"Siapa nama kamu?" tanya seorang perempuan yang usianya sekitar empat puluh lima tahun itu.
"Nela," sahut gadis yang dibawa oleh seorang tukang kuli cuci gosok harian di rumah itu.
"Kamu masih muda sekali. Berapa usia kamu sekarang? Sudah lulus sekolah?"
Luci yang tak ingin gegabah dalam mempekerjakan orang di rumahnya terus bertanya sebelum benar-benar menerima gadis itu bekerja di rumahnya.
"Delapan belas, Bu. Saya baru lulus sekolah menengah atas," sahut Nela lagi.
"Bi Sumi ketemu sama Nela di mana? Saya gak mau ya mempekerjakan sembarangan orang. Bagaimana kalau ternyata Nela ini orang yang gak baik-baik."
"Nela ini anaknya tetangga saya di kampung. Keluarganya baik kok Bu, Nela juga pasti orang baik-baik," ucap Bi Sumi.
Bi Sumi adalah seorang kuli cuci gosok harian di rumah Luci namun, karena dirinya sudah terlalu tua akhirnya dia merekomendasikan Nela untuk kerja di rumah majikannya itu.
"Karena saya percaya sama Bi Sumi, saya terima Nela kerja di sini."
"Beneran Bu? Terimakasih." Raut wajah Nela terlihat begitu bahagia saat Luci bersedia menerimanya bekerja di rumahnya.
"Iya, oh iya Nela nama saya Luci kalau ada yang nanyain nama Luci berarti itu saya ya."
"Baik Bu." Nela mengangguk dengan senyum bahagia di bibirnya.
"Kalau gitu saya permisi ya Bu," ucap Bi Sumi.
"Nel, kamu kerja yang bener ya. Semoga kamu betah di sini," sambung Bi Sumi pada Nela.
Nela hanya mengangguk menanggapi perkataan Bi Sumi.
"Ayo Nela, saya tunjukkan kamar kamu dan saya jelasin pekerjaan kamu." Luci berjalan lebih dahulu sedangkan Nela berjalan dibelakang Luci!
–––––– ––––––
Waktu terus berputar, siang hari kini mulai memasuki sore hari.
Saat itu, Nela sedang menyapu halaman rumah itu tiba-tiba terdengar suara klakson mobil dari luar gerbang.
Nela pun langsung berjalan menuju pintu gerbang itu!
"Maaf, siapa ya Mas?" tanya Nela sebelum membuka pintu gerbang itu.
Seorang pemuda yang mengendarai mobil itu pun membuka kaca mobilnya lalu menyembulkan kepalanya dari jendela mobilnya.
"Saya Bara, anak yang punya rumah ini."
"Oh maaf Mas, saya gak tahu."
Nela pun langsung membukakan gerbang itu dan membiarkan mobil itu masuk!
Setelah turun dari mobilnya, tak ada kata-kata yang terucap dari mulut Bara. Pemuda berusia dua puluh lima tahun itu hanya menatap Nela dengan tatapan tak biasa.
Nela melanjutkan pekerjaannya yang sedang menyapu halaman tanpa menyimpan perasaan apa pun.
Malam hari saat waktu makan malam.
Karena Nela baru hari pertama bekerja. Luci belum menyuruh gadis itu masak untuk mereka makan malam, dirinya memilih untuk memesan makanan via online.
"Nela!" seru Luci yang saat itu sudah duduk di kursi makannya.
Tak lama, Nela pun keluar dari kamarnya dan berjalan menghampiri sang majikan.
"Iya Bu, ada apa?" ucapnya.
"Sini, saya mau kenalin kamu sama anak saya."
Nela pun tersenyum sembari menatap dua pemuda yang bersama dengan Luci.
"Ini anak pertama saya namanya, Bara." Luci mengelus lengan atas pemuda yang memiliki brewok tipis itu.
"Dan ini Farel, anak kedua saya," sambung Luci dengan tangan yang ia arahkan pada Farel.
Nela tersenyum pada mereka berdua lalu mengucapkan namanya.
"Nama saya Nela," ucapnya.
Farel langsung mengulurkan tangannya sembari mengatakan namanya meski Luci sudah memberitahu namanya pada Nela.
Setelah Farel selesai, kini giliran Bara yang menjabat tangan Nela.
