NovelToon NovelToon

RETAK

Part 1

Aku masih tersenyum saat memasuki pintu rumah dan ku tutup dengan gerakan perlahan secara biasa saja . Ku hempaskan kantung belanjaan yang rencana pagi ini akan ku olah menjadi menu makan siang ku bersama mas Rendi , laki-laki yang hampir 5 tahun ini menjadi kepala rumah tangga bersama ku .

" Hhhiikksss!!"

Aku menangis dengan begitu lirih, menyeka lelehan cairan bening yang sedari tadi ku tahan .

" Sakit sekali Tuhan!"

Kata ku sembari memukul dada yang terasa sesak.

Ya setelah hidup berdua dan ini mungkin pertanyaan keseribu kali yang akupun tidak tau jawaban apa yang akan ku berikan.

" Nada?"

Panggil mas Rendi menyadari aku tak kunjung datang ke kamar seperti biasa yang ku lakukan saat mas Rendi dengan masa libur kerjanya.

" Hiikkss!!"

Aku tak bisa menjawab dan hanya suara isak beradu dengan sesegukan yang mungkin tanpa ku jelaskan suami ku akan faham mengarah kemana tangisan ku ini.

" Kemarilah sayang."

Katanya dengan lembut sembari melambai kearah ku.

Aku merangkul erat setelah tubuh kekar laki-laki berpawakan sempurna menurut ku , menumpahkan semua rasa yang hampir setiap saat menghampiri ku .

" Mulut-mulut itu terlalu jahat mas! "

Kata ku dengan ada begitu kacau , aku meremas kaus yang dikenakan mas Rendi cukup kuat agar segera hilang rasa kesal ku.

" Kenapa mereka semua bertanya dengan pertanyaan yang sama mas?"

Kata ku lagi mengadu pada laki-laki itu, mengadu bagaimana pertanyaan mengenai keturunan silih berganti dari bibir satu dengan yang lainnya.

Flashback

" **Eh mbak Nada? Mau belanja apa mbak?"

Kata wanita dengan rambut setengah terikat sembari membolak balikkan sayur di tangannya.

" Mau lihat lihat dulu mbak . Mbak belanja apa?"

Kata ku dengan wajah tersenyum hangat,

Hidup selama lima tahun dan waktu yang sudah sangat cukup untuk masa perkenalan di komplek tempat dimana aku tinggal bersama suami juga ibu mertua ku.

Hidup berdampingan dengan para tetangga dengan keramaian rumahnya masing-masing, khas suara anak-anak kecil cukup menyentil relung batin ku.

" Nada ? Saya mau yang itu dong , anak saya suka soalnya !".

Kata wanita dengan wajah cantik . Ibu muda dengan penampilan cukup mencolok di kalangan kami.

" Eh ini ya Mbak?"

Kata ku sembari menyodorkan bayam yang hanya tinggal satu ikat dan merelakan untuk dia.

" Iya , Makanya punya anak ! Nanti kamu tau rasanya bagaimana anak-anak mu menyukai sayur atau buat khusus dan meminta kamu yang memasaknya langsung untuk anak dan suami mu!."

Deg

Pyyaarrr!!

Bak sebuah retakan pada kaca karena suara yang terlalu kencang ! Tapi ini bukan tentang kaca dengan volume tinggi.

Mata ku seketika terbuka lebar dan meredup dengan segera.

Hawa panas tiba-tiba muncul dan keringan cukup banyak membasahi ujung dahi juga punggung ku saat ini.

" Mila ? Jangan begitu dong ! Kasian Nada lemah kandungan kan tidak semudah itu mempunyai keturunan!."

Degg

Rongga dada ku seketika menyempit ! Dan bisa ku lihat bagaimana raut wajah mereka yang selalu berucap bagaimana air mengalir tanpa penyaring.

" Mbak Nada? Jadi mau belanja apa ini?"

Katanya ramah laki-laki yang tak ikut menghakimi ku saat itu, dan dengan nada tak enak mencoba mengajak ku berinteraksi .

" Yang ini aja mang ."

Aku masih tersenyum sembari mengangkat sepotong ayam juga sayur lain sekena tangan ku.

" Mkasih mang ! Maaf mbak saya duluan ya , mas Rendi sudah nungguin soalnya."

