Azella Belva atau lebih dikenal dengan nama panggung DJ Zebel adalah Disc Jockey yang terkenal karena aksi panggungnya yang memukau. Kemampuannya meracik lagu mampu menghibur para pengunjung yang datang untuk melepas beban pikiran. Kecantikan wajah serta kemolekan tubuh semoknya menjadi nilai plus tersendiri yang dapat menghipnotis semua pengunjung.
Hentakan musik membuat pengunjung laki-laki maupun perempuan menari dengan bebas. Saling berpegangan, berpelukan, bahkan berciuman. Tak sedikit pasangan yang berakhir memesan kamar hotel yang juga tersedia di Grape Club. Hampir satu jam menghibur, Zee pun turun dari panggung. Risha sang sahabat sekaligus asisten pribadi memberikan sebotol air mineral. Zee langsung meneguknya hingga habis guna melegakan dahaga.
"Pak Mikroba minta kamu datang ke ruangannya," kata Risha sembari mengelap keringat di wajah, leher dan juga belahan dada Zee.
"Pak Marko, Risha," ralat Zee.
"Iya, itulah."
"Kenapa Pak Marko manggil aku, ya? Kalau ngisi acara di tv nasional aku nggak mau," lanjutnya mendengus kesal.
"Kenapa nggak terima aja sih, Zee? Tampil di tv nasional bayarannya puluhan juta loh," goda Risha.
"Otak kamu itu isinya duit doang," Risha mengelus kening akibat ditoyor sang sahabat. Sementara pelaku bangkit dari duduk, karena mau tak mau ia harus datang ke ruangan pak Marko yang tak lain adalah boss-nya.
Ketika pintu ia buka, Zee dikagetkan akan kehadiran seorang pria yang terlihat masih kuat dan tampan diusia yang diperkirakan sudah memasuki 70 tahun. Pria itu duduk di kursi roda dengan tatapan penuh arti.
Sedangkan pria berperut buncit yang Zee panggil Pak Marko langsung berdiri menyambut kedatangannya.
"Bapak manggil saya?"
"Tentu saja bapak manggil kamu, memangnya siapa lagi dJ paling top di club kita ini? Kemari dan duduklah dulu," Zee ia paksa duduk di sofa.
"Perkenalkan beliau ini adalah tuan MadDison. Pemilik hotel EWE, hotel bintang lima yang paling terkenal di Jakarta," Zee kaget mendengarnya. Siapa yang tak mengenal hotel dengan selogannya yang viral yaitu EWE itu Baik, EWE itu Penting, EWE itu Surga. Ewe, lebih dari sekadar Hotel!
"Sekarang perkenalkan dirimu pada tuan Dison," lanjutnya lagi.
Zee tersenyum manis, kemudian memperkenalkan diri kepada tamunya. "Perkenalkan saya adalah dj Zebel, senang bertemu dengan tuan Dison," Zee mengulurkan tangan kanannya, lansia tampan itu menyambut dengan senyuman misterius. Dirasa cukup, Zee menarik kembali tangannya.
"Tuan Dison, Zee ini—"
"Cukup, anda boleh pergi!" usir pria bertubuh kekar yang berdiri di sisi kiri tuannya.
"Zee, layani tamu vvip kita dengan baik," pesannya berbisik pelan, kemudian melesat pergi.
Zee masih duduk di sofa dengan ekspresi wajah penuh tanda tanya. Tatapan Dison yang seakan menelanjangi tak membuatnya risih, ia sudah terbiasa dengan tatapan aneh tersebut.
"Ada yang bisa saya bantu, tuan?" Zee memecah lenggang yang semula tercipta.
Pria lansia itu menyeringai, kemudian berkata dengan lantang, "Jadilah istriku."
Deg!
Memang bukan kali pertama ia diajak nikah oleh seorang pria, sudah banyak pengusaha kaya yang ia tolak cintanya. Namun, ada yang berbeda dengan ajakan kali ini. Bukan prianya lebih kaya dari yang sebelum-sebelumnya, tapi karena usia pria kali ini yang sedikit menarik baginya.
"Bagaimana, nona?" tanya pria di sisi kirinya, Zee tebak pria muda dengan paras lumayan tampan itu adalah asisten pribadi tuan Dison.
"Ini terlalu tiba-tiba, tuan. Saya agak kaget," balas Zee dengan wajah yang memucat.
