Tok tok tok
"Dek, bangun!" panggilan Dian yang ketiga kali masih tak membuahkan hasil.
"Gimana, anak itu udah bangun belum?" tanya Diego, suami Dian yang tiba-tiba sudah muncul dengan menggendong anaknya yang baru berusia satu tahun.
"Belum mas." jawab Dian yang menerima baby nya dari gendongan suaminya.
"Biar mas yang bangunin anak itu. Kebiasaan dia, suka ngelembur sampe lupa waktu." omel Diego, kakak kandung dari gadis bernama Azzalia. Diego yang memang sudah membawa kunci duplikat kamar Azzalia segera membuka pintu kamar adiknya yang sudah satu minggu tinggal di Jakarta.
"Za...bangun... udah jam lima ini. Kamu bisa terlambat berangkat Ospek." kata Diego mengguncang tubuh Azzalia yang tertutup selimut.
"Hmmm... Masih jam tujuh mas masuknya, bentar lagi deh..." jawab Azzalia dengan suara khas orang tidur.
"Eh, lo jangan males lah ... udah sholat subuh belum lo? Cepet bangun ah...Za!" panggil Diego mulai frustasi membangunkan adiknya yang sangat sulit untuk dibangunkan.
"Gue lagi ga sholat." jawab Azzalia sambil menarik kembali selimutnya yang tadi sempat disingkap Diego saat membangunkan Azzalia.
"Dasar bocah tengil... woi, jangan bikin masalah napa? Bangun woi. Sadar diri dong lo, lo tu lagi di mana. Ini di rumah gue. Bangun!" teriak Diego yang sudah mulai kehabisan kesabaran membangunkan adiknya.
"Hhh... ya ya...bawel... " kata Azzalia terpaksa bangun dari tidurnya, dengan mata yang masih terpejam.
"Heh, melek woi. Bisa nabrak lo kalau ga melek." tegur Diego.
"Iya iya..." jawab Azzalia lagi dengan manyun sambil melangkah pergi ke kamar mandi di dalam kamar yang dia tempati
"Udah mas bilangin dari jauh-jauh hari juga, Jakarta itu ga kaya di Semarang. Jakarta lebih macet jalanannya. Apalagi kalau naik mobil, butuh waktu dua jam untuk bisa sampe di kampus tempatmu kuliah." omel Diego lagi.
"Mandinya cepet, entar lo keburu telat!" teriak Diego yang melenggang keluar kamar adiknya.
"Iya, bawel!" jawab Azzalia dari dalam kamar mandi.
Satu jam Azzalia bersiap diri, dari mulai mandi, ganti baju, merias diri hingga menata barang bawaan untuk Ospek hari pertama.
"Za!" teriak Diego dari luar kamarnya.
"Iya!" jawab Azzalia dengan teriakan juga.
"Cepet, udah jam enam ini. Entar elo telat!" omel Diego lagi.
"Ish, ada ya, cowok mulutnya kaya cewek, sukanya ngomel-ngomel dan teriak-teriak." Gerutu Azzalia sambil menutup resleting tas ranselnya. Kini Azzalia sudah siap dengan pakaian putih hitam panjang, dengan jilbab hitam persegi empat polos, yang dimana Azzalia masih agak kesulitan memakainya, karena dia tidak terbiasa berjilbab persegiempat.
"Ish, kalau bukan karena aturan, Males banget gue pake jilbab beginian." gerutu Azzalia di depan cermin dengan cukup lama, karena dia masih kesulitan Merapikannya.
Dan sepatu pantofel hitam sudah selesai di pakainya beserta kaos kaki putih selutut yang baru pertama kali ini dia memakainya juga. Serta sebuah caping, sebagai topi dan tentunya sebuah cocard yang wajib dibawa dengan bahan dasar tampah (dari anyaman bambu).
Azzalia pun turun dari lantai dua menuju ruang makan yang sudah tesaji beberapa makanan yang sudah disiapkan oleh ART di rumah Diego.
"Sarapan dulu dek." kata Dian lembut.
"Elo tu kudu belajar beradaptasi hidup di kota metropolitan, jangan suka malas-malas, entar ga sukses lo." omel Diego.
"Ck. Heran deh gue ama elo mas. Kak Dian aja santai aja lho yang orang asli Jakarta, engga sok tau kaya elo yang bisanya ngomel-ngomel ga jelas." gerutu Azzalia.
