NovelToon NovelToon

ANDROMOUS

ONE

Andromous, berisi 18 anggota dengan berbagai masalah keluarga. 18 anggotanya ialah ; Carel ivander vicente, Keenan arsenio, Zayden buana lamuel, Saguna nicholas ocean, Raden richard marlon, Jeremy intezar horace, Galen daviandra mahesa, Prince abian dareen oakley, Brian yeeshai wilson, Jesselyn cassiopeia aurora, Kirei ileana divya, Ayyara elvina floella, Winola linette, Shanaya nisaka, Terra fredella kei, Hikaru khandra margareth, Orabelle katarina, dan Yaffa revanza eleanor.

Berawal dari Yaffa, anggota termuda Andromous yang saat itu sedang mencari ketenangan setelah perdebatan dengan keluarganya, Yaffa yang sangat kacau tidak lagi memperhatikan langkahnya. Dia bahkan hampir tertabrak kendaraan jika saja Saguna tidak langsung menarik lengannya dan memeluk erat tubuh Yaffa.

Kemudian berlanjut dengan Jesselyn yang kabur setelah mendengar rencana pernikahan dirinya dari keluarga sang nenek. Jesselyn benar-benar frustasi, karena keluarganya memaksa Jesselyn untuk menuruti permintaan sang nenek dan diikuti dengan ancaman jika Jesselyn tidak melakukan hal itu. Jesselyn kehilangan harapan. Dia hampir mencicipi bagaimana rasa rokok karena permasalahan tersebut. Beruntung Shanaya dengan cepat merebut batang rokok yang sudah hampir terselip di bibir Jesselyn dan menginjak rokok tersebut hingga hancur.

Memang hanya 4 orang sebelumnya, tapi perlahan mereka semakin banyak menemukan orang-orang dengan masalah yang hampir sama. Hingga terbentuk lah Andromous, rumah kedua mereka. Tempat mereka pulang selain bangunan yang terkadang membuat mereka mengingat kejadian tidak mengenakan.

Perselingkuhan dari salah satu pihak orangtua, kekerasan yang dilakukan oleh keluarga, tekanan dan tuntutan yang terus menerus ditunjukkan kepada mereka juga masalah lainnya.

Sore ini Andromous berkumpul secara lengkap karena Carel mengabari seluruh anggota bahwa Shanaya dan keluarganya sedang bertengkar hebat.

Padahal seharusnya beberapa dari mereka memiliki jadwal kegiatan tapi mendengar salah satu anggotanya sedang mengalami masalah, Andromous langsung menuju basecamp mereka tanpa terkecuali. Semua jadwal seperti jadwal pemotretan Jesselyn, jadwal manggung Terra, jadwal kelas tambahan Kirei, jadwal latihan Jere dan Galen serta jadwal lainnya mereka undur. Untuk menemani dan menyemangati Shanaya yang sedang terpuruk.

Abian masih mengenakan pakaian praktiknya, dan Yaffa dengan pajama satin merupakan hal yang lumrah jika mereka berkumpul dadakan seperti ini. Tapi hal seperti itu justru yang sering menjadi hiburan bagi anggota lain. Keduanya, Abian dan Yaffa beralasan mereka tidak punya waktu untuk mengganti pakaian terlebih dahulu.

Di basecamp Andromous, Shanaya terlihat kacau dengan mata yang sembab. Carel disampingnya menenangkan sang kekasih, mencoba membuat Shanaya kembali berisik karena Shanaya memiliki kebiasaan buruk setelah memiliki masalah dengan keluarga, yakni melamun dan lebih banyak diam dari biasanya kemudian Shanaya akan berbicara melantur beberapa saat setelahnya.

