NovelToon NovelToon

Terjerat Pacaran Kontrak

Episode 1 : Sial Di Hari Pertama

Selamat datang di karya terbaru Author, aku harap kalian bisa suka sama karya ini ya! Jangan lupa untuk dukungannya setelah membaca. Dan kakak bisa cermat dalam membaca, okey?

Happy Reading🌿

_____________________________________________

Suncha berlari dengan langkah kaki yang semakin cepat. Jaraknya menuju sekolah sudah semakin dekat, namun terlihat waktu yang tidak mendukungnya untuk bisa datang tepat waktu di hari pertama sekolah.

Brughh!!

Gadis berusia enam belas tahun itu menatap pada pria di sebelahnya. Kini dia bisa tau siapa lelaki yang baru saja bertabrakan dengannya, yang telah membuat dirinya tersungkur jatuh keras ke lantai jalanan.

"Ma-- maaf!" ucap Suncha dengan terbata. Ia langsung mengambil ponselnya yang sempat terjatuh, lalu berdiri dan berlari pergi meninggalkan lelaki tersebut.

Tak jauh dari area gerbang sekolah, Suncha dibuat kesal lantaran gerbang sekolah yang baru saja tertutup dengan rapat, hingga tak ada celah baginya untuk bisa masuk.

"Kenapa aku bisa sial di hari pertama sekolah? Pasti guru akan memarahiku habis-habisan ... " gumamnya pelan.

Tak lama berselang, datanglah seorang pria dengan pakaian bak satpam yang tengah menghampirinya. Pria itu menatap heran pada Suncha.

"Apa kau murid baru?" tanya pria itu setelah tiba di hadapan Suncha, lalu dibalasnya dengan sebuah anggukan.

"Haish, bagaimana bisa kau terlambat di hari pertama?!! Ayo, aku biarkan kau masuk," celoteh nya sembari membukakan pintu gerbang yang cukup besar. Tentu membuat Suncha tersenyum lebar.

"Terima kasih," ucapnya seraya membungkukkan badan beberapa kali.

"Ya, mungkin besok-besok aku tidak akan berbaik hati padamu."

Selang beberapa waktu, Suncha pun melangkah menuju sebuah ruangan, yang tak lain adalah ruangan kelas barunya. Terlihat banyak murid yang tengah fokus memperhatikan seorang guru yang sedang menerangkan materi di depan kelas.

Kriett ...

Dengan perlahan Suncha membuka pintu ruangan kelas, kedatangannya yang tiba-tiba sukses mendapat perhatian dari seluruh anak. Dia tersenyum tipis dengan langkah kaki yang semakin mendekati sang guru.

"Ah, aku sudah menunggumu sejak tadi. Kenapa kau bisa terlambat?" ujarnya kesal sembari melihat angka jam di layar ponselnya.

"Maaf, tadi saya sempat ada masalah di jalan saat sedang menuju ke sekolah" ungkap Suncha.

"Baiklah, kau bisa memperkenalkan dirimu pada mereka." Suncha mengangguk.

"Hai, namaku Suncha Choe. Aku pindahan dari SMA Yongha di Seoul. Harapanku, kita bisa akrab untuk ke depannya." Sorak sorai dan tepuk tangan terlontar dari mereka semua. Bahkan tampaknya beberapa dari anak di kelas ingin sekali mengakrabkan diri dengan Suncha, gadis dengan paras cantik yang memiliki rambut pirang.

"Suncha, kau bisa duduk di kursi yang kosong itu," kata sang guru memberitahu seraya menunjuk sebuah bangku kosong. Letaknya berada di tengah-tengah antara bangku yang lainnya.

"Baik."

"Oh ya, ketua kelasnya adalah Jiyeon Min. Jiyeon, kau bisa mengenalkan beberapa tempat di sekolah ini saat ada waktu luang nanti ... " tutur guru itu, lantas di angguki oleh Jiyeon.

"Sepertinya anak itu sedikit jutek."

Waktu pun berlalu. Bel istirahat berbunyi dan sukses membuyarkan para siswa yang tengah belajar. Terkecuali dengan kelas 10-2, mereka sempat dibuat penasaran dengan sosok Suncha.

