NovelToon NovelToon

Kembalinya Sang Dewa

Bangun, March!

“March, hey! Bangun, March! Apa kau mendengarku?”

“Ahh, diam!”

“Hey, Pemalas! Cepat buka matamu! Mau berapa lama lagi kau tidur di sini?”

“1000 tahun lagi.”

“Bodoh! Dewa macam apa kau ini? Rakyatmu menderita, March! Negerimu sedang dijajah!”

“Dijajah? Siapa?”

“Ada pendekar sakti yang datang ke Mars dan berbuat kekacauan. Dia membunuh orang-orangmu, merusak alammu, mengotori tanah Mars yang agung dengan da—”

“Cukup! Faun, ambilkan tombak kesayanganku! Biar kita beri pelajaran si pengganggu kurang ajar itu.”

“Akhirnya! Seharusnya kau seperti ini sejak sepuluh ribu tahun yang lalu, March. Kita pasti takkan diremehkan dewa-dewa lain.”

“Ah, berisik! Cepat ambilkan tombakku!”

“S-siap!”

Mata beriris biru March menelisik keadaan sekitar. Ia tahu persis tengah berada di istana air yang telah diciptakannya sejak lima ratus juta tahun yang lalu.

Lantai transparan yang berbatasan langsung dengan air dari berbagai samudera, sehingga ketika menengok ke bawah, berbagai macam warna air tampak menghipnotis mata.

Lalu, tiang-tiang emas yang kokoh dan indah, menopang istana yang nyaris sebesar matahari ini. March ingat betul semuanya.

Hanya saja, yang dirinya lupa, hal macam apa yang membuat orang asing nekat menginvansi kedaulatan Mars, negeri tempatnya memimpin.

“Faun, mana tombakku?!”

Seekor kambing berbadan manusia muncul di samping March seraya bersimpuh. Kedua tangannya memegang sebilah tombak warna biru—mengilap dan penuh ukiran. March segera mengambil tombak tersebut, kemudian tersenyum.

Rambut biru muda sepunggungnya memancarkan cahaya (persis seperti lautan yang diterpa sinar mentari), begitu pun kedua irisnya. Tatkala lelaki itu mengacungkan tombak, pakaian sutra yang membalut tubuhnya berganti menjadi zirah yang jalinan besinya bergelung laksana ombak.

“Ayo, Faun! Kita temui si pembuat onarnya.”

“Dengan senang hati.”

Dalam sepesekian detik, March dan Faun lesap dari istana. Mereka muncul di suatu tempat yang kacau. Teriakan parau, derik ganas kebakaran, asap dan pepuingan mewarnai tempat tersebut. Bahkan langitnya tampak jingga kelam, seakan warna biru cerahnya telah dirobek paksa.

March membawa dirinya melayang ke atas, tepat di tengah kekalutan yang kian menjadi-jadi. Wajah lelaki itu menyimpan murka.

“Jika tidak muncul, kubunuh kau dalam sekali tebas,” ancamnya.

Seorang pria tiba-tiba menampakkan diri di depan March. Rambutnya putih, menjulur hingga ke pinggang, dan bagian depan menutupi sebelah matanya. Dalam balutan mantel emas dan celana panjang bercorak sisik naga, ia menimpali amarah March dengan senyum tipis.

“Tak bisakah kita bicara dengan damai?” ucapnya.

“Berbicara tentang kedamaian setelah membakar negeriku?” March mendelik tajam. “Aku sudah cukup murah hati untuk membiarkanmu bicara, Manusia rendahan!”

“Maafkan aku.” Pria itu terkekeh. “Tapi jika tidak begini, kau takkan sudi beranjak dari singgasana megahmu, Oh March sang dewa pelindung Mars.”

“Manis sekali mulutmu,” cibir March. “Konsekuensi dari membangunkanku adalah hukuman mati. Kuharap kau tidak menyesal, Wahai pendekar dari antah-berantah.”

“Panggil aku Zephyr. Dan, ya, aku tahu persis akibat dari membangunkanmu. Lagi pula, memang hukumam mati yang kuharapkan.”