Hikaru segera duduk disamping Shanaya, mengusap rambut panjang sahabatnya dan langsung memeluk tubuh Shanaya erat, "Kenapa? Kamu dipaksa buat pindah fakultas lagi?" itu tebakan yang sangat tepat bagi Shanaya. Karena nyatanya pertanyaan Hikaru benar adanya, sedari awal Shanaya tidak diizinkan untuk mengambil jurusan yang saat ini tengah dia ikuti.

Orabelle menghela nafas, "Kita disini aja malem ini, temenin ci Naya." usul gadis SMA itu pada anggota lainnya sambil merebahkan tubuh di karpet bawah sofa dan berguling-guling tidak jelas.

Galen ikut menarik tubuh Yaffa untuk merebahkan diri bersama Orabelle. Kasihan juga sebenarnya karena Yaffa sudah siap untuk tidur dengan mengenakan pajama sore ini. Kegiatan sekolah Orabelle dan Yaffa memang sedang sibuk jadi tak jarang mereka kekurangan tidur.

"Ci, coba unjukin prestasi apa yang udah you dapetin." Richard diikuti Jeremy yang baru datang dengan tangan penuh plastik supermarket mencoba memberi saran yang cukup masuk akal untuk Shanaya. Ya meski dia tidak mengalami hal itu tapi entah kenapa dia merasa jika hal yang dia sarankan akan cukup membantu Shanaya.

"Orang tua gue aja ngga mau gue jadi designer." Ah, ternyata sarannya tidak terlalu berguna karena keinginan orangtua Shanaya sudah bulat.

Keenan mendengus. Orangtua temannya yang satu ini memang problematic. Jika dibandingkan dengan Keenan, sepertinya tidak akan sama. Padahal Keenan sudah beranggapan bahwa Ayahnya jauh lebih problematic dan tidak mungkin ada orangtua yang melebihi ayahnya. Keenan faham perasaan Shanaya saat ini tapi dia sendiri juga masih terjebak dengan masalah sang Ayah. Dia sempat bisa lepas dari sang Ayah saja berkat bantuan Saguna, Abian dan Ayyara.

"Kita bantu ya. Kita bakalan coba buat bikin orangtua kamu nerima keputusan yang kamu mau." wah, Keenan jadi bangga dengan Ayyara. Biasanya anak itu tidak mau berurusan dengan Orangtua Shanaya karena memang wajah Papi maupun Mami Shanaya terkesan galak. Ayyara sendiri yang mengatakan pada mereka jika dia takut dengan kedua orangtua Shanaya, "Tapi temenin ya, hehe." kan. Baru juga Keenan berpikir seperti itu, Ayyara sudah berceletuk dengan nada melasnya.

Kirei meledek Ayyara karena takut dengan orangtua Shanaya tapi malah dibalas oleh Terra dan Winola.

"Udah ah, kalian mau makan apa? Cepet bilang." Brian yang tadi menyimak tanpa mengeluarkan suara langsung berdiri membawa barang titipannya pada Richard tadi.

Basecamp Andromous sontak menjadi ribut karena Brian. Mereka mulai menyebutkan makanan yang diinginkan hingga kekasih Orabelle itu pusing sendiri, "Yang bener dong. Pusing kalau gini." keluhan Brian menghentikan mereka. Semua anggota kecuali Orabelle dan Galen menyengir.

Pada akhirnya Brian memutuskan untuk membuat menu simple, hanya spaghetti carbonara dan ayam teriyaki. Dia memasak dibantu Jesselyn dan juga Hikaru.

Sedangkan Andromous lainnya mulai memberantaki ruang tamu tempat mereka berkumpul. Terra, Zayden dan Saguna mulai berkaraoke dengan Kirei juga Ayyara yang melakukan rap. Winola yang mulai mengganggu Shanaya, Jeremy memilih untuk keluar dan menyesap vape bersama Richard juga Carel yang menemani dengan segelas kopi, Abian memperhatikan dan sesekali mengikuti alunan lagu yang dilantunkan dan Keenan yang hanya melamun. Dimana Orabelle, Galen dan Yaffa? Mereka sudah lebih dahulu tertidur.