"Hai, senang mendapat teman baru," ungkap seorang gadis bernama Bora Kim, ia memiliki rambut pendek sebahu dengan kacamata hitam di wajahnya, namun tampaknya gadis itu tidak terlalu menyukai buku, melainkan lebih suka bergaul dengan anak nakal pada umumnya.

"Namaku Bora Kim," lanjutnya sembari menjulurkan tangan pada Suncha, lalu dibalas dengan serupa.

"Wah, kau cantik sekali!" lontar Boeun, dia adalah mantan ketua perundung saat masa SMP.

"Benar, dia sangat cantik. Aku terpukau denganmu." timpal yang lainnya.

"Sepertinya kalian terlalu berlebihan ...." Suncha menunduk malu, wajahnya memerah lantaran banyak anak yang memuji dirinya di hari pertama sekolah.

"Mmmm, apa kau bisa membagi nomor telepon mu?" tanya Bora.

Ia lantas mengeluarkan ponselnya dari dalam saku kemeja. Namun Suncha reflek terkejut, ketika melihat wallpaper pada layar ponselnya itu menunjukkan sebuah foto lelaki yang tadi pagi sempat bertabrakan dengannya. Yah, gadis itu baru sadar bahwa ponselnya telah tertukar.

Srekkk ...

Pintu ruangan kelas tiba-tiba terbuka, dan terlihat seorang lelaki dengan tubuh kekar berdiri di tengah pintu masuk kelas. Kedatangannya itu membuat para kaum wanita seketika meleleh. Bagaimana tidak, wajahnya yang tampan tentu menjadi idaman mereka.

"Dia kan ...."

Langkah kakinya terseret menuju bangku Suncha. Dia menodongkan ponselnya, dan menukar ponsel miliknya yang sempat tertukar. Yah, lelaki itu adalah Seohoon, sosok pemilik ponsel yang kini berada di tangan Suncha.

"Sepertinya, tertukar?"

Bora dan anak yang lainnya menatap heran pada Suncha dan Seohoon. Mereka merasa ada sebuah hubungan di antara keduanya.

"Maaf, aku tidak tau kalau ponselnya tertukar," papar Suncha. Namun Seohoon tak menggubris nya, dia berjalan pergi meninggalkan ruangan kelas.

"Kau, berpacaran dengannya?" tanya Boeun, tatapan matanya terlihat kesal pada Suncha, membuatnya menjadi tidak enak dan bingung harus berkata apa.

"Tidak, hanya saja ada sedikit kecelakaan tadi pagi."

"Sebaiknya jangan terlalu dekat dengannya, aku tidak suka!" cibir Boeun. Gadis itu lantas mengajak dua sejoli nya untuk pergi ke tempat lain.

"Kau tidak perlu memikirkan Boeun. Banyak anak perempuan di sekolah ini yang mengidolakan anak lelaki tadi, namanya Seohoon Lee. Jika kau belum tau, aku akan memberitahu padamu bahwa Seohoon adalah anak yang sangat populer ... " terang Bora dengan tersenyum.

"Ah, begitu? Aku tidak tau."

"Hai kau." Jiyeon si ketua kelas berjalan mendekati Suncha yang tengah duduk saling berhadapan dengan Bora. Wajahnya yang jutek membuat Suncha sempat berpikir negatif mengenai sosoknya.

"Ayo!" Jiyeon menarik lengannya, namun dihentikan oleh Bora.

"Kemana?" tanya Suncha dengan heran.

"Akan ku kenalkan beberapa tempat di sekolah ini. Jika tidak mau, ya sudah!"

"Bagaimana jika kita mengisi perut terlebih dahulu? Bukankah Suncha butuh energi untuk berkeliling di sekolah yang luas ini?" saran Bora. Lantas disetujui oleh keduanya.

Setelah berjalan cukup lama menuju kantin, kini ketiga gadis itu berdiri di antrean yang cukup panjang untuk bisa mendapatkan makanan. Mereka akan menerima makanan setelah berhadapan dengan penjual kantin.