Bara tersenyum sembari menatap netra Nela dengan tatapan dalam. Jarinya dia gerak-gerakan di telapak tangan Nela saat mereka masih berjabat tangan.
Nela pun langsung menarik tangannya dengan paksa karena merasa ada yang aneh dari anak majikannya itu.
"Kamu boleh istirahat, Nel. Bereskan meja makan besok pagi saja," ucap Luci.
Nela mengangguk lalu kembali masuk ke dalam kamarnya!
––––– –––––
Satu minggu kemudian.
Siang itu, Bara sengaja pulang ke rumah untuk mengambil berkas yang tak sengaja tertinggal di rumah.
Saat sudah memasuki rumah, tak sengaja dia melihat Nela yang sedang membersihkan kaca yang ukurannya tinggi sampai Nela harus naik tangga untuk dapat membersihkan seluruh kaca itu.
Bara yang berada di bawah Nela pun langsung mendapati pemandangan yang selama ini tidak pernah dilihatnya.
Saat itu Nela memakai rok sebatas betis, posisinya yang berada di atas tentu saja membuat Bara dapat melihat paha bahkan pangkal paha nya.
Bara terus melihat gadis itu dan tanpa dia, sadari, pikirannya sudah meracau melayang memikirkan sesuatu yang tidak pantas.
Menyadari ada seseorang dibawahnya, Nela langsung turun dari atas tangga itu!
"Mas Bara? Sejak kapan Mas di sini?"
"Eumm, baru aja. Aku mau ngambil berkas yang ketinggalan." Bara pun langsung masuk ke dalam rumah dan langsung ke kamarnya!
Nela tak melanjutkan membersihkan kaca itu karena merasa pekerjaannya membersihkan kaca sudah selesai, dia pun lanjut beres-beres di dalam rumah.
Saat Bara keluar dari kamarnya dia mencari-cari sosok Nela di depan rumah tapi tak menemukannya, dia pun berjalan ke ruang keluarga!
Tak disangka dirinya melihat Nela yang sedang membungkukkan tubuhnya karena sedang menyapu kolong kursi yang ada di ruang itu.
Melihat pergerakan pinggul Nela, Bara menelan ludahnya kasar, matanya terus menatap ke arah Nela, menikmati pemandangan yang tak biasa itu.
Perawakan Nela memanglah sangat indah dengan tinggi badan sekitar seratus enam puluh centi meter dengan berat badan lima puluh kilo itu membuat tubuh Nela terlihat langsing ditambah lagi dengan buah dada yang lumayan besar dan pinggul yang lebar semakin memperindah tubuh gadis itu.
Tak tahan, akhirnya Bara memberanikan diri untuk meraih pinggul Nela dan mengusapnya!
"Aaa!" Nela terkejut. Dia langsung berdiri dan memukul Bara dengan sapu yang dipegangnya!
"Ah, awh," ringis Bara.
"Mas Bara."
"Nel kamu apaan sih, mukul aku pakai sapu?" Bara memenangi pundaknya yang kena sabet gagang sapu.
"Maaf Mas lagian tadi Mas ...."
"Nela, kamu cantik sekali." Bara mendekat dan terus mendekat pada Nela.
"Mas tolong menjauh, saya lagi kerja."
"Ayolah Nela, lagian di rumah ini tidak ada siapa-siapa selain kita. Tidak akan ada orang yang tahu."
Nela terus mundur dan kini punggungnya sudah tersandar di tembok.
"Mas, tolong jangan," ucap Nela yang sudah ketakutan.
Bara tak berucap, dia mengangkat tangannya hendak menggapai benda bulat di dada Nela yang sedari tadi mengganggu pikirannya!
"Mas, tolong." Perlahan Nela merosot ke bawah untuk terhindar dari Bara yang akan melakukan sesuatu padanya!
"Nela, kamu jangan salahkan aku karena kamu sendiri yang menggoda saya."
Bara mengikuti gerakan Nela dan kini ia juga duduk di lantai itu sembari memegangi tangan Nela.
Bersambung
"Sejak aku melihat kamu, rasanya kamu terus menggodaku dengan senyuman kamu yang manis dengan gerakan tubuhmu yang elegan dan ah sepertinya kamu sudah tahu apa maksudku."
