Langit berwarna gelap keadaan dunia berwarna hitam pekat meskipun rintik hujan sudah mulai berhenti akan tetapi kilatan dari Guntur yang menyambar masih terus menggelegar memeakkan telinga dan juga membuat siapapun yang mendengar dan melihatnya merasakan suatu ketakutan yang sangat dalam.
Angin berhembus dengan sangat kencang daun dan pepohonan bergerak menggelayung-layung dengan disertai deruan angin yang sangat kencang pohon-pohon yang memiliki buah jatuh berguguran membuat para manusia yang kala itu berada di bawahnya merasa senang dan bahagia karena mereka tidak perlu bersusah payah untuk memanjat dan memetik buah yang menjulang sangat tinggi di mana untuk mendapatkannya Terkadang mereka harus menggunakan satu bambu panjang yang berukuran ber meter meter agar bisa mendapatkan buah itu untuk dimakan.
Keadaan alam yang gelap gulita membuat para manusia dan juga para penghuninya seringkali memilih untuk menetap dan tinggal di dalam rumah tidak ada satupun yang ingin keluar rumah untuk melakukan aktivitas dikarenakan mereka sangat takut dengan Guntur dan petir yang menyambar menyambar terlebih langit berwarna hitam pekat, Begitu juga dengan Pak Tani mereka tidak ada yang pergi ke ladang untuk melakukan kegiatan mereka sehari-hari, baik itu menanam ataupun memanen dari hasil ladang mereka.
Hujan yang sangat deras Guntur yang menyambar-nyambar di mana para manusia dan penghuninya diam di rumah tidak begitu dengan para hewan yang ada di muka bumi mereka sangat senang terutama katak Mereka bernyanyi riang karena mendapatkan hujan mereka tidak ada satupun yang memilih bersembunyi di dalam rumah karena bagi mereka hujan adalah suatu anugerah yang mereka syukuri dan merekalah hewan yang paling senang dan bahagia ketika hujan datang.
Di sebuah negeri Nan Jauh dari kehidupan manusia tampak dua orang sedang berlutut di hadapan seorang Raja.
"Ampun Ayahanda Raja, tolong beri kesempatan pada hamba sekali lagi. " ucap Sang Pemuda itu dengan wajah menunduk.
Tampak Sang Raja menarik napas panjang dan menghembuskan nya dengan sangat kasar.
"Raja dia itu Putramu, berilah satu kesempatan lagi padanya, Apa kau lupa dia itu Putra kita satu-satunya, Raja jangan sampai kau berikan hukuman yang sangat keras padanya, Aku tidak ingin berpisah jauh dari Putraku jika Raja harus menghukumnya maka hukumlah Aku juga, karena Aku sebagai Ibu nya Tidak mampu mengawasi dan telah teledor padanya."
"Apa kamu pikir hanya kamu saja yang akan kecewa dan akan terluka dengan hal ini, Aku juga tersiksa Aku juga terluka dan Aku pun juga tidak rela jika Putra kita harus mendapatkan hukuman yang keras dari peraturan kerajaan ini akan tetapi sebagai seorang Raja. Bukankah Aku harus bersikap adil, Bukankah Aku tidak boleh memandang siapa dia, siapapun yang bersalah dalam Kerajaan ini dan bagaimanapun kesalahan nya apabila itu menyangkut suatu hal yang sangat besar maka siapapun akan mendapatkan hukuman yang sama mau bagaimana lagi,
"Putramu sudah melakukan hal yang salah Sudah berani membuka sangkar emas yang di dalam nya sudah bersemayam Burung Hud hud burung yang sangat berbahaya bagi kehidupan kita, karena Burung itu bisa mengabarkan dan memberitahukan keberadaan Negri kita pada siapapun yang dia suka dan jika banyak orang yang mengetahui maka bisa jadi Tamatlah kerajaan kita ini, Rakyat juga akan terancam bahaya. "
"Tapi, Raja… !
Sang Raja segera mengangkat tangannya ke atas sebagai tanda jika dia tidak ingin mendengar lagi ucapan dari Ratu Agung Dewi Wardani.
" Prajurit… Ikat dan seret putra Mahkota ke balai Agung kita akan berikan hukuman kepada nya hari ini juga.
Bergegas Ratu Agung Dewi Wardani berlari memeluk kaki Raja.
"Jangan Raja.. Dia putra kita Aku mohon..! " Seru Ratu Agung dengan isak tangis yang mulai pecah membasahi Pipi.
