NovelToon NovelToon

Takdir Untukku

Rencana Perjodohan

“Kenapa harus Reno yang jadi menantu Om Agam dan Tante Nina ?” protes Reno.

Malam ini Revan, kakak kandung Reno, sengaja diminta pulang ke rumah untuk membicarakan soal rencana perjodohan Reno dengan Chelsea, putra sahabat Robert dan Siska, orangtua Revan dan Reno.

Bukan hanya sekedar sahabat yang tinggal bertetangga, keluarga Robert dan Agam merupakan partner bisnis yang merintis usaha masing-masing dari nol.

Robert yang lulusan Teknik Sipil memutuskan membuka usaha jasa konstruksi sementara Agam memilih usaha sebagai pengembang lahan perumahan.

Dimulai dari rumah-rumah sederhana di lahan terbatas, usaha Agam berkembang menjadi pengembang perumahan menengah ke atas. Perusahaan Robert adalah partner tetapnya yang memegang bagian pembangunan.

“Chelsea sudah setuju untuk menjadi menantu keluarga ini, jadi tidak ada alasan lain untuk menundanya,” tegas papa Robert.

“Kalau hanya sekedar setuju jadi menantu, jodohkan saja dengan Kak Revan,” ujar Reno.

“Kenapa jadi aku yang dibawa-bawa,” protes Revan

“Dari dulu bocah itu sukanya sama kamu. Nggak ingat kalau Chelsea suka banget nempel sama kamudan menganggapmu jodoh sehidup sematinya,” ledek Revan sambil tertawa.

“Iya Reno, Chelsea tuh sukanya sama kamu, mana mau diganti sama Revan,” mama Siska ikut meledek Reno, anak bungsunya.

“Kalau tahu begini, aku ikutin jejak Kak Revan aja, kabur dari rumah, kuliah jauh-jauh biar nggak keseringan ketemu burung beo itu,” gerutu Reno.

“Ya ampun Revan, Chelsea itu cewek cantik dan baik. Mama malah suka dia cerewet kalau lagi di sini, masa kamu tega ngatain dia burung beo ?”

“Memang kenyataannya, dia suka sengaja ngikutin aku ngomong. Mama bisa bayangin betapa menderitanya anak mama kalau sampai punya istri kayak dia. Tiap hari makan hati, dibikin kesal dan pusing karena kebawelannya, kalau ngomong panjangnya kayak kereta 12 gerbong.”

“Hati-hati termakan omonganmu, Ren,” ledek Revan. “Jangan-jangan nanti kamu kangen dengar ocehan 12 gerbong itu. Aku aja berasa ramai dan seru kalau Chelsea lagi ada di sini.”

“Kalau begitu kakak aja yang nikah sama dia,” ujar Reno sambil menatap kakaknya, berharap jawaban iya didapatnya dari mulut Revan.

“Nggak bisa !” tegas papa Robert. “Om Agam ingin memenuhi permintaan Chelsea. Dia maunya kamu, Reno Juanda yang jadi calon suaminya, bukan Revan atau siapapun juga. Keputusan papa dan Om Agam sudah disetujui mama dan Tante Siska. Tidak ada bantahan apalagi penolakan. Setelah Chelsea menyelesaikan ujian SMA-nya, kalian langsung tunangan.”

“Pa !” Reno masih berusaha protes. “Kenapa impian Papa dan Om Agam ditimpakan kepadaku. Kak Revan dibiarkan menentukan hidupnya sendiri dan aku harus terikat dengan burung beo itu seumur hidup. Papa dan mama kan juga tahu kalau saat ini aku sudah punya kekasih.”

“Reno, jangan begitu,” tegur mama Siska. “Calon istrimu itu punya nama.”

“Siapa pacarmu ? Sherly ?” sinis papa Robert. “Dia bahkan tidak bisa menghormati kami sebagai orangtuamu. Wanita itu bukan mencintaimu, hanya terobsesi karena kamu punya semuanya sebagai pria idaman.”

“Apa bedanya dengan Chelsea, Pa ? Dia juga hanya terobsesi padaku, menganggap aku sebagai jodohnya sejak lahir bahkan sehidup semati.”

Reno mendengus kesal, membuang wajah ke lain arah dengan wajah ditekuk.

“Chelsea bukan terobsesi, Ren, dia mencintaimu dengan tulus, hanya saja rasa tidak sukamu melihatnya sebagai obsesi.”

“Tapi Pa…”

“Keputusan papa dan Om Agam sudah jelas dan Chelsea tidak keberatan dijodohkan denganmu. Om Agam akan memastikan pada Chelsea untuk bertunangan denganmu setelah masalah sekolahnya beres.”

“Jangan lupa siapkan pelangkah yang mahal kalau sampai kamu menikah lebih dulu,”ledek Revan sambil tertawa untuk mengurai ketegangan antara Reno dan papa Robert.

