Hari berjalan seperti biasa, tapi hari ini menjadi hari yang berbeda untuk Bella. Seorang mahasiswi jurusan seni, ia tengah mempersiapkan karya lukis miliknya yang akan di pamerkan di pameran karya seni dan di hadiri oleh orang-orang ternama.
Hingga waktu pameran pun tiba, semua orang yang datang melihat karya seni miliknya yang terkesan sederhana tapi lebih indah.
Hingga sosok pria dengan kemeja putih berdiri tepat di depan lukisan yang menurutnya sangat indah, Leonardo terus memandang takjub lukisan di depannya hingga sebuah senyuman tipis terukir di wajahnya.
"Tuan?!" Panggil seseorang yang membuat Leonardo mengalihkan pandangannya.
Tapi mata Leonardo semakin di buat takjub dengan pahatan Tuhan pada sosok wanita di depan matanya, wanita sederhana tapi terkesan cantik.
"Perkenalkan saya Bella, pelukis lukisan tersebut." Bella langsung memperkenalkan dirinya dengan senyuman hangat dan lembut.
Leonardo terdiam, ia terpana saat melihat wajah cantik Bella terutama saat wanita itu tersenyum.
"Lukisannya sangat indah, apa kau seorang guru seni?"
"Terimakasih atas pujiannya, tapi saya hanya seorang mahasiswi."
"Waw.. Luar biasa, hanya seorang mahasiswi tapi bisa menghasilkan karya yang begitu indah seperti ini." Leonardo langsung memberikan tepuk tangan, tapi sesekali ia melirik ke arah Bella yang tengah tersenyum dengan wajah yang merona.
"Terimakasih, pak?"
"Leonardo."
"Baik, terimakasih Pak Leonardo atas pujiannya."
Leonardo kembali terpana oleh sikap lemah lembut dan senyuman hangat yang di berikan oleh Bella, mungkin baginya perempuan ini adalah wanita pertama yang bisa membuatnya terpesona.
"Sama-sama, tapi apa kau bisa menjelaskan makna yang tersimpan di balik lukisan ini?"
"Maknanya? Sebenarnya tidak ada, lukisan ini hanyalah sebuah khayalan ku saja."
"Khayalan?"
"Iya, aku selalu berkhayal bisa pergi ke tempat seindah yang ada di lukisan ini. Meski aku tahu, tempat seperti itu tidak pernah ada. Tapi ketika membayangkannya membuat kehidupan terasa indah, terutama saat memejamkan mata. Membayangkannya membuat ku selalu tidak ingin bangun dari dunia fantasi ku."
Leonardo melihat ke arah Bella yang tengah menatap ke arah lukisan miliknya sendiri, tatapan Leonardo pun ikut melihat ke lukisan di depannya.
"Kau memiliki imajinasi yang hebat, bahkan kau bisa menuangkan imajinasi mu itu ke dalam sebuah mahakarya yang luar biasa."
"Anda terlalu memuji, Pak Leonardo."
"Orang berbakat seperti mu, memang pantas untuk mendapatkan pujian."
Bella tersenyum senang, "Apa lukisan ini akan ikut pelelangan?" tanya Leonardo.
"Sepertinya tidak, lukisan ku tidak mungkin ada yang mau membeli. Terlebih lagi aku hanya seorang pelukis amatir," jawab Bella dengan senyuman di wajahnya.
"Kau terlalu merendahkan, Nona Bella. Bagaimana jika kita mengobrol di cafe yang ada di depan?" Ajak Leonardo.
"Mungkin lain kali, aku masih harus menunggu lukisan ku."
"Ah, iya aku lupa." Leonardo kini diam dengan tatapan mata yang masih menatap ke arah lukisan di depan matanya. "Apa kau bisa melukis seseorang?"
"Maksudnya melukis wajah manusia?"
"Iya, apa kau bisa?"
"Iya, aku bisa."
"Jika kau bisa, apa kau bisa melukis wajah ku? Aku ingin melihat wajah ku menjadi mahakarya lukis mu yang baru."
"Sungguh? Tapi mungkin itu membutuhkan waktu berjam-jam, tapi jika anda menginginkannya. Anda bisa mengirimkan foto milikmu, yang ingin di buat menjadi lukisan."
