NovelToon NovelToon

Dive Into You

KOMPETISI

02 Mei 2002

Cuaca yang terik hari itu tidak menurunkan antusias masyarakat menonton pertandingan renang tingkat nasional yang diadakan dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional. Gauri dan ayahnya bersama sepupu kami berangkat bersama menuju tempat pertandingan diadakan. Pertandingan dimulai pukul 09.00

pagi dan kami sudah sampai disana jam 08.00 pagi, mengingat salah satu dari sepupu kami juga mengikuti pertandingan renang itu.

“Ayah ... Kak Bagas udah sampai ya, kita langsung ke ruang tunggu pemain aja boleh engga?” tanya Gauri.

Ayahnya berkata, “Sebentar ayah telepon tante mia dulu, tanya mereka ada dimana. ”

Gauri yang masih berumur 6 tahun rasanya tidak sabar bertemu dengan Kak Bagas untuk banyak bertanya tentang pertandingan. Jiwa kepo ini rasanya sudah ada dari lahir. Gauri sangat penasaran bagaimana pertandingan renang ini akan dilaksanakan. Bagas sendiri baru kali ini mengikuti pertandingan ini, dia bukan di tim utama atau pertandingan utama karena umurnya juga masih 10 tahun maka dia berada di pertandingan yang diadakan khusus untuk para calon atlit yang masih dibawah 12 tahun.

Setelah menerima telepon dari Tante Mia, kami langsung menuju ke ruang tunggu pemain untuk menyapa dan menyemangati Kak Bagas sebelum pertandingan. Karena area yang begitu luas Gauri sempat tertinggal jauh

dibelakang, bahkan tidak menyadari ayahnya masuk ke ruangan yang mana. Setelah kebingungan beberapa saat Gauri melihat sesosok anak laki-laki yang umurnya tidak berbeda jauh dari Kak Bagas nampak sendirian didepan sebuah pintu yang mengarah langsung ke arena kolam renang.

Tanpa basa-basi Gauri yang masih kebingungan mencoba menghampiri anak lelaki itu untuk bertanya ruang tunggu yang ingin dia tuju.

“Hai, Kakak kenal Kak Bagas tidak? Kalo boleh tanya dia ada di ruangan yang mana ya, aku ketinggalan jauh dari Ayah," ucap Gauri.

Dengan tatapan tanpa ekspresi dia hanya mengarahkan tangannya ke sebuah pintu yang ternyata tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Pintu itu bertuliskan nama pemain yang mengisi ruangan itu dan terdapat nama

Bagas disana.

“Makasih ... ngomong-ngomong Kakak ikut bertanding juga kan ya, semangat ya semoga menang juara 2 karena juara 1 nya pasti Kak Bagas, dadah” ucap Gauri.

Hanya ada senyuman kecil yang ditunjukan oleh anak lelaki itu selagi Gauri pergi kearah pintu yang tadi dia tunjukkan. “Ayah, kalo jalan cepet banget sih Gauri kan jadi ketinggalan jauh tadi, untung ada Kakak yang kasih tau ruangannya tadi yang mana," kata Gauri sambil berlalu kecil ke arah ayahnya.

“Kakak siapa Ri?” kata Bagas.

“Aduh siapa ya tadi Gauri lupa tanya namanya siapa lagi, soalnya kakaknya juga ga ngomong apa-apa, dia tadi ngasih tau ruangannya juga cuma pake telunjuk,”kata Gauri.

Ayahnya berkata, “Nanti kalau ketemu lagi tanya namanya sama bilang terima kasih ya Ri, jangan lupa.”

“Iya iyaa," jawab Gauri.

“Ayo semua ke kursi penonton, pertandingannya sebentar lagi mau dimulai katanya, kita jangan ganggu Bagas kasian dia,” kata Ayah Gauri.

Ayah Gauri, Gauri, Tante Mia, dan sepupunya yang lain kemudian segera menuju kursi penonton untuk menonton pertandingan bagas dari posisi duduk yang paling strategis. Setelah mereka semua mendapatkan tempat duduk di posisi yang strategis, Gauri melihat kearah bawah yang ternyata ada anak laki-laki yang tadi membantunya bersama dengan kedua kakek neneknya yang terlihat sedang disemangati.

“Ayah, itu Yah orangnya Yah yang itu dibawah sama kakek-kakek dan nenek-nenek,” kata Gauri.