”Aku belum berpenghasilan sepertimu,” gerutu Reno. “Kalau tidak mau menerima pelangkah murahan, dengan senang hati aku menunggumu menikah lebih dulu.”

“Kamu kira cari istri seperti memetik bunga di kebunnya mama,” sahut Revan kembali tergelak.

Reno tidak menyahut hanya menghela dan menarik nafas dalam-dalam beberapa kali, kesal dengan nasibnya yang tidak bisa membantah perintah papanya.

****

Agam baru saja menutup panggilan telepon Robert yang mengabarkan kalau keluarganya akan melamar Chelsea untuk Reno setelah putri Agam menyelesaikan semua ujian sekolahnya.

“Apa Chelsea tidak terlalu muda untuk bertunangan dengan Reno ?” tanya Nina dengan nada sedikit khawatir.

“Hanya bertunangan dulu, Sayang. Pernikahahannya mungkin menunggu Sea selesai kuliah. Kalau menikahnya cepat-cepat, anak kita mau dikasih makan apa sama Reno,” sahut Agam dengan kalem.

“Robert yakin kalau Reno nggak keberatan bertunangan dengan Sea ? Aku lihat Reno tidak menyukai Sea bahkan lebih seperti membencinya,”

wajah Nina terlihat khawatir.

Sebetulnya masalah perjodohan anak-anak audah dibicarakan sejak lama, hanya saja Nina tidak menyangka kalau Chelsea cepat-cepat diikat oleh keluarga Robert dan Siska.

“Robert dan Siska tidak akan mungkin menjerumuskam Sea hanya demi rencana kita untuk menikahkan anak-anak. Mereka sangat menyayangi Sea seperti anak mereka sendiri, malah cenderung memanjakan anak itu lebih dari kita,” ujar Agam sambil tertawa pelan.

Anak bungsunya itu memang sangat manja pada Robert dan Nina, bahkan di saat Carmila, anak tertua mereka tetap memanggil om dan tante, Chelsea memanggil sahabat Agam dan Nina itu dengan sebutan papa dan mama, sama seperti Revan dan Reno.

“Lebih baik kamu bicara dengan Sea, atau kita berdua yang menyampaikan hal ini pada Sea juga tidak masalah,” ujar Agam kembali.

“Apa tidak perlu menunggu Carmila kembali dari Paris ?”

“Tidak perlu karena Chelsea tidak memerlukan ijin atau restu dari kakaknya untuk bertunangan dengan Reno. Kalau untuk acara pertunangnnya tentu saja Carmila wajib hadir.”

“Aku panggil Sea sebentar,” Nina beranjak bangun dan menyuruh seorang pelayan memanggil Chelsea di kamarnya yang terletak di lantai 2.

Tidak lama Chelsea yang sudah mengenakan pakaian piyama menemui kedua orangtuanya.

“Mami manggil aku ?”

Chelsea langsung duduk di samping Nina dan menyenderkan kepalanya pada bahu wanita yang melahirkannya.

“Papi mau menyampaikan sesuatu sama Sea,” ujar Nina sambil mengelus kepala putrinya.

“Soal apa, Pi ? Jangan bilang suruh Sea harus mengambil beasiswa untuk lanjut kuliah di Amerika,” Chelsea melirik papi Agam dengan posisi yang masih sama.

“Papamu tadi telepon papi.”

Chelsea langsung duduk tegak begitu mendengar kata papa. Kalau sudah bawa-bawa Robert, pasti pembicaraan tidak jauh-jauh dari Reno.

“Jangan bilang akhirnya Reno mau dijodohkan dengan aku,” ujar Chelsea sambil terkekeh.

”Sayangnya papa Robert bilang begitu,” ledek papi Agam sambil senyum-senyum, apalagi meihat mata Chelsea langsung berbinar.

“Serius, Pi ?” Mata Chelsea membola, tidak yakin dengan ucapan papinya.

“Papamu bilang, kalau hasii ujianmu memuaskan, kalian akan tunangan setelah kamu selesai ujian. Tapi kalau kira-kira nilainya turun, pertunangan ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan.”

“Papi bohong,” Chelsea mencibir. “Sea yakin papa nggak ngomong persyaratan segala. Nilai Sea nggak akan melorot dong, Pi, nggak akan jauh-jauh dari 3 besar.”

“Eh sejak kapan anak papi jadi sombong begini ?” ledek papi Agam melihat putrinya sangat percaya diri.

“Bukan sombong, Pi, tapi hanya meyakinkan. Papa nggak perlu menunggu sampai nilai aku keluar karena aku jamin tidak akan mengecewakan. Lagipula memangnya ada ketentuan kalau cari calon menantu perlu tahu nilainya di sekolah ? Yang penting bisa membahagakan suami lahir batin, luar dalam, kiri kanan, Pi.”

“Kamu kira lagi bawa mobil harus waspada lihat kiri kanan dan depan belakang ?” ledek mami Nina sambil tertawa.

