NovelToon NovelToon

NOT CONSIDERED

Kembali Berulah

Seorang gadis cantik, tengah duduk termenung dengan pandangan kosong. Terlihat sebuah buku yang sepertinya sedang dibacanya tampak dianggurkan begitu saja.

Wajah putih nan halusnya yang menampakkan kecantikan alami, tampak diusapnya kala pikirannya semakin kacau. Hingga sebuah suara harus membuatnya menghentikan seluruh lamunan dan pikiran kacaunya yang mendera.

"El!" teriak suara mengangetkan gadis itu.

Gadis yang sedang melamun itu berdecak kesal dengan kelakuan temanya yang satu itu.

Elina Rosalia menatap dengan sebal ke arah gadis yang terlihat tersenyum merasa bersalah itu.

"Sorry" ujar Sella, salah satu sahabat Elina yang memang berisik.

"Kenapa?" tanpa menanggapi permintaan maaf dari sahabatnya itu, Elina justru mempertanyakan maksud dan tujuan gadis itu mengganggunya.

"Morgan ... Morgan berulah lagi El." Adunya pada sahabatnya itu.

Mendengar perkataan Sella, Elina menghela nafasnya dengan lelah. Lagi dan lagi, Morgan kembali berulah. Pria yang berstatus kekasihnya itu tampaknya tak pernah lelah membuat dirinya naik darah dan pusing.

Hingga tanpa berkata-kata lagi, Elina menarik lengan Sella untuk meninggalkan perpustakaan di mana dirinya menenangkan diri sejak tadi. Sella membawa Elina ke tempat di mana Morgan berada.

"Udah gue bilangin kan El tinggalin cowok modelan kayak gitu." Tutur Sella tampak mengomeli Elina.

Sella juga paham, alasan Elina menyendiri di perpustakaan karena masalahnya bersama Morgan yang tak pernah ada habis nya. Lelaki itu senantiasa selalu berulah yang membuat sahabatnya itu selalu terlihat menyedihkan dan tak bergairah hidup.

"Gue gak bisa Sel, Gue sayang sama dia." Jawab Elina yang nampak menahan kesedihannya.

Sudah berjalan dua tahun hubungannya dan Morgan, namun tak menunjukkan perkembangan apapun. Sella dan kedua sahabatnya yang lain bahkan bisa melihat, bahwa Morgan seperti tak memiliki perasaan yang sama dengan apa yang Elina rasakan.

Namun Elina memiliki keyakinan yang berbeda, Morgan juga sama mencintai dirinya. Itu hal yang selalu Elina yakini, yang akhirnya membuat Elina berusaha bertahan dengan Morgan yang selalu membuat ulah.

Morgan Dirtarama, lelaki tampan yang berhasil membuat Elina jatuh cinta pada pandangan pertama. Berbeda dengan Elina yang jatuh hati padanya saat pandangan pertama, Morgan tak merasakan apapun rasa spesial untuk gadis itu.

Merasa tak memiliki perasaan apapun pada gadis itu, membuat Morgan dengan sekuat tenaga membuat Elina menyerah dengan hubungan mereka.

Meskipun begitu, Morgan masih tak mendapatkan apa keinginannya itu. Elina tampak begitu keras kepala mempertahankan hubungan mereka. Membuat Morgan seolah hampir putus asa dengan seberapa tangguh gadis itu dalam mencintainya.

Saat ini, Morgan tengah bersama gadis yang baru saja diajak jadian olehnya. Di kampus memang tak ada yang mengetahui hubungannya dengan Elina.

Karena Morgan memang tak pernah mengakuinya, sementara Elina yang merasa memiliki hubungan tentu saja mengakuinya. Namun karena Morgan tak memberikan klarifikasi apapun, membuat mereka tak ada yang percaya dengan hubungan keduanya.

"Bukannya Elina bilang lo cowoknya? Gue gak mau dicap perusak hubungan orang." Tutur gadis itu pada Morgan.

Meski merasa senang jadian dengan lelaki tampan di sampingnya itu, namun dirinya masih memiliki harga diri untuk tak merebut apa yang sudah menjadi milik orang lain.

"Lo percaya sama berita murahan itu?" tanya Morgan meremehkan berita itu yang baginya hoax semata.