Pamit ku setelah barang ku terima dan menghindar dari mereka yang masih asik mengobrol seakan tak merasa bersalah**.

Part 2

Empat tahun yang lalu aku rasa kehidupan ku cukup santai walau hampir semua yang bertemu dak sebua acara keluarga kerap menanyakan tentang kehidupan yang ada dalam rahim ku . Cukup ku maklumi pada saat itu yang memang pernikahan muda yang sudah pasti menantikan datangnya sebuah nyawa yang Tuhan titipkan kepada kita .

" Eh ! Ada pengantin baru ya? Sini duduk ."

Sapa Anggita keluarga dari pihak laki-laki saat aku aku datang bersama suami juga ibu mertua ku.

Aku tersenyum manis , bahkan sangat manis , menyesuaikan diri untuk jauh lebih dekat dengan semua yang ada di lingkungan baru ku .

" Sini sayang kita makan dulu ya"

Kata sang tuan rumah pada ku yang tidak lain kakak dari ibu mertua .

Jangan ditanya dimana Ayah mertua ku ? Beliau sudah pergi satu tahun sebelum acara pernikahan ku dengan mas Rendi.

" Mau makan yang mana?"

Ucap Mama Resta ibu mertua yang cukup sempurna untuk ku . Wanita paruh baya dengan segala keanggunan juga sikap keibuan yang membuat ku hangat berada di keluarga baru ku .

" Yang ini aja ma."

Aku menunjuk menggunakan ibu jari pada sebuah mangkuk kaca bening dengan asap mengepul dengan taburan bawang goreng yang cukup menggugah selera ku pagi ini.

Aku duduk pada kursi dalam ruang makan dengan mangkuk berisi sup iga yang masih panas , menyantap santai penuh perasaan menikmati rasa yang ada dalam kuah di sendok makan ku.

Begitu hangat keluarga dari suami ku , dan sesekali perbincangan mengenai keturunan terbiasa di lontarkan dan seolah lelucon untuk ku karena menganggap aku yang paling tidak terbebani dari pada mereka.

Memiliki waktu lebih untuk diri ku sendiri menurut mereka.

Mereka mengatakan rugi jika tidak memiliki keturunan tapi entah mengapa semua isi cerita bercampur keluh kesah terdengar tak begitu menikmati kehadiran malaikat kecil di tengah-tengah kehidupan mereka.

Aku mulai risih ! Mulai tak menyukai sesuatu yang berbau perkumpulan . Tak menyukai sesuatu berbau acara keluarga atau semacamnya ! Tapi,, terkadang aku tidak bisa menghindar dan berusaha menutup rapat-rapat daun telinga walau bisik cukup menyakitkan terus mengusik gendang telinga ku.

" Sayang ?"

" Hah! Iya Mas ?".

Kata ku gelagapan dan aku kini tengah melamun dalam pelukan suami ku .

Dan masih ku lihat bagaimana telapak tangan lebarnya yang masih setia mengusap pucuk kepala ku .

Aku mendongak , menatap pupil yang membuat ku tenang dalam pelukannya dan sebuah senyuman terbit begitu hangat pada bibir dengan rambut-rambut kecil yang tumbuh tepat dibawah bibir bawahnya.

" Sudah selesai melamunnya?"

Katanya sembari menoel ujung hidung yang masih lembab memerah di ujungnya.

" Apa aku sebegitu lemahnya mas?"

Aku kembali bertanya dengan mendongak , menatap dengan penuh tanya.

" Aku? ."

Hhhiikksss

" Sayang?"

" Aku iri mas!."

Kata ku kembali terisak kecil dan dengan segera di rengkuhnya tubuh kecil ku dengan Hela nafas yang ku rasa sudah cukup sesak.

" Jangan dengarkan semuanya, mau bagaimana kita aku tetap menyayangi mu."

Dengan lembut tutur mas Rendi cukup membuat ku lega.

" Berjanjilah pada ku mas! Berjanji dengan ku untuk tetap di samping ku bagaimanapun keadaan ku !."

Aku memohon setengah memaksa pada suami yang mungkin tanpa ku minta akan melakukan hal itu.

" Jangan bicara yang tidak-tidak! Ayo kita siapkan makan siang bersama!."