Sementara Sang Raja membuang muka kesamping ada genangan Air mata yang juga ikut merembes dari sudut kelopak matanya, keputusan yang berat, hukuman yang Raja sendiri tidak tau apa yang akan dialami Putra nya.
Karena setelah berada di balai Agung maka yang memiliki hak memberikan hukuman adalah Penasehat Hu dengan melemparkan satu gulungan kertas yang didapat dari kesepakatan para Pembesar dan Abdi kerajaan dengan sepuluh macam jenis hukuman.
Untuk itu tidak ada yang tau hukuman apa yang akan diterima oleh seorang yang telah berbuat salah pada kerajaan.
Putra Mahkota Pangeran Andrean Tivanius berteriak memohon pada Raja untuk mengampuni dan menolong nya.
"Ayah.. Tolong Aku, Ayah.. Aku mohon..!"
"Cepat seret dia ke balai Agung. "
Kedua prajurit kerajaan akhirnya mengikat dan membawa Putra Mahkota.
"IBu Ratuu…
" Putra ku. . .
Bagaikan sebuah kilat ketika kedua Prajurit itu sudah mengikat dan dua langkah menyeret Pangeran Tatius, Tiba-tiba ketiganya langsung menghilang dari pandangan.
Mereka tidak berjalan seperti manusia pada umumnya karena mereka adalah makhluk Vampir.
Sungguh tidaklah heran apabila Raja menghukum kesalahan dari putra mahkota yang telah dengan sengaja melepaskan Burung Hud hud yaitu sejenis burung pelatuk yang mana dia bisa mengabarkan pada siapapun yang dia suka atas keberadaan kerajaan Vampir di muka Bumi dan hal itu memang sangat membahayakan, kehidupan para Vampir.
Selepas kepergian Putra Mahkota Pangeran Andrean Tivanius yang dibawa ke balai Agung untuk mendapatkan hukuman yang yang akan dia Terima, Ratu Agung Dewi Wardani segera terbang melesat menuju Balai Agung untuk melihat sendiri hukuman apa yang akan di Terima putranya.
Suasana sangat ramai hiruk piuk suara dari Para Rakyat Vampir yang berbondong-bondong datang ke balai Agung demi untuk melihat jalannya hukuman untuk Putra Mahkota.
Banyak diantara mereka yang bersedih dan Iba sosok Pangeran Andrean yang sangat baik lembut dan penolong, kini harus mendapatkan hukuman dari kerajaan akibat dari satu kesalahan yang mungkin tidak sengaja dia lakukan.
Tidak jauh dari tempat itu tampak seorang pemuda tersenyum bahagia melihat keadaan Pangeran Mahkota yang akan di hukum.
"Hahaha.. Akhirnya Aku bisa menyingkirkan mu dari kerajaan ini, sungguh malang sekali Nasibmu Pangeran Andrean hahaha, Aku memang cerdik, Aku tau kamu akan melewati ruangan Rahasia dimana sangkar emas itu berada, untuk itu Aku mengikuti mu, dan memberimu obat tidur ketika kamu berada di dalam ruangan itu dan dengan tanganmu Aku sentuh kan pada sangkar Emas maka sangkar emas itu langsung terbuka dan lepaslah burung yang menjadi tawanan Raja.
Meskipun Aku tidak tau apa benar burung itu akan membuat bencana dan hancur kerajaan ini, Aku tidak perduli karena Aku hanya ingin kamu mendapatkan hukuman dari kerajaan ini.
" Hahaha, akhirnya Aku berhasil juga, "gumam Pemuda itu tersenyum bahagia.
"Gosa apa yang kamu tertawakan, kelihatan nya kamu sangat bahagia, jangan jangan kamu ada hubungannya dengan kejadian yang menimpa Pangeran Mahkota. "
Pemuda itu buru buru menutup mulutnya, dia sedikit terkejut dan tidak menyangka jika senyum kebahagiaan nya ada yang mengetahui.
"Apa yang kamu bicara, dayang Mui, "
"Tentu saja Aku membicarakan tentang kamu Gosa, Aku perhatikan kamulah orang yang paling bahagia dengan hukuman yang akan diterima Pangeran Mahkota. "
"Omong kosong, lebih baik kamu pergi jangan mengagguku, "
"Baiklah, Aku akan mencari tau sendiri karena Aku yakin kamu terlibat dalam hal ini,"
"Kurang ajar berani kau.. !bentak Gosa dengan nada penuh penekanan.
Gosa berteriak dengan lantang sementara Dayang Wui dengan santai melangkah pergi.
