Putri berkerja sebagai pengantar makanan saat itu ia ditugaskan untuk mengantar makanan pada sebuah acara pernikahan yang ada di adakan di gedung bintang lima gedung yang paling terkenal di kota itu.
"Hah Raja mau menikah hari ini!" teriak Putri histeris saat mendapat info dari teman sekerjanya.
"Jadi dia akan menikah di sini? bagus ya kamu! aku hancurin acara mu biar tau rasa, enak aja dia main menikah aja. Pacarannya sama aku nikah ya sama yang lain. Dasar kurang ajar, cowok brengsek!" ucap Putri terus memaki-maki Raja.
Raja adalah pacar Putri yang menurut info dari temannya ia akan menikah di gedung yang di datanginya hari itu. Raja akan menikah dengan seorang anak pengusaha kaya raya atas kemauan orang tuanya ia pun tidak bisa menolak kemauan orang tuanya.
"Dasar kurang ajar, cowok brengsek! enak saja kamu menikah tanpa sepengetahuan aku," cetus Putri.
"Semua orang yang hadir di sini sebaiknya pulang aja deh, itu yang akan menikah seorang cowok yang gak benar cowok penghianat. Dari pada kalian ikut berdosa lebih baik kalian pulang aja pulang... pulang... sana!" seru Putri mengusir semua orang yang datang akan menghadiri acara pernikahan di tempat itu.
Orang-orang itu kaget dan jadi bingung semua.
"Udah jangan pada bengong, pulang aja sana cepat!" usir Putri lagi.
"Apa-apaan ini!" bentak seorang pria separuh baya tiba-tiba.
"Kenapa kamu berbuat begini pada acara pernikahan anakku?" ucapnya tegas.
"Satpam...! tangkap gadis itu!" perintah Pria itu.
Pria tua itu adalah Ayah dari pengantin pria yang akan melangsungkan pernikahan hari itu.
Putri kaget dan jadi panik saat melihat mempelai pria itu bukan pacarnya Raja. Aduh gimana nih aku salah orang. Gimana sih Tia dia bilang Radja menikah di sini, di tempat ini. Tapi, kok ini bukan Raja sih! Gimana nih, batin Putri ia jadi tidak karuan.
Putri merasa takut saat pria separuh baya itu mendekatinya dan memandanginya dengan lekat.
"Semua orang jangan pulang dulu ternyata aku salah orang lanjut aja ya acaranya. Maaf semuanya," Putri bersalaman dengan semua orang untuk meminta maaf karna sudah merusak suasana ia juga meminta maaf pada pria separuh baya itu. "Maaf Om, ternyata saya salah orang," ucapnya cengengesan.
"Siapa kamu?" tanya pria itu. Pria itu bernama Pak Dewa dia adalah ayah dari pria yang akan menikah di hari itu.
"A-aku Putri," ucapnya terbata-bata.
"Aku minta maaf ya Om, karna salah orang. Pacarku juga akan menikah di sini dia diam-diam melakukan penghianatan padaku makanya aku melakukan hal tadi aku ingin menggagalkan pernikahan ini. Aku kira yang mau menikah ini pacar aku, tapi ternyata bukan. Sekali lagi maaf ya," ucap Putri cengengesan sambil melirik mempelai pria di samping ayahnya.
Pria separuh baya yang bernama Pak Dewa itu memandangi Putri dari atas hingga bawah
Sepertinya dia cocok dengan Sultan. Aku tidak mau menanggung malu karena pernikahannya ini batal gara-gara Ratu tidak datang. Lebih baik gadis ini saja yang jadi pengganti mempelai wanitanya.
Putri ingin beranjak pergi ia meminta maaf kepada semua orang dan ia juga meminta maaf pada pria itu karna sudah salah orang. Tapi pria itu malah membawa putri masuk ke dalam gedung. "Aku mau dibawa kemana?" teriaknya.