"Seharusnya kita datang lebih awal," keluh Bora, kaki panjangnya sudah tak kuasa menahan rasa pegal lantaran terlalu lama berdiri.

"Apa biasanya juga seperti ini?" tanya Suncha penasaran.

"Begitulah."

Setelah hampir tiga puluh menit mengantre, ketiganya pun akhirnya bisa duduk dengan nyaman di kursi yang telah disediakan oleh kantin itu sendiri. Bora tampak lahap memakan makanannya, berbeda dengan Jiyeon yang begitu santai menyantap makanan tersebut.

"In-nwi en-nwak swe-kali!" lontar Bora dengan makanan yang memenuhi seluruh isi mulutnya.

"Telan dulu, baru bicara ... " protes Suncha sedikit jengkel.

Sementara itu, Boeun dengan dua sejoli nya, yang tak lain adalah Hana Lee dan Sojun Won. Ketiganya tengah duduk di sebuah kursi yang terletak di sebelah gedung sekolah. Mereka tampak membahas sesuatu yang cukup serius.

"Aku punya rencana," ucap Hana.

Bersambung~

Jangan lupa untuk dukungannya ya, kalian juga bisa sebar luaskan novel ini jika suka. Terima kasih💗

Episode 2 : Ditembak?!!

Happy Reading🌿

_____________________________________________

Ramai riuh orang-orang terdengar di sepanjang koridor sekolah. Seakan mereka tengah menyambut kedatangan Suncha yang sedang berkeliling sekolah bersama Bora dan Jiyeon.

"Ini adalah ruang laboratorium sains. Dan yang itu adalah perpustakaan," cakap Jiyeon sembari menunjuk sebuah ruangan yang tepat berada di sebelah mereka.

Ruangan dengan cat tembok berwarna cream, mengingatkan Suncha pada sebuah rumah yang dulu ditinggalinya bersama sang ayah. Tanpa sadar, Suncha terdiam bengong dan membuat kedua gadis di sebelahnya itu menjadi heran.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Bora sembari mengibaskan tangannya di depan wajah Suncha, sontak gadis itupun terbuyar dari lamunannya.

"Ah, maaf."

Tak lama berselang, ketiganya pun berjalan menuju sebuah ruangan musik yang terletak cukup jauh dari area kelas mereka, letaknya berada di lantai paling ujung.

"Ini adalah ruang kelas musik. Ngomong- ngomong, kau harus berhati-hati jika sedang diterangkan oleh guru musik di kelas," terang Jiyeon dengan raut wajahnya yang serius.

"Kenapa?"

"Bu Cha sangat galak, dia tidak akan mengampuni siapa saja yang membuat ulah saat pelajaran sedang berlangsung," lanjutnya.

Setelah hampir seluruh ruangan di dalam gedung sekolah diperlihatkan pada Suncha, Jiyeon dan Bora pun memutuskan untuk memperkenalkan tempat di luar gedung sekolah. Namun karena bel masuk yang berbunyi tiba-tiba, membuat ketiga anak tersebut harus kembali ke kelas.

"Kita lanjut saat istirahat ke dua, ya!" lontar Bora bersemangat.

Mata pelajaran Bahasa Korea pun dimulai, dengan seorang guru wanita muda yang tengah fokus menerangkan materinya di depan. Yah, tentu guru itu menjadi pusat perhatian para kaum lelaki di dalam ruangan. Bagaimana tidak? Parasnya yang cantik dengan lekukan badan yang sempurna, mampu memikat hawa nafsu mereka.

"Bu!" Sojun mengangkat tangannya, membuat guru wanita itu beralih menatap Sojun.

"Saya ingin pergi ke belakang."

"Baik, tapi jangan terlalu lama!" tegas sang guru. Sojun lantas bangkit dari tempat duduknya, langkah kakinya itu berjalan semakin menjauh dari ruang kelas.

"Buka halaman 12 dan kerjakan soalnya," ucap itu guru dan diikuti oleh para muridnya.

Kring!!!