“Oh yang itu, seumuran kayaknya ya sama Bagas. Dia ikut bertanding juga tuh Ri, semangatin juga biar menang soalnya udah bantuin kamu.” kata ayah Gauri.

Gauri membalas ayahnya dengan berkata.“Yah, yang juara 1 tetep kak Bagas, kakak yang itu juara 2 aja gapapa."

Ayahnya hanya tersenyum dengan jawaban polos anaknya itu. Kelihatannya pertandingan akan segera dimulai, semua pemain sudah terlihat bersiap-siap di posisinya masing-masing. Bagas dan anak lelaki itu berdiri tepat bersebelahan dan tersenyum satu sama lain. Dengan hitungan mundur pertandingan pun dimulai.

5 ... 4 ... 3 ... 2 ... 1 ...

Suara peluit menggema ke seluruh arena kolam renang menandakan dimulainya pertandingan tersebut.

Pertandingan cukup sengit terutama antara tiga pemain yang terlihat lebih menonjol dari pada yang lain, mereka yaitu Bagas, anak lelaki yang menolong Gauri, dan satu pemain lain yang memiliki ciri khas kacamata renangnya yang dia beri hiasan. Gauri melihat pertandingan itu dengan mata yang berbinar.

Selain karena sepupu kesayangannya yang sedang bertanding, Gauri sendiri memiliki ketertarikan terhadap berenang karena sering kali diajak oleh Bagas dan orang tuanya. Ibu dan ayah gauri memang terkenal sibuk dengan pekerjaan mereka, sehingga terkadang Gauri harus menghabiskan banyak waktunya sendirian. Hal itu yang menyebabkan banyak waktunya dia habiskan bermain bersama keluarga Bagas dirumah mereka.

Banyak suara yang dikeluarkan oleh Gauri saat itu menandakan dirinya sangat bersemangat saat menonton pertandingan itu.

“Ayo ... ayo ... ayo ... ayo Kak Bagas dikit lagi dikit lagi ... ahhhh ... iya iya ayo sedikit lagi.” teriakan Gauri terdengar begitu bersemangat tidak mau kalah dengan pendukung peserta yang lain.

Suara peluit lagi-lagi menggema di seluruh arena kolam renang, kali ini menandakan berakhirnya pertandingan renang antara peserta usia dibawah 12 tahun. Para peserta naik ke permukaan dan segera menuju ke podium tempat berdirinya pemenang juara 1, 2 dan 3. Seperti yang diperkirakan sebelumnya tiga anak yang terlihat lebih menonjol dari anak yang lain yang berkumpul dibawah podium itu.

“Tadi yang menang Kak Bagas kan Yah ... aduh tadi Gauri ga merhatiin gara-gara deket banget jaraknya mereka berdua,” kata Gauri.

Mereka berdua yang dimaksud Gauri adalah antara Bagas dan anak lelaki yang menolongnya tadi. Gauri sangat penasaran dengan hasil dari pertandingan tadi sampai-sampai hampir berlari kearah depan untuk melihat lebih jelas mereka naik ke atas podium. Panitia kemudian menyuruh ketiga anak itu untuk naik ke podium sesuai dengan urutan kemenangan mereka.

Anak yang memiliki hiasan pada kacamata renangnya naik lebih dulu dan menempati juara ketiga, disusul dengan Bagas dan anak lelaki yang lain berdiri di posisi dua dan satu. Tanpa disangka oleh Gauri, Bagas ternyata berdiri di juara kedua dan anak lelaki yang menolongnya berdiri di juara pertama.

Gauri yang kaget kemudian berkata, “Loh kok bukan Kak Bagas yang menang, yahh sebel ah.”

Gauri kemudian ke kursi dan duduk didekat ayahnya lagi. Ayahnya melihat wajah anak perempuannya itu nampak kesal dan bisa langsung menebak kalau Bagas tidak juara satu. Setelah beberapa saat duduk disana dan menyaksikan pertandingan yang lain, Gauri dan ayahnya langsung pergi ke ruang tunggu pemain lagi untuk melihat keadaan Bagas yang mereka fikir akan cukup kecewa dengan hasil pertandingannya tadi. Tanpa berlama-lama mereka pun bergegas pergi ke ruang tunggu bersama dengan keluarga yang lain.