March kemudian mengacungkan tombaknya. Buih-buih biru berkumpul di ujung tombak tersebut, perlahan menjalar ke seluruh permukaan tombak.

Zephyr yang melihat hal tersebut hanya bergeming. Tatapannya tidak gentar. Namun, kedua tangannya mengepal kuat, seolah menahan gemetar.

“Jadi, inilah kekuatan sang dewa Mars. Energi yang benar-benar melimpah. Terlalu besar.” Ia menyeringai. “Aku suka!”

SWUSHH!

Desau angin bertiup sekilas. Tidak kencang, tetapi sanggup membuat Zephyr terbelalak. Mulutnya memuntahkan darah. Pendekar itu tidak menyangka kalau tombak yang dikaguminya itu telah datang. March berhasil melobangi perut Zephyr hanya dalam sekali lemparan tombak. Ia pun akhirnya jatuh ke tanah.

“Aku benci orang yang sembrono,” ucap March seraya menangkap tombaknya yang terbang kembali. “Sial! Sekarang aku harus buang-buang energi buat memperbaiki negeriku.”

“March! Hey, March!” Teriakan Faun terdengar dari bawah.

“Iya, Faun! Aku tahu. Pasti akan kuperbaiki semuanya.”

“March! Di belakangmu!”

“Ah, Dasar kambing bodoh! Kerjanya teriak terus. Memangnya ada apa di belakangku?”

Sesaat March berbalik, sebilah pedang sudah tertodong ke lehernya. Pemilik pedang tersebut tak lain adalah sang pendekar sembrono yang begitu dibencinya—Zephyr.

March sempat tertegun, tetapi ia segera sadar. Lawannya kali ini bukan orang sembarangan.

“Tipuan macam apa ini?” ejeknya.

“Selamat.” Zephyr membalas. “Selamat karena telah membunuh satu klonku. Apa para dewa memang sebodoh dirimu, March?”

Sang dewa berambut biru hanya tersenyum. Ia memejamkan mata sejenak. “Kau yang bodoh!” Tiba-tiba luapan energi menyeruak dari tubuh March, tepat menghantam Zephyr. Sang lawan pun musnah seketika.

“Seperti yang kubilang, dewa memang bodoh.” Zephyr yang satu lagi muncul di sisi kiri March.

“Apa?!”

“Bodoh!” Satu lagi muncul.

“Bodoh!” Disusul satu lagi.

“Bodoh!” Beberapa Zephyr muncul sekaligus.

Ucapan “Bodoh!” bergaung di sekeliling March setiap kali lawannya menggandakan diri. Entah sudah yang keberapa, March tak menghitung.

Yang jelas, dewa itu kini di kelilingi oleh sekian banyak Zephyr yang mengacungkan pedang ke arahnya. Jika dibiarkan lebih lama, mungkin seantero Mars akan sesak dipenuhi oleh klon-klon menyebalkan ini.

Itulah sebabnya, March segera mengangkat tombak dan memutar senjatanya hingga meniupkan topan ganas. Para Zephyr tersedot ke dalam pusaran angin tersebut, sebagian lagi berhamburan melarikan diri. Kondisi Mars bertambah kacau.

Warga kota yang melihat angin raksasa mengamuk di langit sontak berlomba menjauhi tempat kejadian. Faun yang bertugas sebagai kaki-tangan March mencoba untuk mengamankan penduduk, meskipun ia juga beberapa kali nyaris tersedot angin tersebut.

“Hentikan, March!” teriaknya. “Kau akan membunuh kami!”

Topan ganas sontak berhenti. Saking dahsyatnya peristiwa barusan, awan di angkasa sampai berkumpul mengelilingi March. Dewa itu telah menarik awan yang jaraknya mungkin terpaut dua sampai tiga samudra dari Mars. Untungnya, Mars sendiri tidak sampai terbang ke negeri lain gara-gara angin tersebut.

“Bawa pergi semua rakyatku, Faun!” perintahnya.

“March? A-apa maksudmu?” Faun tak terima.

“Sudah, jangan banyak protes!” omel March. “Aku akan membunuh orang ini, walaupun harus menghancurkan Mars.”