"Dibilangin mas nya bukannya nurut malah masih bisa ngomel aja lo." kata Diego sewot sambil menyendok nasi goreng di hadapannya. Dian yang sejak tadi mendengar omelan-omelan suaminya hanya bisa geleng-geleng kepala, apalagi kalau kedua kakak beradik itu sudah mulai beradu mulut, Dian hanya bisa tersenyum pasrah menanggapi keduanya.
"Iya, iya... gue nurut." kata Azzalia dengan penekanan.
"Nah, gitu dong." kata Diego.
"Done! Gue udah selesai sarapannya, gue berangkat sekarang ya mas, kak." kata Azzalia kepada kedua kakaknya sambil meraih ransel, caping dan tampahnya.
"Elo tu mau ospek apa mau ke sawah sih dek? Bawaan lo kaya begituan?" ejek Diego.
"Ish, berisik! Kaya ga pernah ngerasain Ospek aja lo!" ketus Azzalia sambil terus berlalu dari ruang makan. Tak lupa dia menoel anak Diego yang masih berusia satu tahun itu.
"Tete berangkat dulu ya mbul..." kata Azzalia pada Zoya anak Diego dan Dian yang memang berbadan gendut.
"Heh, dia punya nama cantik juga, masa' dipanggil gembul sih?" protes Diego.
"Suka suka gue. Bye!" kata Azzalia berlalu tanpa menyalimi Diego, tetapi menyalimi Dian.
"Hati-hati bawa mobilnya, ga usah ngebut-ngebut ya." pesan Dian pada Azzalia.
"Siap!" jawab Azzalia.
"Lhah, gue ga lo pamitin? Awas aja lo, uang makan lo gue potong!" ancam Diego.
"Ih, mas Diego, sukanya ngancem." kara Azzalia yang kemudian berbalik mencium punggung tangan masnya.
"Assalamualaikum." salam Azzalia.
"Wa'alaikumussalam." jawab kedua suami istri itu.
💕💕💕
Sepanjang perjalanan menuju kampus, Azzalia menyalakan radio di mobilnya, kebetulan dia sudah mengenal gelombang radio yang ada di kampusnya, sehingga dia mendengarkan siaran radio di sana.
'Hai, gaes, kembali lagi bersama gue Opik Oman di gelombang 102,3 Pijar FM yang bakal nemenin kalian sampai satu jam mendatang ya. Buat elo yang jadi peserta ospek nih, jangan lupa bawaannya. Dan seragamnya jangan sampe salah ya gaes. Karena kakak senior kalian yang jadi panitia, udah siap pasang wajah sangar buat hukum kalian. Hahaha, engga ya, bercanda. Okey, sahabat Pijar FM, langsung aja ya yang mau kirim-kirim salam atau reques lagu, bisa langsung kirim pesan ke nomer 08******** ya. Okey, langsung aja ya gaes, kita puterin lagu dari ***, chek it dot.'
"Ish, keren bener nih penyiar, kalau entar udah resmi jadi mahasiswa, gue mau ah ikutan gabung jadi penyiar radio di kampus." gumam Azzalia sambil menikmati jalanan yang sudah mulai macet.
"Ck, yang bener aja, baru seperempat perjalanan udah macet begini. Mana udah jam setengah tujuh lagi, bakal telat nih gue." gumam Azzalia merutuki dirinya sendiri.
Sekitar empat puluh lima menit akhirnya Azzalia baru bisa keluar dari kemacetan jalan raya menuju kampusnya, dan setelah memasuki gedung kampusnya, waktunya sudah sangat mepet. Sehingga Azzalia menginjak pedal mobilnya lebih kencang lagi, dia menambah kecepatan saat memasuki jalanan kampus yang tampak lengang. Hingga akhirnya,
Ssssiiiittttt
Azzalia mengerem mendadak saat melihat ada orang yang melintas di hadapannya.
💕💕💕
Hai hai Readerku tercinta, apa kabar? Selamat datang di Novel terbaruku ini ya. Semoga reader semua ga bosen ya baca novel karya Dede, yang terkadang lama up nya...