Gosa menahan marah dan kekesalan nya pada Dayang Wui yang dinilai telah berani mengancamnya.
Dayang Wui adalah salah satu Abdi kerajaan yang paling dekat dengan Pangeran Andrean Tivanius yang mana semua kebutuhan dari Pangeran Andrean Tivanius, Dayang Wui yang memenuhi dan mempersiapkan segala nya.
Baginya ini memang sangat menyakitkan dan sangat membuatnya Terpukul dan sedih dikarenakan putra mahkota yaitu Pangeran Andrean harus mendapatkan hukuman dari sang Raja karena suatu kesalahan yang telah dia lakukan.
Akan tetapi dayang Wui maupun Raja tidak pernah mengetahui dan tidak akan tahu hukuman apa yang akan diterima oleh pangeran Andrean yang mana semua hukuman dan segala tindakan atas kesalahan yang dilakukan oleh pangeran Andrean hanya mengikuti arah takdir yang akan membawanya.
Ke arah mana dan akan bagaimana di mana semua yang tertulis di dalam satu gulungan kertas di mana ada 10 gulungan kertas dengan masing-masing hukuman yang berbeda dan tidak ada yang tahu di gulungan manakah pangeran Andrean akan mendapatkan hukuman yang sedikit ringan dan Apa isi dari gulungan itu.
Kekesalan yang dialami Gosa membuat dirinya merencanakan sesuatu yang licik dan pastinya akan membuat Dayang Wui menyadari dengan siapa dia berhadapan.
"Kurang ajar wanita itu benar-benar harus diberikan pelajaran agar dia tau sedang dengan siapa dia berhadapan, Aku akan membuat nya tidak bisa bicara apapun termasuk keinginan nya mencari tau apa penyebab sesungguhnya yang telah membuat Pangeran Mahkota mendapatkan Hukuman, kamu tunggu saja Aku akan memberikan kejutan padamu yang pastinya akan sangat menyakitkan mu, hahahaha. "
Gosa tertawa dengan begitu keras dan lebar, keberadaan Gosa yang cukup jauh dari Balai Agung membuat dirinya aman tertawa karena tidak ada satupun yang akan mengaggunya.
Sementara di balai Agung sendiri tampak seluruh Rakyat berdiri mengelilingi tempat dimana Pangeran Mahkota akan menerima hukuman nya.
"Tabib satu, Panglima satu, penasehat satu, Prajurit bawah satu, Perwakilan Rakyat satu, Silahkan mengambil posisi masing-masing..! "
Bergegas beberapa Nama yang sudah dipanggil maju kedepan.
Mereka maju dengan masing-masing wajah menampakkan satu kecemasan dimana Mereka inilah yang mendapatkan tugas untuk mengambil gulungan kertas yang tertulis.
Meskipun dengan sedikit rasa yang ikut berdebar debar Raja tetap berusaha tenang dan tetap memimpin jalannya untuk memberikan hukuman kepada Putra Mahkota.
"Bersiap… !
Mendengar kalimat bersiap Semuanya berdiri dengan tegap meskipun diantara mereka banyak yang berdiri dengan tubuh gemetaran karena di hadapan mereka yang jaraknya kurang lebih 4 meter terdapat beberapa gulungan yang harus mereka ambil karena disitulah tertulis hukuman yang akan diberikan kepada putra mahkota.
"Mulai… !
Bergegas Mereka yang sudah terpilih untuk menjadi salah satu perwakilan dari masing-masing terbang melesat mengambil masing-masing satu gulungan kertas kemudian kembali ketempat semula ketika semuanya sudah selesai.
Dengan tangan bergetar mereka menggenggam gulungan kertas itu dimana tidak ada satupun yang tau apa isi yang tertulis di dalam nya.
"Baik, sekarang tiba saatnya kalian Buka dan lihat setelah itu gulung kembali dan masukan ke dalam wadah itu dan tugas terakhir sebagai penentu, Penasehat Kerajaan utama yang akan mengambil salah satu dari gulungan yang kalian ambil, Mulai..!
Bergegas mereka membuka masing-masing gulungan.
"Cambuk 100 kali
" Di ikat kaki dan tangan pada sebuah tiang dalam ketinggian 5 Meter satu hari satu malam.
"Berlutut dua hari tanpa makan dan minum.
" Berjalan di atas Arang yang panas berjarak 2 meter.
"Menjadi pelayan istana Selama tujuh hari.