"Nona tidak perlu khawatir, tentu kami akan memberikan waktu untuk nona berpikir matang."
"Terima kasih, tuan." Zee bangkit dan membungkukkan tubuhnya. Lansia itu dibawa pergi. Zee terduduk lemas di sofa, hati dan jantungnya berdebar tak seirama. Pertemuan singkat tadi mampu membuat tubuhnya bergetar hebat.
***
"Ada istilah bunyinya begini, roda kehidupan terus berputar, kadang di atas, kadang di bawah. Menurutku tidak semua roda berputar tegak berdiri, ada juga'kan roda yang berputar dengan posisi dibaringkan? Roda jenis ini berputar di lingkaran yang sama layaknya seperti kita berdua. Kalau orang miskin seperti kita berdua mau hidup enak kaya raya, caranya hanya satu yaitu menikah dengan pria kaya raya," terang Risha menggebu-gebu.
"Apa maksudmu aku harus menerima tawaran tuan Dison?" tanya Zee sambil berjalan pelan menuju halte bus yang jaraknya tak jauh dari Grebek Club.
"Yaiyalah, Zee. Kapan lagi coba diajak nikah sama CEO pemilik hotel EWE? Yang hartanya tidak akan habis tujuh turunan, delapan belokan, sembilan tanjakan, sepuluh tikungan. Apalagi tuan Dison sudah berumur dan sakit-sakitan, bentar lagi juga koit, kebayang tu hotel jadi milik kamu. Ya Tuhan mimpi apa aku sampai punya sahabat seorang CEO!"
"Kamu kalau ngomong jangan sembarang, Ris," Zee menoleh kiri dan kanan, memastikan tidak ada seorang pun yang mendengar perbincangan mereka.
"Tapi'kan emang bener, Zee. Sesekali kamu harus berpikir secara realistis. Pikiran anakmu, Vinson. Semakin lama dia akan semakin dewasa, biaya berobat, biaya hidup, dan biaya pendidikannya akan semakin mahal. Iya sekarang kamu lagi laris jadi DJ, coba bayangkan lima atau sepuluh tahun ke depan di mana kamu sudah semakin tua, kesempatan seperti ini tidak datang dua kali, Zee," terang Risha membuat Zee menghentikan langkah, kemudian berlari menuju jalan raya, ia menghentikan taksi dan masuk ke dalamnya.
Meninggalkan Risha yang terus berjalan sembari mengoceh seorang diri. "Vinson juga membutuhkan sosok ayah yang ... Zee! Dasar mahmud!"
***
"Kembaliannya untuk bapak saja," Zee memberikan selembar uang berwarna biru, kemudian melesat pergi tanpa sempat sang supir mengucapkan terima kasih.
Zee mendongakkan kepala menatap gedung pencakar langit yang paling menonjol diantara gedung lainnya. Zee menggelengkan kepala kala membayangkan akan seperti apa kehidupannya bila sampai hotel itu menjadi miliknya.
"EWE Hotel," ia membaca tulisan estetik di gerbang hotel tersebut.
"Dengan nona Azella Belva?" tanya seorang security membuyarkan lamunan Zee.
"Iya bener saya Azella Belva," jawab Zee membuka kacamata hitam yang semula bertengger di batang hidungnya.
"Mari ikut saya nona," balasnya melangkah terlebih dahulu, Zee pun mengekor di belakang sang security. Saat memasuki loby hotel, security menyerahkan Zee kepada seorang pria berpakaian formal yang tak lain adalah asisten pribadi Tuan Dison. Zee dibawa memasuki lift khusus menuju lantai 50.
"Silahkan masuk, nona," ucapnya mempersilahkan.
Sebelum melangkah masuk ke dalam ruangan, Zee menghela napas terlebih dahulu, berusahalah meyakinkan diri bahwa pilihannya tidaklah salah. Benar apa kata Risha, ini adalah saatnya ia harus berpikir secara realistis. Setiap langkah dan keputusan yang ia ambil bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk putra tercintanya, Vinson. Dan bayangan wajah tampan sang putralah, yang menjadi penyemangat untuknya melangkah maju penuh keyakinan memasuki ruangan hingga berhenti tepat di depan sebuah meja kebesaran.