Andromous sudah jarang berkumpul karena kesibukannya masing-masing makanya mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama meski ada beberapa yang memilih diam, melamun dan tertidur disana.

Dibelakang, Brian tersenyum menatap semua temannya. Tangannya tetap bergerak untuk mengaduk bumbu yang sudah tercampur didalam teflon.

Hikaru yang melihat Brian tersenyum ikut melihat ruang tamu tapi, "Kamu kenapa senyum sih? Ngga keliatan tau! Burem."

Jesselyn dan Brian tertawa mendengar ocehan Hikaru. Anak itu memang memiliki mata yang minus dan dia tadi tidak sempat memakai softlens maupun membawa kacamatanya jadi ya seperti ini deh.

Hikaru menoleh dan menatap Jesselyn serta Brian kesal, "Kok malah ketawa??" pertanyaan Hikaru malah semakin membuat keduanya meledakan tawa.

Jesselyn menjelaskan kemudian menunduk lesu.

"Bri, Kar, kalau semisal aku udah ngga ada, pastiin Andromous selalu baik ya?"

TWO

Perkataan Jesselyn masih terus terdengar di telinga Hikaru. Karena itu dia jadi sering melamun dan memikirkan apa maksud dari perkataan Jesselyn saat itu.

"Are you there kak?" saking seringnya Hikaru melamun, Richard sampai heran. Biasanya Hikaru akan langsung menjawab pertanyaannya dan hampir tidak pernah melamun namun akhir-akhir ini Hikaru malah seperti itu.

Teman-teman di fakultas Hikaru bahkan bercerita bahwa anak keturunan Jepang tersebut tidak pernah fokus selama penjelasan materi selama beberapa minggu ini. Sebelumnya mereka yang akan meminta Hikaru untuk menjelaskan materi terbaru dari dosen tapi sekarang Hikaru malah melakukan sebaliknya. Dia yang meminta tolong ke teman-temannya untuk menjelaskan materi karena tidak mengerti dengan tugas yang diberikan.

Awalnya Richard berencana untuk membicarakan hal ini langsung dengan Hikaru tapi belum ada setengah pembicaraan perempuan yang lebih tua malah kembali ke kegiatan yang akhir-akhir ini sering dia lakukan. Richard kira keadaan Hikaru tidak separah yang dikatakan teman-temannya tapi jauh lebih parah dari itu.

"Sorry, aku ngga fokus tadi. Jadi kenapa den?" untung Hikaru segera tersadar setelah panggilan kedua Richard.

Hikaru melihat bagaimana Richard menghela nafasnya dan kembali menatap dirinya, "I mau kakak cerita." sahut Richard serius. Tangan besar itu menggenggam erat tangan perempuan yang sudah lama dia sukai itu.

"Den, Jiě Jesse.." belum sempat menceritakan, Hikaru sudah terlebih dahulu menangis. Bicara tentang kematian dia jadi teringat dengan orangtuanya dulu.

Orangtua Hikaru meninggal karena kecelakaan. Kecelakaan yang disebabkan oleh lawan bisnis orangtua Hikaru. Kecelakaan yang membuat Hikaru merasakan pahitnya kehidupan bergelimang harta tanpa kehadiran orang tersayang. Kecelakaan yang membuat Hikaru harus menguatkan dirinya sendiri.

Ucapan Jesselyn membuat Hikaru merasa deja vu. Sebelum kecelakaan orangtua Hikaru juga menitipkan sang nenek, meminta Hikaru untuk menjaga sang nenek agar tetap bahagia seperti dulu.

"Slowly kak. No problem, I'll be there for you." Richard mengusap punggung tangan Hikaru, mengulas senyum terbaiknya dan berulang kali mengucapkan kalimat penenang.

"Jiě Jesse, dia bilang buat pastiin Andromous selalu baik kalau jiě jiě udah ngga ada.."