Hai... perkenalkan aku tiwi, ini judul pertama yang aku tulis.. mohon dukungannya yaa trims :))

HAI AKU GAURI

Sambil berlari menuju ruangan tunggu pemain hanya ada satu pertanyaan yang sudah pasti akan Gauri tanyakan pada Kak Bagas, yaitu kenapa bisa kalah. Anak kecil berumur 6 tahun itu tidak memikirkan kemungkinan perasaan yang sedang dirasakan bagas setelah kalah, yang paling penting adalah apa alasannya bisa kalah dalam pertandingan itu. Karena Gauri sudah membanggakan kakak sepupunya itu didepan anak lelaki yang ternyata menjuarai pertandingan itu. Sambil terus berlari meninggalkan ayahnya, tujuan Gauri hanya satu yaitu segera menuju ruangan tunggu itu.

Setelah sampai didepan pintu tiba-tiba seseorang dari dalam yang lebih dulu membuka pintu itu. Dengan kaget Gauri mundur satu langkah kebelakang untuk meghindari wajahnya tertabrak pintu. Ternyata yang keluar adalah anak lelaki yang sebelumnya telah menolongnya. Gauri yang kaget segera mengenali wajah itu sama halnya dengan anak lelaki itu, mata keduanya melotot seperti akan keluar.

“Oh maaf, kamu gapapa?” tanya anak lelaki itu.

Gauri kemudian menjawab, “Gapapa ... gapapa ... kakak yang tadi nunjukin ruangan Kak Bagas ke aku ya?”

Anak lelaki itu seperti biasa tidak banyak berbicara, hanya menjawab pertanyaan Gauri dengan senyuman dan

anggukan.

“Makasih ya sudah bantuin tadi ... ” omongan Gauri sejenak terhenti dan terfikir sesuatu. “Kakak kok yang menang tadi sih bukannya Kak Bagas?” lanjut Gauri dengan ekspresi yang tadinya merasa berterima kasih seketika berubah sedikit jengkel.

“Maksudnya? Aku ga boleh menang?” jawab anak lelaki itu kebingungan.

Gauri tetap pada pendiriannya yang menang harus Kak Bagas bukan orang lain, ketika hendak menjawab pertanyaan anak itu tiba-tiba ayah gauri sudah berada dibelakangnya dan menghentikan obrolan keduanya dengan segera menarik tangan gauri masuk ke ruangan tunggu itu.

“Maaf ya, anak Bapak terlalu banyak bicara,” kata Ayah Gauri.

Anak lelaki itu hanya tersenyum dan berlalu menuju ke suatu tempat.

Setelah masuk kedalam Gauri segera mencari kakak sepupunya itu untuk menanyakan pertanyaan penting yang sudah ada dikepalanya sejak dari arena kolam renang. Ternyata tidak jauh dari pintu adalah tempat duduk dan loker milik Bagas yang terlihat sedang bersama dengan orang tuanya membereskan sesuatu. Gauri yang menyadari itu segera berjalan menuju mereka.

“Kak Bagas ... ” sapa Gauri.

“Eh, kamu udah disini aja ... gimana tadi liat pertandinganku keren gak,” jawab Bagas.

Dengan wajah sedikit kesal Gauri menjawab, “Gak keren, soalnya gak juara satu. Kak Bagas kok juara dua sih bukan satu?”

Bagas yang melihat kekesalan pada wajah adik sepupunya itu kemudian menjawab dengan senyuman, “Lawannya susah Ri, Kak Bagas dari awal juga udah tau kalo engga akan bisa juara satu.”

Masih belum puas dengan jawaban kakak sepupunya itu gauri kemudian bertanya lagi, “Kok susah? Kak Bagas kan selalu menang di pertandingan sebelumnya ... kalo latihan juga selalu paling cepet.”

“Pertandingan sebelumnya ga ada Caraka jadi Kak Bagas bisa menang,” jawab Bagas.

“Caraka? Yang juara satu itu namanya Kak Caraka?” Gauri bertanya.

“Iya ... tadi kalo gasalah sebelum Gauri masuk, Caraka keluar deh ... ga ketemu ya?" kata Bagas.

“Oh Kakak yang bantuin aku tadi itu namanya Kak Caraka, terus dia juga yang berani-berani ngalahin Kak Bagas,” kata Gauri dalam hati diikuti dengan wajah kesalnya yang bisa terlihat jelas diwajahnya.

“Yaudah deh daripada mukanya kesel terus gitu aku ajak keliling-keliling sekitar sini yuk, diluar kalo

gasalah ada bazar kan nanti kita sekalian jajan-jajan disana biar kamu ga kesel terus,” ajak Bagas kepada adik sepupunya itu.