"Di Asing kan dengan lemparan kaca Ajaib yang tidak bisa dipastikan berapa puluh tahun bisa kembali dalam Arti terlempar bisa masih hidup bisa juga sudah mati.
Setelah masing-masing membaca gulungan kertas yang tertulis di antara mereka tidak ada satu walaupun yang menampilkan kecerian itu artinya semua hukuman yang tertulis di sana sangat mengerikan.
Sang Raja menarik napas Panjang dan menghembuskan nya dengan kasar, ada segurat rasa ketakutan dan juga kekhawatiran yang mana melihat para perwakilan pengambil hukuman wajahnya begitu sedih akan tetapi mau bagaimana lagi mungkin inilah takdir dari Pangeran Mahkota yang akan dialami.
"Silakan Penasehat utama, silahkan mengambil salah satu gulungan itu,"
Bukan hanya sang Raja yang merasa berdebar-debar was-was gelisah dan takut akan tetapi juga para rakyat kerajaan vampire yang sangat menyayangi putra Mahkota yaitu Pangeran Andrean Tivanius mereka masing-masing menundukkan kepala berharap Penasehat utama mengambil gulungan yang sangat ringan isi dari hukuman yang akan diTerima oleh Pangeran Andrean Tivanius.
Perlahan-lahan penasehat utama mendekati ke arah wadah dimana sudah ada beberapa gulungan yang diambil oleh beberapa perwakilan dan digulung kembali dengan memejamkan kedua bola matanya penasehat utama mengambil salah satu gulungan itu tangannya bergetar dan setelah mendapatkan gulungan itu dengan tangan yang juga masih bergetar penasehat utama menggenggam erat gulungan yang sudah dia pilih.
Ratu Agung Dewi Wardani juga merasakan cemas dan berdebar debar menunggu apa yang akan dibacakan oleh Penasehat utama.
"Silakan Penasehat utama, silakan baca kan hasilnya, agar kita segera tau hukuman apa yang akan diTerima oleh Putra Mahkota. "
Penasehat utama segera menganggukkan kepala meskipun tangannya masih sangat bergetar penasehat utama berusaha menatap ke sekeliling rakyat yang kala itu juga berdebar-debar dalam menanti Apa hukuman yang akan diterima oleh pangeran mahkota.
"Hukuman untuk putra mahkota yaitu Pangeran Andrean Tivanius adalah untuk sesaat penasehat utama berdiam diri sebelum bibirnya kembali bicara karena penasehat utama telah membuka dan membaca serta mengetahui hukuman apa yang akan diterima oleh pangeran tatius sungguh penasehat utama sangat sedih dan lemas ketika membaca dalam hati hukuman apa yang akan diterima oleh putra mahkota yaitu pangeran Andrean Tivanius.
"Hukuman untuk pangeran Andrean dilemparkan dengan Kaca Ajaib."
Semua yang mendengar merasa sangat terkejut dengan hukuman yang akan diterima dan dialami oleh pangeran Andrean di mana mereka semua memahami dan mengerti lemparan dari Kaca Ajaib Jika dia terlempar dengan salah maka bisa dipastikan kematian lah yang akan diterima oleh pangeran Andrean.
Ratu Agung Dewi Wardani sangat syok hingga tubuhnya tiba-tiba Limbung dan terkulai jatuh ke tanah di mana Ratu Agung Dewi Wardani telah pingsan.
"Tidak.. !
"Brukkk… '
" Ratuu… ! Raja berteriak histeris hatinya begitu sedih, diapun tidak menyangka jika Putranya akan mengalami Nasib yang begitu memilukan.
Beberapa jam kemudian Ratu Agung Dewi Wardani telah siuman dari pingsan tatapan matanya begitu kosong senyumnya menghilang sementara putra mahkota yang kini diizinkan berdiri di hadapannya menatap sendu kepada sang Bunda.
Dengan menyunggingkan sebuah senyuman seolah tidak ada sesuatu pun yang terjadi padanya,pangeran Andrean berjalan mendekati sang Bunda dan menggenggam tangannya.
"Bunda Ratu, jangan bersedih, percayalah Putramu akan baik baik saja tidak akan terjadi sesuatu pun yang buruk padaku, "
"Putraku, bagaimana kamu bisa setenang ini Nak, kamu tau Cermin Ajaib itu sungguh mengerikan dia melemparkan tanpa perasaan kisah Raki yang bersalah dan mendapatkan hukuman itu pun membawa kabar atas kematian nya, Aku tidak mau semua akan terjadi padamu, "
"Tenanglah, Ibu Ratu, Putramu hanya membutuhkan doa darimu, berdoalah Padaku Ibu Ratu semoga kelak kita masih bisa memiliki kesempatan untuk bisa bertemu lagi."