...----------------...

Kenyataannya yang terus memikirkan ucapan Jesselyn bukan hanya Hikaru. Brian juga terus memikirkan hal yang sama. Dia sadar akan perubahan ekspresi Jesselyn kala mengucapkan kalimat tersebut.

Brian takut Jesselyn akan melakukan hal nekat karena tidak kuat lagi dengan masalah yang dihadapi. Tapi Brian tahu, sebenarnya Jesselyn itu orang yang sangat tegar walau terkadang kekacauan terlihat jelas diwajah rupawan perempuan itu.

Brian sering mendengar keluh kesah Jesselyn karena selain Jeremy, Brian juga merupakan tempat Jesselyn meluapkan emosi yang terkadang tidak bisa dia ungkapkan pada anggota Andromous lain.

Perempuan dengan sikap keibuannya itu jatuh hati pada Jeremy, Brian tahu itu. Mereka tidak bisa bersama karena keluarga Jesselyn dan Jeremy yang bisa dibilang bertolak belakang. Terlebih nenek Jesselyn yang kekeuh untuk menjodohkan cucunya dengan cucu dari teman-temannya atau anak dari rekan kerja Ayah Jesselyn.

Jesselyn juga pernah memiliki niat untuk mengakhiri hidupnya. Beruntung Galen dan Kirei segera menghentikan Jiě jiě kesayangan Andromous itu.

Jadi tidak heran Brian terus memikirkan ucapan dari orang yang sudah dia anggap kakak itu.

"Ko, you okay? Why are you crying?" Orabelle yang kebetulan hendak memberikan kembali catatan lama Brian menemukan lelaki itu menangis di kamarnya.

Tadi Orabelle menanyakan keberadaan kekasihnya itu pada paman dari Brian, lelaki paruh baya itu mengatakan bahwa Brian sudah beberapa minggu mengurung diri dan hanya keluar jika ada jadwal berkuliah dan kerja saja. Kegiatan lain akan dilakukan Brian di dalam kamar.

Bahkan saat Orabelle mengetuk pintu kamar Brian, lelaki yang melanjutkan study dengan jurusan psychology itu tidak merespon.

Didalam kamar Brian, Orabelle melihat Brian mencoret sebuah buku gambar dengan mata yang tanpa disadari sudah mengeluarkan linangan air yang sedari tadi tertahan dipelupuk nya. Keadaan Brian cukup kacau hingga membuat Orabelle bingung dan juga bertanya-tanya hal apa yang membuat Brian menangis seperti ini.

Brian menoleh, menemukan Orabelle disebelahnya tengah tersenyum. Perempuan yang sudah berada di tingkat akhir sekolah menengah itu merentangkan tangannya, membuat Brian tanpa berpikir panjang memeluk tubuh Orabelle.

Tangisannya semakin terdengar setelah Orabelle mengusap kepala Brian, "Aku takut." pengakuan Brian ditengah tangisnya menyebabkan Orabelle harus mengeratkan pelukannya. Membiarkan Brian membasahi pakaiannya dengan air mata lelaki itu.

Ada beberapa hal yang membuat Orabelle bingung karena Brian jarang sekali menangis. Pertama alasan dari tangisan koko sekaligus kekasihnya, kedua siapa yang membuat Brian bisa menangis sesenggukan seperti ini dan ketiga hal apa yang membuat Ayah Brian sudah hampir tidak pernah melukai anaknya lagi.

"Aku takut kehilangan, Karin." lagi, pengakuan Brian ditengah tangisnya. Orabelle mengangguk dan mengiyakan, "Aku juga takut ko.." sahut Orabelle pelan. Tangannya meremat pakaian Brian sebelum kembali mengusap kepala yang lebih tua.

"Aku takut, tapi kalau kehilangan memang yang terbaik dan takdir buat orang itu kita ngga bisa ngapa-ngapain ko."