Bel istirahat kedua akhirnya berbunyi, tanpa berpikir panjang Bora langsung menarik lengan sahabat barunya itu untuk keluar dari kelas.

"Huh, kau sangat tidak sabaran sekali, ya ... " cakap Suncha pelan.

"Begitulah, sepertinya aku terlalu bersemangat karena mendapat teman baru," ungkap Bora kegirangan.

Tak lama setelah itu, Jiyeon keluar dari kelas dengan sebuah alat tulis yang berada di genggamannya.

"Ayo."

Suncha berjalan menuju sebuah lapangan basket yang terletak bersebelahan dengan gedung sekolah. Banyak anak lelaki yang menatapnya lantaran merasa bahwa Suncha adalah penghuni baru yang duduk untuk menyaksikan latihan para pemain basket.

Namun memang kenyataannya, bahwa Suncha adalah anak baru di sekolah tersebut.

Duk!!

Seohoon menangkis sebuah bola yang hampir mengenai Suncha. Kejadian itu sukses memikat perhatian orang-orang di sekitar lapangan. Yah, tidak hanya di situ saja. Bahkan beberapa anak yang tengah menyaksikan latihan basket dari dalam gedung itu dibuat kagum oleh Seohoon.

"Te-- Terima kasih!" ucapnya gugup.

"Hai, apa aku tidak salah lihat?" bisik Bora pada Jiyeon yang sama dibuat kagum oleh. kejadian tersebut.

"Tidak."

"Lain kali perhatikan tempat sekitar. Kau hampir saja terkena bola nya!" celoteh Seohoon. Tatapan matanya itu menunjukkan kekhawatiran besar pada Suncha.

"Yah, aku tidak tau jika akan terjadi hal seperti ini!" geram Suncha berusaha membela dirinya sendiri.

"Ayolah, kita pergi saja." Suncha menarik lengan dua gadis itu, namun dihentikan oleh Seohoon.

"Apa kau tidak tertarik untuk masuk ke kelas basket?"

"Aku baru pertama kali melihat Seohoon dengan ekspresi seperti ini. Atau mungkin, dia menyukai Suncha? Ah, tapi ini mustahil!" batin Jiyeon.

"Sepertinya, aku harus memikirkannya lagi untuk ini," tolak Suncha dengan menunjukkan senyuman manis di wajah cantiknya itu.

"Baiklah."

***

Waktu telah berlalu. Suasana langit berubah menjadi gelap saat menginjak di jam terakhir. Beberapa dari mereka yang berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki, mulai dibuat resah lantaran tidak membawa payung. Dan Suncha adalah satu satu dari mereka.

Matanya itu terus fokus menatap ke luar jendela, dan terlihat rintik-rintik air yang mulai berjatuhan dari langit.

"Heuh, aku pasti akan pulang terlambat ... "

"Suncha, apa kau tidak mendengarkan penjelasan saya?" seorang guru yang tengah mengajar menyadari bahwa Suncha hanya bengong menatap hujan sejak tadi.

"Maaf, Pak."

Selang beberapa waktu, bel pulang akhirnya berbunyi nyaring hingga terdengar ke setiap lorong sekolah. Bersamaan dengan itu, hujan pun turun semakin deras.

Anak-anak yang tidak sabar untuk segera pulang lantas buyar dan meninggalkan ruangan kelas.

Namun beberapa dari mereka juga tengah mengamati kondisi, yang artinya harus menunggu hingga hujan mulai reda.

"Suncha, aku pulang dulu ya. Orang tuaku sudah menunggu di halaman sekolah," pamit Bora seraya melambaikan tangannya.

"Hati-hati, ya!" sahut Suncha, kemudian Bora membalasnya dengan menggunakan gerakan pada jari.

Waktu telah menunjukkan pukul 16.59. Hujan yang masih cukup deras membuat Suncha terjebak di dalam kelas. Yah, sepertinya hanya tersisa ia seorang yang masih berada di sekolah.

Lantaran merasa takut, Suncha pun akhirnya memutuskan untuk menuju lantai dasar. Setibanya ia di sana, tampak beberapa anak yang masih tersisa. Salah satunya adalah Seohoon, dia tampak sedang bermain ponsel dengan sebuah headphone yang menempel di kepalanya.