“Biar Papi lebih yakin, Mam. Chelsea ini nggak akanbikin malu papi mami dan tetap disayang sama papa mama.”

“Terus nggak tetap disayang sama Reno-nya ?”ledek mami Nina lagi.

“Kalau soal Reno, Sea yakin kalau cowok songong itu cuma jaim aja karena masih melihat Sea sebagai anak kecil yang sukanya sama pria berumur. Tapi kalau soal jaruh cnta, mami dan papi tenang aja, Sea akan buat Reno berbalik jad bucin sama Sea,” tegas Chelsea dengan penuh percaya diri.

“Jadi papi terima nih permintaan papa Robert untuk melamarmu ?”

“Kalau soal Reno, mana mungkin Sea nolak,” Chelsea menaik turunkan alisnya sambil senyum-senyum.

“Jaga image sedikit dong, Sea. Nanti kamu makin dianggap anak kecil sama Reno,” nasehat mami Nina.

”Tenang Mi, nggak lama lagi Reno pasti akan bicara jujur kalau dirinya tuh suka juga sama Sea.”

Dengan wajah sedikit pongah dan penuh percaya diri, Chelsea teraenyum lebar. Hatinya yang berbunga-bunga karena akhirnya akan bertunangan dengan Reno, tetangga seberang rumahnya, yakin kalau Reno sebetulnya juga menyukainya.

Gadis Pemaksa

“Kamu ngapain kemari ?”

Reno langsung memasang wajah perang saat melihat Chelsea menemuinya di kampus, masih memakai seragam sekolah ditemani Nia sahabatnya..

“Habis ngurus dokumen lah, masa mau cari pacar, kan udah punya calon suami,” Chelsea senyum-senyum sambil mengedipkan matanya.

“Cie, cie, calon suami nih,” Dio yang baru saja bergabung dengan Tomi langsung meledek Reno.

“Halo cowok-cowok tampan,” sapa Chelsea pada kedua sahabat Reno. “Trio kwek kwek nya kurang satu, Edo kemana ?”

“Kangen sama Edo ?” ledek Tomi.

“Kalau bisa bikin calon suami cemburu, boljug sih,”

Chelsea terkekeh.

“Sayang, udah lama nunggunya ya ?”

Chelsea langsung memutar bola matanya saat melihat seorang perempuan bergelayut manja di lengan Reno.

“Siapa ?” bisik Nia sambil menyenggol bahu Chelsea.

“Kata Reno pacarnya,” sahut Chelsea sambil mencibir.

“Belum lama kok, sayang. Buat kamu nunggu satu jam lagi juga nggak masalah,” sahut Reno dengan tatapan mesra.

Chelsea langsung pura-pura muntah membuat Dio dan Tomi langsung tergelak.

“Kamu kenapa ?”

“Nggak tahu, nih, kayaknya anaknya Reno langsung mual lihat calon bapaknya sok manis sama cewek lain.”

“Elo hamil ?” Tomi sampai membelalak mendengar ucapan Chelsea.

“Gimana mau hamil, ciuman pertama aja belum ngerasain,” ejek Nia sambil tertawa.

“Gue kira Reno beneran hamilin elo sampai kalian mau buru-buru tunangan,” ujar Tomi.

Reno dan Sherly, cewek yang masih bergelayut manja di lengan Reno, terlihat tidak peduli dengan candaan Chelsea dan teman-teman Reno.

“Jadi ceritanya calon istri cemburu nih lihat calon suami nempel sama cewek lain ?” ledek Dio.

“Memangnya kalau kalian lihat pacar nempel-nempel sama cowok lain nggak cemburu ?” Chelsea balik bertanya.

“Cemburu banget lah,” sahut Edo yang baru saja datang.

“Apa kabar, cantik ?” Edo langsung menyenggol bahu Chelsea sambil mengedipkan sebelah matanya.

“Kabar baik, tampan,” sahut Chelsea sambil membalas kedipan mata Edo.

Reno memutar bola matanya melihat tingkah Chelsea pada ketiga sahabatnya. Edo adalah sahabat Reno yang terang-terangan mengaku suka pada Chelsea.

“Gue balik duluan,” ujar Reno sambil menggandeng tangan Sherly.

“Reno tunggu,” Chelsea menahan lengan pria yang sudah berbalik badan. “Tadi mama telepon dan Sea disuruh pulang bareng sama Reno karena kita ditunggu untuk makan malam bersama.”

“Bilang aja kamu nggak ketemu sama aku,” sahut Reno menghentakkan lengannya hingga tangan Chelsea terlepas.

Chelsea berlari kecil mendahului Reno dan Sherly yang lanjut berjalan. Chelsea langsung berdiri menghadang keduanya.

“Sherly, aku hanya mau bilang kalau sebentar lagi kami akan bertunangan, jadi sudah pasti hubungan kalian tidak bisa dilanjutkan.”