“Hah!” Mata kambing Faun terbelalak. “Ja-jangan bodoh! Mars sudah bertahan ribuan tahun. Tidak mungkin kau nekat menghancurkan negeri ciptaanmu sendiri, ‘kan?”

“Aku memang mau melakukannya.” March meletakkan tombaknya di atas pundak. “Jadi, bawa mereka pergi, Faun, ke sisi terjauh dari negeri ini. CEPAT!”

“Laksanakan!” Faun menyambut sigap.

Kambing humanoid itu lantas merapal mantra sihir yang dengan cepat merambat ke seluruh kota. Setiap rumah, jalan-jalan, bahkan lubang semut pun sanggup dijangkau oleh mantra tersebut.

Tatkala semuanya sudah masuk dalam jangkauan sihir Faun, ia segera mengentak kakinya. Detik itu juga seluruh makhluk hidup di kota terkirim entah ke mana.

“Kerja bagus, Faun.” March berucap setelah absennya semua penghuni kota. “Sekarang aku bisa mengamuk sepuasnya.”

Tak seberapa lama, lautan yang mengelilingi Mars bergejolak. Ombak-ombak besar naik ke permukaan, seakan mereka monster yang tengah memanjat tembok-tembok kota.

Begitu banyak bangunan yang ambruk diterjang oleh air, senasib dengan jalanan megah yang terbentang di bawah March. Pusaran air raksasa tiba-tiba saja membelah jalanan tersebut. Sang dewa pelindung Mars tidak becanda. Sekarang ia benar-benar akan menghancurkan negerinya.

“Ayo, jangan malu-malu.” March meninggikan kepalanya, angkuh. “Tunjukkan dirimu, Zephyr!”

(Bersambung)

Ilustrasi karakter sejauh ini untuk sementara:

1. Dewa March

2. Faun

Keruntuhan Mars

“Tunjukkan dirimu, Zephyr!”

Zephyr akhirnya tampak di depan March. Pria itu masih sama seperti kali pertama mereka bertemu, tersenyum tipis dengan tatapan tenang.

Mars sudah laksana negeri yang dilanda tsunami, tetapi hal itu tak menakuti sang pendekar sama sekali. Ia hanya menggenggam pedang bergagang kristal putihnya sambil menunggu March mengawali aksi.

“Siapa yang mengutusmu?”

“Aku datang atas ambisiku sendiri, March.”

March justru tertawa keras. “Pintar sekali bohongnya. Manusia biasa mungkin bisa-bisa saja melayang seperti dewa. Tapi, tak ada manusia biasa yang sanggup menggandakan dirinya secepat dan sebanyak dirimu. Kau bahkan bisa mendahului kecepatan tombakku.”

“Siapa yang bilang aku manusia biasa?” Zephyr menyerengeh. “Menurutmu apa tujuanku datang ke sini, March?”

“Tanpa dibilang pun aku sudah tahu. Pasti ada sesuatu yang memberimu kekuatan di luar batas manusia biasa. Energi yang bersemayam di tubuhmu sekarang juga pasti energi terlarang. Selama jutaan tahun, tak pernah ada manusia yang mampu menyaingi dewa. Jadi, katakan padaku, siapa yang mengutusmu?”

“Yang mengutusku ... adalah diriku sendiri!”

Zephyr meluncur secepat kilat menuju March. Sang dewa yang kaget segera melepaskan energi dahsyat dari tubuhnya dan berhasil membuat lawannya terpental menjauh.

Sebagai dewa, March memang pantas memiliki kadar energi yang kelewat tinggi. Tanpa mengeluarkan jurus atau mantra, naluri energi di dalam tubuhnya memiliki kecenderungan untuk menyerang musuh atau melindungi pemilik mereka dari serangan musuh. Itulah sebabnya, mustahil bagi Zephyr untuk menyentuh tubuh March.

Akan tetapi, perbedaan kekuatan di antara mereka tidak membuat Zephyr menyerah. Pendekar tersebut kembali datang ke hadapan March, sekali lagi mencoba menembus dorongan energi yang terlampu dahsyat.