"Masuk saja!" ucap Pak Dewa.
"Aku mau diapain Om? aku kan udah minta maaf kenapa masih di tahan sih! aku mau lanjut kerja. Plis Om banyak makanan orang yang belum di antar aku harus pergi kalau gak gaji aku pasti di potong," lirih nya sambil memohon.
"Diam! sebaiknya kamu diam dan ikut saja. Masalah pekerjaan nanti saja di selesaikan," ujar Pak Dewa.
Seketika Putri terdiam sejenak tapi ia kembali angkat bicara pada dua orang akan membawanya ke sebuah ruangan.
"Ini ada apa sebenarnya? aku mau di bawa kemana?" ucap Putri tidak tenang.
"Tenang! kamu bilang tadi kamu dihianati pacar mu karna di tinggal nikah dengan wanita lain bagaimana kalau kamu juga membalasnya dengan hal yang sama," ujar Pak Dewa lagi.
"Maksud Om apa?" Putri jadi bingung.
"Menikahlah dengan anak semata wayang saya," pintanya.
"Apa!" ucap Putri dan pria tampan itu bersamaan.
"Apa-apaan ini! aku tidak mau menikah dengan dia," cetus pria tampan yang berada di sebelah Pak Dewa itu. Pria tampan itu adalah anaknya yang bernama Sultan. Sultan akan menikah hari itu dengan Ratu tapi sampai detik itu juga Ratu tidak datang-datang.
"Jangan membantah Sultan, kamu lihat! sampai detik ini Ratu tidak datang-datang. Papa tidak mau menanggung malu gara-gara pernikahan mu batal. Kamu lihat kan tamu sudah pada datang semua mau taruh dimana muka papa. Sebaiknya kamu menikah saja dengan gadis ini sebagai ganti Ratu. Papa yakin dia gadis yang baik," ujar Pak Dewa.
"Tapi Pa!" ucap Sultan keberatan.
"Tidak ada tapi-tapian. Dari pada papa harus menanggung malu, lebih baik kamu lanjut menikah dengan dia saja. Itu sudah keputusan papa tidak bisa di ganggu gugat lagi. Pokoknya kamu harus menikah hari ini juga atau harta warisan tidak akan pernah kau dapatkan," ancam papanya pada Sultan.
"Tapi Pa, aku tidak mengenal dia bagaimana mungkin mau menikah dengan nya," lirih sultan.
"Turuti saja mau papa Sultan! dan jangan membantah," cetus Pak Dewa.
Sultan yang tidak mau kehilangan harta warisan dan tidak mau di cap sebagai anak yang durhaka ia pun menuruti kemauan Papanya akhirnya ia menikah dengan Putri. Gadis asing yang tiba-tiba nongol di acara pernikahannya dan Ratu.
Selama itu juga Ratu tidak muncul-muncul sampai acara selesai.
"Aku tidak mau menikah dulu Om, aku belum siap. Ibu dan Bapak bisa pingsan kalau mendengar aku tiba-tiba mau menikah," ucap Putri saat berhadapan dengan Pak Dewa.
"Kamu tenang saja, semuanya bapak yang urus. Kamu tinggal telpon orang tuamu sekarang dan suruh siap-siap. Kasi tau alamat orang tuamu pada Supir, biar supir saya yang menjemputnya sekarang. Kamu bisa langsung menikah hari ini juga," ujar Pak Dewa.
Putri pun di seret ke ruangan untuk di rias.
Putri sudah didandani cantik memakai kebaya warna putih ia terlihat anggun di mata Sultan.
Sultan menghayal kalau Putri adalah Ratu. Ia tampak senyum-senyum melihat Putri. Putri pun penuh dengan pertanyaan kenapa Sultan memandangnya dengan tatapan yang seperti orang terpukau.