“Aku akan minta papa dan om Agam membatalkannya !” tegas Reno dengan suara tinggi.

Chelsea menghela nafas. Nia dan ketiga sahabat Reno hanya diam memperhatikan dari belakang.

“Dan aku akan membuatmu jatuh cinta sebelum kita menikah !” Chelsea mendekati Reno, berdiri dengan kedua tangan di pinggang dan mendongakkan wajahnya, berbicara dengan suara penuh keyakinan.

“Dalam mimpimu,” ejek Reno dengan senyuman sinis. “Jangan berharap bisa mengatur hidupku.”

Baru selesai Reno mengucapkan kalimatnya, handphone Reno berbunyi dan terlihat nama papa Robert muncul di layar.

“Lihat kan ?” Chelsea mencibir.

Reno menjauhi Sherly dan Chelsea yang langsung saling menatap dengan wajah perang.

“Apa kamu tidak malu sudah ditolak berkali-kali oleh Reno ?” ejek Sherly sambil tersenyum sinis.

“Sepertinya pertanyaan itu harus kamu tanyakan juga pada dirimu sendiri,” sahut Chelsea santai.

“Apa maksudmu ?” Sherly mengerutkan dahinya.

“Aku tahu kalau kamu sudah mengejar Reno sejak masih SMP namun tidak pernah dianggap olehnya.”

“Jangan terlalu sombong karena akhirnya salah satu dari kita harus mengaku kalah,” sinis Sherly.

Chelsea hanya tersenyum tipis. Seandainya Reno jujur pada hatinya, Chelsea yakin kalau Sherly tidak pernah menempati hati cowok kesayangannya itu.

Tidak lama, Reno yang baru saja selesai menelepon kembali mendekati Sherly dan Chelsea yang berdiri berdekatan.

Sherly sudah siap-siap lagi bergelayut manja di lengan Reno, sesuai skenario yang disusun oleh cowok itu untuk menjadi pacar pura-pura Reno dengan tujuan membuat Chelsea mundur dan berhenti mengharapkan Reno.

Namun di luar dugaan, bukannya menghampiri Sherly, Reno justru mendekati Chelsea dan menarik lengan gadis itu.

“Ayo pulang !” ajak Reno dengan suara ketus.

“Loh sayang, kita nggak jadi pergi ?” Sherly menahan lengan Reno.

“Aku harus pulang sekarang,” sahut Reno tanpa menoleh.

“Cepetan !” Reno menarik tangan Chelsea yang terseok mengikuti langkah pria itu.

”Reno, sakit,” Chelsea meringis saat Reno memaksanya masuk ke dalam mobil.

“Mulutmu kayak kereta 12 gerbong tapi jalan kayak siput,” omel Reno setelah masuk ke dalam mobil.

”Reno nggak sadar kalau tinggi badan kita aja beda jauh, udah pasti langkah kakinya beda juga. Lagian buru-buru banget sih, kan jam makan malam masih lama,” Chelsea mengusap tangannya yang ditarik oleh Reno.

“Papa bilang kita harus sampai rumah jam 5,” Reno mulai membawa mobil meninggalkan parkiran kampus.

“Ada apa ?”

“Ikut aja, nggak usah banyak tanya,” omel Reno tetap fokus pada jalanan di depannya.

“Reno,” Chelsea memanggilnya dengan nada ragu.

“Hmmm”

“Apa kamu benar-benar menyukai Sherly ?”

“Kenapa kalau iya ? Sudah aku bilang kalau sejak dulu dia pacar aku, kan ?”

“Bohong !” Chelsea mencibir. “Sea pernah dengar waktu Reno masih SMA, Sherly marah-marah di toilet karena cintanya ditolak sama Reno.”

“Itu kan dulu, lama-lama hati orang bisa berubah. Apalagi Sherly itu cewek yang serba bisa dan cantik, pantas jadi idaman banyak pria.”

“Kenapa hati Reno nggak bisa berubah sama Sea ?” lirih Chelsea dengan nada sendu.

“Karena kamu makin dewasa bukannya makin menarik tapi nyebelin, ngeselin dan cerewet,” Reno tersenyum sinis.

Chelsea menatap lekat wajah Reno dari samping sambil menghela nafas.

“Sea yakin kalau suatu saat nanti Reno bisa jatuh cinta sama Sea. Reno akan jatuh sejatuh-jatuhnya cinta sama Sea.”

“Pede banget,” Reno mencibir.

“Sea nggak akan pernah menyerah,” tegas Chelsea.

Reno hanya tertawa sinis dan tidak berkomentar apa-apa lagi. Chelsea pun memilih diam karena tidak ingin membuat hatinya bertambah gundah karena kalimat-kalimat Reno yang selalu pedas di telinga Chelsea.

30 menit kemudian mobil Reno sudah berhenti di depan rumanhnya.

“Terima kasih calon suami,” Chelsea kembali dengan mode cerianya sambil melepaskan sabuk pengaman.