Zee berdiri tegap di depan tuan Dison yang duduk membelakanginya. Punggung kekar itu membuatnya menelan ludah dengan pikiran yang terus bertanya-tanya. Zee penasaran alasan apa yang membuat tuan Dison memilihnya sebagai pendamping di hari tua? Tidak ada satu pun berita yang menceritakan tentang seperti apa kehidupan pribadi CEO lansia tersebut. Apakah benar berita yang beredar. Berita yang mengatakan bahwa tuan Dison tak pernah menikah seumur hidupnya. Jika benar, maka benar pula berita yang mengatakan bahwa ia tengah mencari penerusnya.
Memikirkan hal itu, Zee kembali menelan ludah. "Tidak mungkin tuan Dison ingin aku melahirkan seorang anak? Ya Tuhan, apa yang sudah aku lakukan?" batin Zee frustasi. Kali ini ia kembali dilema. Bila bener ia harus melahirkan seorang keturunan untuk tuan Dison. Maka, Zee tak akan meneruskan. Tujuannya datang kemari adalah menjadikan dirinya dan juga putranya sebagai penerus hotel EWE yang terkenal. Bukan untuk melahirkan seorang penerus, kemudian diusir begitu saja. Tidak, Zee tak akan membiarkan dirinya menjadi wanita sebodoh itu.
"Sudah membuat keputusan?" tanya Dison sambil memutar kursi kebesarannya. Rambut dan brewok yang memutih sama sekali tak mengurangi ketampanannya. Jelas Tuan Dison terlihat sangat segar dan kuat. Bagaimana bisa ada berita yang mengatakan bahwa ia mengalami sakit parah? Zee mendadak ragu, ia takut masuk perangkap dan ditipu.
"Sudah, tuan. Saya sudah membuat keputusan bahwa saya siap menikah bersama dengan anda, tuan Maddison. Tapi, izinkan saya bertanya satu hal," tegas Zee lugas. Keringat dingin yang membasahi wajah dan jemari yang bergetar menjadi bukti betapa gugup dan takutnya ia saat ini. Baru kali ini ia merasa segugup itu saat berhadapan dengan seorang pria. Karena biasanya Zee lah yang membuat seorang pria gugup dan bergetar ketakutan saat berhadapan dengannya.
"Katakan!" respon tuan Dison benar-benar menakutkan.
Zee memberanikan diri untuk bertanya, "Mohon berikan saya satu alasan kenapa tuan memilih saya?"
"Seharusnya nona Zee tahu, karena alasannya tidak jauh berbeda dengan pria lainnya," jawab tuan Dison dengan ekspresi wajah yang begitu sulit dibaca. Auranya amatlah misterius.
Dari sekian banyak wanita cantik dan seksi yang berbondong-bondong mendekatinya. Zee tak habis pikir kenapa dirinya yang dipilih? Tentu Zee membutuhkan sebuah alasan yang kuat. Cantik dan seksi bukan jawaban yang memuaskan.
"Tidak puas?" tanya tuan Dison yang sepertinya mengerti apa yang saat ini Zee pikirkan. Terbukti Zee langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"25% saham EWE Hotel, bagaimana?"
"Saya....
***
Hallo semuanya, kembali lagi dengan author Oniya. Jangan lupa dukungannya terhadap karya baru Author. Terima kasih banyak, guys 🙏🏻😍 Follow Ig author @Oniya_99
Azella Belva (DJ Zebel)
MadDison
Risha
"Deal! Saya menerima lamaran tuan!" seru Zee cepat. Mana mungkin ia menolak penawaran yang amat menguntungkan.
Karena kesehatan Dison kurang baik, proses ijab qobul terpaksa dilakukan dalam kamarnya. Proses tersebut dihadiri oleh penghulu, dua orang saksi dan pastinya seorang wali hakim.
Meski tak duduk bersanding, tapi Zee sama sekali tak mempermasalahkan hal tersebut karena sibuk menemani Risha menikmati berbagai hidangan lezat yang tersedia.
"Ciee ... udah jadi nyonya besar, nih" Zee diam, enggan menanggapi celetukan sang sahabat yang tak akan ada habisnya.
***
"Ini kamar nona, silahkan beristirahat," asisten Daniel mempersilahkannya masuk.
"Kamar tuan Dison di mana?" tanya Zee sebelum asisten Daniel pergi.
"Kamar tuan besar ada di lantai tiga, nona akan pindah ke lantai tiga saat kondisi tuan besar mulai membaik. Kalau begitu saya permisi," balasnya kemudian pergi setelah menyerahkan Zee kepada kepala pelayan.