Nah, kira-kira, nanti Azzalia bakal kena hukuman ga ya saat masuk Ospek pertamanya, secara, dia kan dateng telat ya. Yuk, semangatin Dede untuk segera up lagi ya gaes, dengan tekan jempol cantiknya...😍, love you😘
"Astaga." pekik Azzalia dengan tubuhnya yang terhuyung ke depan, dengan tetap memegang setir mobilnya.
"Waduh, gue nabrak orang ga ya? Mati gue kalau sampe nabrak orang, jadi berabe masalahnya, hari pertama bikin masalah, pasti bakal kena hukuman nih. Andai aja tadi gue nurut dikit sama mas Diego, pasti ga bakal kaya gini nasib gue pagi ini." gumam Azzalia masih di depan kemudi, sedangkan sudah ada seseorang yang mengetuk jendela mobilnya.
Tok tok tok
Azzalia melihat keluar jendela, tampak dua orang laki-laki berjas almamater, sudah jelas dan bisa ditebak, itu pasti mahasiswa kampus tempatnya kuliah, dan sepertinya mereka adalah panitia ospek.
"Haduh...mati gue..." gumam Azzalia dengan wajah cemas nya. Dengan perlahan, Azzalia membuka pintu mobilnya.
"Ehm... Ma maaf kak." kata Azzalia dengan tertunduk, setelah sempurna keluar dari mobil brio berwarna hitam miliknya.
Awalnya, Laki-laki itu akan marah pada Azzalia, seperti sewajarnya kakak senior yang akan menghukum juniornya ketika melakukan sebuah kesalahan. Tetapi, saat melihat wajah gadis itu, Laki-laki itu berubah pikiran, dia langsung teringat dengan sosok gadis yang beberapa waktu lalu menolong adiknya saat adiknya hilang.
"Kamu tau ini dimana?" kata seorang laki-laki berparas manis, tetapi kalau lagi serius, wajahnya garang juga. Rambutnya tercukur rapi, cepak, rambutnya lurus tidak beruban, tentu saja, karena dia masih muda.
"Ehm...ta-tau kak." jawab Azzalia terbata dengan sekilas mendongak, menatap kedua orang berjas almamater berwarna biru tua itu.
"Kalau tau, kenapa kamu melajukan mobilmu dengan kecepatan diatas rata-rata? Hal itu akan membahayakan pejalan kaki, dan terutama nyawa kamu sendiri." sidang laki-laki itu lagi dengan tangan dilipat dan menyandarkan lengan kirinya di mobil Azzalia.
"Maaf kak, saya buru-buru." jawab Azzalia masih menunduk.
"Kamu peserta ospek?" tanya Laki-laki itu sambil mengamati pakaian Azzalia dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"I-iya kak." jawab Azzalia masih mode takut.
"Hm... baiklah. Seem, bawa mobil ini. Dan kamu, ikut saya." titah laki-laki itu kepada temannya yang sejak tadi hanya diam saja dengan wajah dinginnya, tetapi memang wajahnya lebih tampan dari laki-laki yang mengintrogasi Azzalia.
"Ha? Eh, ga bisa gitu dong kak. Jangan sita mobil saya dong. Please! Saya janji ga akan mengulanginya lagi." kata Azzalia sambil memohon, mengatupkan kedua telapak tangannya, karena dia mengira bahwa mobilnya akan disita, untuk dijadikan barang bukti akan kesalahannya.
"Seem, bawa mobilnya." kata laki-laki itu lagi sambil membukakan pintu mobil untuk rekannya bernama Seem.
Tanpa menjawab, laki-laki berwajah putih bersih bak opa-opa korea itu langsung menjalankan tugasnya.
Saat Seem masuk mobil, Dan laki-laki itu akan menutup mintunya, Laki-laki itu berbisik pada Seem.
"Parkir kan mobil ini, dan bawa barang-barangnya ke lokasi upacara ospek." kata Laki-laki itu.
Awalnya Seem terheran dengan ucapan sahabatnya, namun akhirnya Seem menurut juga.
"Apa maksudnya? Kenapa justru suruh markirin? Ah, males banget gue, emang gue tukang parkir?" gerutu Seem di dalam mobil.
Seem hanya mengacungkan jempolnya.
"Eh, kak. Tolong dong, pelase, jangan disita mobil saya. Barang-barang saya masih di dalam lho." pinta Azzalia memelas, namun tidak bisa karena mobil itu melaju meninggalkan Azzalia bersama seorang laki-laki berjas biru, yang jelas itu pasti salah saru panitia ospek.