"Aku tidak ingin kau melukis dari foto ku, tapi aku ingin kau melukis ku secara langsung."
Bella terdiam, ia menatap mata Leonardo yang menunjukkan keseriusan dari keinginan pria itu.
"Tapi itu akan memakan waktu berjam-jam, mungkin anda akan pegal-pegal."
"Aku tidak peduli, jadi bagaimana? Apa kau bersedia?"
"Tentu saja, bagaimana jika kita membahasnya setelah pameran selesai."
Kini Bella dan Leonardo berada di studio lukis milik Bella, wanita itu itu menyiapkan tempat yang cocok untuk Leonardo.
Bella sedikit gugup terutama saat mendengar permintaan Leonardo yang ingin di lukis tanpa menggunakan baju.
Deg...
Jantung Bella tiba-tiba berdetak kencang saat menyadari jika Leonardo berada dia belakang tubuhnya.
"Maaf, aku mengagetkan mu." Ucap Leonardo, Bella hanya tersenyum.
"Baik kita mulai sekarang."
Leonardo langsung duduk di sebuah kursi panjang, ia memasang ekspresi yang santai. Bella hanya diam dan fokus pada lukisannya meski jantung nya terus berdetak dengan kencang.
"Kau sangat serius sekali, Nona Bella." Goda Leonardo.
"Tentu saja, kita harus serius dalam melakukan pekerjaan." jawab Bella dengan senyuman.
"Baguslah, kau memang cocok untuk di sebut seorang seniman."
Bella tersenyum saat mendengar pujian dari Leonardo, hatinya tiba-tiba terasa senang dan wajahnya mulai memerah.
Leonardo yang melihat perubahan wajah Bella pun ikut tersenyum, ia kembali menggoda wanita itu hingga terus menerus.
Selama sesi lukis Bella dan Leonardo terus bertukar cerita tentang diri mereka satu lama lain, Leonardo juga memesan makanan untuk mereka berdua.
Hampir berjam-jam mereka berbicara seraya melukis wajah Leonardo, hingga akhirnya lukisan milik Leonardo pun jadi.
"Bagaimana?" tanya Bella dengan perasaan gugup, ia takut jika hasilnya tidak sesuai dengan keinginan Leonardo.
"Sangat indah, kau memang sangat berbakat." Puji Leonardo.
"Terimakasih."
Leonardo memandangi wajah Bella, wanita cantik berkulit putih dengan mata coklat. Rambutnya yang ikat terikat rapi, tangannya yang kekar menarik ujung tali yang mengikat rambut ikal wanita cantik itu.
Dengan senyuman lembut dan tatapan hangat, Leonardo memegang ujung rambut Bella.
"Kau sangat cantik jika rambut mu di urai." Bisik Leonardo.
Bella tersipu malu, ia melirik ke arah lain. Matanya tak sanggup untuk melihat pria di depannya, jantungnya terus berdetak dengan kencang.
"Jika ada lain waktu, aku ingin mengenalmu lebih dekat."
Bella tersenyum saat mendengar perkataan dari Leonardo, baginya Leonardo adalah pria yang baik dan tampan.
Leonardo pun mengirimkan bayaran Bella dengan nominal yang sangat tinggi, wanita itu hanya bisa berterimakasih.
Di perjalanan pulang, Leonardo terus memikirkan sosok wanita yang menemaninya beberapa jam yang lalu.
Sosoknya sangat lembut dan cantik, perasaan sangat tiba-tiba muncul di benak Leonardo. Mungkin lain kali dia akan kembali datang untuk bertemu dengan Bella.
Hingga suara panggilan telpon terdengar, dengan jari jemari yang lincah Leonardo langsung menelan tombol jawab.
"Ada apa?"
"Dimana kau?"
"Di jalan."
"Segeralah pulang, aku ada kabar baik untuk mu."
"Kabar baik? Katakanlah."
"Aku akan menikah lagi."
Leonardo seketika mengeraskan rahangnya, ia tidak suka mendengar berita dari Doni.
"Jangan membuat lelucon."
"Aku serius, dan besok calon istri ku akan datang ke rumah."
"Aku tidak setuju dengan pernikahan mu."