Ada banyak pertanyaan yang bersarang di benaknya, tapi terpaksa ia tahan karena asisten Daniel begitu irit bicara. Sudah larut malam, Zee pun segera istirahat untuk memulihkan energinya yang seharian telah terkuras habis.
Keesokan paginya.
"Nona mau pergi?" kehadiran asisten Daniel tentu saja mengagetkan Zee yang membalikkan badan setelah mengunci pintu kamarnya.
"Iya, memangnya kenapa?"
"Tuan besar memang memberikan kebebasan kepada nona untuk melakukan apa pun. Namun, sebelum pergi nona harus menjalankan kewajiban sebagai seorang istri terlebih dahulu," terangnya membuat Zee mengerutkan alis tak mengerti
"Kewajiban apa yang anda maksud?"
"Mari ikut saya," ajaknya, lagi dan lagi Zee patuh, ia mengekor di belakang asisten Daniel hingga tiba di lantai tiga di mana kamar tuan Dison berada.
Pagi itu, Zee kaget saat melihat kondisi tuan Dison yang tak berdaya. Bagaimana tidak kaget? Jelas kemarin pria lansia yang kini berstatus suaminya itu terlihat baik-baik saja. Bagaimana bisa saat ini kondisinya begitu memprihatinkan. Bahkan tak bisa berdiri dengan benar, hanya duduk tak berdaya di atas kursi roda.
Zee dapat melihat secara langsung betapa rapuhnya ia saat dibantu mengenakan pakaian oleh seorang mantri yang ditugaskan khusus. Wajahnya memang masih terlihat tampan dan kuat, tapi tak disangka rumor tentang sakitnya tidaklah salah.
Fisiknya sama sekali tidak terlihat seperti orang yang sedang sakit parah, tapi di dalam ia mengidap penyakit jantung stadium akhir. Zee bingung harus senang atau sedih. Sekarang Zee dapat menarik kesimpulan bahwa tuan Dison sengaja terlihat kuat agar EWE hotel tidak berpindah tangan. Dan boleh jadi menjadikan Zee sebagai istri juga bagian dari rencananya.
Asisten Daniel menjelaskan tugas dan kewajiban yang harus Zee lakukan. Zee sama sekali tak keberatan, karena tugasnya sama sekali tak berat. Ia hanya perlu datang diwaktu yang sama, kemudian menyuapi sarapan dan juga memberikan obat. Setelah itu ia pun diperbolehkan pergi.
Tak terasa setahun sudah Zee merangkap tiga profesi sekaligus. Pertama menjadi seorang istri yang telaten melayani suaminya, kedua setia bekerja sebagai DJ yang menghibur, dan yang terakhir menjadi CEO EWE Hotel mengganti Dison untuk sementara waktu. Ketiga pekerjaan itu Zee lakukan dengan sepenuh hati, tidak ada keluhan meski menyita banyak waktu istirahatnya.
Seperti biasa, sebelum pergi ke hotel, Zee yang telah siap dengan seragam formalnya melangkah masuk ke dalam lift menuju kamar suaminya yang terletak di lantai 3. Pintu kamar langsung terbuka otomatis saat ia berdiri di depannya.
Zee bergegas masuk ke dalam kamar, tapi ia malah dibuat panik akan kondisi Dison yang sudah tergeletak tak sadarkan diri di atas lantai. Zee berteriak kencang meminta bantuan. Tak lama muncullah beberapa boddyguard, mereka mengangkat dan membawa Dison ke rumah sakit.
"Bagaimana dokter? Bagaimana keadaan suami saya?" tanya Zee khawatir, lebih tepatnya ia takut disalahkan atas apa yang terjadi kepada suaminya.
"Untuk saat ini kondisi tuan besar mulai membaik nona, tapi perlu dirawat untuk memantau perkembangannya," jelas sang dokter membuat Zee dapat bernapas lega.
"Baiklah, tapi apa sudah boleh saya melihatnya?"
"Tentu nona, silahkan," balas sang dokter mempersilahkan dan Zee segera masuk ke dalam kamar inap suaminya dan ternyata sudah ada asisten Daniel yang langsung membungkukkan badan memberi hormat padanya. Zee berdiri di sisi kiri brankar hingga ia dapat mendengar Dison terus menyebut nama seseorang.