Mendengar jawaban Orabelle, Brian mendongak, menatap manik jernih anak itu.

"Ko, aku juga sempet kehilangan mèi mèi. Aku juga takut kehilangan lagi. Karena setelah mèi méi meninggal, baba sama mama jadi makin sering lembur dan hampir ngga pernah pulang. Kondisi itu memperburuk keadaan ko. Aku takut." Orabelle bercerita, menyampaikan hal yang selama ini dia simpan dan tidak pernah diceritakan pada Yaffa sekalipun.

Brian menumpukan dagunya pada bahu Orabelle, sesekali mengusak kelopak matanya pada bahu tersebut, "Karin, kamu tau apa?" Brian mulai membuka suaranya. Suara dengan intonasi yang sama tapi kondisi yang berbeda. Sangat lirih dan hampir tidak terdengar.

Orabelle memilih untuk menggeleng, membiarkan Brian bercerita dan dia akan mendengarkan setiap kalimat dari bibir Brian.

"Aku bersyukur karena punya kamu. Perempuan yang mau nemenin aku walau kamu tau keadaan keluarga ku dan mental mama ku. Aku seneng dan merasa beruntung punya Andromous yang sama kayak kamu, selalu nemenin dan ada buat aku apapun keadaannya." Brian menjeda ucapannya sebentar. Mengambil nafas dan menahan air mata yang hendak turun kembali.

"I know that I don't deserve this." sebelum Orabelle menjawab Brian kembali berucap, "Tapi aku sekarang sadar. Terimakasih banget, Karin. Terimakasih udah dateng kesini dan nenangin aku. Terimakasih udah bantu aku nemuin jalan dan berteman sama anggota Andromous lain. Terimakasih banyak, Karin."

Andromous sudah seperti rumah bagi seluruh anggotanya. Andromous merupakan keluarga kedua mereka. Tempat yang membangkitkan mereka dari keterpurukan setelah saling bercanda dan berbagai cerita. Tak jarang mereka saling membagi luka dan sakit yang dirasa dengan sesi tanya jawab setiap 2 minggu sekali.

Andromous bukan hanya tongkrongan tak jelas yang membawa pengaruh buruk. Mereka lah definisi dari rumah dan keluarga yang sebenarnya.

THREE

"Lagi?" suara berat Papi Yaffa mengawali pertemuan mereka di siang menuju sore ini. Tangan lelaki baya itu menunjukkan sebuah kertas ujian milik Yaffa didepan sang anak dan istrinya.

Mami Yaffa menghela nafas. Dia ikut menatap sang anak dengan tatapan tajamnya, "Bukannya Mami, Papi udah bilang ke Yaffa soal ini?" tanpa intonasi, sang Mami bertanya pada Yaffa yang kini sedang menunduk dalam, "Yaffa eleanor, angkat kepala kamu." perintah dari sang Mami lantas dituruti oleh Yaffa. Perlahan gadis itu mengangkat kepalanya untuk menatap kedua orangtuanya.

Selain tatapan tajam dari sang Mami, Yaffa tahu bahwa kedua orangtuanya juga sangat kecewa dan marah padanya.

"95 dari 100, yang benar saja kamu Yaffa." Papi Yaffa mendengus. Lelaki itu melempar kertas ujian Yaffa ke tengah meja. Membiarkan sang Istri membaca hasil ujian anak bungsunya.

Ibu 2 anak itu membaca dengan cermat. Raut wajah dari perempuan paruh abad perlahan berubah. Soal pertama, kedua dan maniknya terus bergulir hingga soal terakhir. Yaffa menahan nafasnya karena seusai sang Mami membaca hasil ujiannya, tatapan tajam sang Mami kembali menghujam dirinya, "Kamu bodoh Yaffa. Mami ngga mau tau, mulai hari ini jam les kamu ditambah." ucapan mutlak sang Mami dibalas anggukan kaku Yaffa.