"Ini, konsekuensi untuk mahasiswa yang melanggar aturan tata tertib lalu lintas kampus. Di gerbang masuk kampus sudah tertulis batas maksimal mengendarai kendaraan di area kampus." kata laki-laki itu.
"Maaf kak." lagi-lagi Azzalia memohon.
"Sudah, sekarang ikuti saya." kata laki-laki itu.
"Dia hanya mengamankan mobilmu saja." kata laki-laki itu saat mereka sudah berjalan menyusuri trotoar kampus.
"Sungguh?" tanya Azzalia tak percaya, tetapi tidak mendapat jawaban dari si lawan bicara.
"Saya mau dibawa kemana?" tanya Azzalia panik, karena dia sudah pasti terlambat untuk mengikuti kegiatan upacara pembukaan ospek.
"Sudahlah, ikuti saya saja." jawab laki-laki itu.
Azzalia hanya mengikut saja di belakang laki-laki berjas biru itu tanpa bertanya-tanya lagi. Azzalia hanya bisa pasrah dengan keadaan, karena dia mengakui dan menyadari bahwa dirinya memang salah, sehingga sudah sewajarnya jika dia mengalami hukuman.
💕💕💕
"Penuh lagi." gerutu Seem saat akan memarkirkan mobil brio itu di gedung fakultas Dakwah dan komunikasi.
Lalu Seem mencari parkiran yang lengang. Seorang panitia ospek yang bertugas merapikan kendaraan, mengarahkan Seem untuk parkir di gedung fakultas kedokteran. Seem pun menurut, dan benar saja, sesampainya di sana, tempat parkirnya cukup lengang. Seem kemudian memarkirkan mobil gadis itu di baseman paling ujung.
"Apa maksud Opik coba, kenapa gue harus markirin ni mobil, bawain barang-barang dia lagi." gerutu Seem sambil memunguti barang bawaan gadis itu.
"Lagian, harusnya tu cewek dapet hukuman, kenapa jadi dapet bantuan? Heran gue sama Opik, apa jangan-jangan tu orang suka lagi sama cewek itu?" gumam Seem sambil menutup pintu mobil gadis itu.
"Mobilnya aja mewah, pasti ni cewek anak orang kaya."
"Tapi... berantakan banget mobilnya. Hem...keliatan banget, kalau dia bukan cewek yang rajin bersih-bersih."
Seem berjalan dari parkiran menuju halaman fakultas dakwah dengan membawa barang-barang gadis yang tak dikenalnya. Banyak pasang mata berjas biru melihat sosok Seem membawa barang-barang itu.
"Seem, masih mau ospek ya?" kata seorang panitia yang bertugas jaga parkir.
Seem yang pembawaannya dingin, hanya terus berjalan tanpa menggubris perkataan rekan panitianya.
"Tuh kan, gue jadi bahan ejekan." gerutu Seem.
"Seem, nganterin barangnya cewek lo ya?" tanya panitia lain yang melihat cocard itu ada foto seorang gadis.
"Apa? Cewek?" Seem tersadar, lalu menoleh ke barang bawaannya, dan saat melihat foto itu, Seem menyembunyikan foto itu agar tidak terlihat bahwa dirinya membawakan barang milik seorang gadis.
"Menyebalkan sekali." gerutu Seem.
"Kalau bukan Opik yang nyuruh, males banget gue. Itupun karena Opik udah banyak berjasa atas hidup gue." gerutu Seem dalam hati.
Seem terus berjalan sampai di halaman, dan dia terus mencari sosok Opik yang bertanggungjawab untuk memberikan barang-barang itu pada si empunya barang. Serta menyerahkan kunci mobilnya.
Banyak pasang mata yang melihat Seem dengan keheranan. Karena kerepotannya membawa tas ransel, cocard, caping dan kamera analog yang selalu di kalung kan di lehernya. Hingga tiba pada sosok sahabatnya, Seem langsung menyerahkan semua barang itu kepada Opik.
"Nih, barang-barang cewek itu. Dan ini kunci mobilnya. Gue harus bermuka tembok melewati banyak orang karena barang-barangnya." omel Seem kepada Opik. Opik hanya menanggapi tersenyum.
"Thank's ya bro." kata Opik pada Seem.