Gadis berusia delapan belas tahun itu gemetaran karena takut sekaligus terkejut dengan sentuhan yang diberikan oleh Bara.
"M_mas, saya datang kec sini untuk bekerja. Tolong jangan ganggu saya." Nela yang sudah banjir dengan air mata itu mencoba melakukan penolakan dengan cara yang halus.
Bara tersenyum lalu meraih dagu Nela!
"Manis sekali," ucapnya.
Bara mendekatkan wajahnya ke wajah Nela! Sementara itu Nela memalingkan wajahnya ke samping karena tak ingin Bara sampai menciumnya.
Drrt!
Drrtt!
Drrt!
Aksi Bara terhenti karena tiba-tiba ponselnya bergetar tanda ada seseorang yang menelponnya.
Bara pun segera mengambil ponselnya dari saku celananya dan langsung menerima telpon dari Farel itu.
Saat Bara sedang menerima telponnya, dengan cepat Nela berlari ke kamarnya dan mengunci pintunya rapat-rapat!
Gadis itu tak menghiraukan pekerjaannya yang belum selesai, sebelum Bara pergi dirinya tidak akan keluar dari kamarnya.
Nela duduk di tepi ranjangnya sempat menangis sesekali dia mengusap dagunya dan juga tangannya yang tadi dielus-elus oleh Bara.
Nela menggosok dagunya dengan keras sehingga meninggalkan bekas kemerahan.
"Aku gak bisa kerja di sini, aku harus pergi dari sini," ucap Nela didalam hatinya.
"Nela!" teriak Bara.
Nela terperanjat mendengar suara Bara yang memanggilnya, dia menatap pintu kamarnya. Terlihat knop pintunya bergerak-gerak yang menandakan seseorang sedang berusaha membuka pintu itu.
"Jangan sampai pintu itu terbuka. Ya Tuhan, tolong selamatkan aku."
Nela terus menatap pintu itu dengan perasaan was-was, dia takut kalau Bara nekat mendobrak pintu kamarnya itu.
"Nela, saya mau berangkat lagi ke kantor. Jangan lupa kunci pintunya ya," ucap Bara dari luar kamar Nela.
Nela tak menyahut, dia hanya diam dan membiarkan Bara pergi.
Setelah sepuluh menit terdiam di kamarnya, Nela merasa Bara sudah benar-benar pergi karena suaranya sudah tak terdengar lagi.
Perlahan dia membuka pintu kamarnya lalu memastikan rumah majikannya itu sepi.
Setelah memastikan tidak ada siapa-siapa. Nela pun segera keluar dari kamarnya untuk melanjutkan pekerjaannya!
"Akhirnya kamu keluar juga."
Perkataan Bara membuatnya terkejut dan spontan berlari kembali ke kamarnya! Namun usahanya gagal karena Bara menangkap dirinya dan membawanya ke dalam dekapannya!
"Kamu tenang saja, saya tidak akan sampai mem******a kamu, saya hanya ingin bermain-main sebentar," bisik Bara di telinga Nela.
"Jangan Mas, jangan lakukan ini pada saya. Kenapa Mas tidak mencari orang lain yang mungkin lebih segalanya dari saya."
Nela mencoba melepaskan diri dari dekapan Bara dengan mendorong dada laki-laki itu dengan tangannya.
"Dengan kamu yang bersikap seperti ini, membuat saya semakin penasaran dengan body kamu yang waw ini."
Nela semakin ketakutan, tangisnya semakin deras dan tubuhnya juga gemetaran.
Melihat itu, Bara langsung melepaskan Nela.
"Jangan pernah ceritakan ini pada siapapun, kalau tidak, kamu akan tahu akibatnya. Saya ke kantor dulu, kita lanjut main-mainnya nanti ya." Sebuah senyuman mengembang di bibir Bara sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan rumahnya.
*********
"Lama banget lu di rumah. Ngapain aja?" tanya Farel yang sudah menunggu Bara dari sejak dia pergi.
"Di rumah sebentar, di jalan nya yang lama," sahut Bara sembari memberikan berkas itu pada Farel.
"Kenapa?"
"Tiba-tiba ban mobil gue kempes jadinya harus ditambal dulu deh."