Sebetulnya hati Chelsea masih nano-nano, tapi dia bertekad tidak boleh terlihat lemah di depan Reno karena itu akan diartikan sebagai kekalahan.

“Langsung masuk ke dalam,” perintah Reno. “Om Agam dan Tante Nina sudah di dalam juga.”

Chelsea mengerutkan dahi tapi Reno tidak peduli dan langsung turun dari mobil.

Chelsea menyusul Reno yang sudah duluan masuk ke dalam rumah langsung menuju ke ruang keluarga.

Ternyata kedua orangtua mereka sedang mengobrol di teras belakang.

“Papi dan papa nggak kerja ? Kok jam segini udah di rumah ?”

Chelsea langsung menyapa semuanya tanpa cipika cipiki karena masih memakai seragam sekolah. Chlesea duduk di antara mama Siska dan mami Nina, sementara Reno memilih duduk di lantai, di undakan tangga.

“Udah beres urusan kuliahnya ?” tanya mami Nina.

“Udah Mam, tadi bareng sama Nia, tinggal tunggu ujian beres.”

“Kalau begitu papa dan papimu juga mau membereskan rencana pertunangan kalian,” ujar papa Robert.

“Sea ikut aja gimana baiknya, tapi nggak tahu tuh Reno,” Chelsea melirik Reno yang terlihat masa bodoh.

“Reno sudah setuju untuk bertunangan denganmu,”

mama Siska yang menyahut.

“Papa ancam apaan sampai Reno bersedia bertunangan dengan Sea ?” sindir Chelsea sambil tertawa.

“Dikeluarkan dari kartu keluarga Juanda,”’ ledek papi Agam sambil ikut tertawa.

“Gimana Reno, kamu beneran mau tunangan sama Chelsea ?” tanya mami Nina ingin meyakinkan langsung supaya Chelsea tidak tersakiti.

Reno hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Apa yang Agam ucapkan ada sedikit benarnya soal ancaman Robert kalau sampai anaknya menolak, apalagi lebih memilih Sherly sebagai kekasihnya.

“Kami berempat sudah membicarakan masalah ini, Sea. Dengan pertimbangan urusan pekerjaan kedua kakak kalian, acara pertunangan kalian akan dimajukan minggu ini karena kalau tidak dilaksanakan minggu ini, harus ditunda sampa 3 bulan lagi.”

“Papa nggak salah ?” Reno spontan bicara dengan nada kurang suka. “Kenapa harus dipercepat ? Kenapa bukan menunggu sampai urusan Kak Revan dan Kak Carmila beres ?”

“Kalau bisa diselesaikan lebih awal, kenapa harus menundanya ?” Papa Robert balik bertanya.

“Apa sebetulnya kamu keberatan bertunangan dengan Chelsea, Ren ?” mami Nina bertanya dengan tatapan menelisik.

”Kalau memang kamu tidak setuju dengan keputusan orangtuamu…”

“Bukan begitu, Tante,” Reno langsung memotong saat melihat tatapan tajam papa Robert sedang tertuju padanya.

“Masih ada persoalan yang harus saya bereskan sebelum pertunangan kami,” lanjut Reno berbohong.

“Membereskan masalah pacar ? Tante sudah tahu kalau kamu dekat dengan gadis lain,” mami Nina bertanya dengan nada curiga.

“Mami, jangan nethink begitu, dong,” Chelsea yang langsung menjawab untuk membantu Reno.

“Reno pasti bingung karena lagi sibuk mengurus skripsinya,” lanjut Chelsea dengan nada manja dan bergelayut di lengan mami Nina. “Jadi Reno pasti nggak mau nanti dianggap calon menantu yang nggak peduli sama anak mami kalau nanti jarang-jarang datang ngajak kencan. Iya kan , Ren ?”

“Eehh iya Tante,” Reno menimpali.

Mami Nina menghela nafas dengan senyuman tipis, masih belum percaya sepenuhnya dengan ucapan Chelsea.

“Berarti semua sudah setuju kalau acara pertunangan ini dimajukan, kemungkinan besar Sabtu mendatang,” tegas papa Robert.

Reno menghela nafas dan Chelsea tersenyum tipis. Meskipun terkesan memaksakan, Chelsea yakin kalau ia akan bisa membuat Reno jatuh cinta baik sebelum maupun sesudah pertunangan mereka dilakukan.

Perseligkuhan

Pertunangan Reno dan Chelsea harus ditunda hingga seminggu lamanya. Bukan karena Reno sengaja mencari-cari alasan, tapi karena kedua kakak mereka masih belum bisa hadir karena masalah pekerjaan.

 

Kedua orangtua Reno dan Chelsea tidak mau acara pertunangan anak-anak bungsu mereka  tidak dihadiri oleh kedua kakaknya.