"Suncha?" Seohoon yang menyadari bahwa Suncha tengah memperhatikannya dari jauh, membuatnya berinisiatif untuk menghampiri gadis itu.

"Kau, belum pulang?" tanya Seohoon tiba-tiba, sontak membuat Suncha terkejut panik.

"Aku tidak membawa payung," jawabnya singkat.

"Aku ingin berbicara sesuatu padamu, apa bisa?" tanya nya kembali, kemudian di balas anggukan oleh Suncha.

"Ayo kita pacaran kontrak."

Deg?!!!

Suncha terdiam, kini kedua bola matanya mulai menatap anak lelaki di sebelahnya itu. Tentu, menurutnya ini terlalu tiba-tiba. Bahkan mereka sendiri baru bertemu tadi pagi.

"Aku tau ini tiba-tiba, tapi ... ini hanya sebuah hubungan di atas kertas."

"Benar, berarti dia tidak sungguh-sungguh," geram Suncha dalam hati.

"Maaf, tapi sepertinya aku tidak bisa."

"Jika tidak bisa, aku tidak tau apa yang akan terjadi padaku berikutnya," tutur Seohoon pelan.

"Memangnya, ada masalah apa?"

"Aku bosan dengan anak perempuan yang suka mengejar ku. Jujur, aku dibuat pusing oleh mereka."

"Ta-- tapi, bukankah mereka jauh lebih baik dari aku?"

"Tidak, justru kau yang lebih baik dari mereka. Sejak awal, aku melihat kepribadian mu yang berbeda dari anak perempuan lain, aku salut dengan sikapmu," ungkap Seohoon dengan senyuman kecil.

Suncha yang sebelumnya berpikir keras, kini mengambil keputusan dengan begitu mudahnya, setelah melihat senyum maut di wajah lelaki itu.

"Baiklah!" balasnya yang juga tersenyum.

𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚋𝚞𝚗𝚐....

𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛, 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊 𝚕𝚒𝚔𝚎, 𝚐𝚒𝚏𝚝, 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗, 𝚟𝚘𝚝𝚎 𝚍𝚊𝚗 𝚏𝚊𝚟𝚘𝚛𝚒𝚝! 𝚂𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚓𝚞𝚖𝚙𝚊 𝚍𝚒 𝚎𝚙𝚒𝚜𝚘𝚍𝚎 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚗𝚓𝚞𝚝𝚗𝚢𝚊!!!𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚛𝚊𝚗 𝚗𝚢𝚊 𝚢𝚊🍀

Episode 3 : Keributan

Happy Reading🌿

___________________________________________

Langit cerah dengan awan berwarna putih menyambut hari kedua Suncha di sekolah barunya. Matanya terbelalak lebar menatap jarum jam yang menunjukkan angka enam pagi.

Suncha dengan bersemangat langsung melompat dari atas ranjangnya. Langkah kakinya itu berjalan mulus menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah cukup lama menghabiskan waktu di dalam kamar, Suncha akhirnya duduk di kursi dapur. Gadis itu berhadapan langsung dengan sang ayah yang tengah sibuk mempersiapkan sarapan pagi untuknya.

"Wah ..., anak Ayah terlihat sangat senang sekali pagi ini. Apa yang terjadi kemarin?" tanya sang ayah seraya meletakkan dua buah piring berisi makanan penuh ke atas meja.

"Sebenarnya, aku senang karena bisa bersekolah di Gangnam," balasnya berbohong, namun si ayah menanggapinya dengan tersenyum lebar seakan percaya begitu saja dengan ucapan Suncha.

Dowon Choe, seorang Jaksa berusia empat puluh lima tahun itu berasal dari Seoul. Dia sempat ditugaskan untuk melaksanakan tugas di Gangnam. Ayah dari Suncha ini memiliki sifat yang begitu penyayang dan baik hati.

Waktu pun akhirnya berlalu. Suncha menginjakkan kakinya masuk ke halaman sekolah. Namun pagi yang masih cukup buta ini membuat gedung sekolah terlihat sepi. Hanya ada beberapa anak saja yang berada di sana.