Dasar cowok lihat gadis cantik matanya langsung ijo. batin Putri merasa risih saat di pandangi Sultan. Penghulu berdehem mengalihkan perhatian Sultan. Sultan pun tersentak dan sadar kalau di depannya bukan Ratu tapi Putri. Seketika itu raut wajahnya jadi berubah jadi aneh dan cemberut.
Bersambung...!
Orang tua Putri sudah datang, mereka kaget setengah mati melihat anak mereka yang sudah duduk di pelaminan. Putri melambaikan tangannya pada orang tuanya menyuruh mereka mendekat. Mereka pun pergi dengan ragu.
Pak Dewa langsung menjemput mereka sambil mengulurkan tangan ke arah mereka. "Kenalkan saya Dewa Aditama," ucapnya sambil tersenyum.
Orang tua Putri pun menyambut tangan Pak Dewa juga menyebutkan nama mereka masing-masing. Ayah Putri bernama Raden dan ibunya bernama Dayang.
Setelah Pak Dewa berkenalan dan mengobrol sedikit dengan kedua orang tua Putri, acara pun berlangsung dengan lancar.
Dalam waktu sekejap, Putri sudah sah jadi istri Sultan. Putri bersalaman dengan mertuanya dan suaminya tapi Sultan menepis tangan Putri dengan memasang wajah cemberut.
"Dasar suami durhaka...!" cetus Putri kesal.
Ayah dan ibunya jadi saling menatap kenapa sikap menantunya seperti itu.
Hal itu rupanya diketahui oleh Pak Dewa, ia memanggil Sultan dan kembali mengancamnya. Sultan pun akhirnya balik dan menemui orang tua Putri dan bersalaman meminta maaf atas perlakuan yang tidak sopan. Orang tua Putri memaafkannya. Pak Raden menepuk pundak Sultan sambil mengucapkan selamat padanya.
Semua tamu sudah pulang saatnya mereka meninggalkan tempat itu orang tua Putri juga sudah diantar pulang.
Saat menuju mobil pengantin Sultan terlebih dulu masuk tapi Putri masih mematung, ia masih belum percaya kalau dirinya sudah jadi seorang istri.
Mereka sudah sampai di depan rumah mempelai pria. Putri terbelalak melihat rumah di depan matanya sambil berjalan mengikuti Sultan suami dadakannya itu.
"Wah ini benaran rumah kamu?" ucapnya tidak percaya.
"Iya kenapa memangnya gak percaya?"
"Percaya sih tapi apa ini benaran rumah? kayak hotel aja besar banget," ucap Putri kagum.
"Sudah, masuk saja jangan banyak bicara!" cetus Sultan.
Putri pun masuk ia melihat di sekeliling rumah.
Akhirnya Sultan mendahului Putri masuk langsung ke kamarnya. Sedangkan Putri asyik memandangi seluruh penjuru ruangan ia begitu kagum melihat isi dalam rumah itu yang serba mewah.
"Putri mulai saat ini rumah ini rumahmu juga, itu kamar Bapak, di situ kamar Sultan dan kamarmu. ucap Pak Dewa tiba-tiba mendekati Putri sambil menunjuk beberapa ruangan yang ada di sekitar itu.
"Apa! aku satu kamar dengan Sultan Om!" ucap Putri kaget.
"Kenapa tidak, kalian 'kan sudah sah jadi suami istri. Oya satu lagi, mulai sekarang panggil saya Bapak atau Papa jangan panggil Om," ujar Pak Dewa.
"Baiklah Om. Pak, maksudnya," ucap Putri yang masih canggung memanggil orang tua itu dengan sebutan Bapak.
"Maaf ya Om, putri belum terbiasa manggilnya, ucap Putri malu.
"Hem... dibiasakan aja nanti lama-lama terbiasa kok," sahut Pak Dewa terseyum.
"Baiklah Pak."
Om harap kamu bisa jadi istri yang baik buat Sultan semoga kalian bahagia. Ini kartu kredit kamu, kamu boleh gunakan kartu itu berbelanja apapun yang kamu mau," ucap Pak Dewa sambil memberikan kartu card pada Putri.