"Sejak kapan suamiku mengigau? Kenapa dokter tidak mengatakannya?"
"Barusan saja terjadi nona, tepat setelah dokter pergi," asisten Daniel menjelaskan agar nonanya tidak salah paham.
"Siapa Gill?" Zee kembali bertanya serius.
"Gill adalah....
***
Author : Adalah pria tergoblok di muka bumi💃💃💃
Gill : Kutembak kau thor🍌💦
"Tuan muda Gill adalah putra kandung tuan besar, nona," ungkap asisten Daniel membuat Zee menutup mulut dengan kedua telapak tangan, kaget akan fakta yang baru ia ketahui.
"Bukankah tuan Dison tidak menikah dan tidak punya keturunan?" Zee bertanya penasaran.
"Berita yang beredar tidak benar, tuan besar memiliki seorang putra kandung yang tujuh tahun lalu kabur dari rumah karena menolak perjodohan yang diatur oleh tuan besar."
Setahun menjadi istri seorang MadDison, baru sekarang Zee mengetahui sebuah fakta bahwa ia memiliki seorang putra tiri.
"Jika kamu punya pewaris, untuk apa menikahiku?" batin Zee menatap Dison penuh tanda tanya. Sampai detik ini, Zee masih belum menemukan alasan kenapa Dison menjadikannya seorang istri.
"Tuan Dison pasti merindukan putra kandungnya? Bisakah kamu pinta agar Gill pulang?" ucap Zee tanpa menoleh.
"Akan saya usahakan, nona."
***
Tiga hari dirawat intensif di rumah sakit, akhirnya Dison diperbolehkan pulang. Meski kondisinya sudah membaik, tapi tetap saja ia terus mengigau memanggil nama putra kandungnya setiap kali terlelap.
Zee yang kasihan memutuskan untuk menemui asisten Daniel dan mencari tahu berhasil atau tidaknya membujuk Gill untuk pulang ke rumah. Selain rasa kasihan, sebenarnya Zee juga penasaran seperti apa sosok anak tirinya? Apakah sama tampannya dengan taun Dison? Apakah dia pria yang baik seperti ayahnya, atau justru sebaliknya? Zee juga memiliki sedikit ketakutan, takut bila kehadirannya sebagai ibu tiri tidak diterima.
Saat menuju ke ruang tamu, Zee sedikit terheran melihat pelayan yang sibuk mondar-mandir. Zee berniat memanggil dan menghentikan salah satu dari pelayan untuk bertanya apa yang terjadi.
"Asisten Daniel!" panggil Zee berseru. Bukannya memanggil dan menghentikan salah satu pelayan, Zee justru memanggil dan menghentikan langkah kaki seorang asisten Daniel.
Mendengar panggilan nonanya, asisten Daniel reflek membalikkan badan , lalu melangkah sembari menata Zee dengan penuh tanda tanya, "Ada yang bisa saya bantu, nona?" tanyanya sopan dan ramah.
"Apa sudah ada kabar tentang Gill?" Zee bertanya to the point.
"Maaf karena saya lupa memberi tahu nona akan hal ini. Sebenarnya tuan Gill akan pulang hari ini dan saat ini sedang dalam perjalanan pulang. Untuk itulah saya meminta para pelayan menyiapkan kamar tuan muda," asisten Daniel membuat Zee berekspresi kaget dan langsung bergegas menuju dapur untuk menyiapkan makan spesial guna menyambut kepulangan putra tirinya.
Meski hanya seorang ibu tiri, tapi Zee ingin menjadi ibu tiri yang baik. Meski tak banyak yang mengetahui tentang sosoknya, tapi tuan Dison berhasil melindungi privasi putranya. Tuan Dison pasti sangat menyayangi Gill sampai-sampai terus menyebut namanya.
"Nona tidak perlu melakukannya, biar kami saja," seorang pelayan melarang Zee memasak untuk makan siang.
"Tidak apa-apa, sudah lama saya tidak masak. Sekalian mengingat-ingat, kalian bisa bantu?" tentu para pelayan tak punya pilihan lain, selain menganggukkan kepala. Zee tersenyum tipis dan memulai aksinya berperang dengan peralatan dapur.
Sementara itu di kamarnya, Dison terlihat jauh berbeda dari penampilan kusutnya tadi pagi. Jika tadi wajahnya pucat pasi, tapi sekarang begitu berseri-seri, bahkan senyuman tipis terus menghiasi bibirnya yang mulai keriput.