Sesaat March mengira lalat pengganggu yang ingin mendekatinya akan terbang menjauh, ternyata ia salah besar. Zephyr menyiagakan pedangnya ke depan selagi dirinya meluncur maju.

“Guanlong!” teriaknya.

Pedang Zephyr seketika menyala. Hanya dalam sekejap, pedang tersebut menggandakan diri dan beterbangan ke seluruh titik di sekitar March. Lebih-kurang sembilan pedang, dan yang kesepuluh ada di tangan Zephyr. Semua pedang tersebut sama-sama menusuk lapisan energi yang melindungi March.

“Dasar tidak tahu diri!” umpat March. Ia ikut menggandakan kadar energinya.

Satu per satu pedang milik Zephyr pecah. Awalnya pedang-pedang tersebut terkesan rapuh. Tidak sampai sedetik, nyaris semuanya hancur. Namun, March tidak sadar kalau mereka semua hanyalah pengecoh. Kesembilan pedang tersebut memang sengaja dibuat rapuh demi kepentingan Zephyr.

“Sial!” March terbelalak saat lapisan energi terluarnya berhasil ditembus.

“Sekarang, Guanlong!”

Tepat setelah teriakan Zephyr, sebuah portal di atas March terbuka. Mau tak mau, dewa tersebut harus menengok ke sana. Dan, matanya melihat jelas lusinan pedang melesat ke bawah, persis seperti hujan badai.

Pedang-pedang tersebut menumbuk energi pelindung sang dewa, sementara Zephyr juga melakukan hal yang sama di arah berlainan. March disergap oleh dua serangan sekaligus. Alih-alih menyerah, ia justru semakin menebalkan lapisan pelindungnya.

“Aku tahu taktikmu, March,” kata Zephyr, menatapnya dengan satu mata beriris jingga. “Kau berniat bertahan sampai energiku habis agar bisa membunuhku lebih mudah. Tapi, biar kuberitahu kau. Energiku telah melampaui para dewa!”

Benar saja! Lapisan pelindung March mulai retak. Zephyr tidak main-main dengan ucapannya barusan, dan March tahu itu. Jika masih diam di dalam tempurung, cepat atau lambat, sang dewa akan mati—tertusuk ratusan pedang, atau tersusuk pedang di tangan Zephyr. Ia harus melakukan sesuatu.

March terpaksa mundur. Ia mengubah dirinya menjadi air dan keluar dari lapisan energi sesaat sebelum pecah. Zephyr yang gagal menghunus lawannya hanya bisa menghela napas, lalu tertawa puas. Sekarang, tak ada perisai yang cukup kokoh untuk menahan hujaman pedangnya.

Di sisi lain, March turun ke pusat kota, tempat ombak-ombak besar datang membelah jalanan. Mereka berkumpul di sekitar tuan mereka, sehingga satu-satunya tanah yang tidak tenggelam hanyalah yang dipijak oleh kaki March.

“Seni bertarung ke-15: Meriam Paus!”

Kumpulan ombak besar di sisi March spontan menggumpal. Satu demi satu ombak berubah menjadi bola air seukuran ikan paus. Tatkala semuanya siap, berbekal isyarat telunjuk dari March, ombak-ombak itu pun meluncur ke arah Zephyr yang menunggu sabar di angkasa.

"Hanya seni ke-15? Oh, March! Kau meremehkan lawanmu."

Kendati melayang, pijakan kaki Zephyr juga tak kalah sigap dari orang yang menapak di tanah. Kuda-kudanya kokoh, matanya begitu awas.

Tidak sulit baginya untuk menghindari meriam-meriam air yang datang membabi buta. Pria itu hanya perlu bergeser beberapa senti setiap kali meriam paus mengarah padanya.

Demikianlah yang dilakukan Zephyr, setidaknya sebelum ia dikejutkan oleh sebuah meriam yang tiba-tiba pecah dan terbagi menjadi butiran-butiran kecil.

Kecepatan butiran kecil itu sanggup mendahului kedipan mata, apalagi gerakan tubuh manusia. Kelincahan Zephyr pun ada batasnya. Meski berhasil menghindari sejumlah butiran, ia tetap harus merelakan pipinya tergores dan ujung lengan mantelnya sobek.