"Mau atau tidak, kau harus setuju. Lagi pula yang menikah itu bukan kau tapi aku."
Doni langsung mematikan panggilannya, begitu pun Leonardo ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju rumahnya.
Doni menatap tajam ke arah putra semata wayangnya, "Ibumu sudah 5 tahun meninggal dan aku butuh penggantinya! Meski kau melarang ku, aku akan tetap menikah."
"Kau gila! Kau sudah tua tapi masih memikirkan tentang pernikahan."
"Leonardo, jaga ucapan mu. Aku adalah ayahmu dan kau tidak seharusnya mengatakan hal itu kepada orang tuamu sendiri."
"Persetan dengan itu, intinya aku tidak setuju dengan pernikahan yang akan kau lakukan."
"Aku tidak butuh persetujuan mu yang jelas kau harus memperlakukan calon istri ku dengan baik, terlebih dia masih berumur 20-an."
"Kau gila! Kau menikah dengan seorang gadis yang bahkan memiliki umur yang berbeda jauh denganmu. Apa kau sudah tidak waras!"
"Leonardo! Jaga ucapan mu itu!"
"Kau yang harusnya menjaga pikiranmu itu, kau sebaiknya perbanyak sadar diri. Pria tua bau tanah seperti mu masih ingin memilikinya seorang istri berumur 20-an."
Suara tamparan tiba-tiba terdengar, Leonardo menatap tajam dengan rahang yang mengeras.
"Ingat, di sini akulah yang berkuasa! Jika kau sampai menentang pernikahan ku, kau bisa angkat kaki dari rumah ini dan dari perusahaan kau!"
Mendengar ancaman Doni, Leonardo langsung pergi begitu saja dengan ekspresi wajah yang kesal.
Keesokan harinya...
Leonardo terbangun dari tidurnya, matanya menatap tajam ke sekeliling. Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 tapi Leonardo masih berada di rumah, hari ini ia tidak masuk ke kantor karena permintaan ayahnya yang ingin mengenalkan sosok istri baru pria itu kepada Leonardo.
"Aku yakin jika dia wanita murahan yang hanya ingin menikah karena uang saja." Gumam Leonardo.
Pria itu langsung membersihkan tubuhnya, setelah itu ia langsung menggunakan pakaian casual.
Tapi saat membuka pintu kamarnya, Leonardo mendengar suara tawa seorang wanita. Tatapan tajam dan tidak bersahabat di perlihatkanlah langsung oleh Leonardo.
Lalu pria itu langsung turun ke lantai bawah, ia melihat ayahnya tengah tertawa bersama dengan seorang wanita yang tengah membelakangi Leonardo.
"Leonardo, ke sini. Aku ingin memperkenalkan calon ibu baru mu."
Leonardo berjalan mendekat ke arah sofa, ia secara perlahan dengan tatapan mata yang melihat ke arah wanita yang akan menjadi ibu tirinya.
Deg...
Keduanya saling memandang satu sama lain dengan tatapan mata yang terkejut, "Leonardo, kenalkan ini Bella. Dia akan menjadi ibu tiri mu, kuharap kau bisa memperlakukannya dengan baik."
Leonardo terdiam dengan tatapan mata yang tajam, kebencian dan amarah terlihat jelas di wajahnya.
Bella hanya tersenyum canggung, ia masih tidak percaya jika anak tirinya adalah pria yang ia temui kemarin. Kini Bella bisa melihat tatapan marah dan benci dari pria yang kemarin bersikap lembut kepadanya.
"Senang bertemu denganmu, Leonardo." Sapa Bella seraya mengulurkan tangannya.
Leonardo tersenyum merendahkan, "Senang bertemu denganmu juga, Bella!" Leonardo sengaja memakan kata 'Bella' yang membuat wanita itu terdiam dan tersenyum canggung.
"Leonardo, kau jangan keras-keras seperti itu kepada istri ku."
"Maaf, ayah. Aku tidak biasa memperlakukan orang umurnya di bawah ku dengan sopan!" Leonardo menatap tajam ke arah Bella.
"Baiklah, aku mengerti. Aku dan Bella sudah menentukan pernikahan kami, kami akan menikah besok lusa."