Sesampainya di sebuah gang kecil, tampak oleh Azzalia hamparan rumput hijau berisi ratusan orang berpakaian sama seperti dirinya. Yup, itu adalah lokasi tempat berkumpulnya para peserta ospek. Azzalia sempat tercengang dengan pemandangan yang baru saja dilihatnya, ternyata setelah tadi menyelinap melewati jalanan kecil, dan lorong-lorong sempit antara gedung satu dengan gedung lainnya, Azzalia baru tau kalau mereka akan berakhir di lokasi yang menjadi tujuan Azzalia.
"Bergabunglah. Berdirilah di situ, agar aman. Supaya kamu tidak keliatan banget, kalau kamu datang terlambat." kata laki-laki itu dengan kata-kata lembutnya sambil tersenyum tentunya, yang ternyata senyuman laki-laki itu mampu menghipnotis Azzalia hingga sulit berkedip.
"Eh... ini...seriusan kak? Saya ga harus lapor kalau saya datang terlambat?" tanya Azzalia.
Laki-laki itu hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Segeralah berbaris. sebelum ada orang yang mencurigaimu."
"Baik kak." jawab Azzalia yang kemudian masuk salah satu barisan di bagian belakang, sedangkan laki-laki itu melangkah pergi meninggalkan Azzalia begitu saja.
Beberapa saat kemudian, panitia di depan kembali menyampaikan informasi, sebelum para peserta ospek masuk ke dalam ruangan.
"Okey, selanjutnya, sebelum masuk ruangan, kalian harus di cek dulu untuk kelengkapan barang bawaannya." kata seorang panitia dengan menggunakan megaphone.
"Waduh, barang-barang gue kan masih di mobil semua. Mati gue, bakal kena hukuman berapa kali nih gue. Ish, nyebelin banget sih tu orang, main ambil mobil gue aja. Kenapa juga gue nurut aja ama dia sampe ke sini? Ah, bodo banget sih lo Za." batin Azzalia yang sibuk dengan pikirannya sendiri.
Namun, saat Azzalia masih sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba ada seseorang di belakangnya yang berdehem.
"Ehem, Azzalia Putri Geolam?" sapa seorang laki-laki yang ternyata kakak senior yang tadi mengantarnya sampai di halaman gedung fakultas dakwah komunikasi ini.
Azzalia pun seketika menoleh ke sumber suara.
"Eh, kak."
"Ini, milikmu. Nanti biar ga kena hukuman karena semua barang-barang masih di dalam mobil." kata laki-laki itu sambil menyerahkan tas ransel, caping dan kokard dari anyaman bambu (tampah kecil).
"Eh, ya ampun, terimakasih banyak kak. Saya pikir, saya bakal di hukum nantinya." kata Azzalia.
Laki-laki itu tersenyum.
"Kamu kira, kami akan membuly kamu, atas kecerobohanmu di jalan? Dengan hukuman-hukuman seperti pada umumnya saat ospek?" tanya Laki-laki itu.
"Ya... mungkin." jawab Azzalia sambil mengangkat kedua bahunya.
"Tenang aja. Tahun ini, di kampus ini tidak ada pembulyan untuk peserta Ospek. Jadi kamu tenang aja." kata laki-laki itu lagi.
"Oh ya, ini, kunci mobilmu. Mobilmu di parkir di baseman gedung fakultas kedokteran ya. Karena tadi di area sini, sudah penuh." kata laki-laki itu lagi.
"Oh, iya kak. Sekali lagi, terimakasih banyak ya kak. Sudah dibantu." kata Azzalia menjadi sungkan. Karena dugaannya sejak tadi ternyata salah. Laki-laki itu memang baik.
"Ya sudah, saya tinggal ya. Good luck." kata laki-laki itu berlalu dengan meninggalkan senyum manisnya, yang membuat Azzalia melongo dibuatnya. Hingga dia tak sadar, bahwa dirinya belum mengetahui siapa nama kakak seniornya itu.
"Gila, cakep bener tu orang kalo senyum, asli bikin gue mati kutu." batin Azzalia.
"Woi, ga ngelamun. Segera bergeser!" tegur seorang laki-laki berjas biru, sama dengan laki-laki yang sudah menolongnya tadi.