"Hah yang benar Om! apa di sini sudah ada duitnya?" tanya Putri semangat dengan gayanya yang lugu.
"Ada dong, masa Bapak memberi kartu kosong sih. Kurangnya-kurangnya di situ ada 500 jutaan atau lebih," ujar Pak Dewa.
"500 juta Pak?" ucap Putri melotot seakan tidak percaya.
"Iya, kenapa masih kurang?"
"Gak, bukannya kurang, tapi kebanyakan itu Pak."
"Iya gak apa-apa semuanya untuk kamu."
"Untuk aku, makasih banyak Pak," Putri menyalami mertuanya sambil mencium tangan orang tua itu.
"Kalau mau kemana-mana tinggal bilang supir ya, di rumah ini ada dua supir dan dua Satpam, tiga art dan satu tukang kebun. Kamu tidak perlu berkerja di rumah ini. Tugas kamu hanya melayani Sultan dan menemaninya kemana pun dia pergi," jelas Pak Dewa.
"Satu hal lagi jika Sultan berani macam-macam bilang saja sama Bapak ya. Oke! sekarang kamu istirahat saja," ujar Pak Dewa.
"Baik Pak, makasih banyak," ucap Putri duduk di kursi empuk yang berada di sebelahnya.
"Lho kok istirahat si situ sih?" tanya Pak Dewa yang saat itu masih memperhatikan Putri.
"Emang mau kemana lagi Pak?" tanya Putri mendelik.
"Dikamar Sultan," jawab Pak Dewa.
"Oh iya lupa," Putri cengengesan.
"Kamu masuk saja, jangan sungkan anggap rumah sendiri."
Putri masih duduk di kursi ia ragu mau masuk kamar itu.
"Kamu kenapa lagi?" tanya Pak Dewa menoleh.
"Putri malu Pak," ucapnya cengengesan.
"Malu? kalian kan pengantin baru kenapa harus malu ayo sana istirahat," titah Pak Dewa.
Pak Dewa pun berlalu sedangkan Putri masih ragu untuk masuk di kamar itu ia mengintip dan masuk dengan pelan-pelan.
"Permisi... maaf yah aku ijin masuk!" ujar Putri.
"Wah kamarnya bagus banget, fasilitasnya juga lengkap aku serasa mimpi dapat masuk dikamar ini," ucapnya kagum.
Putri meraba kasurnya halus dan lembut ia mulai menaiki ranjang itu. "Ranjangnya empuk banget bisa lompat-lompat lagi," ujar Putri merasa senang.
Tiba-tiba Sultan keluar dari kamar mandi ia kaget melihat Putri lompat-lompat di ranjangnya, sontak ia kaget akhirnya terpeleset dan jatuh. "AU... sakit!" jeritnya.
"Kamu kenapa lompat-lompat di ranjang ku? turun tidak! turun! sana pergi!" usir Sultan memanas.
"Siapa suruh kamu di kamar ini? kamar di sini banyak kok, kamu boleh pilih yang lebih besar dari ini ada juga," bentak Sultan.
"Aku disini Bapak yang suruh, dia akan marah jika kamu mengusir aku dari kamar ini."
"Terserah aja. Pokoknya aku tidak mau satu ranjang dengan kamu, sana pergi!" usir Sultan.
"Tapi kita kan suami-istri," jawab Putri.
"Aku tidak peduli. Ingat ya cuma di depan Papa saja kita suami istri di luar itu kamu bukan siapa-siapa aku. Malas banget aku satu ranjang dengan perempuan tak jelas kayak kamu!" cetus Sultan.
"Seharusnya Ratu yang seranjang denganku saat ini, bukan kamu. Ratu kemana sih kamu?" lirih Sultan sambil ngambil foto Ratu dan dia memandangi foto itu sambil termenung.