Rasanya sudah tidak bisa terbendung lagi derai Air mata dari Ratu Agung Dewi Wardani mendengar perkataan dari putranya sungguh hatinya sangat sedih dan terluka, hukuman yang akan di trima putranya benar-benar satu hukuman yang sangat mengerikan, dimana dirinya akan dilempar dengan cermin kaca Ajaib yang entah akan terdampar dimana dan entah akan bagaimana Nasib nya akankah masih bertahan hidup atau tidak.
Pandangan mata yang sayu menatap penuh dengan kecemasan juga terpancar dari Raut Wajah sang Raja Ayah dari Pangeran Andrean Tivanius.
Meskipun berusaha Tegar dan tidak bersedih akan tetapi Raja Agung tidak bisa membohongi hatinya, perasaan hancur kecewa dan sedih semua bercampur menjadi satu.
Terkadang ada satu penyesalan yang sangat dalam di mana dirinya memberikan satu peringatan keras kepada siapapun yang berani masuk kedalam kamar Rahasia tempat dikurung nya burung Hud dengan sangkar emas.
Satu peringatan yang mengatakan jika siapapun yang berani masuk ke dalam ruang rahasia di mana tempat Burung Hud itu dikurung, maka dia akan mendapatkan hukuman yang berat di istana kerajaan yang mana tidak ada ampunan sedikitpun, dan hal itu berlaku Bagi siapapun juga tanpa terkecuali meskipun itu adalah keluarga istana.
Mungkin ini suatu takdir atau suatu kebetulan di mana Burung Hud terlepas dari sangkarnya dan yang melepaskan Burung Hud adalah pangeran Andrian Tivanius dan dengan berat hati maka Raja akan melakukan seperti yang sudah menjadi suatu kesepakatan bersama dan sudah menjadi aturan di dalam Kerajaan dimana, Pangeran Andrian Tivanius harus mendapatkan Hukuman sesuai dengan Aturan dari Kerajaan.
Hari sudah mulai sore dan Hukuman untuk Pangeran Andrian Tivanius akan dilakukan tigapuluh menit lagi, setelah mendapatkan kesempatan untuk bisa mempersiapkan diri sebaik mungkin.
"Ratu, sudah ini sudah waktunya Putramu menjalani Hukuman itu, Aku harap kamu bisa bersabar."
"Raja, Dia putra kita satu-satunya dan apakah tidak bisa kamu meminta dan memohon pada para Rakyat dan juga para Penasehat Kerajaan agar Pangeran ditangguhkan Hukuman nya dan dia hanya mendapatkan Hukuman di Kerajaan ini saja, "
"Tidak bisa Ratu, apa yang terjadi pada Putramu hati ini juga karena kesalahannya kita tidak bisa menjilaat lidah dengan menangguhkan hukuman apalagi meminta untuk Putra kita tidak dihukum, itu tidak mungkin Ratu, sudahlah kamu harus bisa menerima semua kenyataan ini, percayalah ini adalah takdirnya. "
"Aku tau Raja tapi Hukuman di lempar dengan kaca cermin Ajaib ini sangat berbahaya dan sangat sulit untuk bisa selamat apakah Raja lupa dengan kejadian yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu, karena hukuman dilempar dengan kaca cermin ajaib jika hal itu terjadi pada Putra kita bagaimana, apakah Raja bisa menerima mendengar Putra kita tiada tanpa kita tau dimana jasadnya? "
"Ratu tenanglah, jangan kau banyak berprasangka buruk, kita do'akan saja Pangeran Andrean Tivanius mampu menghadapi semuanya, jika kamu tidak sanggup untuk melihat jalannya Hukuman yang akan diterima Pangeran Andrean Tivanius, Ratu boleh tinggal di dalam istana saja, biar Aku yang menemani Putraku, meskipun Aku sangat sedih dan tidak tega Aku tetap harus melihatnya karena Aku adalah seorang Raja yang harus siap menyaksikan hukuman dari siapapun yang berbuat salah, "
"Raja, Aku sungguh tidak sanggup untuk melihat semua ini, tapi Aku juga ingin melihat Putraku Aku akan hadir meskipun pada Akhirnya Aku akan pingsan Nantinya, tapi aku yakin Putraku akan mampu melewati semua ini Dia pemuda yang baik selama di istana tidak pernah berbuat buruk atau pun melakukan keburukan dan aku yakin Putraku tidak bersalah dalam hal ini pasti ada yang sengaja membuat Putraku melepaskan burung itu dari dalam sangkarnya. "