"Tapi Elina seperti tidak berbohong." Jawabnya dengan jujur. Namun la tak begitu peduli jika Morgan saja menepis kebenaran dan berita itu.

"Biarkan orang berbicara sesuka mereka, lebih baik kita nikmati waktu kita." Ujar Morgan tampak acuh pada kekhawatiran gadis itu.

Dirinya juga merasa muak bila terhambat dengan rumor itu. Meski berita itu benar adanya, namun baginya tidaklah benar. Karena sejak awal dirinya tak menerima hubungan itu dan tak mengakui Elina sama sekali.

"Tentu saja, lebih baik kita nikmati waktu kita." Jawab wanita yang tengah bersama Morgan itu, dengan tersenyum smirk.

Wanita itu menatap lekat wajah tampan pria di depan nya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Karya Tuhan yang begitu sempurna, pikir nya. Garis wajah yang Morgan miliki terang saja membuat jiwanya merasa tertantang untuk menaklukkan pria di hadapan nya itu.

"Apa kita akan pergi keluar setelah ini?" tanya wanita itu mencoba mencari celah kesempatan.

Morgan yang tengah sibuk menikmati makanan nya, mengalihkan tatapannya pada wanita itu. Tampak senyuman tersungging di bibir gadis cantik itu. Dan Morgan paham dengan maksud wanita itu.

"No. Gue banyak urusan. Mending lo keluar sama cowok lo yang lain." Ujar Morgan dengan datar.

Jangan kira Morgan tak tahu, jika wanita itu buka gadis baik-baik. Banyak pria di keliling nya yang Ia jadikan boneka untuk menghasilkan uang demi gaya hidup wanita itu. Dan Morgan tak akan tertipu. Lagi pula dirinya hanya ingin bersenang-senang, membuat Elina menyerah.

***

Tampak tak jauh dari Morgan dan gadis itu, Elina dan Sella serta kedua temannya yang lain Viola dan Bianca. Mereka tengah mengawasi dan mengamati segala gerak gerik kedua insan itu.

Sejak tadi, Elina ingin segera menghampiri mereka dan melabrak gadis yang sedang bersama kekasihnya itu. Namun ketiga sahabatnya itu tentu saja melarangnya, karena tak ingin Elina dipermalukan di depan umum seperti yang sudah-sudah.

Karena tak ada yang percaya dengan hubungan Elina dan Morgan selain mereka saja, hingga saat Elina mencoba melabrak Morgan dan gadis lain. Pasti Elina yang akan dipermalukan di depan umum. Karena mereka berpikir Elina hanya mengaku-ngaku saja.

"Mending lo lepasin aja buaya satu itu El" ujar Bianca memberikan saran.

Sementara Sella dan Viola tampak mengangguk setuju dengan ucapan sahabatnya yang memang memiliki sikap paling dewasa diantara mereka.

Elina menatap ketiga sahabatnya dengan tatapan sendu. Perasaan sayangnya pada Morgan tak mampu membuatnya pergi meninggalkan lelaki itu. Meski seburuk apapun kelakukan kekasihnya itu,

"Gue sayang sama dia, gak akan semudah itu lepasin dia. Gue tahu dia orang baik, hanya saja dia belum sadar sama perasaan nya ke gue. Itu aja." Jelas Elina dengan keyakinan pasti.

Selalu seperti itu, Elina selalu yakin dan percaya dengan sikap Morgan yang kelak akan berubah dengan dirinya. Oleh sebab itu Elina tak pernah mau menyerah dan melepaskan lelaki itu.

Elina memilih bertahan dan menunggu keajaiban itu datang menyambut kisah baru mereka yang akan saling menyatukan rasa sayang dan cinta satu sama lain.

"Gue tau, seorang pria akan berubah karena seorang wanita. Tapi belum tentu lo wanita itu El, wanita yang bisa membuat Morgan mau berubah." Ujar Viola yang akhirnya ikut berbicara

Elina menatap Viola setelah mendengar perkataan sahabatnya itu.

"Gimana kalau wanita itu emang gue, Vi" tanya Elina dengan yakin.

Next .......

Penasaran

Elina yang telah selesai mata kuliah, segera keluar meninggalkan kelasnya untuk mencari Morgan. Sudah seminggu ini mereka tak berkomunikasi sama sekali. Elina pikir, dengan tak berusaha menghubungi lelaki itu terlebih dahulu. Morgan yang akan berbalik mencarinya.