"Kamu dimana Sayang, aku kangen kamu. Kenapa kamu tega banget sama aku di hari pernikahan kita kamu malah tidak datang. Apa yang terjadi dengan dirimu Ratu...?" tanya Sultan merintih.
Putri cuma memandangi Sultan dengan cibiran
Dasar Bucin emang enak di bohongi sepertinya perempuan itu tidak mencintai Sultan deh, kalau ia cinta gak mungkin dia gak datang saat pernikahannya. Kasian banget nasib mu Sultan. Nama aja Sultan nasib tragis hahaha, Putri tertawa sambil mencibir.
Sultan baru sadar ternyata Putri masih ada di belakangnya. "Heh perempuan gak jelas? ngapain lagi kamu di kamar ini?"
"Yah mau istirahat lah, aku kan tadi di suruh istirahat sama Papamu di ranjang ini. Katanya ranjang mu adalah ranjang ku juga," ucap Putri.
"Itu kata Papa tapi bukan kataku, kamu gak boleh tidur satu ranjang dengan ku. Aku gak mau aku minta kamu jangan istirahat disini!" cetus Sultan.
"Lalu dimana?" tanya Putri mulai emosi.
"Tuh di sana!" ucap Sultan.
"Di sofa? Enggak kamu aja di sana biar aku di sini," tolak Putri.
"Heh ini kamar siapa?"
"Kamar aku,"
"Siapa bilang ini kamar kamu?"
Kata Papamu ini kamar aku juga karena aku sudah sah jadi istrimu jadi ranjang ini juga milik ku dong," ucap Putri dengan mimik wajah lucu.
"Enak saja, kamu bukan Istri tapi orang nyasar hahaha... Dasar tidak jelas! siapa juga yang mau jadi suami kamu. Aku tu masih cinta sama Ratu. Cuma dia yang akan jadi istriku dan itu bukan kamu. Ingat kita tidak ada hubungan apa-apa, kamu adalah orang yang gak jelas. Tiba-tiba datang dan merusak semuanya. Sana pergi!" teriak Sultan.
Tiba-tiba Pak Dewa datang ia kaget kenapa Dewa teriak.
"Sultan ada apa kenapa ribut-ribut?" tanya Pak Dewa.
"Tidak Pa, tadi cuma latihan akting aja," ucap Sultan beralasan. Karna Sultan adalah seorang model dan aktor ia pun beralasan kalau dirinya telah latihan akting.
"Oh udahlah gak usah latihan akting dulu sekarang kan malam pertama mu, kamu gak usah mikirin kerjaan dulu, sekarang pokuslah sama istri kamu bahagiakan dia. Papa harap kamu bisa secepatnya memberikan papa cucu," jelas Pak Dewa.
"Apa? Papa gak salah bicara mengharapkan cucu dari perempuan norak itu?" lirik Sultan pada Putri.
"Oh jadi kamu sudah berani menantang papa? lancang sekali kamu menghina menantu papa, mau di coret dari Kartu Keluarga namamu?" ancam Pak Dewa.
"Em gak mau Pa. Maaf aku gak sengaja," ucap Sultan sambil terseyum cengengesan.
"Ya sudah kalau kamu memang anak yang berbakti kamu buktikan ke papa kasi papa cucu secepatnya!" ujar Pak Dewa dengan tegas.
"Papa gak boleh berharap gitu, karna Sultan masih ragu dengan perempuan ini."
"Iya, memangnya kenapa? ada masalah? kamu keberatan?" Pak Dewa melototi Sultan.
Sultan pun terdiam mendengar ucapan papanya yang tidak masuk akal menurutnya itu.
Sultan geleng kepala dan masuk kamarnya kembali.
Malam telah tiba.
Bibik mengetuk pintu kamar Sultan untuk mengajak makan malam bersama.
Tok..
Tok...
Tok..