Farel menatap Bara dengan penuh pertanyaan. Biasanya Bara tak mau menunggu untuk hal yang tidak penting, jika ban mobilnya kempes atau ada masalah lain saat dirinya sedang di jalan, biasanya Bara akan meminta orang kantor untuk menjemputnya.
Berbeda dengan hari ini, Bara rela menambal ban mobilnya dan menunggu di bengkel yang biasanya dalam keadaan kotor.
"Ya udah, ayo masuk ke ruang rapat. Mama sudah menunggu kita."
Mereka berdua berjalan memasuki ruangan khusus untuk rapat di kantor mereka!
**********
Di kampung Nela.
Sudah hampir dua minggu Nela pergi namun dia belum juga mengabari orang tuanya.
Hal itu membuat Nana dan Ardi mengkhawatirkan Nela yang kini jauh dari tempat mereka tinggal.
"Pa, Ibu khawatir sekali pada Nela. Kenapa dia belum menelpon kita?" ucap Nana ~ Ibunya Nela.
"Bapak juga khawatir Bu, kita berdoa saja semoga anak kita baik-baik saja," sahut ~ Ardi.
"Assalamualaikum!" seru seseorang dari luar rumah mereka.
"Waalaikumsalam," sahut Nana dan Ardi.
Nana pun langsung berjalan menuju pintu rumahnya lalu membuka pintunya!
"Bu Sumi, mari masuk," ucap Nana.
Sumi pun langsung masuk mengikuti langkah sang pemilik rumah!
"Ada apa ya bu?" tanya Bu Nana.
"Saya datang untuk memberitahukan kalau Nela sekarang bekerja di tempat majikan saya."
"Kerja di tempat majikan Bu Sumi? Kerja apa?"
"Ya jadi pembantu di rumah majikan saya. Satu minggu lalu saya ketemu sama Nela di jalan katanya dia lagi nyari kerjaan tapi dia tidak juga mendapatkan pekerjaan seperti yang diinginkannya jadi saya tawarkan dia bekerja, menggantikan saya di rumah majikan saya itu."
Nana dan Ardi hanya diam, mereka tak menyangka putrinya mau bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
"Maaf ya Bu, Pak bukannya saya ingin memberi kabar tak menyenangkan tapi saya harus mengatakan ini karena Nela yang memintanya."
"Maaf Bu Sumi, memangnya ponselnya Nela kemana sampai dia harus meminta Ibu yang mengajarkan ini pada kami. Bukan apa-apa Bu, Ibu kan jauh dari tempat kami tinggal, ini jadi merepotkan Ibu."
"Tidak apa-apa Bu, saya senang bisa bertemu dengan Ibu dan Bapak, oh ya katanya ponselnya Nela mati karena chargernya rusak jadi ponselnya gak bisa nyala."
**********
Malam hari di kediaman Luci.
Nela menjadi ketakutan saat bertemu dengan Bara, dirinya tak ingin berlama-lama berada di luar kamarnya karena takut diganggu oleh anak majikannya itu.
Setelah majikannya selesai makan malam. Nela segera mencuci piring bekas mereka makan sebelum Luci masuk ke dalam kamarnya.
Dalam pikiran Nela, Bara tidak mungkin mengganggunya selama Luci masih menonton televisi di ruang keluarga.
Farel datang ke dapur untuk meletakkan gelas bekasnya untuk sekalian dicuci oleh Nela.
"Nel, titip ini ya, gelas bekas saya minum," ucap Farel.
Nela terperanjat lalu menatap Farel yang berdiri di belakangnya.
"M_mas Farel. I_iya Mas, nanti saya cuci," sahut Nela terbata.
"Kamu kenapa?"
"Nggak apa-apa Mas." Nela tersenyum yang dipaksakan pada Farel.
Trauma dengan yang dilakukan Bara padanya, membuat dirinya juga takut kepada Farel.
"Jangan bilang kamu takut pada saya. Jangan takut, saya gak akan mengigit kamu kok." Farel tertawa renyah.
"Nggak kok, saya cuma kaget aja tadi."
"Betah gak kerja di sini?"
Nela tak langsung menjawab, dia diam dengan tangannya yang terus menggosok piring kotor itu.
"Saya harap kamu betah kerja di sini tapi kalau kamu gak betah juga saya gak bisa maksa kamu untuk tetap kerja di sini. Kalau kamu gak betah coba bilang ke Mama."