“Oke deh ... Ayah, aku sama Kak Bagas keluar jalan-jalan dulu ya,” kata Gauri kepada ayahnya.

“Iya hati-hati ... jangan jauh-jauh dari Bagas ya nanti hilang lagi kamu,” jawab ayahnya Gauri.

Mereka berdua kemudian keluar dari ruangan tunggu menuju luar arena pertandingan untuk melihat lihat bazar

yang diadakan oleh panitia. Acara bazar itu sudah sangat meriah berbeda dari saat Gauri dan ayahnya datang pagi tadi. Karena mereka datang dari sebelum acara dimulai dan pagi-pagi sekali acara bazar itu hanya ada tenda-tendanya saja.

Siapapun yang tidak mengenal mereka berdua pasti mengiranya mereka adalah Kakak dan Adik kandung, karena hubungan mereka yang sangat dekat dan baik satu sama lain. Gauri yang awalnya sangat kesal dengan hasil pertandingan kakak sepupunya itu sedikit demi sedikit tersenyum melihat banyaknya hiburan yang diadakan di bazar itu, belum aneka jajanan yang menarik semakin membuat Gauri melupakan kekesalannya tadi.

Dari parade kostum-kostum sampai penjual balon-balon sabun yang memainkan alat pembuat sabunnya ke langit semakin memeriahkan acara bazar tersebut. Mereka berdua terus berjalan sambil bergandengan tangan mengitari acara bazar semakin dalam. Langkah mereka terhenti pada salah satu penjual permen kapas yang dibentuk aneka bentuk boneka dan hewan lucu untuk menarik perhatian anak-anak disekitar untuk membeli.

“Kak aku mau beli itu satu boleh?” tanya Gauri pada Bagas.

“Boleh dong, ” jawab Bagas yang kemudian segera memesan permen kapas itu kepada sang penjual. “Pak, beli yang bentuk boneka satu ya.”

“Siap Dek tunggu sebentar ya,” jawab penjual permen kapas itu.

Sambil menunggu, mata Gauri terus melihat ke sekeliling untuk memilih jenis jajanan apalagi yang dia inginkan. Namun matanya kemudian melihat sosok yang familiar ditengah-tengah kerumunan orang yang sedang melihat parade. Ternyata yang dilihat Gauri adalah sosok anak lelaki itu, anak lelaki yang selalu tampak diam dengan wajahnya yang terlihat dingin namun juga hangat disaat yang bersamaan.

“Kak Bagas ... itu Kak Caraka bukan sih?” tanya Gauri.

“Iya bener itu Caraka ... udah beli ini kita samperin yuk,” ajak Bagas.

Setelah pesanan permen kapas mereka selesai, mereka pun segera berjalan mendekati Caraka yang tampak serius melihat parade yang sedang berlangsung. Semakin mendekat Gauri kemudian menepuk pundak Caraka untuk menyapa.

“Kak ... ketemu lagi ya kita,” sapa Gauri.

Caraka yang sedang serius lalu membalikkan badannya sambil melihat kearah Gauri dan Bagas dengan tatapan kaget dan bingung.

“Heh bingung gitu mukanya Ka,” kata Bagas.

“Iya maaf tadi lagi serius langsung ada yang nepuk pundak, hai ... kalian lagi jalan-jalan disini juga,” jawab Caraka.

“Iya Kak, Kakak sendiri aja disini?” tanya Gauri.

“Iya sendiri, Kakek sama Nenek lagi pergi dulu nanti katanya mau kesini lagi,” jawab Caraka.

“Yaudah nanti kita kelilingnya bertiga aja, masa kamu sendiri aja kelilingnya nyasar loh,” ajak Bagas.

“Oh iya dari tadi kan udah ketemu ya kalian tapi pasti belum bener-bener kenalan,” lanjut Bagas

Gauri pun langsung mengulurkan tangannya sambil tersenyum, “hai aku Gauri, salam kenal ya Kak Caraka”.

“Iya,” jawab Caraka singkat namun membalas uluran tangan Gauri.

“Yuk kak kita jalan-jalan kearah sana,” ajak Gauri yang tangannya masih bersalaman dengan Caraka.

“Aku kan belum jawab iya ... ” kata Caraka dengan suara yang sudah pasti tidak terdengar oleh Gauri yang sudah semangat menarik tangannya sambil sedikit berlari.