Namun setelah melihat apa yang malah lelaki itu lakukan, dengan kembali berulah. Membuat Elina memutuskan untuk memulai komunikasi seperti biasanya. Tak ingin semakin jauh dari Morgan, maka Elina memilih mengalah dibandingkan kehilangan.

Dan tepat saat menuju ke arah ruang kelas Morgan, tampak lelaki itu baru saja keluar dari sana. Hingga Elina memanggil nya dan menghampiri kekasihnya itu.

"Kita pulang bareng." Tutur Elina memberitahu. Dan Morgan yang terdiam dan menurut saja dengan apa yang menjadi keinginan kekasihnya itu.

Mereka pun berjalan ke arah parkir, di mana kendaraan roda dua milik Morgan berada. Saat hendak menaiki motor Morgan, gerakannya terhenti oleh suara yang mengintrupsi mereka.

"Morgan, lo bilang mau nganterin gue." Protes seorang wanita yang melihat tak suka pada Elina.

Siapa lagi, jika bukan pacar baru Morgan. Terkadang Elina juga lelah dengan kejadian seperti ini yang terjadi berulang-ulang. Hingga pada akhirnya, para gadis itu yang akhirnya menyerah, Karena ketiga sahabat Elina yang turut serta memberi pelajaran untuk para gadis itu dan memperingatinya.

"Gue ada urusan, lain kali gue anterin lo." Ujar Morgan tanpa rasa bersalah.

Sementara wanita itu terlihat menunjukkan wajah kesalnya. Dan semakin menatap tajam ke arah Elina yang sama sekali tak menganggapnya ada.

Saat ini Elina merasa menang dari wanita itu. Karena Morgan lebih memilih tetap pulang bersamanya dibandingkan pulang bersama wanita cabe-cabean itu. Namun Elina juga tak ingin merasa besar kepala. Karena dirinya belum tahu pasti apa yang membuat Morgan lebih memilih pulang bersamanya kali ini.

Karena selama ini, jika ada kejadian seperti ini pastilah Morgan dengan tanpa rasa bersalahnya akan meninggalkan dirinya. Dan menghabiskan waktunya dengan para pacar tak jelasnya itu.

Di dalam perjalanan terjadi keheningan yang mendera. Jika Morgan memang adalah kebiasaannya, sementara Elina tidak. Gadis itu tampak tak seceria dan cerewet seperti biasanya.

Elina merasa hari ini moodnya benar-benar down, entah karena permasalahan dengan Morgan atau hal lain. Namun batin nya merasakan sebuah kelelahan yang membuatnya malas hanya untuk sekedar mengeluarkan suara untuk lelaki di hadapannya itu.

"Lo mau balik kemana?" tanya Morgan.

Pada akhirnya, ada salah satu dari mereka yang memutus keheningan itu. Morgan yang juga tak mengetahui Elina akan pulang ke mana, memilih bertanya dan membuka suara. Karena biasanya, gadis itu akan ikut pulang ke rumah Morgan. Namun kadang juga meminta diantar ke rumah nya sendiri.

"Pulang ikut kamu." Jawab Elina dengan yakin.

Ya, dirinya lebih memilih ikut pulang bersama Morgan dan ingin ikut ke rumah kekasihnya itu. Karena ada hal yang ingin dirinya bicarakan dengan serius pada Morgan.

Rasanya lelah juga mempertahankan hubungan yang terasa pahit dan menyakitkan ini. Meskipun tahu kemungkinan besar bahwa Morgan tak benar-benar serius dengan para wanita itu.

Namun tetap saja rasanya hatinya panas dan cemburu dengan kedekatan Morgan dengan gadis lain. Apalagi akhir-akhir ini hubungan dan komunikasi nya dengan Morgan semakin renggang.

Sementara Morgan yang mendengar jawaban Elina yang akan akan ikut pulang ke rumahnya, tak menanggapi apapun. Namun dirinya segera melajukan kendaraan roda duanya untuk menuju ke rumahnya.

Dan keheningan kembali melanda setelah perbincangan singkat mereka. Elina juga tak ada niat untuk meneruskan perbincangan mereka. Atau mencoba mencari topik lain lagi.

Hingga setelah beberapa menit menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah Morgan yang tampak masih terawat meski lelaki itu hanya tinggal sendirian.