Nela menatap Farel lalu tersenyum tipis.
Bersambung
Malam semakin larut, saat itu jam sudah menunjukkan pukul dua puluh dua lewat sepuluh menit, Nela masih berada di ruangan khusus menyetrika pakaian milik majikannya.
Siang tadi dirinya belum sempat menyetrika pakaian karena terganggu dengan Bara yang terus mengganggunya.
"Nela, ini sudah malam kenapa kamu masih bekerja?" tanya Luci yang keluar dari kamarnya untuk mengambil air minum.
"Saya belum menyelesaikan pekerjaan saya Bu, tadi siang saya sedikit pusing jadi tidak sempat menyetrika," sahut Nela beralasan.
"Kamu istirahat saja, menyetrikanya nanti saja."
"Apa boleh Bu?"
"Kalau kamu tidak enak badan jangan dipaksain untuk kerja nanti yang ada penyakitnya makin parah."
"Baik Bu, kalau gitu saya masuk kamar dulu."
"Istirahat ya Nel."
Di kamar Bara.
Bara merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya dengan posisi terlentang, entah kenapa dirinya terus saja teringat pada Nela, wajahnya, senyumnya, gayanya berjalan sungguh sangat menggodanya.
Bara memang susah cukup umur untuk menikah bahkan teman-temannya sudah ada yang memiliki anak tapi karena dirinya menjalani hubungan jarak jauh dengan sang kekasih, dirinya memilih menunggu kekasihnya selesai dengan pendidikannya di luar negeri dan kembali ke tanah air untuk melangsungkan hubungan pecinta mereka menuju pelaminan.
Sebagai pria normal, melihat bentuk tubuh Nela yang terbilang bagus wajar saja Bara merasa ingin sekali melepaskan rasa yang selama ini dipendamnya, ya hubungan Bara dan kekasihnya memang sangat serius sampai mereka sudah saling mengetahui harta karun satu sama lain. Saat sedang bersama dengan kekasihnya, Bara selalu menyusuri tempat-tempat terlarang milik sang kekasih, wajar saja saat mereka berjauhan, Bara merasa lapar dengan sentuhan-sentuhan luar biasa itu.
"Kalau aku sama Nela, nanti Sisca tahu ... ah gak mungkin tahu lagipula Sisca kan lagi di luar kota dan lagi aku hanya bermain-main saja tidak akan sampai melakukan hal segila itu, Nela tidak akan sampai hamil," ucap Bara didalam hatinya.
Seketika bayangan Nela yang sedang membersihkan kaca dengan menaiki tangga, muncul lagi diingatannya, Bara mengepal sesuatu miliknya yang mulai tegang saat mengingat Nela kala itu.
Dia menatap jam didinding kamarnya sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam, munculah ide gila dalam otaknya.
Dia bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan keluar dari kamarnya!
"Semua orang pasti sudah tidur, kayaknya aman kalau aku temui Nela," ucapnya dalam hati.
Setibanya di depan pintu kamar Nela, Bara mengintip dari lubang kunci sayangnya dia tidak bisa melihat apa-apa karena kuncinya masih menempel di lubangnya, dia mencoba membuka pintu itu namun pintunya terkunci dari dalam.
Dia pun meninggalkan tempat itu dan berjalan ke dapur rumahnya!
"Belum tidur? Ngapain malam-malam keluyuran?"
Suara Farel mengejutkan Bara yang saat itu baru habis dari depan pintu kamar Nela.
"F_Farel, dari kapan kamu di sini?"
"Baru aja, kakak lagi ngapain?"
"Aku mau bikin kopi tapi aku gak tahu takarannya seberapa tadi aku coba minta tolong Nela tapi dianya udah tidur."
"Oh mau bikin kopi. Ini udah malam lho kak masa mau ngopi."
"Aku ada kerjaan yang harus diselesaikan tadi aku sempat tidur dan sekarang baru bangun tapi masih ngantuk makanya mau ngopi."
"Oh, ya udah aku buatkan kopinya." Farel pun langsung mengambil kopi dari dalam lemari makanan lalu menyeduh nya dengan air panas.
"Udah nih kak. Maaf ya kakak bawa sendiri ke tempat kerja."