Leonardo terdiam, ia enggan untuk menanggapi perkataan dari Doni. "Bella, ku harap kau bisa akur dengan putra ku. Dan ku harap kau bisa memaklumi sikapnya."
"Iya Mas, tidak apa-apa kok."
Doni langsung bangkit dari tempat duduk, "Bella, kau tinggal dulu di sini. Aku harus keluar dulu untuk mempersiapkan gedung pernikahan kita."
"Gedung?" tanya Leonardo.
"Iya gedung pernikahan, mana mungkin aku menikah di gubuk tua." Jawab Doni.
"Apa kau sudah tidak punya rasa malu? Kau sudah tua bangka tapi ingin mengadakan pernikahan di gedung mewah?" tanya Leonardo dengan senyuman mengejek kedua orang yang akan sebentar lagi akan menjadi sepasang suami istri.
"Leonardo jaga ucapan mu!"
"Untuk apa di jaga, ini memang fakta!"
Doni yang kesal langsung bergegas pergi meninggalkan Bella sendirian bersama dengan Leonardo.
Kini tatapan mata Leonardo langsung tertuju pada sosok Bella yang tengah duduk dengan wajah yang menunduk.
"Katakan!" Perintah Leonardo dengan mata yang menatap tajam ke arah Bella.
Wanita itu mengangkat wajahnya dan mata nya melihat tatapan mata Leonardo.
"Maksudnya?"
"Katakan niat aslimu menikah dengan bandot tua itu?! Apa karena uang?" tanya Leonardo.
Bella hanya diam dan tidak berani menjawab pertanyaan dari Leonardo. "Aku rupanya terlalu memandang tinggi dirimu, dan kini aku sudah tahu jika kau adalah wanita murahan yang melemparkan dirinya ke atas ranjang pria tua hanya untuk mendapatkan uang mereka!"
Bella kembali diam, ia tidak mampu untuk menjawab semua perkataan dari Leonardo. Pria itu lalu bangkit dan berjalan ke arah Bella, ia menyamakan tingginya dengan Bella.
Lalu tangan kekarnya mencekik leher Bella dan mendorong wanita itu hingga terbaring di atas sofa. Dengan berusaha sekuat tenaga Bella terus memegang tangan Leonardo untuk melepaskan cekikan di lehernya.
"Leonardo... Khuk.. Khuk.. Khuk.."
Leonardo pun langsung melepaskan cekikan pada leher Bella, wanita itu langsung mengambil nafas sebanyak-banyaknya.
"Berapa pria yang sudah meniduri mu?" tanya Leonardo dengan tatapan merendahkan.
Bella hanya diam dan enggan untuk menjawab, perlahan air mata mulai mengalir.
"Percuma kau menangis, aku tidak akan pernah memberikan belas kasih ku kepada wanita j*Lang seperti mu. Apa kau sudah tidak bisa mendapatkan pekerjaan hingga kau melemparkan dirimu ke atas ranjang pria yang bahkan 2 kali lebih tua dari mu?!"
Bella langsung bangkit dan hendak pergi menuju Leonardo. "Mau kemana kau?" tanya Leonardo dengan tatapan mata yang tajam.
"Maaf, Leonardo. Aku harus pergi dan beristirahat untuk mempersiapkan diri karena besok lusa aku akan menikah."
"Waw.. Jadi kau sudah tidak sabar menjadi istri si bantot tua itu?"
"Iya, saya sudah tidak sabar. Dan sebaiknya kau menghormati ku karena aku akan segera menjadi ibumu." Setelah mengatakan hal itu Bella langsing pergi begitu saja.
Leonardo yang melihat kepergian Bella pun langsung melampiaskan amarahnya, ia kesal dan tidak bisa menerima kenyataan jika wanita yang akan menjadi istri dari ayahnya adalah wanita yang pernah ia temui di pameran lukisan.
"Sialan!" Teriak Leonardo.
Bella berjalan dengan sempoyongan, jantungnya terus berdetak dengan kencang. Lalu ia langsung masuk ke dalam mobil, di dalam mobil Bella hanya duduk diam dan menyembunyikan perasaan sedih di hatinya.
Perkataan yang di lontarkan oleh Leonardo membuat hati kecilnya sakit, ia merasa harga dirinya telah di hancurkan berkeping-keping oleh pria itu.
