdoa terlebih dahulu namun baru satu sendok mereka sangat terkejut karena cita rasa masakan tersebut sangat familiar.
"Seperti masakan Calista?" Tanya mereka bersamaan sambil saling memandang.
Walau mereka hampir menikah tapi Vincent mantan calon suaminya Calista pernah memakan masakan Calista beberapa kali terlebih makanan itu merupakan makanan kesukaan dirinya karena itulah dirinya sangat familiar dengan makanan kesukaannya.
Valen yang mendengar Vincent menyebut nama Kakak tirinya sangat kesal hingga dirinya berfikir untuk menyingkirkan Calista. Tiba-tiba ada lampu terang di atas kepala Valen membuat Valen tersenyum menyeringai.
'Aha, aku tahu.' Ucap Valen dalam hati.
Valen menarik rambutnya beberapa lembar kemudian dicampur ke makanan miliknya yang di makan sedangkan yang lainnya menatap Valen dengan tatapan bingung.
"Pelayan!" Teriak Valen.
"Ya Nona." Jawab pelayan restoran sambil berjalan ke arah Valen.
"Ada yang bisa saya bantu Nona?" Tanya pelayan restoran dengan sopan walau dalam hatinya sangat kesal dengan sikap sombong Valen.
Brak
"Makanan apa ini? Kenapa ada rambutnya? Hah!" Bentak Valen sambil menggebrak mejanya.
Serempak semua yang makan di restoran langsung menghentikan makanannya kemudian pergi dari restoran namun di cegah oleh para pelayan.
"Maaf Tuan - Tuan dan Nyonya- Nyonya, Tuan - Tuan dan Nyonya-Nyonya harus membayar makanan yang sudah di makan." Ucap para pelayan restoran bersamaan.
"Apa bayar?" Kalian tidak lihat, salah satu pelanggan kalian makanannya ada rambutnya? Enak saja kami harus bayar." Ucap salah satu pelanggan restoran dengan nada satu oktaf.
"Ya benar, sangat menjijikkan." sambung para pelanggan restoran bersamaan.
"Maaf, ada apa ya Tuan - Tuan?" Tanya Manager restoran.
"Itu salah satu pelanggan restoran makanannya ada rambutnya." Jawab salah satu pelanggan.
"Kami akan menggantinya dengan yang baru dan maafkan atas kejadian ini." Ucap Manager restoran sambil menundukkan kepalanya.
"Tidak bisa, selera makan ku langsung hilang." Jawab Valen dengan tegas sambil berdiri dan diikuti yang lainnya.
"Sama, kami juga tidak selera makan." sambung para pelanggan restoran bersamaan.
Valen keluar dari restoran dengan diikuti suami dan ke dua orang tuanya di susul oleh pelanggan lainnya.
"Panggil Calista!" Teriak Manager restoran sambil menahan amarahnya.
"Baik Tuan." Jawab salah satu pelayan sambil berjalan ke arah dapur.
Pelayan restoran kembali keluar dari dapur dengan diikuti oleh Calista.
"Ada apa Tuan?" Tanya Calista dengan wajah bingung.
"Mulai hari ini kamu aku pecat tanpa pesangon dan gaji bulan ini." Ucap Manager restoran.
"Saya di pecat? Salah saya apa Tuan?" Tanya Calista dengan wajah terkejut.
"Karena kamu telah membuat para pelanggan kabur." Jawab Manager restoran dengan nada satu oktaf.
"Para pelanggan kabur? Kenapa bisa kabur? Lalu apa hubungan saya dengan para pelanggan?" Tanya Calista dengan wajah bingung.
Brak
"Tentu saja ada hubungannya, salah satu pelanggan restoran menemukan rambut di makanannya hal itu membuat para pelanggan restoran keluar semua." Jawab Manager restoran sambil menggebrak meja dengan kasar.
"Sekarang kamu keluar! Jangan pernah datang ke sini lagi!" Usir Manager restoran sambil menunjuk pintu keluar.
"Baik Tuan." Jawab Calista pasrah sambil melepaskan celemek dan penutup kepala agar rambutnya tidak jatuh dan mengenai makanan yang akan diolahnya.
Calista sebenarnya ingin mengatakan, kalau memang makanan itu ada rambutnya maka dirinya ingin melihat rambut tersebut pasalnya rambutnya diikat dan ditutup menggunakan penutup kepala jadi tidak mungkin rambutnya ada yang lepas dan jatuh mengenai makanannya.
Melihat amarah Manager restoran membuat Calista diam dan tidak protes sedikitpun. Calista keluar dari restoran tersebut hingga dirinya di hadang oleh orang yang dikenalnya. Orang - orang yang ingin dihindari oleh Calista namun kini mereka berada tepat dihadapannya.