Hal itu terjadi setelah asisten Daniel melaporkan bahwa putra semata wayangnya akan segera pulang. Ekspresi bahagia yang Dison perlihatkan jelas menunjukkan betapa besar kerinduannya terhadap Gill, putra kandung yang privasinya begitu ia jaga sampai-sampai tak ada yang tahu bahwa ia memiliki seorang anak.
"Di mana Zee?" tanyanya santai.
"Sepertinya di dapur, tuan. Nona sangat bersemangat menyambut kepulangan tuan muda," lapornya dengan sopan dan ramah.
"Apa perlu saya panggilkan?" lanjutnya lagi.
"Tidak perlu," balas Dison seraya bangkit dari berbaring dan duduk bersandar pada kepala ranjang.
Setengah jam kemudian, Zee pun berhenti membantu para pelayan di dapur karena sudah jamnya memberikan Dison obat. Zee pun membawa segelas air putih menuju kamar suaminya.
"Saatnya minum obat, tuan," ujar Zee dengan sopan, meski sudah berstatus suami istri, tapi ia tetap terbiasa menyebut Dison dengan panggilan tuan.
"Kemarilah," Dison malah meminta Zee untuk mendekat. Zee meletakkan segelas air ke atas nakas, kemudian mendekat pada suaminya.
"Ada apa, tuan?" tanya Zee meski sudah bisa menebak apa yang akan dibahas.
"Pasti tentang Gill," batinnya menerka.
"Kamu pasti kaget karena aku tidak pernah menceritakan tentang Gill," kata Dison sambil membenarkan posisi syal yang melilit di lehernya agar tetap hangat.
"Tidak apa-apa, tuan. Kebetulan asisten Daniel sudah menceritakan sedikit tentangnya," balas Zee tersenyum kecil.
"Baguslah kalau begitu, tapi apa aku boleh minta tolong sesuatu?"
"Tentu saja boleh," balas Zee cepat, senyuman manis masih ia ukir di bibir sensualnya.
"Gill itu sangat keras kepala, dia bahkan bersumpah tidak akan menikah seumur hidup. Sebagai ibu tiri, aku berharap kamu bisa mengubahnya," pinta Dison membuat Zee membatu di tempat. Bagaimana cara mengubah seorang pria yang tidak punya keinginan menikah? Jika bukan anak tiri mungkin saja bisa ia goda dengan paras cantik serta tubuh seksinya. Namun, Gill adalah anak tirinya, mana mungkin ia melakukan cara licik itu.
"Misi yang sangat sulit," batin Zee frustasi.
"Aku serahkan Gill padamu, kamu berhak melakukan apa pun agar dia berubah. Aku percaya kamu pasti bisa," lanjutnya lagi.
Sekarang Zee mengerti kenapa Dison menikahinya. Ya, apalagi alasannya kalau bukan memanfaatkan dirinya untuk mengubah putra kandungnya menjadi pria yang lebih baik. Yang menjadi pertanyaannya saat ini adalah, "Apa aku bisa mengubah putranya?"
"Maaf menganggu tuan besar, tapi saya ingin menginformasikan bahwa tuan muda sudah menunggu di depan," lapor seorang boddyguard sambil membungkukkan badan memberi hormat.
"Biarkan dia masuk!" seru Dison bersemangat.
"Baik, tuan besar," balasnya melesat pergi.
"Mau ke mana?" tanya Dison menghentikan langkah Zee.
"Menyambut kepulangan Gill," Zee tersenyum manis.
"Pergilah," izinnya, Zee pun membungkukkan badan, kemudian melanjutkan perjalanan dengan semangat. Ya, Zee penasaran seperti apa sosok Gill. Apakah sosok yang sama seperti pria lain yang dapat ia taklukkan dengan mudah? Atau justru sebaliknya? Yang akan menjadi tantang terberat dalam hidupnya, apa pun itu pasti akan ia lakukan demi harta.
Sebelum membuka pintu, Zee mengukir senyum semanis mungkin. Saat mengangkat kedua tangan untuk membukanya, pintu tersebut justru terbuka dengan sendiri. Zee pun mundur beberapa langkah kemudian berkata, "Selamat da—"
"Kau....
***
Gillberto Maddison
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!