" Pada awalnya Aku juga berpikir seperti itu akan tetapi kenyataannya di tempat itu hanya ada putramu tidak ada seorangpun di sana bahkan melalui Cermin Tiga cahaya tidak ada dan tidak terlihat siapapun disana selain Putramu, "
"Tapi, Raja. Aku yakin Putra kita tidak bersalah dan dia tidak akan melanggar apa yang menjadi larangan kita, "
"Sudahlah Ratu, kita akhiri perdebatan ini, jika Ratu sanggup melihat Putra Mahkota di hukum Ayo kita pergi, tapi jika Ratu tidak bisa silahkan Ratu berdiam diri di dalam Istana, Putramu sudah lama pergi setelah Memenangkan dirimu tadi, mungkin sekarang dia sudah tiba di balai lapangan Alun alun dan sudah siap menerima Hukuman, "
"Kau benar Raja, ayo cepat kita pergi Aku tidak mau Acara sudah dimulai sebelum kita datang, "
"Baik, Ratu mari kita pergi, "
Ratu Agung Dewi Wardani bersama dengan sang Raja mulai memejamkan kedua bola mata mereka kemudian Raja dan sang Ratu menghentakkan kakinya ke atas tanah sebanyak dua kali dan dalam sekejap tubuh mereka berdua langsung terbang melayang ke atas melesat meninggalkan istana bagaikan kilatan Cahaya yang menyambar.
Tidak menunggu lama hanya dalam hitungan menit Raja dan sang Ratu Agung Dewi Wardani telah sampai di Alun-alun tempat Hukuman kepada Pangeran Putra Mahkota Andrian Tivanius menjalani hukuman.
Tampak di Alun-alun sudah banyak para Rakyat dan juga prajurit yang memadati lapangan mereka ingin melihat secara langsung Hukuman yang akan di trima oleh Pangeran Andrean Tivanius.
banyak diantara mereka yang menyayangkan hukuman kepada putra mahkota maka putra mahkota adalah sosok pemuda yang sangat baik santun serta menghargai semua rakyatnya bahkan tidak pernah membeda-bedakan antara bawahan dan atasan terlihat ketika pangeran Andrean Tivanius bisa dengan nyaman menikmati, makan Yang juga menjadi menu makanan para pegawai biasa bahkan pangeran Andrean Tivanius bersedia membaur makan bersama mereka tidak sedikit diantara mereka yang menitikkan air mata karena menyesalkan dan merasa kecewa dengan hukuman yang Raja tetapkan, kini mereka akan melihat Pangeran Mereka menerima Hukuman yang pling berat, di mana mereka bisa mengetahui dan mengerti jika gagal dalam hukuman ini maka nyalakan yang akan menjadi taruhannya.
Bahkan sudah pernah terjadi beberapa pulluh tahun yang lalu, seseorang yang bersalah dan mendapatkan hukuman dilempar dengan cermin Ajaib dikabarkan telah mati tanpa diketahui dimana jasadnya karena sampai saat ini tiada kabar beritanya.
Sudah banyak para prajurit kerajaan yang di suruh untuk mencari akan tetapi semuanya tiada hasil dan pulang dalam keadaan tangan kosong.
Mereka sungguh khawatir Nasib yang menimpa salah satu pembesar kerajaan yang bersalah dan mendapatkan hukuman dilempar dengan cermin ajaib akan menimpa Pangeran Andrean Tivanius yang mana mereka tidak ingin sesuatu hal yang buruk terjadi pada Pangeran mereka, untuk itu banyak sekali suara dari para Rakyat kerajaan beserta beberapa orang dalam istana yang meminta agar hukuman Pangeran Andrean Tivanius dirubah bukan dilempar dengan cermin Ajaib akan tetapi diganti dengan hukuman yang lain yang mana pastinya tidak akan terlalu berbahaya akan tetapi keinginan para Rakyat dan juga para pembesar kerajaan yang sangat menyayangi Pangeran Andrean Titanius ditolak dengan sangat kasar dan tegas oleh salah satu penasehat utama Kerajaan istana Vampir, sehingga mereka yang kecewa hanya bisa menundukkan kepala sambil berdoa semoga keadaan yang menimpa Pangeran tercinta mereka tidak seperti yang dialami oleh pembesar kerajaan yang terdahulu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!