JADI SAHABAT

"Aku seneng banget sekarang Kak, wah ... banyak jajanan dan permainan yang lainnya disana, ayo kita kesana," Gauri yang sangat bersemangat terus berbicara dan masih menggenggam tangan Caraka.

"Hati-hati jangan sambil lari-lari dan kalian jatuh semua." Bagas memperingatkan Gauri yang tiba-tiba menjadi sangat bersemangat setelah Caraka ikut bergabung dengan mereka.

Ketiganya menghabiskan banyak waktu bersama sambil terus berkeliling acara bazar, melihat-lihat aneka jajanan dan permainan yang diadakan disana. Caraka yang awalnya kurang merasa bersemangat karena dengan tiba-tiba ditarik oleh Gauri, sedikit demi sedikit mulai menikmati kebersamaan mereka bertiga. Sejak kecil Caraka hanya seorang diri karena dia adalah anak tunggal.

Kepribadiannya yang tidak terlalu terbuka membuat dia terlihat sulit didekati dan hanya berada di zona bubble nya saja. Namun Gauri seperti menyelinap masuk kedalam bubble yang dibuat oleh Caraka kepada dirinya sendiri. Anehnya hal itu sama sekali tidak membuat Caraka tidak nyaman dengan kehadiran Gauri, melainkan hanya perasaan aneh kenapa dia bisa membiarkan Gauri mengelinap masuk seperti itu. Biasanya butuh waktu cukup lama untuk Caraka membiasakan diri dengan orang baru, namun kali ini berbeda karena waktunya mengenal Gauri terbilang sangat singkat. Ada sebuah gaya tarik menarik seperti sebuah magnet antara dia dan Gauri yang tidak mereka sadari.

Dari permainan menangkap ikan-ikan hingga permainan menembak yang berhadiah boneka untuk siapa yang berhasil mengenai sasaran paling banyak. Jiwa kompetitif kedua anak lelaki itu tiba-tiba meningkat, apalagi hadiahnya adalah boneka yang bisa mereka berikan untuk Gauri. Meskipun sepertinya itu hanya berlaku pada Bagas karena Caraka hanya peduli pada permainan.

Permainan pun dimulai, keduanya masing-masing diberikan senjata api mainan yang aman digunakan oleh anak-anak juga peluru yang bisa mereka gunakan untuk menembak sasaran.

"Ka, aku ga akan lengah ataupun ngalah sama kamu ya," kata Bagas.

"Ayo dimulai aja," jawab Caraka.

Permainan pun benar-benar dimulai dengan punyi bel yang dibunyikan oleh petugas permainan.

Padahal hanya sebuah permainan biasa tapi mereka benar-benar melakukannya seperti sedang bertanding di olimpiade, keduanya serius mengenai sasaran yang terjajar didepan mereka. Satu demi satu sasaran berhasil dikenai oleh mereka, kini keduanya memiliki skor yang berdekatan.

"Yes!!!!!" teriak Bagas, yang ternyata berhasil memenangkan permainan dengan skor yang hanya berbeda satu dari Caraka.

"Pertandingan renang tadi kamu boleh juara satu, tapi maaf ya sekarang aku yang menang," ucap Bagas sambil meledek.

Caraka sama sekali tidak merasa tersinggung karena dia dan Bagas memang sudah akrab dan biasa memiliki gaya saling ledek seperti itu dalam berteman.

"Ini Ri bonekanya buat kamu, suka engga?" kata Bagas.

"Beneran buat Gauri? asik suka banget Kak bonekanya, makasih ya, " kata Gauri sambil langsung memeluk boneka yang diberikan bagas untuknya.

Melihat itu Caraka hanya berlalu untuk melihat permainan yang lain. Acara bazar semakin sore ternyata semakin ramai oleh pengunjung yang datang. Riuh suara teriakan dan tawa sana sini semakin menggema di penjuru acara. Caraka cukup kurang nyaman dengan keramaian itu, namun Gauri yang menyadari itu lagi-lagi menarik tangannya untuk berjalan ke arah yang cukup tenang di sisi yang lain. Gauri yang saat itu masih sebagai anak tunggal tau betul rasanya terbiasa sendiri namun tiba-tiba berada di keramaian.

Tidak terasa sudah sore, mereka juga sudah cukup lelah berkeliling dan bermain macam-macam permainan yang ada. Orang tua Bagas dan Ayah Gauri juga sudah menunggu mereka didekati pintu keluar bazar untuk bersiap-siap pulang.

"Gauri ayo kita pulang, sudah sore, " teriak ayahnya.