"Kenapa menghadang jalanku?" Tanya Calista dengan wajah sinis.
"Semenjak kamu keluar dari rumah, kamu semakin berani ya!" bentak Ibu tirinya sambil menatap tajam ke arah anak tirinya.
Tanpa menjawab Calista membalikkan badannya dan berjalan ke arah lain membuat Ibu dan Anak tersebut sangat marah terhadap Calista karena Calista tidak memperdulikan keberadaaan mereka.
"Bagaimana, enak di pecat?" tanya adik tirinya yang bernama Valen sambil tersenyum sinis.
Calista membalikkan badannya kemudian menatap adik tirinya dengan tatapan kebencian yang teramat sangat.
"Aku sudah menduga pasti ada orang yang memfitnahku dan ternyata memang benar. Ternyata pepatah yang mengatakan buah jatuh tak jauh dari pohonnya ternyata benar." Ucap Calista.
"Apa maksudmu?" Tanya Adik tirinya.
"Jika kamu tidak tahu artinya maka aku kasih tahu artinya sifat anak tidak jauh dari orangtuanya ternyata memang benar." Jawab Calista.
"Apa maksudmu?" Tanya Valen.
"Ayah kandungku di rebut oleh Ibumu sedangkan calon suamiku di rebut olehmu. Jadi Anak dan Ibu senangnya memungut barang bekas, seharusnya kalian tinggal di tempat sampah karena sukanya memungut sampah yang di buang orang." Jawab Calista sambil tersenyum menyeringai.
"Calista!" Teriak mereka bersamaan sambil menahan amarahnya.
"Kenapa kalian marah? Bukankah benar kalau kalian sukanya memungut barang sampah?" Tanya Calista sambil tersenyum menyeringai.
Mereka berempat sangat marah ketika di sebut sampah oleh Calista membuat mereka bersiap untuk menampar dan ada yang ingin memukul Calista. Calista yang tahu langsung melawan mereka.
Perkelahian yang tidak seimbang tidak bisa dihindari namun tanpa sepengetahuan mereka kalau Calista bisa berkelahi.
Duag
Duag
"Akhhhhhhhh!" Teriak Ibu tirinya dan Adik tirinya bersamaan ketika Calista menendang tulang kering mereka.
Bruk
Bruk
Calista yang masih kesal dengan Ibu tirinya dan adik tirinya memukul tulang kering mereka membuat mereka berteriak kesakitan. Hal itu membuat tubuh Ibu tirinya dan Adik tirinya langsung ambruk ketika di tendang oleh Calista secara bergantian.
Duag
Duag
"Akhhhhhhhh!" Teriak Ayah kandungnya dan Vincent bersamaan ketika Calista menendang wortel import kebanggaan mereka berdua secara bergantian.
Bruk
Bruk
"Dasar wanita mu x ra x han!" Teriak Ayah kandungnya dan Vincent bersamaan sambil berlutut dan memegang wortel importnya masing-masing.
"Dulu aku tidak pernah melawan ketika kalian memperlakukan aku seperti seorang pelayan tapi kini Calista yang sekarang melawan kalian karena tindakan kalian sangat keterlaluan." Ucap Calista dengan suara menggebu-gebu.
"Kalian telah membuatku keluar dari pekerjaanku padahal seharusnya hari ini aku mendapatkan gaji dan besok menjadi karyawan tetap. Tapi gara-gara ulah kalian aku sama sekali tidak mendapatkan gaji ataupun pesangon ketika aku di pecat dari pekerjaanku." Ucap Calista sambil membuka tasnya kemudian mengambil gunting ✂️ yang selalu dibawanya.
"Ayah, aku sangat kecewa padamu karena Ayah lebih memilih ke dua wanita ular itu dari pada aku anak kandung Ayah dan mulai sekarang aku memutuskan hubungan antara Ayah dan Anak." Ucap Calista dengan mata berkaca-kaca.
Selesai mengatakan hal itu Calista menggenggam rambut panjangnya kemudian mengguntingnya hingga menjadi pendek sebahu.
"Mulai sekarang kita adalah orang asing di mana kita sama sekali tidak saling kenal." ucap Calista sambil melempar rambut panjangnya ke arah Ayah kandungnya.
Ayah kandungnya hanya terdiam sambil memejamkan matanya ketika rambut tersebut mengenai sepasang matanya.