Setelah beberapa saat akhirnya dia diizinkan untuk masuk kedalam kamar. Yaffa bersyukur orangtuanya tidak lagi menggunakan cara yang kasar seperti dulu.

Didalam kamar, Yaffa terburu-buru mengganti pakaiannya. Dia mengambil buku pelajaran yang tertata rapih di rak buku, duduk dikursi menghadap meja belajar dan mulai mempelajari satu persatu materi yang tidak dia pahami. Percaya saja, dahulu sang kakak juga diperlakukan seperti ini. Dituntut sempurna perihal nilai, di didik dengan keras perihal tata krama.

Ini sudah kesekian kalinya Yaffa mendapat jam tambahan les karena nilainya yang kurang sedikit saja.

Dalam hatinya Yaffa terus merutuki dirinya yang tidak bisa mendapatkan nilai sempurna untuk ujian kali ini. Bagaimana jika dia mendapat nilai seperti ini terus-terusan? Apa yang akan dilakukan oleh orangtuanya nanti? Pemikiran itu terus menghantui Yaffa. Dia sangat tertekan. Baru beberapa minggu Yaffa dapat merasakan kebebasan tapi hari ini dia menghancurkan kebebasan itu sendiri.

Tanpa sadar darah segar mengalir dari hidung Yaffa. Darah itu menetes ke salah satu tulisan dibuku Yaffa yang membuat gadis itu panik. Dia berusaha menghapus darah dari bukunya. Yaffa takut tulisan dibukunya memudar dan menyebabkan nilainya turun lagi.

Saat menoleh kearah cermin kamarnya Yaffa tertawa pelan. Dia cepat-cepat menyelesaikan bacaannya dan merebahkan tubuh diatas kasur. Yaffa membiarkan darah itu tetap mengalir dari hidungnya. Pusing, mual dan perih pada lambung yang Yaffa rasakan. Tadi sebenarnya dia hendak mengambil makan siang karena tidak sempat mengisi perutnya saat di sekolah tapi ternyata kedua orangtuanya pulang cepat, membuat Yaffa menghentikan niatnya. Terlebih saat dia tahu sang Papi sudah memegang kertas ujiannya, nafsu makan Yaffa seketika hilang.

Sejujurnya dia sangat jarang bercerita tentang masalahnya pada Andromous. Yaffa hanya menceritakan inti dari masalah, bukan cerita mendetail seperti saat anggota lain bercerita.

Tidak ada yang tahu tentang kondisi kesehatan Yaffa yang kian memburuk. Tidak ada yang mengetahui tentang kondisi keluarganya yang terlihat harmonis didepan orang lain. Tidak ada yang tahu penderitaan Yaffa selama dia hidup terlebih dengan harapan besar dari kedua orangtuanya.

Yaffa lelah, dia ingin semuanya selesai. Yaffa sudah tidak lagi sanggup menghadapi masalah dan tuntutan orangtuanya.

Mata Yaffa perlahan terpejam. Nafasnya mulai teratur walau ada setitik air mata yang turun, dan jangan lupakan tentang darah segar itu, masih sedikit mengalir di wajah Yaffa.

Yaffa membiarkan kondisi wajahnya yang kacau. Dia hanya ingin beristirahat, tidak lebih.

...----------------...

"Yaffa kritis."

Saguna yang sedang bersantai di ruang tengah apartment nya terkejut. Dia menegakkan tubuhnya dan memasang telinga sebaik mungkin untuk mendengar jelas omongan Winola, "Win, kamu bercanda kan?" kenyataannya pertanyaan Saguna terjawab kala lelaki dengan jurusan psychology itu mendengar suara tangisan kakak Yaffa yang terus memanggil adiknya dengan lirih.

Winola disebrang sana menghela nafas, "Kakak kesini ya? Jangan ngebut, aku mau kabarin yang lain. Tolong jemput Galen juga ya kak." Winola berusaha menstabilkan suaranya agar Saguna tidak panik.