Bukan Morgan yang membersihkannya, melainkan seseorang yang memang ditugaskan bersih-bersih pada setiap pagi harinya. Karena tak mungkin jika Morgan yang membersihkannya sendiri, hampir mustahil.

Mereka melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam. Morgan yang merasa lengket badannya segera ingin membersihkan diri.

"Gue mau mandi, lo tunggu di sini." Ujarnya memberitahu Elina bahwa dirinya akan mandi.

Elina mengangguk untuk merespon ucapan lelaki yang masih berstatus kekasihnya itu. Dan dirinya menunggu di sofa yang ada di ruang keluarga, sebagaimana yang Morgan perintahkan.

Setelah kepergian Morgan untuk pergi mandi, Elina memutuskan untuk bermain ponsel. Hingga sebuah suara ponsel mengganggu kegiatannya yang sedang asik dengan ponselnya.

Saat pandangannya teralihkan dari ponsel miliknya, didapati sebuah ponsel di atas meja. Yang Elina yakini adalah ponsel milik Morgan yang tak sengaja ditinggalkan.

Elina memutuskan untuk melihat siapa gerangan yang menghubungi kekasihnya itu. Hingga Elina mengulurkan tangannya untuk mengambil ponsel itu dari atas meja.

Di lihatnya layar ponsel yang kini sudah ada dalam genggamannya. Tertera nama Shella di sana. Tentu hal itu membuat Elina merasa terkejut. Karena pikirannya langsung mengarah pada salah satu sahabatnya yang juga bernama Shella.

Elina berpikir keras, jika benar itu sahabatnya apa yang membuat Shella menghubungi Morgan. Karena setahunya Morgan dan Shella tak seakrab itu untuk saling menyimpan kontak ponselnya.

Daripada merasa penasaran dengan pemikiran nya sendiri yang belum pasti. Elina memutuskan untuk mengangkat panggilan itu. Namun belum sempat Elina menggeser ikon hijau nya. Ada sebuah tangan yang dengan cepat merebut ponsel itu dari tangan nya.

Sontak hal itu membuat Elina terkejut dan mendongakkan wajahnya. Tampak Morgan yang menatap tajam ke arahnya dengan ponsel yang telah berpindah ke tangan nya.

Elina merasa sedikit takut dengan tatapan tajam yang Morgan berikan itu. Namun dengan segera dirinya mencoba mengklarifikasi.

"Sorry, aku cuma ..." ucapan Elina terpotong kala Morgan berlalu meninggalkan dirinya setelah tangannya tampak mengangkat panggilan itu/

Elina merasa begitu penasaran dengan siapa Shella yang tertulis di sana. Namun biarlah sejenak, nanti akan dirinya tanyakan pada Morgan siapa nama Shella yang menghubunginya.

Meskipun berpikir begitu, namun Elina tampak masih teka cukup tenang. Hingga akhirnya dirinya memutuskan untuk mengikuti Morgan. Elina berniat menguping apa yang pria itu bicarakan pada wanita di telepon itu.

Dengan melangkah perlahan, Elina mendekati tempat di mana Morgan berada. Matanya membulat sempurna dan hatinya menjadi panas, kala telinganya mendengar bibir pria itu memanggil nama sayang untuk si pemanggil itu.

"Jadi dia pacar Morgan yang lain lagi? Sebenarnya berapa banyak wanita yang diajak pacaran oleh Morgan?" gumam Elina berbicara dengan dirinya sendiri.

"Shella" lirih Elina. Apa dia orang yang sama, yang tengah berada dalam pikiran Elina saat ini. Elina harus segera memastikannya.

Elina memutuskan untuk kembali ke ruang keluarga dan kembali duduk di sana untuk menunggu Morgan selesai dengan urusannya. Daripada banyak berspekulasi sendiri, lebih baik menunggu Morgan yang akan menjelaskannya.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Morgan selesai juga dengan urusannya mengobrol dengan wanita di telepon itu. Elina tak sabar lagi untuk memastikan dugaannya. ELina harap dugaannya salah.

"Siapa Shella, apa pacar mu yang lain Gan? Dan apa dia Shella yang kita kenal?" tanya Elina dengan beruntun.

Next .......