Belum cukup sampai di sana. Manakala Zephyr hendak kembali melihat March, ternyata dewa itu sudah ada di hadapannya, bersiap menghunus tombak.

Refleks Zephyr berhasil membawa pedangnya—Guanlong—untuk menepis sabetan tombak tersebut. Denting besi sontak pecah memenuhi setiap penjuru Mars. Guanlong sampai bergetar akibat energi tombak March yang terlalu besar. Namun, pertarung masih imbang sampai sekarang.

"Para dewa memang jempolan," komentarnya.

"Tapi manusia selalu saja sembrono," sambung March, lalu mengayun tombaknya kencang-kencang.

Zephyr menghilang dalam sekejap, lalu mencul di belakang March seraya menghunus pedangnya. Tombak March yang belum selesai diayun segera diputar hingga sukses menahan sergapan sang lawan. Selepas itu, mereka berdua saling tukar-menukar serangan.

March mengayun tombak, Zephyr menepisnya. Zephyr menyabet pedang, March menahannya. Awalnya terlihat biasa, dan lama-kelamaan semakin cepat. Serangan demi serangan dilancarkan, sekaligus juga dipatahkan. Belum ada yang terluka, hingga Zephyr berhasil menggenggam tombak March yang berayun ke arahnya.

Tangan pendekar itu berasap, terbakar oleh air yang menyelimuti tombaknya. Akan tetapi, ia sama sekali tak gentar. Zephyr justru menarik tombak tersebut agar March semakin dekat dengannya. Sementara itu, Guanlong siap membacok tubuh sang dewa.

"Takkan semudah itu!" seru March, kemudian memutar gagang tombaknya hingga lengan Zephyr berderak.

Selagi sang lawan terdistraksi rasa sakit, March mengayun tombaknya dengan kecepatan kilat. Zephyr tak menyangka, ujung tombak itu mengilap tepat di depan wajahnya. Sepersekian detik kemudian, pandangan Zephyr gelap. Ia menjerit sambil menutup mata kiri. Rupanya tombak March tadi telah menebas mata Zephyr sampai bedarah.

"Seni bertarung ke-16: Ekor Manta!" March menghunus tombaknya yang bersinar biru gelap.

"GUANLONG!" teriak Zephyr.

Pendekar itu, di detik-detik akhir hidupnya, ternyata masih sempat menjadikan Guanlong sebagai tameng untuk menahan serangan March. Namun, ia tak kuasa mempertahankan posisi di angkasa. Zephyr meluncur ke bawah, menabrak pepuingan yang sebagiannya telah ditelan air.

"Akan kuhabisi kau sekarang, Pendekar sialan!" March menyusul sang lawan yang terkapar di tanah.

Zephyr tampak tak berdaya. Luka sobek melintang di mata kirinya. Pelipisnya juga berdarah karena terbentur reruntuhan. Siapapun pasti sudah tahu kalau March-lah pemenang dari duel sengit ini.

Untuk menshahihkan kememangannya, ia hanya perlu menancapkan ujung tombak birunya ke jantung Zephyr.

"Selamat tinggal, Pembuat onar. Terima kasih atas hiburannya."

March menempelkan mata tombak ke dada kiri Zephyr, lalu menekannya hingga melesak masuk. Zephyr sontak melenguh pelan. Nyawanya telah dicabut paksa oleh dewa yang nekat ditantangnya.

Meski dikenal sebagai dewa pemalas, kemampuan March tetap tak bisa disandingkan dengan manusia fana. Seraya memejakan kata, March hendak menarik tombaknya dari tubuh Zephyr.

"Beristirahatlah. Semoga ada dewa yang sudi mengizinkan jiwamu bereinkarna—!"

"Kunci Segel Jiwa: Penjara Es!"

"Hah!"

March terperangah menyaksikan bongkahan es menyeruak dari lubang di dada kiri Zephyr, menjalar sampai ke tombaknya dan bersicepat menjangkau tangan March. Ia tidak sempat melepaskan tombak tersebut dan harus merelakan lengan kanannya ditelan es.