 

Reno langsung tersenyum bahagia sementara buat Chelsea sendiri tidak masalah, yang penting Reno sudah dipastikan akan menjadi calon suaminya. Fokus Chelsea hanya mencari cara membuat Reno jatuh cinta kepadanya baik sebelum maupun sesudah bertunangan.

 

Sore ini Chelsea yang baru saja selesai mandi sedang bersantai di kamarnya, beristirahat setelah setengah hari belajar untuk persiapan ujian yang akan diadakan 2 hari lagi.

Chelsea mengambil handphonenya di nakas sambil berbaring di atas ranjang berukuran queen size yang ada di kamarnya.

 

Matanya mengernyit saat ada satu nomor terlihat di barisan aplikasi pesan dan langsung membelalak saat melihat isi pesan itu yang disertai dengan foto.

 

Silakan buktikan kalau semua ini bukan hoax. Datang ke hotel XXX dan aku akan menyiapkan akses kartu kamar untukmu supaya bisa melihat kebenarannya.

 

Chelsea langsung bimbang, antara ingin menanggapi pesan itu atau mengabaikannya. Ia pun memperbesar foto yang dikirim dari nomor itu, sepertinya bukan editan.

 

Foto itu diambil dari belakang, samping dan sisi depan dan Chelsea yang sudah hafal bentuk tubuh Reno meski hanya melihatnya sekilas, yakin betul kalau orang yang ada di foto itu adalah Reno dan Sherly.

 

Akhirnya Chelsea memutuskan untuk membuktikan isi pesan itu. Berbohong pada mama bilang ingin pergi ke toko buku sebentar, Chelsea langsung melesat dengan taksi online menuju hotel yang diinfokan dalam pesan itu.

 

Langsung pergi ke resepsionis dan ambil titipan untuk Chelsea Wanardi.

 

Seolah si pengirim gelap tahu akan keputusah Chelsea, nomor itu kembali mengirimkan Chelsea pesan yang membuat gadis itu menghela nafas untuk menenangkan perasaannya.

 

30 menit kemudian Chelsea sudah tiba di hotel yang dimaksud dan mengambil titipan sesuai instruksi kiriman pesan yang masuk ke handphonenya.

Saat di depan lift, Chelsea mulai ragu-ragu kembali. Bagaimana kalau ini semua justru jebakan untuknya, biar Reno punya alasan untuk membatalkan pertunangan mereka.

 

“Nona mau masuk ke dalam ?” seorang petugas lift membuyarkan lamunan Chelsea yang akhirnya memutuskan untuk membuktikan isi pesan misterius itu.

 

Chelsea langsung menyebutkan lantai yang ingin ditujunya dan terus berdoa, berharap kalau ini semua hanya kiriman pesan hoax semata.

 

Tangannya kembali maju mundur saat sudah berdiri di depan pintu dengan nomor kamar yang dituju. Kartu akses sudah dipegangnya, tapi hatinya takut menghadapi kenyataan yang sungguh tidak ingin dilihatnya. Laki-laki dan perempuan masuk ke dalam kamar hotel hanya berdua dan masih sore begini, tidak mungkin keduanya sedang belajar bersama atau membahas pekerjaan.

 

Chelsea menghela nafas panjang dan memberanikan diri menempelkan kartu akses pada pintu lalu membuka pintu kamar itu perlahan.

 

Cahaya temaram memenuhi kamar itu dan terlihat kartu akses untuk mengaktifkan lampu terpasang di tempatnya. Chelsea menutup pintu dengan hati-hati dan berjalan melewati pintu kamar mandi di sebelah kirinya dan lemari pakaian di sebelah kanannya.

 

Hatinya semakin berdebar saat langkahnya hampir mencapai ujung lorong dan masuk ke ruangan tidur. Matanya tidak berani menoleh ke kanan karena Chelsea tahu ia bisa melihat posisi tempat tidur dari pantulan cermin besar yang ada di dekat televisi.

 

Tubuh Chelsea bergetar dan seluruh sendinya langsung terasa lemas. Foto yang diterimanya bukan hoax dan pikiran buruknya langsung terbukti. Reno dan Sherly sedang tidur berpelukan di atas ranjang.

 

Tubuh keduanya tertutup selimut sampai ke dada dan yang pasti kedua bahu mereka terekspos tanpa tertutup kain apapun. Chelsea langsung menggigit bibirnya, rasanya hatinya langsung perih melihat calon tunangannya tidur seranjang dengan perempuan lain !

 

Chelsea menguatkan hati dan berjalan mendekati sisi tempat tidur dimana Reno berada. Matanya memejam, berharap semuanya hanya khayalannya dan mimpi, tapi begitu membuka matanya, pemandangan di depannya tidak berubah.

 

Hati Chelsea semakin tidak karuan saat melihat celana panjang dan pakaian dalam Reno tergeletak di lantai, sementara kaos dan satu dres wanita seperti dilempar berada di atas sofa  dengan posisi tidak beraturan.