"Iya Yah ... kak ayo kita pulang, Kak Caraka udah dijemput belum?" tanya Gauri.

"Kayaknya belum, gapapa duluan aja. Aku masuk lagi aja kedalem biar sambil nunggunya di ruang tunggu," kata Caraka pada Gauri dan Bagas.

"Yaudah kita duluan ya Ka, sampai ketemu di tempat latihan," kata Bagas.

"Iya dahh ... kita nanti kapan-kapan ketemu lagi ya Kak Caraka," kata Gauri sambil tersenyum.

"Dah ... hati-hati ya, makasih buat hari ini." senyum Caraka sambil melambaikan tangannya.

Gauri dan Bagas pulang dengan mobil yang berbeda karena arah rumah mereka pun berbeda. Didalam mobil Gauri menceritakan banyak hal yang dilakukannya tadi di bazar pada ayahnya.

"Yah, tau ga tadi seru banget deh," kata Gauri bersemangat.

"Emang tadi kamu ngapain aja? sampe semangatnya ga hilang-hilang," jawab ayahnya.

"Tadi makan permen kapas, terus main balon-balon," ucap Gauri.

"Oh iya sama tadi Kak Bagas sama Kak Caraka main tembak-tembakan Yah ... yang menang udah pasti Kak Bagas sih, terus ini bonekanya dikasihin ke aku," lanjut Gauri.

"Anak laki-laki yang namanya Caraka itu keliatannya pendiem ya tapi Ri," kata ayahnya.

"Awalnya emang gitu Yah, soalnya awalnya dia juga sendirian bengong gitu liatin parade, terus aku ajak keliling bareng aja, eh lama-lama ikut asik juga," jawab Gauri.

Bahkan ketika sudah diperjalanan pulang pun Gauri masih bersemangat mengingat waktu yang mereka bertiga habiskan bersama. Senyumnya tidak hilang terutama saat membicarakan tentang Caraka yang awalnya sangat pendiam menjadi sedikit terbuka setelah bermain bersama. Rasanya sudah seperti sahabat lama yang menghabiskan waktu bersama.

Di ruang tunggu Caraka hanya duduk sambil memainkan pensil warnanya. Dia harus menunggu cukup lama sampai dijemput oleh pegawai sang kakek. Kakek dan neneknya adalah pebisnis, keduanya cukup sibuk terutama sang kakek. Hari ini mereka menyempatkan untuk menyaksikan pertandingan cucu satu-satunya lalu kemudian harus segera pergi lagi begitu pertandingan selesai.

Kegiatan seperti itu sama sekali bukan hal baru lagi untuk Caraka. Sejak berumur 7 tahun dia harus tinggal dengan kakek dan neneknya karena orang tuanya yang sudah meninggal dunia.

"Maaf ya, udah nunggu lama ya?" kata pegawai sang kakek yang menjemputnya.

"Lama, aku sampai kehabisan buku mewarnainya. Nanti sebelum pulang ke toko buku dulu buat beli yang baru ya," jawab Caraka.

"Siap, ayo sini saya bantu bawa barang-barangnya ke mobil," ucap pegawai itu.

"Pialanya jangan lupa Pak, cape itu dapetinnya," kata Caraka yang meskipun terlihat acuh namun sebenarnya juga suka bercanda.

"Aduh iya ini paling penting ini jangan sampe ketinggalan nanti dimarahin nenek," jawab pegawai itu.

Neneknya adalah orang yang paling mendukungnya untuk menjadi atlit renang. Bahkan dirinya sendiri yang pergi langsung ke club renang yang cukup ternama untuk mendaftarkan cucunya itu. Dia tidak mau kepribadian tertutup sang cucu itu terus menjadi jika dibiarkan menyendiri. Dirinya ingin cucunya itu bisa bersosialisasi dengan anak-anak lain yang seumuran dengannya, karena mereka sendiri pun sibuk jadi tidak akan bisa menemani cucu kesayangannya itu selama 24 jam.

Sang nenek tau kalau cucunya itu memiliki bakat dibilang renang dan begitu terlihat menikmati berenang. Begitulah awal mula seorang Caraka menjadi berasa di lingkungan renang. Kini dirinya berada di tahap latihan yang cukup keras untuk bisa masuk kedalam tim reguler atlit nasional. Berkat kegigihan dan keinginan sang nenek, Caraka harus menghabiskan waktu masa kecilnya berlatih keras untuk menjadi atlit.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!