"Apa-apaan ini?!" gerutu March panik. Es itu cepat sekali membalut tubuhnya. "K-kau ... K-kau!"

Suara tawa Zephyr menggema. Rambut yang menutupi mata kanannya berkibar tertiup angin. Dan, dari situlah March tahu mengapa ia bisa diperdayai seperti ini. Mata kanan Zephyr punya iris berbentuk semanggi daun empat berwarna merah. Dewa mana pun tahu siapa pemilik mata tersebut.

"Kau penyegel dewa!" pekik March murka, tetapi dirinya sudah tak kuasa melawan.

"Kau mudah sekali ditipu, March." Zephyr tergelak puas.

"Brengsek! Aku titipkan seluruh rakyatku padamu, Faun. Bimbing mereka untuk menemukan cahaya. Tunggu aku kemba—!"

Sudah selesai. Sekarang March sudah menjadi bongkahan es seutuhnya. Sang dewa pelindung Mars membeku, tak sanggup bergerak. Penakluknya—Zephyr—bangkit penuh suka cita. Ia tertawa sambil mengetuk-ngetuk March. Tak ada balasan. March telah tersegel. Zephyr-lah pemenangnya.

"Harus kuakui kau dewa yang hebat, March. Mataku, jantungku, semuanya rusak. Energiku terkuras habis demi memulihkan diri. Tapi, lihat apa yang kudapat. Aku menguasai negerimu. Mars, pulau raksasa di atas air. Sekarang ... akulah dewanya!"

(Bersambung)

Calon Kadet Merlin Ke-503

Keruntuhan Mars telah berlalu sekitar empat ribu tahun yang lalu. Kisah tentang bencana dan pertarungan dewa pelindung negeri tersebut—March—diabadikan dalam banyak literatur.

Ribuan lagu dan syair juga dikarang demi terus menghidupkan kenangan di benak orang-orang. Namun, bukanlah kenangan manis yang mereka yakini, melainkan sebuah kisah pahit.

March adalah dewa tak becus, ungkap orang-orang Mars zaman sekarang. March juga dewa yang egois, dan pemalas, dan arogan, dan lemah! Penduduk yang sepantasnya memuja dewa mereka justru berubah menjadi sekumpulan masyarakat yang dendam pada March. Mereka bahkan lebih mengagungkan Faun daripada sang dewa.

Tabiat ini sudah mendarah daging di kalangan penghuni Mars, terutama kota-kota besar yang punya peradaban lebih maju dibandingkan negeri lain. Akibat kehilangan dewa pelindung, manusia-manusia di sini dipaksa untuk memporsis otak dan otot mereka—secara ekstrem!

Bagaimana tidak? Selama lebih dari 20 abad, Mars hidup di bawah kekuasaan seorang diktator. Siapa lagi kalau bukan Zephyr, sang pendekar yang berhasil menyegel March.

Barulah di tiga ribu tahun terakhir, setengah bagian Mars terbebas dari penjajahan. Semua itu karena kemunculan sosok pahlawan baru bernama Merlin. Dirinya bukanlah dewa, tetapi punya kekuatan nyaris setingkat dewa. Tiada yang tahu dari mana asal kekuatan tersebut. Saking kuatnya, Merlin membelah Mars menjadi dua pulau berbeda.

Setengah bagian Mars dikuasai tirani jahat Zephyr, sementara setengahnya lagi dihuni manusia-manusia biasa di bawah perlindungan Merlin. Namun, kesejahteraan tersebut tak bertahan lama. Dalam beberapa dekade berikutnya, Merlin wafat.

Ia meninggalkan penduduk yang membutuhkan perlindungan. Di sisi lain, Zephyr yang mengetahui kabar tersebut seringkali mengirim pasukan untuk kembali menaklukkan setengah wilayah kekuasaannya dulu.

Faun menemukan kejanggalan selepas kepergian Merlin. Setiap manusia di Mars tiba-tiba punya kadar energi sihir di tubuh mereka. Tanpa pikir panjang, kambing berbadan manusia itu mengajarkan sihir kepada orang-orang Mars agar mereka mampu bertahan hidup sendiri. Itulah sebabnya, sekarang, teknologi sihir Mars sudah melampaui negeri-negeri lain.