"Apa Seohoon sudah datang?" tanyanya pada diri sendiri. Dia meletakkan tas punggungnya di kursi, lalu beranjak pergi meninggalkan ruang kelas.

Waktu telah menunjukkan pukul 07.00 tepat. Gedung sekolah sudah mulai ramai dipenuhi oleh para murid dan guru. Bora yang tak mengetahui keberadaan Suncha lantas mencarinya ke setiap ruangan di sekolah.

"Dimana anak itu?!!" ucapnya merasa jengkel.

Tak lama berselang, Bora yang sempat melintas di depan pintu toilet itu tak sengaja bertemu dengan Suncha. Membuat keduanya langsung menuju kelas setelah bel masuk berbunyi.

"Kau darimana saja?" tanya Bora merasa penasaran.

"Aku hanya pergi ke toilet," jawabnya singkat.

***

Sementara itu, ruang kelas 10-6 sempat dihebohkan oleh kejadian kemarin saat Seohoon menyelamatkan Suncha dari sebuah bola yang hampir mengenai gadis tersebut. Tidak sedikit dari mereka yang membicarakan sikap aneh Seohoon dibelakang.

"Tidak lelah para manusia ini membicarakan ku di belakang?" batin Seohoon merasa sedikit jengkel.

***

Matahari tampak berada hampir di puncaknya. Seluruh anak sibuk menghabiskan waktu mereka untuk mengisi perut di kantin sekolah. Begitu usai menghabiskan seluruh makanannya, Suncha dan Bora akhirnya kembali menuju ruang kelas dengan kondisi perut mereka yang sudah terisi penuh.

Namun suasana tak diinginkan datang pada Suncha, ketika dirinya bersama Bora masuk ke dalam kelas.

"Hai, kau pakai jurus apa untuk menggoda Seohoon ku?!!" teriak Boeun tiba-tiba, membuat Suncha merasa heran.

"Apa maksudmu?"

Suncha duduk di bangkunya dengan santai. Tampaknya seluruh anak di dalam kelas tengah memperhatikan Suncha dengan tatapan mata mereka yang sinis.

"Masih bertanya?!!" timpal Hana. Dia juga menunjuk sekotak susu yang berada di atas meja Suncha.

Flashback on

Beberapa menit yang lalu, Seohoon datang ke kelas Suncha dengan sekotak susu rasa coklat di genggamannya. Tentu, kedatangannya itu langsung membuat heboh seluruh anak di dalam ruangan.

"Kak Seohoon? Ada apa kau datang kemari?" tanya Boeun dengan langkah kaki yang semakin mendekati Seohoon. Tetapi lelaki itu hanya diam tak menggubris pertanyaannya barusan.

"Susu? Apa itu untuk-- "

"Ini untuk Suncha," ucap Seohoon cepat. Dia langsung meletakkan sekotak susu itu diatas meja Suncha, lalu tanpa berpikir panjang langsung meninggalkan ruangan kelas.

"Ah, apa aku tidak salah dengar?" tanya salah seorang dari mereka.

"Suncha lagi?" timpal Hana kesal.

"Yah, dia memang cantik!" ungkap Sojun dengan diiringi senyum tipis.

Flasback off

"Hai, apa kau memiliki hubungan dengan kak Seohoon?" bisik Bora, sahabatnya itu juga merasa sedikit heran.

"Ti-- tidak kok!"

"Aku tidak percaya, Suncha. Sepertinya memang ada sesuatu diantaramu dengan kak Seohoon. Tapi, aku juga tidak bisa asal menebaknya, sih."

Jam kelima akhirnya dimulai. Kelas Suncha mendapat jam olahraga, itu artinya mereka semua pergi ke ruang ganti untuk mengganti seragam mereka dengan pakaian olahraga.

Hanya dalam belasan menit, Suncha dan Bora telah siap dengan pakaian olahraga mereka. Tidak menunggu waktu lama, keduanya lantas berjalan menuju lapangan olahraga.