"Terimakasih Rel, kakak tinggal dulu!"
Farel tak menghiraukan Bara, dia langsung mengambil air minum dari dalam kulkas!
Farel memang terbiasa minum air dingin meskipun malam hari karena itulah dirinya tak pernah membawa air minum kedalam kamarnya meski dirinya tahu dirinya selalu merasa kehausan saat tidur.
Di kamar Nela.
Nela begitu gelisah dan tak bisa tidur nyenyak, mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari anak majikannya membuatnya tidak bisa istirahat dengan tenang.
"Aku harus berhenti kerja di sini tapi gimana bilangnya ke Ibu? Ibu kan jarang di rumah," ucap Nela didalam hatinya.
Nela *******-***** jari tangannya karena terlalu gelisah.
Dirinya terus teringat dengan Bara yang berusaha menjamahnya dan memaksanya untuk melayani anak majikannya itu.
"Aku takut sekali, Pak, Bu, aku mau pulang." Nela menangis.
Baru satu minggu dirinya bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah itu namun dirinya merasa sudah tidak tahan ingin keluar dan pergi jauh dari rumah itu.
**********
Waktu terus berputar dan kini pagi pun telah tiba.
Saat semua orang baru terbangun dari tidurnya, Nela sudah selesai masak untuk majikannya sarapan dan kini dia sedang menjemur pakaian di belakang.
"Nela!" seru Farel.
Nela terperanjat mendengar suara Farel yang memanggilnya.
"Nela kamu sedang apa? Dari tadi dipanggil-panggil kok gak menyahut," ucap Farel saat melihat Nela di tempat menjemur pakaian.
"Maaf, Mas gak kedengaran. Ada apa Mas, ada yang bisa saya bantu?"
"Itu kak Bara nyariin jasnya yang berwarna maroon. Kamu simpan dimana katanya?"
"Di lemarinya Mas kemarin sudah saya taruh di lemarinya."
"Tolong carikan ya biar cepat, aku sama kak Bara ada meeting pagi soalnya."
Deg!
Rasa takut pun mulai menghampiri dirinya lagi. Di luar saja dirinya takut bertemu dengan Bara apalagi didalam kamar laki-laki itu.
Pikiran Nela sudah melayang kemana-mana memikirkan sesuatu yang tidak baik.
"Nel! Kamu mau kan membantu mencarikan jas kak Bara?"
"Ada apa ini? Pagi-pagi udah berdiskusi di tempat jemur pakaian," ucap Luci yang hendak sarapan.
"Nela, tolong carikan jas saya yang berwarna maroon ya," ucap Bara sembari menarik kursi makannya!
Nela tersenyum, ada rasa lega saat tahu Bara sudah keluar dari kamarnya.
"Iya Mas, saya akan mencarinya sekarang." Nela berjalan cepat memasuki kamar Bara!
Setibanya di kamar itu, Nela langsung membuka lemari gantung dan mencari jas yang dimaksud oleh Bara namun setelah mencari dirinya tak menemukan jas itu.
"Mana ya? Perasaan kemarin aku simpan di sini," gumam Nela.
Di meja makan.
"Aduh lupa lagi jam tangan aku gak dipakai," ucap Bara sembari menatap tangannya.
Dia pun beranjak dari duduknya!
"Sarapan dulu, bisa nanti kan ambil jam tangannya," ucap Luci.
"Aku suka lupa Ma, kalau gak dipakai langsung. Kalian sarapan duluan aja."
Bara langsung berjalan menuju kamarnya.
Cklek!
Suara pintu yang terbuka.
Nela langsung menatap ke arah pintu dan dia pun langsung melihat Bara yang muncul dari balik pintu.
"Udah ketemu belum?" tanya Bara.
"B_belum Mas, mungkin masih di tempat setrika, saya lihat dulu di sana." Nela langsung ingin pergi dari kamar itu.
Saat Nela sedang berjalan menuju pintu tiba-tiba Bara meraih perutnya dan melingkarkan tangannya di perut langsungnya.
"Gak usah, jas nya udah ada kok. Aku sengaja memancing kamu agar masuk ke sini," ucap Bara yang saat itu sudah memeluk Nela dari belakang.
"Mas, tolong lepaskan."
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!