"Eh, elo? Ehm, maksud saya, kakak." gumam Azzalia yang sadar akan siapa orang yang sudah menegurnya. karena dia adalah orang yang tadi membawa mobilnya ke baseman gedung fakultas kedokteran.
"Eh...ma makasih ya kak, udah markirin mobil saya. Saya kira tadi mobilnya mau di sita." kata Azzalia dengan cengengesan menampakkan giginya yang putih berjajar rapi. Karena dia tadi tak lupa gosok gigi sebelum berangkat, menggunakan pasta gigi pemutih, biar kinclong saat di panasan.
"Hem." jawab laki-laki yang seingat Azzalia namanya Seem. Lalu laki-laki itu berlalu begitu saja dengan wajah datar, tanpa senyum sedikitpun. Di lehernya terkalung gantungan kamera analog bermerk Canon, sepertinya laki-laki dingin ini adalah seorang fotografer.
"Idih, diajak ngomong baik-baik malah pergi tanpa pamit. Dasar opa korea ga punya kamus bahasa!" omel Azzalia dengan suara perlahan. Wajahnya yang tadi berusaha ramah berubah manyun dan penuh rasa bad mood. Dan wajah lucu itu tak luput dari jepretan si fotografer saat dia kembali menoleh pada wajah gadis yang membuatnya menggerutu sepanjang jalan sambil mencari tempat parkir yang longgar.
"Kalau bukan Opik yang nyuruh gue markirin mobil elo, males gue muter-muter nyari parkiran buat mobil elo." gerutu Seem dalam hati.
"Lagian, kenapa sih Opik baik-baikin tu cewek yang jelas-jelas ga tertib dan ceroboh? Heran gue." gerutuan Seem masih berlanjut pada sikap sahabatnya. Opik.
Ya, cowok yang mengantar Azzalia sampai di halaman utama berkumpul nya peserta ospek itu, bernama Opik. Dialah pemilik senyum manis yang membuat Azzalia sampai mati kutu.
Setelah pengecekan barang-barang bawaan, Azzalia yang memang datang terlambat, mendapat giliran paling akhir. Barang-barang dalam ransel dan pakaian dan aksesorisnya di cek secara mendetail oleh seorang panitia putri di sebelah sisi kiri pintu. Sedangkan untuk putra, di cek oleh panitia putra di sebelah kanan.
"Mana bekalmu?" tanya panitia putri yang mengenakan cocard panitia bertuliskan 'Asih' dengan wajah dingin.
"O iya. Astaghfirullah, gue lupa. Gue kan tadi berencana mampir beli ke pasar, duh, karena kesiangan jadi lupa deh." batin Azzalia sambil merem.
"Ehm...ga...ga ada kak. Lupa." jawab Azzalia sambil nyengir kuda dan menggaruk kepalanya yang tidak Gatal.
"Okey, silakan baris di situ bersama yang lain." kata Asih sambil menunjuk sebuah barisan berisi orang berseragam sama dengan Azzalia di depan gedung yang akan dia masuki.
Lagi-lagi, wajah Azzalia yang merasa bersalah karena barangnya tidak lengkap, wajah ditekuk, dan sampai saat dia dihukum oleh beberapa orang panitia yang bertanggungjawab memberi hukuman pada peserta yang melanggar, tak luput dari jepretan kamera analog nya.
"Lucu juga." batin Seem saat melihat hasil jepretannya.
"Bro, gue masuk dulu ya." pamit Opik saat melewati Seem sambil menepuk bahu sahabatnya.
"Oh, okey." jawab Seem sambil mengacungkan jempolnya.
Setelah melakukan push up dan beberapa hukuman lainnya yang memalukan, akhirnya Azzalia bersama beberapa peserta yang bernasib sama dengan nya pun masuk ruangan dengan keringat bercucuran.
"Katanya tahun ini di kampus ini ga ada bulying? Kenapa gue masih kena hukuman memalukan ini?" batin Azzalia sambil terus menggerutu. Karena Azzalia mendapat hukuman untuk menyanyikan lagi garuda pancasila di bawah tiang bendera merah putih, dengan satu kaki diangkat dan hormat bendera. Setelah itu, Azzalia diminta untuk push up dan di beri coretan sidol di pipi kirinya. Sebagai tanda, bahwa dia melakukan kesalahan.
"Huft, menyebalkan!" gerutu Azzalia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!