 

“Reno bangun !” Chelsea berusaha menguatkan hati membangunkan Reno, bahkan dalam panggilan keduanya, ia menepuk dan sedikit mengguncang bahu pria itu yang tidak mengenakan pakaian.

 

Reno mengerjap dan matanya menyipit saat melihat ada sosok manusia lain di kamar itu.

 

“Chelsea ? Kamu ngapain di sini ?”

 

Chelsea tercengang, Reno bertanya tanpa terkejut yang berlebihan bahkan wajahnya tidak menunjukkan rasa bersalah sedikit pun.

 

“Sea yang seharusnya nanya kenapa Reno ada di sini dengan Sherly ?” Chelsea balik bertanya dengan suara yang mulai bergetar.

 

Chelsea mengepalkan satu tangannya untuk menahan gejolak di hatinya, apalagi saat melihat Sherly menggeliat dan sedikit terekspos belahan dadanya. Rasanya ingin lari dan pergi meninggalkan kamar ini, tapi Chelsea memilih tinggal, hatinya bertekad tidak boleh kalah dengan perempuan seperti Sherly.

 

“Kamu ngapain di sini ?” Reno bangun dan duduk di atas ranjang dengan selimut yang masih menutupi bagian pinggangnya. Senyuman tipis tersungging di bibir Reno saat melihat Chelsea menggigit bibirnya.

 

“Kenapa Reno tega melakukan ini di saat Reno menerima pertunangan kita ?” tanya Chelsea dengan suara yang semakin bergetar namun gadis itu berusaha menahan air mata.

 

Bukannya merasa bersalah, Reno malah tertawa pelan dan sengaja menahan Sherly untuk tetap dalam posisinya. Chelsea menduga, Reno tidak ingin melihat kondisi Sherly yang sudah pasti tanpa busana karean pakaian dalam dan dressnya tercecer di lantai kamar dan sofa.

 

“Sudah aku katakan kalau aku tidak pernah menyetujui pertunangan kita kalau papa tidak memaksa dan mengancamku. Sudah berapa kali aku bilang padamu kalau aku sudah memiliki kekasih dan dialah yang akan menjadi calon istriku.”

 

Chelsea kembali memejamkan mata dan menghela nafas panjang.

 

“Masih mau bertahan denganku ?” tanya Reno dengan senyuman sinis. “Semakin kamu memaksa, semakin aku akan membuka diri supaya kamu melihat bagaimana aku sebenarnya.”

 

Chelsea menatap mata Reno dalam-dalam, tidak ada gurat penyesalan di mata itu membuat hati Chelsea tercabik-cabik.

 

“Berpakaianlah !  Sea tunggu di bawah. Mama menghubungi Sea dan meminta kita datang berdua untuk makan malam. Setidaknya kalau Reno masih merasa sebagai laki-laki katakan langsung pada kedua orang tua kita untuk membatalkan pertunangan itu, jangan selalu melempar semua alasan karena Sea seperti seorang pengecut.”

 

Chelsea hanya melirik Sherly yang tersenyum sinis padanya. Dada Chelsea bergemuruh, tangannya gatal ingin menampar perempuan dengan wajah licik itu. Tapi apa alasannya ? Chelsea bukanlah siapa-siapa di mata Reno, apalagi saat ini status mereka belum resmi bertunangan. Berurusan dengan Sherly akan memperdalam sakit hatinya karena sudah pasti Reno akan memakinya bukan membela Chelsea.

 

“Jangan lama-lama supaya papa dan mama tidak bertanya macam-macam,” Ujar Chelsea sambil meraih kaos Reno dan melemparnya ke wajah pria itu.

 

Chelsea pun berjalan menjauhi Reno, hendak keluar kamar dan menunggu Reno di lobby hotel. Hatinya sudah tidak karuan, tidak menyangka kalau Reno akan melakukan perbuatan ini dan dengan tega bersikap seolah semuanya tidak masalah.

 

“Oh ya,” Chelsea berhenti sejenak di depan TV dan menoleh ke arah Reno.

 

“Tolong handphoneya jangan dimatikan supaya papa atau mama bisa menghubungi Reno karena sejak tadi mama  mencari Reno. Sea tidak bisa berbohong untuk perbuatan Reno kali ini.”

 

“Chelsea,” suara panggilan Sherly membuat langkah Chelsea kembali berhenti tapi kali ini ia tidak menoleh, berdiri di dekat lorong sebelum sampai ke pintu kamar.

 

“Sudah aku katakan kalau hanya ada satu pemenang di antara kita, dan malam ini kamu pasti sudah tahu jawabannya,” suara ejekan Sherly begitu menyakitkan di telinga Chelsea dan melukai hatinya.

 

“Jangan yakin dulu, karena semuanya belum berakhir. Biar Reno yang menjawabnya setelah mempertanggungjawabkan semua ini pada kedua orangtua kami.”

 

Chelsea melanjutkan kembali langkahnya dan terdengar suara pintu kamar ditutup dengan sedikit kencang.