Mencintai Dengan Tulus

Morgan menatap sekilas pada gadis yang berstatus kekasihnya itu, tapi tak pernah dirinya anggap keberadaannya. "Ck itu bukan urusan lo." Jawab Morgan dengan tanpa bersalah.

Membuat Elina menghela nafasnya dengan berat atas jawaban pria itu yang tampak tak perduli dengan kegusaran hatinya.

"Aku pacar kamu Gan, aku perlu tahu siapa mereka." Tutur Elina menatap sendu ke arah kekasihnya itu.

"Gue gak pernah ngerasa lo cewek gue. Lo inget cewek yang di kampus tadi? Dia pacar gue." Jawab Morgan dengan datar.

Elina kembali menghela nafasnya dengan lelah, masih tetap sama. Morgan tak pernah berubah selalu tak segan mengucapkan kalimat yang bisa melukai hatinya.

"Ya udah, aku mau pulang. Sepertinya kamu butuh waktu sendiri." Ujar Elina yang merasa tak akan bisa berbicara serius dengan Morgan untuk saat ini.

Karena hatinya yang sedang tak baik-baik saja, dan Morgan yang sepertinya tampak emosional karena Elina terlalu penasaran dengan urusan Morgan.

"Hm" Morgan hanya menanggapi dengan deheman.

Elina kemudian mendekat ke arah pria itu. Kala mendapati respon Morgan yang tetap acuh. Padahal dalam lubuk hatinya yang terdalam, Elina ingin Morgan menawarkan diri untuk mengantarkannya.

Namun tak masalah, Elina masih bisa pulang sendiri. Tak perlu diantar oleh Morgan, lagipula pria itu juga tak sedang baik-baik saja emosinya. Elina mencoba memahami itu.

Elina memeluk Morgan yang tengah duduk di hadapannya. "Aku pulang dulu maaf udah buat kamu gak nyaman karena rasa penasaran aku." Tutur Elina masih memeluk Morgan.

Morgan memang tak pernah kontak fisik dengan wanita manapun. Hanya pada Elina, namun itupun Elina yang memulainya bukan Morgan yang berusaha kontak fisik. Dan Morgan tak pernah menolak sentuhan fisik yang Elina lakukan selama itu masih tahap wajar.

Setelah mengucapkan kalimat pamit dan ucapan maafnya, Elina memberikan kecupan hangat di kening Morgan dengan mata terpejam. Meresapi setiap sentuhan yang dirinya lakukan.

Meski hanya dirinya sendiri yang mencintai, namun Elina cukup bahagia Morgan tak menolak kontak fisik dengan nya. Biarlah dirinya yang akan mencurahi pria itu dengan rasa sayang dan cintanya.

Bagi Elina itu sudah cukup untuk membuat hubungan mereka bertahan. Elina mencoba untuk berprinsip hanya memberi dan tak mengharapkan menerima. Perasaannya terlampau dalam kepada pria itu.

Setelah mengecup kening Morgan dengan penuh perasaan, Elina dengan perlahan kembali menegakkan tubuhnya. Netranya menatap pada kekasihnya yang sedang memalingkan wajah darinya.

Seperti itulah kebiasaan Morgan, hingga Elina tak heran lagi. Sudah wajar Morgan akan bersikap seperti itu. Selah pria itu menolak sentuhan dari nya, namun juga tak pernah menunjukkan atau mengatakan penolakan apapun.

"Aku pulang." Pamitnya lagi sembari berbalik melangkahkan kakinya untuk keluar dari pintu utama rumah Morgan.

Tak ada drama sang pria yang tiba-tiba bangkit dan berlari mengejarnya. Kemudian menawarkan akan mengantar atau memaksa mengantar dirinya pulang. Kisah percintaannya tak semanis itu rupanya.

"Konsekuensi mencinta orang yang tak mencintai." gumam Elina pelan sembari terus melangkahkan kaki nya.

Sementara Morgan hanya diam membisu menyaksikan tubuh Elina yang dengan perlahan mulai hilang dari pandangan nya. Karena gadis itu sudah berhasil keluar melalui pintu utama rumah nya.

"Lo gak perlu tau Shella siapa." Tutur Morgan menyeringai.

...***...

Flashback on

BRAKKK

Terdengar suara benturan keras yang membuat atensi orang orang sekitar menatap terkejut ke sumber suara. Tampak seorang gadis tengah berada dalam dekapan seorang lelaki yang sepertinya baru saja menyelematkan gadis itu.