Tapi sebuah senyuman muncul di wajah Bella, senyuman hambar ketika mengingat kata harga diri.
"Apakah aku masih bisa menyebut diri ku memiliki harga diri?"
Hari yang di tunggu pun tiba, Bella tengah berdiri di depan cermin besar. Ia menatap pantulan dirinya di balik cermin, sebuah gaun putih yang indah terpasang di tubuh indahnya.
Para penata rias memuji kecantikan wajah dan indahan tubuh Bella, hingga Leonardo datang untuk menjemput Bella agar segera datang ke altar pernikahan.
Leonardo terdiam, ia terpana saat melihat wajah cantik yang di hiasi oleh make up tipis dan tubuh indah wanita itu yang di balut oleh gaun pengantin.
Leonardo langsung tersadar dari rasa kagumnya, ia langsung menarik tangan Bella dengan kasar.
Wanita itu hanya tersenyum canggung, lalu ia ikut berjalan di samping Leonardo. Bella berjalan dengan langkah pelan dan jantung yang terus berdetak dengan kencang, tatapan matanya tertuju pada orang-orang yang tersenyum dan melihat ke arahnya.
Ia hanya bisa menundukkan kepalanya, perasaan takut dan gugup bercampur menjadi satu. Hingga Doni kini berada di depan Bella, ia mengulurkan tangannya, Bella dengan senyuman lembut memegang tangan suaminya.
Kini janji suci keduanya saling terucap satu sama lain, yang mengikat keduanya dalam sebuah pernikahan.
Doni dengan lembut mencium kening istrinya, suara tepu tangan terdengar dari semua tamu undangan yang datang.
Kini keduanya tengah berada di depan pelaminan, mereka langsung menyapa para tamu undangan yang datang untuk mengucapkan selamat atas pernikahan keduanya.
Leonardo duduk di sudut ruangan, tatapan matanya menatap ke arah Bella yang tengah tersenyum menyambut para tamu undangan.
Hingga tiba-tiba terdengar suara gaduh, mata Leonardo melihat ayahnya memegang dada dan membuat semua orang panik.
Leonardo tersenyum tipis saat melihat ayahnya, "Sudah tua, penyakitan tapi masih ingin menikah!" Maki Leonardo dengan mata yang masih menonton pertunjukan di depan matanya.
Orang-orang langsung membawa Doni ke dalam mobil dan langsung di bawa ke rumah sakit, sementara Bella masih berada di kursi pengantin karena Doni melarang wanita itu untuk ikut ke rumah sakit.
Melihat ketidak adanya pengantin pria membuat suasana menjadi sangat canggung untuk Bella.
Hingga acara resepsi pun selesai, Doni masih di rawat di rumah sakit dan Bella masih belum mengetahui bagaimana kondisi suaminya.
Kini Bella berada di berada di kamar pengantin miliknya, hatinya terus gelisah. Ia mencoba menghubungi asisten Doni untuk menanyakan kondisi suaminya dan asistennya mengatakan jika keadaan Doni sudah mulai membaik tapi ia harus di rawat inap sekitar 1 hari.
Setelah itu Bella langsung membuka baju pengantin miliknya di bantu oleh beberapa pelayan, ia kini menggunakan lingerie berwarna merah yang telah di sediakan oleh Doni untuk malam pertama mereka. Tapi karena Doni tidak ada, jadi Bella tidak melakukan ritual malam pertama dengan suaminya.
"Jadi kau sudah tidak sabar ingin melayani bandot tua itu?" Terdengar suara pria yang membuat Bella terkejut dan langsung membalikkan tubuhnya.
"Leonardo, apa yang kau lakukan di kamar ku?" tanya Bella panik karena ia hanya menggunakan lingerie yang sangat seksi dan mengekspor tubuhnya.
"Aku hanya ingin melihat wanita rendahan yang kini sudah menjadi ibu tiri ku."
"Jaga mulutmu, Leonardo! Kini aku sudah menjadi ibumu dan kau harus bersikap sopan kepada ku."
"Hahaha..." Leonardo tertawa, ia langsung menutup pintu kamar Bella yang membuat wanita itu sedikit berjalan mundur menjauhi Leonardo. "Sudah berapa puluh pria yang meniduri tubuhmu?"