 

 

Reno menyibakkan selimutnya dan duduk di pinggir ranjang lalu menyugar rambutnya. Ada perasaan lega karena yakin kalau kali ini Chelsea pasti akan menyerah, merengek pada kedua orangtua mereka untuk membatalkan perjodohan konyol ini.

 

Reno mengenakan kaosnya dan memungut pakaiannya yang tercecer di lantai. Wangi khas parfum yang dikenakan Chelsea tercium oleh hidung Reno, membuat ia berdiri mematung sesaat, teringat dengan luka di yang terlihat saat Chelsea menatapnya tadi.

 

Reno langsung menggelengkan kepalanya dan membuang jauh-jauh ingatannya tentang Chelsea yang begitu tegar menghadapi semua ini dan masih berani menatap mata Reno begitu lekat.

 

“Kenapa, Ren “ tanya Sherly yang beranjak bangun dan duduk di atas tempat tidur.

 

“Nggak apa-apa, gue harus balik sekarang.”

 

“Kenapa harus buru-buru ? Biar aja dia nunggu di bawah, biar sekalian kamu tahu seberapa kuat itu bocah menghadapi semua ini.”

 

“Untuk saat ini cukup sampai disini, nggak perlu bertindak berlebih, lagipula masih ada orangtua gue yang harus dihadapi.”

 

“Bukannya ini memang yang kamu mau, Ren ? Kalau perlu kirim juga foto tadi pada orangtuamu supaya kamu dipaksa nikahnya sama aku karena sudah meniduri aku.”

 

“Jangan gila, Sher,” Reno tertawa pelan. “Elo tahu kalau gue nggak punya perasaan apapun sama elo. Apa yang terjadi hari ini karena elo bersedia membantu gue, kan ?”

 

“Reno…”

 

“Di luar sana masih banyak cowok yang lebih dari gue dan jatuh cinta sama elo. Saat ini gue mau fokus supaya bisa lulus kuliah cepat-cepat dan bekerja membantu papa di perusahaannya. Gue mau berusaha keras membuktikan sama papa kalau gue sama hebatnya seperti Kak Revan, dan semoga dengan begitu papa nggak akan lagi memaksakan semua kehendaknya sama gue.”

 

Reno pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajah dan merapikan rambutnya. Sherly yang masih duduk di atas ranjang terlihat kesal dengan ucapan Reno, merasa Reno memanfaaatkan perasaannya yang sudah menyukai Reno sejak SMA.

 

“Halo,” Sherly sengaja mengangkat panggilan dari Chelsea yang sudah masuk ke handphone Reno lebih dari 3 kali.

 

“Aku mau bicara dengan Reno,” ujar Chelsea tanpa basa basi.

 

“Dia lagi…”

 

“Dari siapa, Sher ?” Reno yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung menatap Sherly dengan tatapan tidak suka.

 

Sudah berkali-kali Reno menegaskan kalau Sherly dilarang menyentuh handphonenya untuk alasan apapun, apalagi kalau panggilan itu datang dari keluarga Reno.

 

Sherly tidak menjawab dan menyerahkan handphone itu kepada pemiliknya. Dengan sedikit kasar Reno mengambilnya dari tangan Sherly dan dahinya berkerut saat melihat nama Burung Beo terpampang di sana.

 

“Kenapa ?” tanya Reno dengan nada ketus.

 

“Baca wa,” hanya itu jawaban singkat yang diberikan Chelsea dan langsung menutup panggilannya.

 

Reno pun menekan aplikasi whatsapp di handphonenya dan matanya langsung membelalak membaca pesan yang dikirimkan oleh Chelsea.

 

Reno, cepetan turun, papa dan papi ada di sini !

 

Di bawahnya terpampang foto kedua ayah mereka sedang berbincang dengan dua orang lain di café hotel.

 

“Sh**it !” Reno bergegas memakai kaos kaki dan sepatunya.

 

“Kenapa lagi ?”

 

“Bokap gue dan Chelsea lagi ada di hotel ini. Bisa bahaya kalau bokap sampai tahu gue ada di kamar hotel. Gue balik dulu, Sher. Thankyou atas bantuan elo.”

 

Reno yang panik bergegas menuju pintu namun berbalik lagi karena ada yang lupa.

 

“Gue udah bayar kamar ini untuk dipakai sampai besok siang. Kalau elo mau tetap di sini silakan aja, lumayan besok bisa sarapan pagi ala hotel,” ujar Reno sambil tersenyum lalu melambaikan tangannya.

 

Sherly berpikir akan ada kecupan sebagai tanda terima kasih Reno, tapi pria itu meninggalkannya sendiri setelah dia berhasil membuat Chelsea melihat kejadian yang pasti sangat menyakitkan.

 

“Jangan berharap gue bersedia menjadi dewi penolong elo terus, Ren,” geram Sherly sambil mengepalkan kedua tangannya.

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!