Entahlah kenap aku selalu m banyakan hal itu , yang jelas tak pernah ku dengar kata penolakan tentang permintaan konyol ku itu .

part 3

Malam menyapa bumi , hembusan angin malam semakin membuat ku mengeratkan pelukan pada tubuh laki-laki dengan suara dengkuran halus beradu dengan gemericik air yang berjatuhan di atas atap rumah malam ini. Ya hujan datang setelah matahari cukup lama terbenam seolah memanjakan tubuh untuk beristirahat lebih tenang.

Aku membuka mata lalu tersenyum kecil saat kepala itu menggeleng ketika tangan jahil ku membuat lukisan di atas pipi kirinya.

" Selamat tidur sayang , cuppp."

Sebuah kecupan ku daratkan tepat ada pipi dengan mata terpejam, tenang dan sangat menenangka.

Aku kembali berguling , membenarkan posisi selimut agar hawa dingin tak mampu nyentuh kulit kita malam ini.

" Sayang ?"

Degg

Jantung ku berdetak begitu panggilan terdengar menyapu daun telinga dengan suara serak serta sentuhan telapak tangan pada pergelangan tangan ku terasa bak sengatan hangat menyapu tubuh.

" Mmm .... Mmaaass? . Ada apa bangun?".

Kataku dengan suara gagap entah apa penyebabnya, padahal hanya sebuah panggilan yang sehari-hari ku dengan dari bibir laki-laki di samping ku.

" Kau membangun kan ku sayang!."

Katanya .

" Emmm, maafkan aku mas . Kalau begitu ayo kita tidur lagi ! Ini masih sangat malam untuk kita bangun . Lagipun hari ini hujan .''

Aku merebahkan tubuh setelah mengatakan hal itu.

Aku menutupi seluruh tubuh ku dengan selimut tebal yang sebelumnya sudah ku benarkan dan kembali tersingkap setelah pergelangan tangan ku di cekal lirih . Dan kini aku mencoba memejamkan mata dengan erat berharap segera tertidur dalam sekejap .

" Hah? "

" Mass ?".

Panggil ku dan seketika terbuka lebar kembali kedua bola mata saat tubuh ku di rengkuh dengan bisikan di balik telinga hingga lembut sapuan hangat udara yang berhembus meremangkan rambut kecil di balik rambut tengkuk leher ku.

" Masss?? "

Kata ku lagi saat semakin erat tubuh di rengkuh olehnya.

" Diamlah ! Aku hanya ingin memeluk mu."

Katanya dengan ringan namun ku rasakan ada sesuatu yang tak asing dan.

" Aauu !!! Maaaassss!!."

Kata ku cukup keras saat tangan jahil mas Rendi menekan sesuai dari arah belakang.

" Ehehee !! Kamu sangat menggemaskan!."

Katanya dengan kekehan penuh sayang .

" Tapi sakit !".

" Iya iya , maaf ya ? Ya sudah , ayo kita tidur."

Katanya menyadari detik jarum jam semakin menurun di angka satu.

Aku mengangguk , lalu membalikkan tubuh ku dan memeluk erat tubuh hangat dengan menyembunyikan wajah ku di balik dada bidangnya.

Jangan bilang kalian berfikir macam-macam ya ! heheeheee.

Di usapnya pucuk kepala ku dengan lembut seakan aku adalah sebuah permata yang begitu berharga . Senyum kecil ku sunggingan sembari mata terpejam aku aku mulai merasa kantuk menyelimuti mata dan sekarang aku akan berlayar menuju alam mimpi yang entah mimpi apa yang akan ku temui malam ini .

"Hhuuaammmm !"

Aku menguap kencang dan , ya pandai sekali laki-laki itu menidurkan bayi besar seperti ku.

Bayi besar yang begitu cengeng , bayi besar yang begitu pandai megolah kata yang terdengar di telinga hingga masuk kedalam hati.

Aku mulai terlelap dan entah sampai kapan tangan itu akan mengusap rambut ku , entah sampai kapan hangat tubuhnya yang menampel akan terlepas juga entah sampai kapan lengan kekar itu akan ku jadikan bantal . Yang pasti saat aku terbangun semua masih sama , yang membedakan dengkuran halus serta gerakan tangan sudah tak seperti tadi , namun lengan kekar itu masih setia menyangga kepala ku hingga fajar tiba .

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!