"Are you okey?" tanya sang lelaki pada gadis yang berada dalam dekapannya itu.

Saat ini posisi mereka tengah terbaring di rerumputan dengan saling memeluk erat. Tampak sang gadis gemetaran yang menandakan rasa ketakutan, sebab nyawanya hampir saja terenggut oleh kendaraan roda beroda empat yang sedang melaju dengan kencang.

Dengan masih gemetaran atas rasa takut yang membelenggu dalam jiwanya, gadis itu mendongak untuk melihat siapa manusia baik yang mau menolongnya itu. Dan dengan mata bulatnya yang indah, gadis itu tak berkedip sama sekali kala mendapati wajah tampan yang begitu dekat di depan wajahnya.

Seketika gadis itu merasa terpesona oleh kebaikan hati dan ditunjang dengan paras tampan lelaki itu. Sejak saat itu Elina merasa harus memperjuangkan Morgan untuk selalu menjadi miliknya.

"Ya, gue gak papa." Tutur Elina dengan tersenyum. Matanya masih merasa betah memandangi ciptaan Tuhan yang begitu indah itu.

Hingga gerakan Morgan yang melepaskan dekapan mereka dan membantu Elina berdiri dari posisi berbaringnya tadi. Membuat Elina memutus kontak matanya terhadap lelaki itu.

"Lain kali berhati-hatilah." Ujar Morgan mengingatkan gadis itu, sebelum kakinya beranjak pergi untuk meninggalkan tempat itu.

Elina yang masih belum sepenuhnya sadar dari rasa terpesonanya, merasa gelagapan saat melihat lelaki itu melangkah pergi.

"Wait!" Teriaknya dengan berlari kecil mengejar langkah lebar lelaki itu.

Morgan menghentikan langkahnya kala gadis yang sempat dirinya tolong itu, kini berdiri di hadapannya. Yang tentu saja menghalau jalannya.

Dengan tatapan heran dan penuh tanda tanya, Morgan menatap gadis itu dengan lekat.

"Thanks udah nolongin gue. Dan... gue pengen tau nama lo." Ujar Elina memberanikan diri untuk memulai berkenalan dengan lelaki yang sudah berhasil mencuri hatinya itu.

Lelaki itu tampak mengernyitkan dahinya mendengar kalimat terakhir yang Elina ucapkan. Namun tak urung Morgan akhirnya menyambut uluran tangan gadis itu, meski merasa aneh.

"Gue Elina."

"Morgan."

Elina tersenyum mendengar Morgan memperkenalkan dirinya, nama yang bagus pikir Elina dalam benaknya. Hingga akhirnya Morgan dan Elina berjalan beriringan dengan obrolan ringan yang didominasi oleh Elina yang tampak penasaran dengan Morgan.

Sementara Morgan banyak menanggapi hanya dengan anggukan dan senyuman tipis, karena sejujurnya tak merasa tertarik untuk membahas topik apapun dengan gadis yang baru ditemuinya itu.

"Itu motor gue, gue balik duluan." Ucap Morgan saat mereka telah sampai di tempat di mana Morgan memarkirkan kendaraan roda duanya.

Elina menanggapi dengan anggukan saja, tak lupa bibirnya mengulas senyum manis untuk lelaki itu. Namun Elina kembali menghentikan pergerakan lelaki itu lagi. Ada hal yang perlu dirinya tahu supaya mereka masih bisa bertemu ke depannya.

"Gue mau tahu rumah lo, atau.. no lo mungkin. Lain kali gue pengen balas kebaikan lo." Tutur Elina dengan menahan rasa malunya, demi apapun Elina merasa sangat-sangat malu melakukan semua ini.

Tapi it's ok, demi memperjuangkan perasaannya. Sepertinya Elina merasa memang telah terpesona dan sepertinya juga telah jatuh cinta pada pandangan pertama.

Sementara Morgan yang tak ingin dibuat ribet oleh Elina yang kemungkinan akan terus menahan dirinya, sebelum mendapat apa yang diinginkannya. Akhirnya memberikan Elina alamat rumah sekaligus no ponselnya. Morgan sama sekali tak terpikirkan apa yang akan Elina lakukan ke depannya terhadap dua hal yang dirinya berikan itu.

Next .......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!