"Aku harap kalian ingat kisah tersebut baik-baik. Kita adalah orang-orang yang mandiri. Tanpa bantuan dewa pun, kita bisa bertahan. Jadi buang jauh-jauh keyakinan kalian pada March. Ia telah meninggalkan rakyatnya dengan cara paling hina. Panjang umur Mars! Panjang umur Merlin!"

"PANJANG UMUR MARS! PANJANG UMUR MERLIN!"

Tampak duyunan orang berseragam biru gelap sedang berbaris di tengah gelanggang. Sebuah podium besar terpampang di depan mereka, tempat lelaki berambut pirang sepinggang yang bicara barusan. Sementara itu, di tribun terdapat lebih banyak lagi orang. Mereka terlihat antusias menyaksikan apa yang terjadi di lapangan.

Muda-mudi yang berseragam biru itu adalah calon kadet Merlin ke-503. Mereka akan didapuk menjadi pasukan terdepan yang bertugas melindungi Mars, sekaligus mengawal penyerangan ke Alter Mars (sebagian wilayah Mars yang dikuasai Zephyr). Namun, tidak semua orang akan terpilih, melainkan hanya beberapa saja.

"Hadirin sekalian, izinkan saya mengumumkan nama calon kadet yang menempati posisi lima teratas dalam pelatihan tahap awal." Seorang wanita dengan banyak lencana bicara di atas podium. "Nomor lima, Clara Soemitra! Silakan maju!"

Perempuan berkulit sawo matang mengasingkan diri dari barisan. Tatapannya tegas, posturnya tegap, begitu cocok dengan blazer dan celana birunya. Hanya saja, respons penonton kurang antusias untuk orang ini. Bahkan, sejumlah calon kadet menatapnya sinis.

"Jadi dia yang katanya darah campuran itu?" bisik salah satu penonton.

"Iya. Ibunya dari Mars, tapi ayahnya dari Bumi. Kau tahu, 'kan? Cuma Bumi yang tidak memberikan bantuan ketika Mars berusaha bangkit 1000 tahun lalu."

"Wah, parah! Harusnya gadis itu diusir saja dari sini. Otoritas Mars terlalu baik padanya."

"Benar, aku setuju. Pasti dia akan mengkhianati Mars suatu saat nanti."

Meski demikian, gadis bernama Clara ini tak peduli sama sekali. Caranya menatap dan raut wajahnya yang datar memberikan isyarat kepada orang-orang bahwa dirinya tidak main-main mengikuti akademi militer terbesar Mars.

"Nomor empat, Hans Lincoln! Silakan maju!"

Riuh tepuk tangan seketika bergemuruh. Semua orang girang tatkala seorang lelaki berambut klimis berdiri di samping Clara. Tubuhnya jangkung, 190 senti, kendati posturnya lumayan kurus.

Ketika sambutan untuknya sudah begitu meriah, tatapan orang ini justru lesu sekali. Ia hanya menghela napas sambil mendelik malas.

"Ayah, itu Kak Hans!" teriak gadis kecil di kursi penonton.

"Iya, Nak. Kakakmu telah membuktikan dirinya pada kita semua. Tiana, aku harap kau ada di sini. Putra kita tampak hebat!" ujar pria botak berkumis tebal.

"Nomor tiga, Abraham Lance! Silakan maju!"

Kali ini, tepuk tangan kian meriah. Seorang calon kadet berbadan kekar menempati posisi ketiga. Rambutnya cepak, campuran cokelat muda dengan hitam. Ia sempat menepuk dada sambil berjalan bangga ke depan. Senyum lebarnya membuat para penonton makin antusias.

"Tidak heran dia bisa masuk posisi tiga besar. Katanya Abraham pernah membelah batu besar dengan tinju airnya. Dia memang kuat!" komentar penonton.

"Iya. Tapi katanya sifat Abraham itu kurang baik. Dia agak sombong dan suka meremehkan orang."

"Ah, namanya juga orang kuat. Bebas mau apa saja."

"Nomor dua, Kiana Haldgeprinz! Si-silakan maju!"