"Den... Den Sultan... makan malam sudah si...,"ucap Bibik berhenti berseru melihat Pak Dewa tiba-tiba nongol dihadapannya sambil memberi kode untuk segera diam dan jangan berisik ia tidak mau kehadiran Bibik membuat acara malam pertama anaknya terganggu.
"Bik jangan berisik deh. Biarin Sultan tidur, mungkin mereka kecapean biasa pengantin baru. Bibik kayak gak pernah muda aja," ucap Pak Dewa.
"Oh iya Maaf Tuan, bibik lupa malam ini 'kan malam pertama Den Sultan," Bibik tertawa ngakak.
"Stss... Bik berisik! nyaring sekali tertawanya nanti bisa bangun pengantinnya. Sudahlah pergi sana!" usir Pak Dewa pada Bibik.
Baru saja Bibik akan beranjak pintu sudah di buka Sultan muncul dengan piyama. Pak Dewa dan bibik tampak senyum-senyum malu karena terciduk mengintip.
"Pa... kok ada sini, ngapain? ada Bibik juga ternyata," ujar Sultan memandangi mereka secara bergantian.
"Kami gak ngapa-ngapain kok, cuma liatin tembok ini sepertinya sudah tampak kusam ya Bik, perlu di cat ulang," ujar Pak Dewa beralasan. Bibik mengiyakan ucapan Pak Dewa sambil tersenyum miring.
Sultan pun mengarahkannya ke arah tembok dan ia melihat tembok itu biasa-biasa saja tampak masih bangus. Ia pun jadi bingung dengan kehadiran Papa dan Bibik.
"Sultan, bagaimana apa lancar urusannya?"
"Urusan apa pak, Sultan gak ngapa-ngapain kok."
"Serius gak ngapa-ngapain?"
"Iya Pa, hari ini kan masih cuti Sultan gak kerja dan tidak banyak urusan."
"Aduh Sultan bukan itu maksud Papa," Pak Dewa tertawa ternyata anaknya masih sangat lugu.
"Jadi apa maksud Papa? sultan gak tau."
"Malam ini maksudnya, ah kamu pura-pura aja," ujar Pak Dewa langsung tertawa.
Seketika itu Sultan memerah ia sadar kalau dia adalah pengantin baru tapi kenyataannya tidak begitu. Ia tampak malu Papanya berkata seperti itu karena Sultan mulai paham maksud dari pembicaraan Papanya adalah berhubungan suami-istri.
Boro-boro mau malam pertama dekat-dekat gadis itu aja aku jijik. Malas aja liat tampangnya kayak pembantu acak-acakan dan kumal gitu, batin Sultan.
"Ya sudah Papa tunggu di meja makan ya," Pak Dewa terseyum sambil menepuk pundak Sultan.
Sultan masuk kembali ke kamarnya ia masih melihat Putri tengah asyik-asyiknya ngorok.
"Dasar tidak tau diri, enak aja dia tidur pulas sedangkan aku gak bisa tidur sama sekali," gerutunya.
Sultan meneriaki Putri hingga ia kaget langsung terjatuh di lantai.
"Pria brengsek! gak ada sopan santun orang lagi tidur digangguin. Gak tau apa orang masih ngantuk," cetus Putri sambil menguap.
Astagfirullah ini cewek kok gini amat ya, jorok banget menguap depan kita. Apa gak malu dia gak ada sopan sama sekali," pikir Sultan sambil memperhatikan gerak-gerik Putri.
"Ini 'kan masih malam, kenapa dibangunin sih!" keluh Putri masih mengantuk ia menguap beberapakali.
"Papa sudah menunggu kita di meja makan. Ayo cepetan!" ajak Sultan.
"Aku masih kenyang, kamu aja yang makan," tolak Putri.
"Jangan banyak tingkah ya kamu! ntar Papa marah lagi sama aku. Ayo cepat!" Sultan manarik tangan Putri seketika itu juga Putri membalas manarik tangan Sultan hingga ia terjatuh berdua di sofa dalam posisi saling menindih.