"Kak Vincent, aku pikir kamu adalah pahlawan yang menyelamatkan aku dari ke tiga orang yang tidak mempunyai hati tapi ternyata aku salah besar. Kak Vincent ternyata sama seperti mereka bertiga, tidak mempunyai hati." Ucap Calista sambil menatap mantan calon suaminya.
"Kalian sangat jahat padaku padahal aku sama sekali tidak pernah sedikitpun menyakiti kalian." Sambung Calista sambil menatap satu persatu dengan perasaan penuh kecewa.
Tes
Tes
Tes
Calista yang tidak bisa menahan rasa sesak akhirnya air mata yang sejak tadi di tahannya akhirnya keluar juga namun Calista langsung menghapusnya dengan kasar.
"Hati-hatilah Kalian ketika karma itu datang menimpa kalian." ucap Calista.
Selesai mengatakan hal itu Calista pergi meninggalkan tempat tersebut menuju ke rumah kontrakan yang kecil.
Sampai di kontrakan yang tidak begitu jauh dari tempat kerjaannya, Calista membersihkan tubuhnya yang lengket. Lima belas menit kemudian Calista sudah selesai mandi dan memakai pakaian santai.
Calista berbaring di ranjang tanpa makan malam, hanya makan siang itupun di tempat kerjaannya. Calista menatap ke arah langit-langit kamarnya dengan mata berkaca-kaca.
"Aku sangat kecewa denganmu Ayah." Ucap Calista.
Tes
Tes
Air matanya kembali keluar terlebih ketika dirinya ingat bagaimana dulu Ayahnya tidak memperdulikan teriakan kesakitan ketika Ibu tirinya dengan sengaja menyiram minuman panas ke arah tubuhnya.
Ayahnya seakan tuli ketika dirinya menangis dan berteriak kesakitan setiap Ibu tirinya dan adik tirinya ikut menyiksa dirinya. Calista menangis mengeluarkan rasa sesak dihatinya.
Ayah yang seharusnya menjadi pelindung anaknya di kala ada orang yang menyakitinya dan memberikan kasih sayang terhadap anak kandungnya namun tidak berlaku untuk Ayahnya Calista.
Ayahnya lebih memperdulikan istrinya sekaligus Ibu tirinya dan juga adik tirinya membuat hati Calista sangat sakit dan terluka namun tidak berdarah.
Setelah puas menangis dan rasa sesaknya mulai berkurang, Calista mulai memejamkan matanya dan tidak membutuhkan waktu lama Calista tidur dengan pulas walau sesekali Calista sesenggukan karena kebanyakan menangis.
xxxxxxxx
Di kota yang berbeda di mana Brian berada di kontrakan yang tidak begitu besar dan tidak begitu kecil namun nyaman untuk ditinggali. Penghuni kontrakan di campur baik pria maupun wanita tapi ada beberapa peraturan dari pemilik kontrakan yaitu tidak boleh salah satu penghuni kontrakan tidur bersama lawan jenisnya.
Jika itu di langgar maka mereka akan di hukum dengan cara mereka harus menikah dan setelah mereka menikah barulah mereka di usir dari tempat tersebut.
"Apakah yang aku lakukan salah?" Tanya Brian sambil berbaring di ranjang.
"Belum ada dua bulan tinggal di kontrakan kecil dan bekerja sebagai pegawai rendahan, badanku langsung lelah. Ternyata jadi orang miskin susah juga ya?" Tanya Brian pada dirinya sendiri.
"Akhirnya Aku pindah kontrakan yang tidak begitu besar tapi layak untuk Aku tinggalin sekaligus pindah kerja karena ternyata pekerjaannya sangat berat." Sambung Brian.
"Baru dua hari di sini belum juga menemukan kekasih hati yang aku harapkan. Kebanyakan para gadis menyukaiku karena aku tampan tapi setelah tahu aku miskin mereka langsung berpaling dan ada juga yang menjadikan aku sebagai pacar pura-pura nya untuk memanasi kekasihnya dan hasilnya aku di amuk untung aku bisa melawan mereka." Sambung Brian.
"Lain kali jika ada lagi yang mengajak ku menjadi kekasih pura-pura aku tidak bakalan mau karena aku tidak mau lagi berkelahi dengan orang yang tidak penting." Ucap Brian.
"Besok aku akan mencari pekerjaan baru dan Aku akan melamar sebagai pelayan restoran saja sebagai koki karena pekerjaan staff kantor terlalu berat." Ucap Brian sambil berpikir.
"Siapa tahu di sana aku menemukan calon istri masa depanku." Sambung Brian sambil berharap secepatnya dirinya menemukan jodohnya.
Karena lelah Brian memejamkan matanya dan tidak membutuhkan waktu lama Brian tidur dengan pulasnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!