Setelah cukup lama menunggu beberapa anak yang lain, guru olahraga pun memulai dengan dengan tiupan peluit pertama. Mereka yang berada di barisan paling depan mendapat giliran pertama untuk memutari lingkaran di lapangan tersebut sebanyak lima kali untuk anak laki-laki, dan tiga kali untuk anak perempuan.

"Hosh ... hosh ... aku harus kuat!" lontar Suncha bersemangat.

Begitu usai memutari lapangan, kemudian berganti dengan barisan di belakangnya. Dan begitulah hingga seluruh anak sama rata berlari mengitari lapangan.

Ccsss ...

Suncha merasakan sensasi dingin pada pipinya, saat sebuah botol dingin mendarat di pipi cantiknya itu. Begitu menoleh, dilihatnya seorang lelaki yang sudah cukup lama dinanti kedatangannya oleh Suncha.

"Minumlah ... " ucap Seohoon pelan. Dia memberikan sebotol minuman dingin pada Suncha.

"Ah, terima kasih. Aku tidak tau kalau kau akan datang hanya untuk memberiku minuman ini."

"Tidak kok, aku juga datang untuk menyemangati mu," ungkap Seohoon. Sontak gadis itu menahan rasa malunya, dia menoleh dan tampak pipinya yang mulai memerah.

Dari kejauhan, terlihat beberapa anak yang lain mulai berjalan menuju ke arah dimana Suncha tengah beristirahat. Reflek Seohoon pun langsung bangkit dan pergi meninggalkan dirinya.

"Semangat lah!" lontar Seohoon.

"Pasti." Suncha mengangguk.

***

Setelah pergantian jam, Suncha pergi ke ruang ganti seorang diri lantaran Bora mengalami keram pada perutnya. Itu terjadi lantaran ia tidak bersungguh-sungguh dalam melakukan pemanasan.

"Ah, bukannya tadi aku menaruh seragam ku di sini?" Suncha membongkar seluruh isi dalam tas nya. Gadis itu berusaha mencari seragam yang dirasa hilang.

"Ah, apa kau melihat seragam ku?" tanya Suncha pada Jiyeon, lalu dibalas dengan gelengan kepala olehnya.

"Ah, lalu dimana ya? Perasaan aku menaruhnya di dalam tas."

"Hilang?" tanya Jiyeon.

"He'em."

Satu persatu anak mulai berdatangan masuk ke dalam kelas, dengan penampilan mereka yang telah rapih mengenakan seragam.

"So-- Sojun! Apa kau melihat seragam ku?" tanya nya pada Sojun yang baru saja masuk ke dalam kelas.

"Tidak tuh. Apa hilang?"

"Sepertinya begitu."

Suncha masih sibuk dengan urusannya mencari seragam miliknya. Tak lama setelah itu, Boeun datang bersama Hana dengan sebuah seragam di genggaman mereka.

"Itu kan, seragam ku!" ucap Suncha langsung merebut seragam tersebut dari Hana.

"Eh? Apanya yang punyamu! Itu punyaku!!" kesal Hana, dia mengambil kembali seragam itu.

"Apa-apaan kau, asal merebut saja!" cibir Boeun.

Tap ... tap ... tap ...

"Kembalikan seragam itu pada Suncha."

Seseorang tiba-tiba datang, dan sempat membuat bengong seluruh anak di dalam ruangan.

𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚋𝚞𝚗𝚐....

𝚃𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛, 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊 𝚕𝚒𝚔𝚎, 𝚐𝚒𝚏𝚝, 𝚔𝚘𝚖𝚎𝚗, 𝚟𝚘𝚝𝚎 𝚍𝚊𝚗 𝚏𝚊𝚟𝚘𝚛𝚒𝚝! 𝚂𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚓𝚞𝚖𝚙𝚊 𝚍𝚒 𝚎𝚙𝚒𝚜𝚘𝚍𝚎 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚗𝚓𝚞𝚝𝚗𝚢𝚊!!!𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚍𝚞𝚔𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚛𝚊𝚗 𝚗𝚢𝚊 𝚢𝚊🍀

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!