"Bukan urusanmu?"
"Hahaha.. Baiklah, aku akan ganti pertanyaannya. Sudah berapa kali kau melemparkan tubuh mu ke atas ranjang bandot tua itu?"
Bella hanya diam, lalu wanita itu langsung mengusir Leonardo untuk keluar dari kamarnya. Tapi bukannya pergi, Leonardo langsung memegang tangan Bella dan melemparkan wanita itu ke atas ranjang.
Bella melihat ke arah Leonardo yang membuka ikatan dasi dari kerah bajunya, "Apa yang kau lakukan!"
"Kenapa? Bukankah kau sering melakukan hal itu dengan para pria, jadi untuk apa takut?"
Leonardo mendekati Bella dengan tangan yang langsung menarik wajah wanita itu, pria itu mencium bibir Bella dengan ganas.
Bella terdiam, ia mulai terbuai oleh ciuman ganas yang di berikan oleh Leonardo.
Leonardo tersenyum merendahkan, ia sudah tahu jika Bella adalah wanita murahan yang sudah sering melayani banyak pria.
Perlahan tangan Leonardo menarik lingerie milik Bella hingga wanita itu kini tidak menggunakan apa-apa.
"Leonardo, hentikan!" Pinta Bella yang sudah sadar dari buaian Leonardo.
"Kenapa, bukankah kau sudah biasa melakukan hal seperti itu."
"Kau salah paham, Leonardo!"
Tanpa mendengar perkataan dari Bella, tangan Leonardo langsung mengarah ke bagian bawah Bella.
Saat jarinya masuk, Leonardo terdiam dengan mata yang melihat ke arah Belle yang kini tengah menatapnya dengan tatapan mata yang berkaca-kaca.
Leonardo seketika langsung menjauh dari tubuh polos Bella, ia masih tidak percaya dengan apa yang kini ia ketahui. Matanya masih melihat jari miliknya yang baru saja masuk ke dalam tubuh seorang wanita yang masih perawan.
Leonardo yang kesal langsung bangkit dan segera pergi begitu saja dengan membanting pintu kamar dengan kencang.
Kini Leonardo berada di kamar miliknya, ia masih tidak habis pikir jika wanita itu masih perawan.
Kekesalan dan amarah mulai memuncak di benak Leonardo, ia sangat kesal melihat wanita itu malah menikah dengan Doni.
Leonardo juga semakin marah jika mengingat wanita itu masih perawan, ia tidak bisa membayangkan tangan pria tua itu menyentuh setiap tubuh Bella.
"Arg.. Doni sialan! Kau bahkan menikah dengan seorang gadis yang masih suci, dasar pria tua gila! Harusnya kau segera mempersiapkan pemakaman mu."
Bella yang masih berada di kamarnya, terdiam dengan wajah yang panik dan syok. Ia masih tidak percaya dengan apa yang di lakukan oleh Leonardo kepadanya.
Bella mulai melihat lingerie miliknya yang sudah di robek paksa oleh Leonardo, wanita itu hanya bisa menghela nafas. Ia takut jika Doni mengetahui kejadian ini dan malah melakukan tindakan yang membuat Bella rugi.
Bella langsung memungut lingerie miliknya, tapi sosok Leonardo tiba-tiba muncul di pikirannya. Tangan kecilnya mulai memegang bibir yang tadi telah bersentuhan dengan bibir Leonardo.
Perasaan aneh tiba-tiba muncul di benak Bella, ia tidak bisa berhenti membayangkan ciuman panasnya dengan Leonardo.
Hingga suara handphone milik Bella berbunyi dan rupanya itu suaminya.
"Hallo, Mas?"
"Sayang, maafkan aku karena tidak bisa menemani mu di saat malam pertama kita."
"Iya Mas, tidak apa-apa. Yang terpenting sekarang adalah kesehatan mu."
"Kau sangat perhatian, aku sangat mencintaimu."
"Aku juga sangat mencintaimu, Mas."
"Sayang setelah aku sembuh, aku berjanji akan membuatmu merasakan surga dunia."
"Emm.. Aku sudah sangat menantikannya."
"Sekarang kau beristirahat, besok pagi supir akan menjemput mu."
"Baik Mas."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!