Bukan cuma meriah, tetapi nama Kiana Haldgeprinz sukses membuat sejumlah penonton berdiri. Tiada yang sanggup mengalihkan pandangan dari gadis anggun ini. Meski seragamnya penuh pernak-pernik militer, aura yang dibawa Kiana tak bisa lepas dari sosok dirinya yang sebenarnya.

"Nona Kiana cantik sekali! Bahkan prajurit senior sampai gagap saking takjubnya."

"Bukan cuma cantik, tapi Nona Kiana itu super kaya. Ia adalah keturunan Haldgeprinz, keluarga bangsawan yang berjasa menopang ekonomi Mars di masa-masa kebangkitan."

"Kira-kira apa yang membuat perempuan sempurna sepertinya memilih jadi prajurit militer, ya?"

Tiada yang tahu. Motif Kiana merelakan glamornya hidup sebagai bangsawan dan memilih hidup keras sebagai prajurit masihlah sebuah misteri. Yang jelas, sekarang ia tengah melambaikan tangan pada para penonton yang makin tergila-gila. Mereka terpesona pada rambut kuning Kiana yang berkilau. Selain itu, tahi lalat di bawah bibirnya juga menjadi hiasan yang menambah indah paras sang putri Haldgeprinz.

"Dan, posisi pertama, ditempati oleh Light Merlin! Silakan Maju!"

Jika saat nama Kiana disebut hanya sebagian penonton yang berdiri, maka ketika giliran Light, tak ada satupun penonton yang duduk. Mereka bahkan sampai berjingkrak-jingkrak saking senangnya. Sang pemilik nama "Light Merlin" ini digadang-gadang menjadi harapan baru bagi Mars untuk mendapatkan serengah wilayah mereka yang masih terjajah.

Seorang lelaki berambut pirang akhirnya berjalan ke depan. Wibawanya begitu semerbak, membuat kadet-kadet lain menjadi segan. Light punya tatapan yang fokus, seakan masa depan Mars terpatri jelas dalam iris biru cerahnya.

"Harapan terakhir kita, Light Merlin. Satu-satunya keturunan murni Merlin yang bertahan sampai sekarang. Semua rakyat Mars menunggu momen ini semenjak Light lahir."

"Benar sekali. Apalagi setelah Jenderal Blake Merlin gagal merebut wilayah terluar Alter Mars beberapa dekade lalu. Aku sudah kapok berharap pada keturunan tidak murni."

"Mereka sama-sama keturunan Merlin. Tapi, satunya dari istri pertama dan satunya lagi dari istri kedua. Aku sempat ragu Jenderal Blake itu keturunan Merlin. Menurut rumor yang beredar, leluhur Blake adalah anak hasil hubungan haram sebelum Merlin menikahi istri keduanya."

"Entahlah. Meski begitu, tetap saja mereka orang terhormat. Jenderal Blake adalah kakak tirinya Light Merlin."

Selepas kelima nama calon kadet terbaik disebut, sekarang giliran petinggi nomor dua di akademi militer Merlin yang maju ke hadapan penonton. Ia adalah orang yang sebelumnya menyuruh semua calon kadet untuk berhenti meyakini March sebagai dewa, si lelaki berambut pirang sepinggang, dengan iris kiri berwarna biru secerah iris Light, sedangkan iris satunya berwarna hitam. Namanya Blake Merlin. Seorang Jenderal.

"Aku ucapkan selamat pada kelima calon kadet terbaik. Namun, penilaian belum berakhir sampai di sini. Kalian masih berstatus sebagai calon kadet, bisa gugur kapan saja. Jadi jangan besar kepala!" tegasnya, lalu menatap Light. "Penilaian selanjutnya akan segera dimulai. Kompetisi militer terbesar seantero Mars, aku harap kalian siap. Sebab, tempat penilaian kali ini adalah Duodenum."

"DUODENUM?!!" Semua orang sontak terbelalak.

(Bersambung)

Berikut ilustrasi beberapa karakter yang sementara ini telah Author dapatkan:

Light Merlin

Kiana Haldgeprinz

Hans Lincoln

Clara Soemitra

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!