"Bangun, iih! kamu mau cium aku ya? dasar pria mesum mau cari kesempatan saja," ucap Putri geram sambil meronta-ronta memukuli dada Sultan.
Sultan yang tidak berdaya menahan tubuh Putri yang lumayan besar sudah susah bernapas apalagi Putri sambil terus memukulinya. Siapa juga yang mau cium kamu jangan GR deh kamu ya."
"Aku gak gitu kok, justru aku gak sudi dicium kamu. Ternyata kamu munafik banget ya, jelas-jelas kamu tadi memegang tanganku."
"Kamu cari sensasi aja aku tidak terpengaruh ayo cepatan kita makam malam, Papa sudah menunggu kita," ujar Sultan.
Akhirnya mereka bangun secara bersamaan
Sultan membuang debu kotoran yang menempel di tubuhnya seakan ia jijik habis bersentuhan dengan Putri.
Mereka pun pergi ke dapur menemui Pak Dewa yang sudah menunggu mereka.
"Malam Pa," ucap Sultan.
"Malam pengantin baru, apa kabarnya masih bisa bangun rupanya," kelakar Pak Dewa.
Bibik tertawa kecil.
"Ada apa sih Pak, kami gak ngapa-ngapain kok. Tidur aja ber..." ucapan Putri terhenti saat Sultan memijak kakinya tiba-tiba Putri menjerit kesakitan.
"Kita tidur berduaan maksud Putri Pa," sambung Sultan.
Putri memasang wajah sinisnya melihat ke arah Sultan.
"Kalian kenapa seperti ada hal yang aneh," tiba-tiba Pak Dewa melirik mereka satu persatu.
"Tidak ada apa-apa kok Pak, aku cuma lapar banget pengen makan," ucap Putri mengalihkan.
"Ya sudah kemarilah!" ajak Pak Dewa pada Putri.
Putri pun duduk di sebelah Pak dewa sedangkan Sultan duduk tepat di depan Putri.
Mereka pun mulia mengambil makanan.
Putri mengambilkan Papa mertuanya nasi di piring.
Sultan ikutan minta diambilkan.
Putri memasang muka masam pada Sultan karna ia masih dendam saat di kamar tadi.
"Kalian kenapa? Putri ambilkan suamimu nasi juga, pinta Pak Dewa.
Putri pun terpaksa mengambilkan Sultan nasi karena Pak Dewa yang memintanya.
Baru satu hari kamu jadi suami, tapi nyebelin banget sih manja banget. Padahal kan aku bukan istrinya beneran.
Putri mengambil lauk Sultan juga meminta mengambilkan akhrinya Putri mengalah dan mengambilnya.
Dasar cowok manja makan aja mau minta ambilkan cibir Putri dalam hatinya merasa dongkol.
"Sultan, mulai saat ini Putri akan Papa jadikan sebagai pendamping dalam pekejaanmu kamu harus membawa Putri di tempat syuting agar kalian tetap bersama dan saling membantu juga," ujar Pak Dewa.
"Tapi Om eh Pak, Putri harus berkerja," tolak Putri.
"Putri, sebaiknya kamu tinggalkan pekerjaan kamu itu. Ikutlah ke lokasi syuting dengan Sultan. Jika kalian masing-masing bekerja di tempat yang berbeda itu tidak baik buat hubungan kalian.
Papa gak mau hal itu terjadi. Kalian harus saling bersama," terang Pak Dewa.
Aduh Papa ada-ada saja deh, bikin malu aja masa Putri juga mau ikut di lokasi syuting. Gak banget lebih baik aku singkirkan aja Putri agar ia tidak berani ikut denganku. Tapi Papa pasti tau lebih baik aku pikirkan cara lain aja deh, batin Sultan mulai berpikir mencari cara agar ia tidak di ikuti Putri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!