"Win—"

"Aku shock kak... Bang mahesa tiba-tiba nelpon aku, dia panik. Dia bilang nafasnya Yaffa sempet berhenti kak. Yaffa.." Winola tidak dapat melanjutkan kalimatnya karena tangis yang pecah begitu saja. Winola teringat bagaimana Mahesa, sepupu dari Yaffa menelepon dan mengatakan bahwa kondisi Yaffa jauh dari kata baik. Wajahnya dipenuhi darah, nafasnya sempat berhenti tapi setelahnya nafas Yaffa terdengar teratur.

Saguna ikut menangis. Dia mencari jaket miliknya dan langsung mengambil kunci motor, "Win, ruang rawat mana?" Saguna bertanya pelan. Suaranya sudah tidak bisa terkontrol jadi terdengar sangat lirih.

"Dandelion 3, rumah sakit swasta dekat rumah bang mahes."

Kalimat Winola menjadi penutup pembicaraan mereka sebelum Saguna memutuskan sambungan teleponnya. Dia memakai tangga darurat dan berlari sampai di basement apartment lalu memacu motornya dengan kecepatan tinggi.

Tak sampai 5 menit, Saguna sudah sampai didepan rumah Galen. Dia beberapa kali mengetuk pintu rumah dihadapannya sampai diketukan kesembilan pintu rumah itu terbuka, menampilkan Galen dengan kondisi lebam di tangan dan beberapa titik wajahnya.

"Galen, Yaffa kritis." setelah Saguna berucap seperti itu, Galen menjadi panik. Dia mencengkram bahu yang lebih tua dan menatap Saguna serius.

"Bercanda lo ga lucu kali ini kak!" sentak Galen marah. Mana mungkin Yaffa kritis. Tadi dia sempat mengantar anak itu pulang sebelum akhirnya tubuh Galen dipenuhi lebam seperti saat ini.

Saguna menggeleng. Air matanya keluar, dia juga shock. Semalam Yaffa sempat bercanda dan menggoda Saguna bersama Kirei, saat pagi Yaffa sempat mengirim beberapa pesan konyol pada Saguna. Tapi siang menuju sore ini Yaffa dikabarkan kritis oleh Winola.

Setelah beberapa kali bujukan, Galen akhirnya mau di bonceng Saguna menuju rumah sakit tempat Yaffa dirawat.

Tepat didepan ruang rawat Yaffa, Saguna dan Galen menemukan anggota Andromous yang tertunduk lesu. Beberapa dari mereka berdiri didekat pintu ruang rawat, terduduk di kursi tunggu dan sisanya berada didalam ruang rawat Yaffa. Mereka bergantian masuk untuk melihat kondisi anggota termuda Andromous tersebut.

Satu hal yang Saguna sadari ialah orangtua Yaffa yang tidak ada disana.

"Yaffa ditemuin bang mahesa dikamar. Posisinya kayak tidur biasa, tapi wajahnya kacau. Sepertinya sesaat sebelum dia drop, Yaffa mimisan." penjelasan Terra, sebagai satu-satunya anggota yang lebih tenang dibandingkan anggota lain membuat tubuh seluruh anggota melemas.

Anggota yang jarang bercerita dan menunjukkan kesedihannya kecuali saat pertemuan pertama mereka mengalami kondisi seperti ini. Kondisi yang jauh dari kata baik.

Yaffa berusaha untuk tidak membuat Andromous dan keluarganya khawatir, tapi kondisinya saat ini malah membuat seluruh orang yang menemani Yaffa seketika lemas.

Adik kesayangan mereka, si lucu yang selalu menghibur, dia hanya ingin beristirahat lumayan lama. Tanpa ada yang mengganggu waktu istirahatnya walau sebenarnya sakit bagi mereka mendengar kabar Yaffa kritis, yang artinya Yaffa kini berada di ambang kematian.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!